Anda di halaman 1dari 11

ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

KOMUNIKASI ORANGTUA DAN BILINGUAL BERHUBUNGAN DENGAN


PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA TODLLER

Sri Siska Mardiana1Indanah2

1
Jurusan Keperawatan, Stikes Muhammadiyah Kudus
Email: nona_mrdiana86@yahoo.co.id
2
Jurusan Keperawatan, Stikes Muhammadiyah Kudus
Email: indanah@stikesmuhkudus.ac.id

Abstract

Proses perkembangan anak merupakan hal yang penting dalam menyiapkan anak sebagai generasi
penerus bangsa. Masa emas kembang bahasa anak sebagaimana perkembangan anak yang lain
ialah ketika anak berusia 0-6 tahun (WHO, 2009). Usia toddler (1-3 tahun) adalah usia terpenting
yang dalam perkembangannya sangat perlu dipantau karena pada masa ini perkembangan berada
pada fase yang sangat cepat (Sujiono, 2009). Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh faktor
intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan). Faktor intrinsik yaitu kondisi
pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan
berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama
perkataan yang didengar atau ditujuka. Faktor tersebut antara lain bagaimana pola komunikasi
orangtua dan berapa bahasa yang dipelajari anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara pola komunikasi dan bilingual dengan perkembangan bahasa anak usia todler di
KB Aisyiyah Bae Kabupaten Kudus.Jenis Penelitian adalah deskripif korelasi dengan pendekatan
crossectional, populasi dalam penelitian ini adalah anak usia todler di KB Aiyiyah Bae Kabupaten
Kudus sejumlah 73 anak, dengan teknik populasi menggunakan total populasi. Instrumen yang
digunakan untuk mengidentifikasi pola komunikasi dan bilingual menggunakan kuesioner yang
telah di lakukan uji validitas dan reliabilitas. Denver II digunakan untuk menilai perkembangan
bahasa anak.Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan anatara pola
komunikasi orangtua dengan kperkembangan bahasa anak dengan p value 0,005, =0,05.
Terdapat hubungan yang signifikan juga anatara bilingual dengan perkembangan bahasa anak
usia todler di KB Aisyiyah Bae Kabupaten Kudus dengan nilai p= 0,016, =0,05.

Kata kunci : Bilingual, Komunikasi, Perkembangan Bahasa

1. PENDAHULUAN Penelitian selama 10 tahun yang


Poses perkembangan anak merupakan hal melibatkan anak-anak di berbagai daerah
yang penting dalam menyiapkan anak sebagai menemukan fakta empiris bahwa kognitif
generasi penerus bangsa. Masa emas kembang bahasa anak selain dipengaruhi oleh faktor
bahasa anak sebagaimana perkembangan anak genetis juga dipengaruhi oleh faktor jumlah
yang lain ialah ketika anak berusia 0-6 tahun anak dalam keluarga, urutan dilahirkan, pola
(WHO, 2009). Usia toddler (0-3 tahun) adalah komunikasi dalam keluarga dan jumlah bahasa
usia terpenting yang dalam perkembangannya yang dipergunakan dalam keluarga yang
sangat perlu dipantau karena pada masa ini bersangkutan (Syamsu, 2012).
perkembangan pada masa ini sangat cepat Menurut Meyer (2012) menyatakan bahwa
(Sujiono, 2009). bilingual beresiko terhadap gangguan
perkembangan bahasa dan komunikasi. Seorang
individu yang bilingual dapat mengalami

593
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

kesalahan dalam penggunaan bahasa untuk anak yang terlambat bicara, namun ibu belum
komunikasi, terutama pada bahasa yang bukan memahami betul bahwa hal tersebut merupakan
menjadi dominan atau bahasa yang bagian dari gangguan bicara.
kemampuannya lebih lemah dari bahasa lain Survey awal atau pendahuluan yang
Tahun 2006 Departemen Rehabilitasi dilaksanakan di Kelompok Bermain Aisyiyah
Medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Bae Kabupaten Kudus sebanyak 10 anak rata-
memperlihatkan bahwa 8% anak usia toddler rata usia 2-3 tahun, hasil yang diperoleh 60%
mengalami gangguan bicara dan bahasa, hampir anak menyatakan biasanya komunikasi berasal
20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai dari orang tua (anak hanya mendengar), 20%
gangguan keterlambatan bicara. Kemudian anak menyatakan biasanya anak memulai
penelitian Wahjuni (2005) di wilayah Jakarta berkomunikasi (tapi dengan merengek atau
Pusat menemukan prevalensi keterlambatan marah) dan 20% anak biasanya baik orang tua
bahasa sebesar 9,3% pada anak berusia di maupun anak sama-sama saling berbicara.
bawah tiga tahun. Bilingual yang digunakan di rumah, diperoleh
Komunikasi dalam sebuah keluarga yang 70% anak berbicara dalam bahasa Indonesia
efektif dan kemampuan berkomunikasi yang dan bahasa Jawa (bahasa Jawa lebih dominan),
baik adalah hal penting, hal ini karena 2 anak berbicara dalam bahasa Indonesia dan
komunikasi merupakan bagian integral dalam Jawa (bahasa Indonesia lebih dominan) dan
kehidupan sehari-hari. Komunikasi yang 10% anak bicara dalam bahasa Jawa, Indonesia
dilakukan oleh orang tua dapat dilakukan secara dan Inggris (dibiasakan tidak hanya ketika
verbal maupun non vernal, dengan alurnya belajar). Perkembangan bahasa, diperoleh
secara satu arah (orang tua saja atau anak saja) bahwa 70% anak belum mampu menyusun
dan banyak arah (orang tua ke anak dan anak ke kalimat dengan benar dan 30% anak sudah
orang tua dan atau orang tua-anak-saudara) mampu menyusun kalimat dengan benar.
(Kozier, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Pola komunikasi yang dilakukan dalam hubungan antara pola komunikasi orang tua dan
keluarga seharusnya merupakan komunikasi bilingual dengan perkembangan bahasa pada
yang bersifat dua arah karena dengan pola anak usia toddler di kelompok bermain
komunikasi ini secara langsung akan Aisyiyah Bae Kabupaten Kudus.
memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengungkapkan pendapat dan/atau untuk anak 2. KAJIAN LITERATUR
usia toddler hal ini akan membantu melatih Perkembangan Anak
mereka berbicara. Namun jika komunikasi yang Perkembangan adalah bertambahnya
disampaikan hanya bersifat satu arah saja (dari kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
orang tua) maka sulit bagi anak untuk berlatih tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
berbicara atau mengembangkan kemampuan teratur dan dapat diramalkan, jaringan tubuh,
bahasanya. organ-organ dan sistem organ diferensiasi dari
Adapun perkembangan bahasa anak sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dalam sistem organ yang berkembang
intelegensi, jenis disiplin, urutan kelahiran, sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
besarnya saudara, status sosial ekonomi, status memenuhi fungsinya. Termasuk juga
ras, berbahasa dua, penggolangan peran seks perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah
dan interaksi orang tua (Marimbi, 2010). laku sebagai hasil interkasi dengan
Salah satu aspek yang sering dikeluhkan lingkungannya (Cahyaningsih, 2011).
orang tua adalah mengenai keterlambatan Perkembangan terjadi secara stimultan
bicara pada anaknya. Namun tidak jarang juga dengan pertumbuhan. Perkembangan
keluhan mengenai keterlambatan bicara ini merupakan hasil interaksi kematangan susunan
disadari ketika anak sudah berada pada usia saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
sekolah. Fenomena yang ditemukan peneliti antara lain meliputi perkembangan sistem
pada lokasi penelitian adalah masih adanya neuromuskuler, bicara, emosi dan sosial. Ciri-

594
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

ciri perkembangan menurut Hidayat (2008), yang ada disekitarnya sebelum kata-kata yang
adalah: perkembangan melibatkan perubahan, lain.
perkembangan awal menentukan pertumbuhan Potensi akan berkembang lebih cepat
selanjutnya, perkembangan mempunyai pola menjadi pola kebiasaan dimana perkembangan
yang tetap, Perkembangan memiliki tahap yang pada usia dini berpengaruh bagi diri anak
berurutan, perkembangan mempunyai sepanjang hayat dan mempengaruhi
kecepatan yang berbeda, perkembangan penyesuaian pribadi serta sosialnya,
berkorelasi dengan pertumbuhan. bertambahnya usia perilaku yang dibentuk dan
Parameter perkembangan anak sesuai yang terbentuk pada awal kehidupan cenderung akan
tertuang dalam denver development screening bertahan. Menurut Musfiroh (2008)
test II, menurut Soetjiningsih (2007), perkembangan merupakan suatu perubahan
diantaranya: Personal social yang berlangsung seumur hidup dan
(kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan dengan kemampuan mandiri, berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan
bersosialisasi dan berinteraksi dengan sosio-emosional. Bahasa adalah suatu sistem
lingkungannya. Fine motor adaptive (gerakan simbol untuk berkomunikasi yang meliputi
motorik halus) merupakan Aspek yang fonologi (unit suara), morfologi (unit arti),
berhubungan dengan kemampuan anak untuk sintaksis (unit bahasa), semantik (variasi arti),
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang dan pragmatik (penggunaan bahasa). Dengan
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja bahasa anak dapat mengkomunikasikan
dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaanya
memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya pada orang lain (Manshur, 2009).
kemampuan untuk menggambar, memegang Perkembangan bahasa juga terbagi atas
sesuatu benda, dan lain-lain. Language (bahasa dua periode besar, periode tersebut yaitu
) adalah Kemampuan untuk memberikan periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik
respons terhadap suara, mengikuti perintah dan (1-5 tahun). Perubahan terhadap sesuatu yang
berbicara spontan. Gross motor (perkembangan diajarkan lebih dini akan menjadi semakin cepat
motorik kasar). Aspek yang berhubungan dan lebih mudah serta akan lebih mudah dan
dengan pergerakan dan sikap tubuh. cepat untuk menyesuaikan diri terhadap
tuntutan perubahan yang diharapkan dalam
Perkembangan Bahasa Anak proses pengembangan. Secara umum tahap-
Kridalaksana (2007) menyatakan bahasa tahap perkembangan anak dapat dibagai ke
adalah sistem tanda bunyi yang disepakati dalam beberapa rentang usia, yang masing-
untuk dipergunakan oleh para anggota masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri.
kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja Menurut Susanto (2005) terhadap
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. perkembangan ini sebagai berikut: Tahap I
Pengertian bahasa menurut Gunarsa (2008) (Pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun Tahap ini
yang menyatakan bahasa adalah alat terdiri dari tahap meraban-1 (pralinguistik
penghubung atau komunikasi antar anggota pertama) dimulai dari bulan pertama hingga
masyarakat yang terdiri dari individu-individu bulan keenam dimanan anak akan mulai
yang menyatakan pikiran, perasaan dan menangis, tertawa, dan menjerit. Tahap
keinginannya. meraban-2 (pralinguistik kedua) pada dasarnya
Suyanto (2005), mengatakan bahwa anak merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari
mulai memeram atau cooing yaitu melafalkan bulan keenan hingga satu tahun. Tahap II
bunyi yang tidak ada artinya secara berulang, (Linguistik) ; Tahap ini terdiri dari tahap I dan
seperti suara burung yang sedang bernyanyi. II. Tahap-1; holafrastik (1 tahun), ketika anak-
Setelah itu anak mulai belajar kalimat dengan anak mulai menyatakan makana keseluruhan
satu kata seperti maem yang dimaksud minta frasa atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini
makan dan cucu yang dimaksud minta susu. juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak
Anak pada umumnya belajar nama-nama benda hingga kurang lebih 50 kosakata. Tahap-2; frasa

595
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

(1-2), pada tahap ini anak sudah mampu sikapnya yang unik serta melalui bahasa anak
mengucapkan dua kata (ucapan dua kata). dalam membangun jati diri anak.
Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan Lain halnya menurut Susanto (2011)
kata anak sampai dengan rentang 50-100 bahwa fungsi bahasa bagi anak adalah sebagai
kosakata. Tahap III (pengembangan tata bahasa, alat untuk mengembangkan kemampuan
yaitu prasekolah 3,4,5 tahun). Pada tahap ini intelektual dan kemampuan dasar anak. Secara
anak sudah dapat membuat kalimat, seperti khusus bahwa fungsi bahasa bagi anak taman
telegram. Dilihat dari aspek pengembangan tata kanak-kanak adalah untuk mengembangkan
bahasa seperti : S-P-O, anak dapat ekspresi, perasaan, imajinasi, dan pikiran.
memperjuangkan kata menjadi satu kalimat. Berdasarkan pendapat di atas, dapat
Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu disimpulkan bahwa fungsi pengembangan
6 8 tahun). Tahap ini ditandai dengan kemampuan berbahasa bagi anak antara lain; (a)
kemampuan yang mampu menggabungkan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
kalimat sederhana menjadi kalimat kompleks. lingkungan, (b) sebagai alat untuk
Adapun Moeslichatoen (2008) ada tiga mengembangkan kemampuan intelektual anak,
tahap perkembangan bahasa anak yang (c) sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi
menentukan tingkat perkembangan berepikir anak, dan (d) sebagai alat untuk menyatakan
dengan bahasa: Tahap eksternal merupakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.
tahap berpikir denga bahasa yang disebut Batita atau toddler adalah sekelompok
berbicara secara eksternal, Tahap egosentris penduduk berusia kurang dari tiga tahun atau
yaitu tahap dimana pembicaraan orang dewasa penduduk yang belum merayakan ulang
tidak lagi menjadi persyaratan. Tahap berbicara tahunnya yang ketiga dan menjadi sasaran
secara internal pelayanan program kesehatan (Departemen
Dalam pembahasan fungsi berbahasa bagi Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
anak taman kanak-kanak, dapat dilihat dari Pemerolehan bahasa pada anak usia 1-3
berbagai sudut pandang, terutama ditujukan tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan
pada fungsi secar langsung pada anak itu psikis. Secara fisik, kemampuan anak dalam
sendiri ada beberapa sumber yang telah memproduksi kata-kata ditandai oleh
mencoba mamberikan pembelajaran dari fungsi perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka
bahasa bagi anak taman kanak-kanak, yang sedang tumbuh. Pada tahap tertentu
diantaranya menurut Depdiknas (2006) fungsi pemeroleh bahasa (kemampuan mengucapkan,
perkembangan bahasa bagi anak prasekolah dan memahami arti kata juga tidak lepas dari
adalah sebagai alat untuk berkomunikasi kemampuan mendengarkan, melihat dan
dengan lingkungan, sebagai alat untuk mengartikan simbol-simbol bunyi dengan
mengembangkan kemampuan intelektual anak, kematangan otaknya). Sedangkan serca psikis,
sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi kemampuan memproduksi kata-kata dan variasi
anak dan sebagai alat untuk menyatakan ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional
perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. anak saat berlatih mengucapkan kata-kata.
Terdapat beberapa fungsi bahasa menurut Anak-anak yang mendapatkan bimbingan dan
Moeslichatoen (2008) yaitu bahasa sebagai alat dorongan moral yang sangat kuat akan
yang dapat memuaskan kebutuhan anak untuk memperoleh kata-kata yang banyak dan
menyatakan keinginannya. Hal ini biasanya bervariasi dibandingkan anak-anak lainnya.
dinyatakan dengan saya ingin. Bahasa juga Dalam setiap perkembangan bahasa selalu
berfungsi mengatur anak untuk dapat mengalami perubahan dalam setiap bulannya.
mengendalikan tingkah laku orang lain. Bahasa Berikut karakteristik perkembangan utama
berfungsi sebagai hubungan antar pribadi dalam bahasa dan bicara anak yang dikemukakan
lingkungan sosial. Selanjutnya bahasa juga Denver Developmental Screening Test II
berfungsi bagi diri anak sendiri. Anak (DDST II), yang telah disempurnakan menjadi
menyatakan pandangannya, perasaannya, dan Denver II (Soetjiningsih, 2007).

596
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Marimbi (2010) menyebutkan beberapa terjadi antara anggota keluarga dan merupakan
faktor yang mempengaruhi bahasa anak yaitu: dasar dari perkembangan anak.
Intelegensi. semakin cerdas anak semakin cepat Membangun komunikasi yang baik antara
ketrampilan berbicara yang dikuasinya, Jenis orangtua dengan anak bukanlah hal yang
disiplin. Anak-anak yang dibesarkan dengan mudah, karena biasanya para orangtua kurang
disiplin yang lemah cenderung lebih banyak bisa memperhatikan hal-hal kecil seperti
bicara daripda anak yang dibesarkan dengan kemauan yang dikehendaki oleh anak. Hal
disiplin otoriter, Posisi urutan kelahiran. Anak inilah yang membuat anak mencari alternatif
sulung didorong untuk lebih banyak bicara lain untuk mendapatkan perhatian lebih dari
daripada adiknya, Berbahasa dua (dwibahasa). orangtua misalnya dengan berperilaku yang
Meskipun dalam keluarga berbahasa dua tidak melanggar norma-norma (Gunawan, 2013).
ada pembatasan dalam berbicara, biasanya anak Jenis pola komunikasi orang tua adalah
menjadi terbatas pembicaraanya. otoriter (memegang kekuasaan penuh) dan
Menurut Syamsu (2012), perkembangan interaktif (saling berkesinambungan) (Syamsu,
bahasa lebih disebabkan oleh faktor-faktor 2012). Pola komunikasi orangtua dengan anak
sebagai berikut: Faktor kesehatan, Status sosial dapat dijelaskan sebagai berikut: pola
ekonomi, jenis kelamin, hubungan antar komunikasi otoriter, pola komunikasi interaktif
keluarga Faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi dalam keluarga menurut Wiryanto
Pola Komunikasi (2009), adalah sebagai berikut: citra diri,
Komunikasi adalah suatu proses interaksi lingkungan fisik, lingkungan social, latar
manusia dengan berbagai bentuk/cara untuk belakang kebudayaan, ikatan dengan kelompok
menyampaikan informasi atau untuk tujuan atau grup, harapan, pendidikan dan situasi
tertentu (Tyastuti, 2008). Dimensi pola
komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola Bilingual
yang berorientasi pada konsep dan pola yang Bilingual atau kedwibahasaan adalah
berorientasi pada sosial yang mempunyai arah kemampuan seseorang dalam menggunakan dua
hubungan yang berlainan (Sunarto, 2006). bahasa dalam perkataan dan pemaknaannya
Terdapat beberapa macam pandangan (Kridalaksana, 2007). Anak yang memiliki
tentang banyaknya unsur atau elemen yang kemampuan dwibahasa memahami bahasa
mendukung terjadinya komunikasi. Unsur- asing dengan baik seperti halnya pemahaman
unsur dalam komunikasi menurut Nugroho anak terhadap bahasa ibunya. Anak mampu
(2009), yaitu sebagai berikut : sumber berbicara, membaca dan menulis dalam dua
(komunikator), isi pesan, media, lingkungan bahasa dengan kemampuan yang sama.
atau situasi ketika komunikasi dilakukan, pihak Dikenal ada 3 (tiga) istilah dalam bilingual
yang menerima pesan, umpan balik, pengaruh menurut Gunarsa (2005), yaitu: code switching,
atau dampak simultaneous language acquisition, succeccive
Komunikasi pada hakekatnya adalah language acquisition. Ada beberapa tipe
proses penyampaian pesan oleh komunikator bilingual yang diungkapkan oleh para ahli yang
kepada komunikan. Proses komunikasi bisa disimpulkan oleh Marat (2005), yaitu:
dilihat dari beberapa persepktif menurut Compound bilingualism (Kedwibahasaan
Wiryanto (2009), antara lain : perspektif majemuk), Kedwibahasaan koordinatif
psikologis, perspektif mekanis (sejajar), Kedwibahasaan sub-ordinatif
Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga (komplek)
menurut Pratiknyo (2008), antara lain: Marat (2005) dalam bukunya ada suatu
Komunikasi orang tua yaitu suami-istri, alat yang dikembangkan untuk mengukur
komunikasi orang tua dan anak, komunikasi kedwibahasaan dengan mencatat hal-hal
ayah dan anak, komunikasi anak dan anak yang sebagai berikut: Waktu reaksi seseorang
lainnya Komunikasi antara orang tua dan anak terhadap dua bahasa. Bila kecepatan reaksinya
dalam keluarga merupakan interaksi yang sama, maka dianggap sebagai dwibahasawan.

597
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Misalnya dalam menjawab pertanyaan yang Bermain Aisyiyah Bae Kabupaten Kudus .
sama, tetapi dalam bahasa yang berbeda. Disini Berdasarkan Usia nya, terlihat bahwa rata rata
yang diukur adalah dalam segi ekspresinya. usia responden adalah 2,5 tahun (Tabel 1)
Kecepatan reaksi diukur pula dari bagaimana Tabel 1
seseorang melaksanakan perintah-perintah yang Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
diberikan dalam bahasa yang berbeda. Jadi Usia di KB Aisyiyah Bae Kabupaten Kudus
disini lebih melihat kemampuan dari segi Tahun 2015 (n=73)
reseptifnya. Kemampuan seseorang
melengkapkan suatu perkataan. Misalnya Mean Median Modus Min Max SD
kepada subyek diberikan kata-kata yang tidak
sempurna kemudian ia harus 2,5 2,5 3,0 2,0 3,0 0,401
menyempurnakannya. Mengukur
kecenderungan (preferences) pengucapan Berdasarkan Diagram 1, menunjukkan
secara spontan. Dalam hal ini kepada subyek bahwa sebagian besar (55 / 76,1%) responden
diberikan suatu perkataan yang sama berjenis kelamin perempuan.
tulisannya, tetapi pengucapannya dalam dua
bahasa. Misal tulisan balik harus dibaca dan Diagram 1
diucapkan secara spontan oleh dwibahasawan Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Indonesia-Jawa, kemudian dilihat apa yang Jenis Kelamin di KB Aisyiyah Bae Kudus
diucapkannya, balik (Indonesia) atau balek Tahun 2015 (n=73)
(Jawa).

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan deskripsi
analitik dengan desain penelitian crossectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah anak
usia todler ( 1 - 3 tahun) di KB Aisyiyah Bae
Kabupaten Kudus sejumlah 73 anak. Dengan
menggunakan teknik total sampling..
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner yang telah di
lakukan uji validitas dan reliabilitias untuk Pola Komunikasi
mengidentifikasi pola komunikasi dan Berdasarkan Diagram 2 terlhat bahwa dari
bilingual anak . Sedankan untuk menilai 73 responden, rata rata responden berada pada
perkembangan bahasa menggunakan Denver II lingkungan keluarga dengan pola komunikasi
Data pada penelitian ini dianalisis interaktif, yaitu 41 responden/ 56%.
menggunakan satu program komputer. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis Diagram 2
univariat dan bivariat. Analisis univariat Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
dilakukan pada variabel pola makan dan pola Pola Komunikasi di KB Aisyiyah Bae Kudus
aktifitas,dan kejadian obesitas anak. Analisis Tahun 2015 (n=73)
bivariat yang digunakan adalah analisis chi
squere.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah
anak usia todler (1-3 tahun) di Kelompok

598
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan


perkembangan bahasa di KB Aisyiyah Bae
Kudus Tahun 2015 (n=73)

Bilingual

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari


73 responden menunjukkan bahwa 48
responden ( 66%) menunjukkan pola
komunikasi dengan menggunakan 2 bahasa
(bilingual). Pada penelitian ini bahasa yang
banyak di pakai oleh responden adalah bahasa
daerah (bahasa jawa) dan bahasa indonesia. Pola Komunikasi dan Perkembangan
Bahasa
Diagram 3 Hasil analisis dengan menggunakan Uji
Distribusi Frekuensi Responden penggunaan Fixer Exact terhadap variabel Pola komunikasi
bahsa dalam berkomunikasi di KB Aisyiyah dan Perkembangan Bahasa pada anak usia
Bae Kudus Tahun 2015 (n=73) todler di KB Aisyiyah Bae Kabupaten Kudus
menunjukkan hasil terdapat hubungan yang
signifikan dengan p value: 0,005;
:0,05)(Tabel.3). Berdasarkan Tabel 3
menunjukkan bahwa pada kelompok anak
todler yang memiliki keluarga dengan pola
komunikasi interaktif, seluruhnya mempunyai
perkembangan bahasa yang normal. Sedangkan
pada kelompok anak yang memiliki keluarga
dengan pola komunikasi otoriter, sebagian
besar memang menunjukkan perkembangan
bahasa yang normal ( 67 anak / 91,8%) namun
terdapat 6 anak / 8,2% mengalami dugaan
(suspect) keterlambatan dalam perkembangan
bahasa.
Perkembangan Bahasa Patmodewo (2008) menjelaskan
perkembangan bahasa pada anak tidak dapat
Pada Diagram 4, digambarkan bahwa sebagian berlangsung dengan baik tanpa didukung aktif
besar responden mengamali perkembangan oleh orang tua. Orang tua harus berkomunikasi
bahasa yang normal dan hanya 6 reponden ( dengan baik pada anaknya yaitu dalam
8,2%) yang diduga (suspect) mengalami mengucapkan atau berkomunikasi dengan
keterlambatan dalam perkembangan bahasa. mengucapkan kata-kata yang penuh ilmu dan
tuntunan agama, tidak kasar, dan tidak
Diagram 4 membentak.
Responden yang memiliki pola komunikasi
otoriter dengan perkembangan bahasa normal

599
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

dapat dijelaskan orang tua mengajarkan anak oleh Harianti (2012) dimana ditemukan adanya
dengan cara mereka yang keras, hal ini hubungan signifikan antara teknik komunikasi
dimaksudkan supaya anak disiplin, anak orang tua dalam keluarga dengan
berlaku dan berbahasa dengan sopan serta anak perkembangan berbahasa anak usia bawah lima
mau belajar sendiri. Hastuti (2012) dalam tahun di KB Tebu Ireng Medan (t tabel sebesar
penelitiannya menyatakan otoriter dalam 1.671 > t tabel).
mendidik anak sesekali memang diperlukan Dalam suatu keluarga yang pola
terlebih jika anak sulit diajak berkomunikasi komunikasinya banyak arah akan mempercepat
karena asyik bermain, menonton televisi atau perkembangan bahasa keluarganya (Hasnerita,
melakukan kegiatan lain yang tidak 2011). Proses berinteraksi dan berkomunikasi
berhubungan dengan belajar. Namun dalam dengan lingkungan keluarga, terutama dengan
mengkomunikasikan harus disertai dengan orangtua yang mengajar, melatih dan
pengertian kenapa orang tua melakukan hal memberikan contoh berbahasa kepada anak.
tersebut. Hubungan yang sehat antara orangtua dengan
Responden yang memiliki pola komunikasi anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari
otoriter dengan perkembangan bahasa orangtuanya) memfasilitasi perkembangan
meragukan dapat dijelaskan orang tua terlalu bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak
keras berbicara dengan anak, terlalu sering sehat mengakibatkan anak akan mengalami
sibuk dengan pekerjaanya sehingga jarang kesulitan atau keterlambatan dalam
berkomunikasi dengan anak yang perkembangan bahasanya. Hubungan yang
mengakibatkan anak sibuk dengan kegiatan tidak sehat itu bisa berupa sikap orangtua yang
sendiri dan menjadi anak yang takut keras/kasar atau kurang perhatian untuk
berkomunikasi. Takut berkomunikasi memberikan latihan dan contoh dalam
menyebabkan gangguan dalam kemampuan berbahasa yang baik kepada anak, maka
berbahasa anak (Syamsu, 2012). perkembangan bahasa anak cenderung
Uji Fisher Exact Test diperoleh ada mengalami stagnasi atau kelainan (Syamsu,
hubungan antara komunikasi orang tua dengan 2012).
perkembangan bahasa anak di KB Aisyiyah Bae
Kabupaten Kudus (p value = 0,005 < = 0,05).
Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Tabel.3.
Distribusi responden berdasarkan pola komunikasi dan pekembangan bahasa pada
anak usia todler di KB Aisyiyah Bae Kabupaten Kudus , 2015 ( n=73)

Pola Komunikasi Orang Tua Perkembangan Bahasa Total p value


Suspect Normal
N % N % N %
Interaktif 0 0 41 100 40 100 0,005
Otoriter 6 18,8 26 81,2 6 100
Jumlah 6 8,2 67 91,8 46 100

Masalah komunikasi dan interaksi dengan perbendaharaan kata, kurang berpacu untuk
orang tua tanpa disadari memiliki peran yang berfikir logis, analisa atau membuat kesimpulan
penting dalam membuat anak mempunyai dari kalimat yang sangat sederhana sekalipun.
kemampuan berbicara dan berbahasa yang Orang tua sering malas mengajak anaknya
tinggi. Banyak orang tua yang tidak menyadari berbicara, dan hanya satu dua patah kata yang
bahwa cara mereka berkomunikasi juga isinya perintah atau jawaban singkat. Selain itu
membuat anak tidak mempunyai banyak anak sering tidak diberi kesempatan untuk

600
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

mengekspresikan diri sejak dini karena orang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih
tua sering memaksakan keinginan sendiri tanpa bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya
memberi kesempatan kepada anak untuk ketimbang yang hanya menggunakan satu
memberikan umpan balik (Judarwanto, 2010). bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan
bahasa secara bervariasi. Lebih lanjut Dyer
Bilingual dan Perkembangan Bahasa (2009) menyatakan anak perlu diperkenalkan
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan dengan dua bahasa tersebut dan harus
bahwa pada kelompok anak todler yang dijelaskan mengenai arti dari kata dalam dua
menggunakan 2 bahasa (Bilingual) dalam bahasa sehingga tidak menimbulkan
berkomunikasi sebagian besar kebingungan.
Dari 80% responden bukan bilingual
menunjukkan perkembangan bahasa yang
dengan perkembangan bahasa normal dapat
normal (47anak/97,9%). Terdapat 5 anak/ dijelaskan satu bahasa tersebut dikuasai oleh
20% dari kelompok anak yang orang dewasa sehingga ketika ditest bahasa
menggunakan hanya satu bahasa dalam sama yang digunakan tidak membuat responden
berkomunikasi sehari hari yang mengalami menjadi bingung dan juga meskipun bahasa
keterlambatan dalam perkambangan bahasa. tunggal yang dikuasai responden tetap paham
Terdapat hubungan yang signifikan dengan bahasa lain yang digunakan peneliti
antara Komunikasi bilingual dengan karena kebiasaan berinteraksi dengan teman
perkembangan bahasa anak di KB Aisyiyah sebaya dan ajaran dari pendidik yang telah
Bae Kabupetan Kudus dengan p value melatih responden. 20% responden bukan
:0,016; : 0,05 bilingual dan perkembangan bahasa meragukan
dapat dijelaskan banyak faktor yang
Pada 97,9% responden bilingual dengan
mempengaruhi perkembangan bahasa anak bisa
perkembangan bahasa normal dijelaskan
seperti jumlah anggota keluarga, teman
bilingual mampu menambah kosakata anak
sebanyak, pola pengasuhan, faktor kesehatan,
sehingga anak mengenal beragam kata dan
posisi urutan kelahiran dan lain-lain (Dyer,
bahasa. Hasnerita (2011) menjelaskan bahwa
2009).
anak yang dibesarkan dalam keluarga yang

Tabel. 4
Distribusi responden berdasarkan pola Aktifitas dan kejadian obesitas di Desa
Pancur Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara, 2015 ( n=46)

PolaAktifitas Berat Badan Total p value


Normal Obesitas
N % N % N %
Sedang 33 82,5 8 19,6 41 100 0,000
Ringan 1 16,6 4 78 5 100
Jumlah 34 73,9 12 26,1 46 100

Uji Fisher Exact Test diperoleh adanya fonologi lebih kurang (seperti kemampuan
hubungan antara bilingual dengan menghitung suku kata, untuk menghilangkan
perkembangan bahasa anak (p value = 0,016 bagian awal dari suatu kata, atau untuk
< = 0,05). Kedwibahasaan memperkuat mengidentifikasi kata-kata yang dimulai
pembentukan konsep, kreatifitas, kemampuan dengan bunyi yang sama) dibandingkan
percakapan, kemampuan visual-sosial, teman-teman yang berbahasa tunggal
pertimbangan logika, kemampuan klasifikasi, (Daniel, 2005). Tetapi ini tidak berarti bahwa
dan fleksibilitas kognitif. Beberapa anak anak-anak bilingual selalu lebih mudah
dwibahasa memiliki kemampuan kesadaran belajar untuk membaca dibandingkan anak-

601
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

anak berbahasa tunggal terlebih jika


responden berbahasaa tunggal dalam 6. REFERENSI
menjalani proses belajar mengajar Daniels, M. 2005. Dancing with words:
menggunakan bahasa yang sudah setiap hari signing for hearing childrens literacy.
digunakan (Schunk, 2007). Meskipun pada Westport: CT Bergin and Garvey
awalnya mempelajari dua bahasa
memperlambat kosakata sedikitnya satu dari Deasy Pamungkas Sari, Vivi Yosafianti
beberapa bahasa, namun pada akhirnya, Pohan, dan Shobirun, 2011. Hubungan
mereka menjadi fasih dalam kedua bahasa antara Komunikasi dalam Keluarga
apabila dapat digunakan kedua bahasa dengan Perkembangan Bahasa Anak
tersebut secara konsisten (Dyer, 2009). Prasekolah di TK Tunas Rimba
Bahasa satu dengan bahasa lainnya Demak. Jurnal Ilmu Kebidanan dan
tentunya memiliki perbedaan mencolok, Keperawatan Vol. 1, No. 1
mungkin dari tata bahasanya sehingga ketika Dyer, Laura. 2009. Meningkatkan
berbicara menggunakan bahasa tersebut kemampuan bicara anak. Jakarta: BIP
maka terlihat lebih sopan dan bijaksana Kelompok Gramedia
(misalnya Bahasa Jawa Halus bisa terlihat
lebih sopan dibandingkan Bahasa Indonesia). Hariyanti, Suci. 2012. Hubungan teknik
Perlunya orang tua mengenalkan dua bahasa komunikasi dalam keluarga dengan
dengan bijaksana kepada anak kapan anak perkembangan berbahasa anak usia 4-
harus menggunakan bahasa tersebut dan 6 tahun di TK Tebu Ireng MEDAN.
kapan anak harus beralih kepada bahasa yang Diakses dari
lain sehingga anak tidak menjadi bingung http://digilib.unimed.ac.id/hubungan-
sehingga membuat gangguan pada teknik-komunikasi-dalam-keluarga-
perkembangan bahasa anak. dengan-perkembangan-berbahasa-
anak-usia-46-tahun-di-tk-tebu-ireng-
5. SIMPULAN medan-23731.html pada 4 Mei 2015
Penelitian tentang pola komunikasi dan Hasnerita. 2011. Bahasa bayi. Diakses dari
bilingual dengan perkembangan bahasa pada bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta
anak usia todler di KB Aisyiyah Bae /.../bahasa_bayi.pdi pada 4 Mei 2015
Kabupaten menunjukkan hasil bahwa dari 73 Hastuti, 2012. Psikologi Perkembangan
anak usia todler yang menjadi responden, Anak. Cetakan 1. Yogyakarta:
terdapat 41 anak (56,2%) anak mempunyai Penerbit Tugu
berada pada keluarga dengan orang tua yang
menerapkan pola komunikasi interaktif. Judarwanto, Widodo. 2010. Faktor resiko
Empat puluh delapan anak ( 65,8%) gangguan perkembangan bicara dan
menggunakan 2 bahasa atau lebih (bilingual) bahasa pada anak. Diakses dari
dalam berkomunikasi., dan 67 anak (91,8%) http://speechclinic.com/ pada 4 Mei
anak menunjukkan perkembangan bahasa 2015
yang normal. Terdapat hubungan yang Manshur, dkk. 2009. Assesmen
signifikan antara pola komunikasi dengan perkembangan anak usia dini.
perkembangan bahasa anak usia todler di KB Yogyakarta : Multi Pressindo
Aisyiyah Bae Kabupaten Kudus dengan
nilai signifikansi p-value sebesar 0,005 Mar'at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik
(=0,05). Terdapat hubungan yang signifikan suatu pengantar. Bandung : Refika
antara bilingual dengan perkembangan Aditama
bahasa anak usia todler di KB Aisyiyah Bae Meyer, Bernd. 2012. Participation ini
Kabupaten Kudus dengan nilai signifikansi multilingual constellations. Chapter 4
p-value sebesar 0,016 (= 0,05). In John Benjamins Publishing

602
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Company. Johannes Gutenberg- Septiari, B. 2012. Mencetak balita cerdas


University Mainz dan pola asuh orang tua. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Musfiroh, Takdioatun M. 2008. Bercerita
untuk anak usia dini. Jakarta : Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang anak
Depdiknas dan remaja. Jakarta: Sagung Seto
Moeslichatun R, Pd. 2008. Metode Sujiono, 2009. Konsep Dasar Pendidikan
Pengajaran di TK. Jakarta : Rineka anak Usia Dini. Jakarta. PT Indeksi
Cipta
Sunarto. 2006. Teknologi informasi dan
Patmonodewo, 2008. Pendidikan Anak Usia teknologi 2. Jakarta : PT. Grasindo
Pra Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan anak
Rachmawati, Indria. 2013. Pola komunikasi usia dini pengantar dalam
orang tua terhadap anak. Surakarta : berbagai aspek. Jakarta: Kencana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Susanto. 2005. Perkembangan bahasa anak-
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode anak TK. Makalah, Jurusan Ilmu
penelitian komunikasi. Bandung: Keguruan dan Ilmu Pendidikan FIKIP
Remaja Rosdakarya Universitas Negeri Yogyakarta.
Schunk, A.H. 2007. The effect of signing Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-dasar
paired of receptive vocabulary skills or pendidikan anak usia dini. Yogyakarta
elementary ESL student. Journal of : Hikayat
Music Therapy, 2007 vol. 36;110-124
Zubaidah, Enny. 2011. Pengembangan
bahasa anak usia dini. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta Press

603

Anda mungkin juga menyukai