Anda di halaman 1dari 30

PERTUSIS

Oleh:
dr. Rahmah Miarli

Pembimbing: dr. Poppy Indriasari, M.Ked (Ped), Sp.A

Dokter Pendamping:
dr. Zulkarnaini ZA
DEFINISI

Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan yang


disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis.
Merupakan batuk yang tidak dapat di kontrol,sangat
keras dan biasanya sulit untuk bernafas.
EPIDEMIOLOGI
Sebelum ditemukan vaksin, lebih dari 24 juta kasus tiap tahunnya,
dengan kematian lebih dari 160.000.

Secara global, pertusis terjadi sebanyak 151.074 kasus pada tahun


2018, sebagai data terbaru yang tersedia.

Indonesia sendiri saat ini belum memiliki angka pasti kasus pertusis tetapi
pemerintah provinsi Jawa Tengah melaporkan 5 kasus antara tahun 2011-
2015.
ETIOLOGI
ETIOLOGI

Bordetella pertussis merupakan bakteri penyebab pertusis


(Haemophilus Petusis)

Termasuk kelompok kokobasilus gram negatif,tidak bergerak,


tidak berspora.

Bakteri ini bersifat aerobik.


PATOFISIOLOGI
Ilmu yang mempelajari tentang gangguan fungsi-fungsi mekanis, fisik dan biokimia, baik disebabkan oleh suatu
penyakit, gejala atau kondisi abnormal yang tidak layak disebut sebagai suatu penyakit

Proliferasi/
Inoklusi/ Produksi Faktor Disfungsi dan
Pemaparan Virulensi Kerusakan Sel Lokal

01 02 03 04 05 06

Perlekatan ke Evasi/Modulasi Infeksi Kronis


Jaringan Pertahanan Host
MANIFESTASI KLINIS
Batuk disertai mengi
dan muntah

Hidung berair atau


Apnea
tersumbat

Demam ringan Bersin-bersin


DIAGNOSIS
Diagnosis pertusis ditegakkan dari anamnesis,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

a. Chronology
ANAMNESIS
b. Bodily location
c. Quality
Engel (1982) menjelaskan bahwa d. Quantity
karakteristik dari suatu gejala yang e. Setting
dialami pasien dapat dilihat dari
tujuh dimensi atau “The Sacred f. Aggravating or alleviating
Seven” berdasarkan aspek fisik dan factors
emosi. g. Associated manifestations
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik jarang di temukan
kelainan yang spesifik.

Batuk di sertai muntah


Demam / tanpa demam
Sesak nafas
Perdarahan konjungtiva
Dehidrasi
Hipoksia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH LENGKAP FOTO THORAK

Leokositosis Infiltrat
Limfositosis Edema dengan
absolut selama atelektasis
stadium kataralis pnemothorak
akhir dan stadium
paroksimal
TATA LAKSANA
Tujuan perawatan pertusis adalah pembatasan jumlah paroksisme, mengobservasi keparahan
01 batuk dan memberikan bantuan apabila diperlukan, dan memaksimalkan nutrisi, istirahat, dan
pemulihan.
Perawatan pertusis → perawatan suportif → pemberian oksigen, hidrasi,
02 suction, dan mencegah adanya iritan pada saluran pernapasan.

Pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan belum lengkap vaksin,
03
memiliki risiko tinggi baik morbiditas dan mortalitas
Antibiotik.
04 Lini I : Erithromycin 10 mg/kgBB/6jam(selama 2
minggu)
Lini II : clarithromicyn 3x 8-10 mg/kgBB/hari(selama 7
hari)
Lini III : Azrytrhomycin 10mg/kgBB (selama 3 hari)
VAKSIN DTaP dan DT

4 5
2 3
1
Vaksin DTaP terdiri Berisi sel bakteri Vaksin DT hanya DTaP atau DPT
dari tiga komponen pertusis utuh Sering dan DT
terdiri dari
dengan ribuan menimbulkan
toksoid difteri
antigen di reaksi panas
(D) dan tetanus
dalamnya, tinggi, (T)
termasuk antigen bengkak,
yang tidak merah, dan
diperlukan. nyeri di tempat
Dikenal dengan suntikan
DTwP
(w untuk whole)
DIAGNOSIS BANDING
ISPA; penyebabnya adalah virus dan bakteri. Pertusis memiliki pola batuk yang
01 khas. ISPA biasanya dapat sembuh sendiri.

Bronkitis; biasanya disertai keluarnya dahak karena iritasi pada dinding


02 bronkus. Apabila tidak ditangani akan berisiko terjadi pneumonia.

Pneumonia memiliki gejala ringan hingga berat. Pada penumonia biasanya

03 pasien mengalami penurunan nafsu makan sedangkan pertusis tidak. Pasien


biasanya sulit bernapas karena alveoli berisi cairan.

04 TB disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis. Diagnosis tegak dengan hasil kultur


bakteri dan mantoux test.
KOMPLIKASI
Kehilangan nafsu
Peningkatan makan → Perdarahan
Pneumonia tekanan penurunan berat subkonjungtiva
sekunder intraabdomen badan

Otitis media Prolaptus rekti, Ketidakseimbangan


hernia, dan emasiasi elektrolit → kejang
PROGNOSIS
Sebagian besar kasus pertusis akan sembuh total,
walaupun membutuhkan waktu yang lama untuk
penyembuhan. Bayi dan lansia memiliki tingkat
mortalitas dan morbiditas yang tinggi.

Prognosis untuk penyembuhan pertusis secara


menyeluruh terbaik pada anak-anak di atas 3 bulan.
Pada kasus kurang dari 3 bulan maka tingkat
mortalitasnya adalah 1-3%.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Illiza
Jenis kelamin : Perempuan
Nama : Illiza
Nomor RM : 06 02 Jenis 62
kelamin : Perempuan
Nomor rekam medik : 06 02 62
Tgl lahir/umur : 8lahir/umur
Tanggal Oktober : 8 Oktober 2017 (4,5 tahun)
2017 (4,5 tahun)
Alamat : Tanoh Manyang
Alamat : Tanoh Manyang
Tanggal masuk : 21-05-2022
Tanggal keluar: 24-05-2022
Tanggal masuk : 21-05-2022
Tanggal keluar : 24-05-2022
PENGKAJIAN MEDIS
Anamnesis
Keluhan Utama: batuk yang hebat >3 minggu.
Keluhan Tambahan: mata kemerahan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang di bawa orang tua ke RSUD Teuku Umar dengan keluhan batuk
kurang lebih 3 minggu yang lalu. Pasien mengalami batuk secara terus menerus
dengan durasi lebih kurang 1 atau 2 menit dan terkadang pasien sampai muntah
jika selesai batuk. Muntah yang keluar berupa lendir dan sesekali keluar apa yang
dimakan dan minum. Setelah batuk pasien tampak kelelahan dan wajah tampak
kemerahan pasien juga di sertai demam yang berlangsung 4 hari sebelum masuk
RS. Pasien sudah diberikan obat penurun panas namun keluhan belum berkurang. 1
hari sebelum masuk ke rumah sakit, orangtua mengatakan tampak kemerahan di
kedua bola mata pasien nyeri (-), tidak terjadi penurunan penglihatan, Keluhan lain
berupa sesak nafas dan pilek di sangkal, BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Riwayat Lahir Riwayat Riwayat Riwayat
Dahulu Pengobatan Alergi Imunisasi

Pasien merupakan Pasien


anak ke-3, lahir mengkonsumsi
dalam keadaan obat-obatan Pasien tidak
Tidak cukup bulan berupa Tidak dilakukan
ada dengan berat lahir Cetadroxyl syrup ada imunisasi lengkap
3.100 gram. 2x1cth, dan riwayat
Persalinan normal Paracetamol imunisasi DPT
dan dibantu oleh syrup 3x1cth, lupa.
bidan. dan Retro tetes
mata.
VITAL SIGN
HR : 110 kali/menit
Reguler
GCS E4 M6 V5
SpO2 : 99%

RR 24 kali/menit T 37,2◦C
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephali
Mata : Cekung (-/-), konjungtiva palp. inf.
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-)
Hidung : NCH (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir kering (+), tonsil (T1/T1) faring Thorax
hiperemis I : Simetris, retraksi (-)
P : tidak dilakukan
P : tidak dilakukan
A : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-)
Wheezing (+/+), stridor (-/-)
BJ I > BJ II, bising (-)
Abdomen
I : Simetris, distensi (-)
P : NTE (+)
P : tympani
A : peristaltik (+) normal Anogenital
Genitalia laki-laki, anal rash (+)

Ekstremitas
Sianosis (-/-), Edema (-/-), akral
hangat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Foto X-ray Toraks
 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksa 2 N Satuan PEMERIKSAAN URINALISA RUTIN


an 1 i
l Warna Kuning keruh Kuning
M a Glukosa Negatif Negatif
e i
i Bilirubin Negatif Negatif
R Keton Negatif Negatif
2 u
0 j Berat jenis 1.000 1.005-1.030
2 u pH 7 5-8
2 k
a Protein Negatif Negatif
n Urobilinogen Negatif Negatif
HEMATOLOGI Nitrit Negatif Negatif
Hemoglobi 1 1 g/dL Eritrosit Negatif Negatif
n 3 2
Leukosit 500 Negatif
, ,
1 0 PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK

– Glukosa darah 74 <200


(sewaktu)
1 Urea dalam ginjal 16 15-45
4 Kreatinin Tidak dilakukan pemeriksaan, reagent habis
,
5

Hematokri 3 3 %
t 9 7
,
3 –
DIAGNOSIS & TATA LAKSANA
 Diagnosis → Pertusis + konjungtiva bleeding.

 Tindakan
- TTV
- Pemasangan infus
- Injeksi obat
- Rawat ruangan

 Terapi
- IVFD RL dehidrasi 200 cc; cairan 2:1 30 gtt/menit (mikro)
- Nebul combivent 1/2 respul + 3 cc NaCl 0,9% / 8 jam
- Erytromicin syr 4x6 ml
- Codein 3x1/2tablet
- CTM 3x1/2 tablet
FOLLOW UP
Tanggal Hasil Pemeriksaan Intruksi
22/05/2022 S/ Keluhan yang dirasakan pasien sudah jauh lebih membaik dari hari pertama Th/
H2 pasien datang. Batuk mulai berkurang, tidak ada muntah lagi saat batuk. Demam (-), - IVFD RL 20 gtt/menit (mikro)
sesak napas (-) tetapi mata kemerahan dan bercak darah pada konjungtiva (+). - Nebul combivent 1/2 respul + 3 cc NaCl 0,9% / 8 jam
O/ N: 105 x/i T: 36,5 C - Erytromicin syr 4x6 ml
RR : 22 x/i SpO2: 99% - Codein 3x1/2tablet
  PF/ wheezing(-/+)
- CTM 3x1/2 tablet
 
A/ pertusis + konjungtiva bleeding 
P/

23/05/2022 S/ Batuk masih berupa batuk kering tetapi frekuensi batuk hanya sesekali. Jarak Th/
H3 antar batuk sudah lama dan durasi batuk semakin singkat. Demam tidak ada lagi. - IVFD RL 20 gtt/menit (mikro)
Mata kemerahan mulai berkurang, pasien tampak sehat, dan nafsu makan baik. - Nebul combivent 1/2 respul + 3 cc NaCl 0,9% / 8 jam
- Erytromicin syr 4x6 ml
 
- Codein 3x1/2tablet
O/ N: 100 x/i T: 36,1 C
RR : 20 x/i SpO2: 99%
- CTM 3x1/2 tablet
  PF/ wheezing(-/-)
 
Apertusis + konjungtiva bleeding 
P/ -
24/05/2022 S/ Pasien tampak aktif, nafsu makan bagus. Batuk sudah jauh berkurang (2-3 kali Th/
H4 per malam). Mata kemerahan mulai berkurang. • Aff infus
- Erytromicin syr 4x6 ml
  - Codein 2x1/2 tablet
O/ N: 115 x/i T: 36,7 C
- CTM 3x1/2 tablet
RR : 22 x/i SpO2: 99%
  PF/ wheezing (-/-)
- Trilac 3x1
  - Nebul combivent
- Chenpress
A/pertusis + konjungtiva bleeding 
KESIMPULAN
Pertusis merupakan infeksi pada saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.
Penyakit ini rentan terjadi pada anak-anak khususnya anak di bawah usia 3 bulan dan menjadi penyebab
kematian pada anak-anak di bawah 1 tahun. Saat ini pertusis sudah dapat dicegah dengan pemberian vaksin.
Namun, pada pasien yang tidak divaksin atau belum menerima vaksin secara lengkap, pertusis dapat terjadi
bahkan di usia anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia.

Gejala pertusis adalah batuk yang hebat secara terus menerus disertai terengah-engah (paroksismal), mata
kemerahan dan adakalanya disertai perdarahan, batuk kering dalam waktu yang lama, dan gejala pilek serta
demam ringan. Penegakan diagnosis pertusis dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan foto x-ray toraks.

Adapun tatalaksana pertusis adalah pemberian antibiotik berdasarkan derajat keparahan dan dosis
menyesuaikan usia dan berat badan pasien. Terapi suportif juga diberikan untuk meringankan gejala dan
membantu proses penyembuhan pada anak-anak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai