Oleh:
dr. Rahmah Miarli
Dokter Pendamping:
dr. Zulkarnaini ZA
DEFINISI
Indonesia sendiri saat ini belum memiliki angka pasti kasus pertusis tetapi
pemerintah provinsi Jawa Tengah melaporkan 5 kasus antara tahun 2011-
2015.
ETIOLOGI
ETIOLOGI
Proliferasi/
Inoklusi/ Produksi Faktor Disfungsi dan
Pemaparan Virulensi Kerusakan Sel Lokal
01 02 03 04 05 06
a. Chronology
ANAMNESIS
b. Bodily location
c. Quality
Engel (1982) menjelaskan bahwa d. Quantity
karakteristik dari suatu gejala yang e. Setting
dialami pasien dapat dilihat dari
tujuh dimensi atau “The Sacred f. Aggravating or alleviating
Seven” berdasarkan aspek fisik dan factors
emosi. g. Associated manifestations
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik jarang di temukan
kelainan yang spesifik.
Leokositosis Infiltrat
Limfositosis Edema dengan
absolut selama atelektasis
stadium kataralis pnemothorak
akhir dan stadium
paroksimal
TATA LAKSANA
Tujuan perawatan pertusis adalah pembatasan jumlah paroksisme, mengobservasi keparahan
01 batuk dan memberikan bantuan apabila diperlukan, dan memaksimalkan nutrisi, istirahat, dan
pemulihan.
Perawatan pertusis → perawatan suportif → pemberian oksigen, hidrasi,
02 suction, dan mencegah adanya iritan pada saluran pernapasan.
Pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan belum lengkap vaksin,
03
memiliki risiko tinggi baik morbiditas dan mortalitas
Antibiotik.
04 Lini I : Erithromycin 10 mg/kgBB/6jam(selama 2
minggu)
Lini II : clarithromicyn 3x 8-10 mg/kgBB/hari(selama 7
hari)
Lini III : Azrytrhomycin 10mg/kgBB (selama 3 hari)
VAKSIN DTaP dan DT
4 5
2 3
1
Vaksin DTaP terdiri Berisi sel bakteri Vaksin DT hanya DTaP atau DPT
dari tiga komponen pertusis utuh Sering dan DT
terdiri dari
dengan ribuan menimbulkan
toksoid difteri
antigen di reaksi panas
(D) dan tetanus
dalamnya, tinggi, (T)
termasuk antigen bengkak,
yang tidak merah, dan
diperlukan. nyeri di tempat
Dikenal dengan suntikan
DTwP
(w untuk whole)
DIAGNOSIS BANDING
ISPA; penyebabnya adalah virus dan bakteri. Pertusis memiliki pola batuk yang
01 khas. ISPA biasanya dapat sembuh sendiri.
Nama : Illiza
Jenis kelamin : Perempuan
Nama : Illiza
Nomor RM : 06 02 Jenis 62
kelamin : Perempuan
Nomor rekam medik : 06 02 62
Tgl lahir/umur : 8lahir/umur
Tanggal Oktober : 8 Oktober 2017 (4,5 tahun)
2017 (4,5 tahun)
Alamat : Tanoh Manyang
Alamat : Tanoh Manyang
Tanggal masuk : 21-05-2022
Tanggal keluar: 24-05-2022
Tanggal masuk : 21-05-2022
Tanggal keluar : 24-05-2022
PENGKAJIAN MEDIS
Anamnesis
Keluhan Utama: batuk yang hebat >3 minggu.
Keluhan Tambahan: mata kemerahan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang di bawa orang tua ke RSUD Teuku Umar dengan keluhan batuk
kurang lebih 3 minggu yang lalu. Pasien mengalami batuk secara terus menerus
dengan durasi lebih kurang 1 atau 2 menit dan terkadang pasien sampai muntah
jika selesai batuk. Muntah yang keluar berupa lendir dan sesekali keluar apa yang
dimakan dan minum. Setelah batuk pasien tampak kelelahan dan wajah tampak
kemerahan pasien juga di sertai demam yang berlangsung 4 hari sebelum masuk
RS. Pasien sudah diberikan obat penurun panas namun keluhan belum berkurang. 1
hari sebelum masuk ke rumah sakit, orangtua mengatakan tampak kemerahan di
kedua bola mata pasien nyeri (-), tidak terjadi penurunan penglihatan, Keluhan lain
berupa sesak nafas dan pilek di sangkal, BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Riwayat Lahir Riwayat Riwayat Riwayat
Dahulu Pengobatan Alergi Imunisasi
RR 24 kali/menit T 37,2◦C
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephali
Mata : Cekung (-/-), konjungtiva palp. inf.
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-)
Hidung : NCH (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir kering (+), tonsil (T1/T1) faring Thorax
hiperemis I : Simetris, retraksi (-)
P : tidak dilakukan
P : tidak dilakukan
A : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-)
Wheezing (+/+), stridor (-/-)
BJ I > BJ II, bising (-)
Abdomen
I : Simetris, distensi (-)
P : NTE (+)
P : tympani
A : peristaltik (+) normal Anogenital
Genitalia laki-laki, anal rash (+)
Ekstremitas
Sianosis (-/-), Edema (-/-), akral
hangat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Foto X-ray Toraks
Pemeriksaan Laboratorium
Hematokri 3 3 %
t 9 7
,
3 –
DIAGNOSIS & TATA LAKSANA
Diagnosis → Pertusis + konjungtiva bleeding.
Tindakan
- TTV
- Pemasangan infus
- Injeksi obat
- Rawat ruangan
Terapi
- IVFD RL dehidrasi 200 cc; cairan 2:1 30 gtt/menit (mikro)
- Nebul combivent 1/2 respul + 3 cc NaCl 0,9% / 8 jam
- Erytromicin syr 4x6 ml
- Codein 3x1/2tablet
- CTM 3x1/2 tablet
FOLLOW UP
Tanggal Hasil Pemeriksaan Intruksi
22/05/2022 S/ Keluhan yang dirasakan pasien sudah jauh lebih membaik dari hari pertama Th/
H2 pasien datang. Batuk mulai berkurang, tidak ada muntah lagi saat batuk. Demam (-), - IVFD RL 20 gtt/menit (mikro)
sesak napas (-) tetapi mata kemerahan dan bercak darah pada konjungtiva (+). - Nebul combivent 1/2 respul + 3 cc NaCl 0,9% / 8 jam
O/ N: 105 x/i T: 36,5 C - Erytromicin syr 4x6 ml
RR : 22 x/i SpO2: 99% - Codein 3x1/2tablet
PF/ wheezing(-/+)
- CTM 3x1/2 tablet
A/ pertusis + konjungtiva bleeding
P/
23/05/2022 S/ Batuk masih berupa batuk kering tetapi frekuensi batuk hanya sesekali. Jarak Th/
H3 antar batuk sudah lama dan durasi batuk semakin singkat. Demam tidak ada lagi. - IVFD RL 20 gtt/menit (mikro)
Mata kemerahan mulai berkurang, pasien tampak sehat, dan nafsu makan baik. - Nebul combivent 1/2 respul + 3 cc NaCl 0,9% / 8 jam
- Erytromicin syr 4x6 ml
- Codein 3x1/2tablet
O/ N: 100 x/i T: 36,1 C
RR : 20 x/i SpO2: 99%
- CTM 3x1/2 tablet
PF/ wheezing(-/-)
Apertusis + konjungtiva bleeding
P/ -
24/05/2022 S/ Pasien tampak aktif, nafsu makan bagus. Batuk sudah jauh berkurang (2-3 kali Th/
H4 per malam). Mata kemerahan mulai berkurang. • Aff infus
- Erytromicin syr 4x6 ml
- Codein 2x1/2 tablet
O/ N: 115 x/i T: 36,7 C
- CTM 3x1/2 tablet
RR : 22 x/i SpO2: 99%
PF/ wheezing (-/-)
- Trilac 3x1
- Nebul combivent
- Chenpress
A/pertusis + konjungtiva bleeding
KESIMPULAN
Pertusis merupakan infeksi pada saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.
Penyakit ini rentan terjadi pada anak-anak khususnya anak di bawah usia 3 bulan dan menjadi penyebab
kematian pada anak-anak di bawah 1 tahun. Saat ini pertusis sudah dapat dicegah dengan pemberian vaksin.
Namun, pada pasien yang tidak divaksin atau belum menerima vaksin secara lengkap, pertusis dapat terjadi
bahkan di usia anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia.
Gejala pertusis adalah batuk yang hebat secara terus menerus disertai terengah-engah (paroksismal), mata
kemerahan dan adakalanya disertai perdarahan, batuk kering dalam waktu yang lama, dan gejala pilek serta
demam ringan. Penegakan diagnosis pertusis dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan foto x-ray toraks.
Adapun tatalaksana pertusis adalah pemberian antibiotik berdasarkan derajat keparahan dan dosis
menyesuaikan usia dan berat badan pasien. Terapi suportif juga diberikan untuk meringankan gejala dan
membantu proses penyembuhan pada anak-anak.
TERIMA KASIH