0807101010037
LATAR BELAKANG
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible. PPOK dialami hambir ribuan orang dari total populasi di dunia. Pada tahun 2020 diprediksi akan terjadi peningkatan penderita PPOK dari segala umur sebanyak 1% dari total populasi. Sementara itu diprediksi akan terjadi peningkatan penderita penyakit ini sebesar 60% dari total populasi berusia lebih dari 40 tahun. Angka kematian pasien PPOK diperkirakan sebanyak 10% secara global dimana 25% mengalami serangan eksaserbasi akut yang harus mendapatkan penanganan secara intensif. Dapat disimpulkan PPOK akan menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak secara global.
ETIOLOGI
Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab paling umum sering dari eksaserbasi PPOK.
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa setidaknya 80 % dari PPOK eksaserbasi disebabkan oleh infeksi. Infeksi tersebut 4050% disebabkan oleh bakteri, 30% oleh virus, dan 5-10% karena bakteri atipikal. Infeksi bersamaan oleh lebih dari satu patogen menular tampaknya terjadi dalam 10 sampai 20% pasien.
Bakteri yang paling sering menyebabkan munculnya kasus eksaserbasi akut yakni H. influenzae, Str. pneumoniae, M. Catarhallis, Enterobacteriaceae spp., Pseudomonas spp.
PATOFISIOLOGI
Karakteristik PPOK adalah keradangan kronik yang dimulai dari saluran napas, parenkim paru hingga struktur vaskular pulmonal. Kondisi ini diperberat bila terjadi infeksi.
Di berbagai bagian paru dijumpai peningkatan makrofag, limfosit T terutama CD8+ dan netrofil. Sel-sel radang yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator sebagai leukotren B, IL-6, TNF yang mampu merusak struktur paru dan atau mempertahankan inflamasi neutrofilik.
Penyempitan saluran pernapasan yang bersifat progresif yang disebabkan oleh inflamasi saluran pernapasan akibat infeksi bakteri dan atau peningkatan tonus otot polos bronkioler merupakan gejala serangan asma akut dan berperan terhadap resistensi aliran, hiperinflasi pulmoner dan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi (V/Q).
DIAGNOSA
Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan: 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan penunjang 3. Pemeriksaan Khusus
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan pada PPOK adalah mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
1. 2. 3.
4.
5.
Penatalaksanaan: Edukasi Obat-obatan: bronkodilator, antiinflamasi, antibiotik selektif Terapi oksigen Ventilasi mekanik Rehabilitasi
Antibiotik golongan makrolida (termasuk Erythromisin, clarithroisin, dan azithromisin) mengambat RNA pengikat protein dengan berikatan dengan subunit 50S ribosom bakteri. Efek antimikroba lain yaitu anti inflamasi dan sebagai immunomodulator. Obat ini menurunkan produksi sitokin di paru. Pada hampir semua uji klinis, 90% atau lebih pasien dengan eksaserbasi PPOK yang dirawat dengan makrolida mengalami peningkatan angka respon klinis awal.
Kriteria untuk menentukan pasien PPOK untuk profilaksis azitromisin jangka panjang:
1.
Riwayat PPOK dengan 2 eksaserbasi akut pada tahun sebelumnya. Patuh terhadap regimen obat saat ini dan inhaler yang tepat. Nadi < 100 kali per menit. QTc < 450 detik pada EKG. Kadar aminotransferase <3 kali limit tertinggi dari normal. Tidak menggunakan obat yang dapat meningkatkan QT.
2. 3. 4. 5. 6.
7.
8. 9.
10.
Untuk pemberian antibiotik profilaksis disarankan untuk melakukan evaluasi setiap 3 bulan, semua skrining awal, termasuk audiografi dan EKG harus diulang. Dokter harus menanyakan pasien tentang masalah pendengaran, ketidakseimbangan dan tinnitus yang merupakan tanda ototoksisitas. Selain itu, karena setiap antibiotik dapat digunakan untuk Clostidrium difficile, pasien harus ditanyakan tentang diare dan gejala gastrointestinal lain.
Namun pada kenyataannya penggunaan azitromisin 250 mg tiga kali dalam seminggu untuk pencegahan eksaserbasi PPOK belum didukung oleh guideline terkini.
Pembaruan terkini dari American Colleges of Physicians Guidelines belum menyebutkan penggunaan profilaksis antibiotik walaupun pemberian antibiotik profilaksis terbukti efektif.
TERIMA KASIH