Anda di halaman 1dari 10

Pneumonia Aspirasi Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang

mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang bersal dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita. Pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Etiologi Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau vegetable oil dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia. Apirasi benda asing merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial. Patogenesis Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, keadaan ini disebabkan mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya mikroorganisme (bakteri) didalam paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat melalui berbagai cara yaitu: Inhalasi langsung dari udara Aspirasi bahan- bahan yang ada di nasofaring dan orofaring Perluasan langsung dari tempat lain Penyebaran secara hematogen.

Patofisiologi Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang.Di sini terdapat peranan aksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material yang teraspirasi. Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi, volume aspirasi, serta faktor defensif host. Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan antara berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel, pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi infiltrasi sel radang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial, duktus alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran hialin dan perdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi. Gejala klinis

Biasanya didahului infeksi saluran nafas akut bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang melebihi 40o celcius, sakit tenggorokan, nyeri pada otot- otot dan sendi. Kadang disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen dan dapat disertai dahak. Diagnosis Untuk mendiagnosis pneumonia aspirasi, tenaga kesehatan harus melihat gejala pasien dan temuan dari pemeriksaan fisik. Keterangan dari foto polos dada, pemeriksaan darah dan kultur sputum mungkin juga bermanfaat. Foto torak biasanya digunakan untuk mendiagnosis pasien di rumah sakit dan beberapa klinik yang ada fasilitas foto polosnya. Namun, pada masyarakat (praktek umum), pneumonia biasanya didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik saja. Mendiagnosis pneumonia bisa menjadi sulit pada beberapa orang, khususnya mereka dengan penyakit penyerta lainnya. Adakalanya CT scan dada atau pemeriksaan lain diperlukan untuk membedakan pneumonia dari penyakit lain. Orang dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis. Pemeriksaan fisik oleh tenaga kesehatan mungkin menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, peningkatan laju pernapasan, penurunan tekanan darah , denyut jantung yang cepat dan rendahnya saturasi oksigen, yang merupakan jumlah oksigen di dalam darah yang indikasikan oleh oksimetri atau analisis gas darah. Orang dengan kesulitan bernapas, yang bingung, atau memiliki sianosis memerlukan perhatian segera. Pemeriksaan fisik tergantung pada luas lesi di paru. Pada pemeriksaan terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, fremitus raba meningkat disisi yang sakit. Pada perkusi ditemukan redup, pernapasan bronkial, ronki basah halus, egofoni, bronkofoni, whispered pectoriloquy. Kadang- kadang terdengar bising gesek pleura (pleural friction rub). Distensi abdomen terutama pada konsolidasi pada lobus bawah paru, yang perlu dibedakan dengan kolesistitis dan peritonitis akut akibat perforasi. Pemeriksaan Penunjang a. Gambaran Radiologis Pemeriksaan yang penting untuk pneumonia pada keadaan yang tidak jelas adalah foto polos dada. Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan interstitial dengan atau tanpa disertai gambaran kaviti pada segmen paru yang terinfeksi. Gambaran lusen disertai dengan infiltrat menunjukkan nekrotik pneumonia. Air fluid level mengindikasikan abses paru atau fistula bronkopleura.Sudut costofrenicus yang blunting dan meniscus yang positif menunjukkan para pneumonic pleural effusion.

b. Pemeriksaan Laboraturium Pemeriksaan darah lengkap mungkin menunjukkan jumlah leukosit yang meningkat (lebih dari 10.000/mm3, kadang- kadang mencapai 30.000/mm3), yang mengindikasikan adanya infeksi atau inflamasi. Tapi pada 20% penderita tidak terdapat leukositosis. Hitung jenis leukosit shift to the left. LED selalu naik. Billirubin direct atau indirect dapat meningkat, oleh karena pemecahan dari sel darah merah yang terkumpul dalam alveoli dan disfungsi dari hepar oleh karena hipoksia. Untuk menentukan diagnosa etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Penatalaksanaan Dalam hal penatalaksanaan penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Jika keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi untuk dirawat, maka dapat dilakukan rawat jalan. Juga perlu diperhatikan ada tidaknya

1. a. b. c. d. e. 2. a. b. c. d. 3. a. b. c. d.

faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya Streptococcus pneumoniae yang resisten penisilin. Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah: Pneumokokus resisten terhadap penisilin umur lebih dari 65 tahun memakai obat-obat golongan -laktam selama tiga bulan terakhir pecandu alkohol penyakit gangguan kekebalan penyakit penyerta yang multipel Bakteri enterik Gram negatif penghuni rumah jompo mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru mempunyai kelainan penyakit yang multipel riwayat pengobatan antibiotik Pseudomonas aeruginosa bronkiektasis pengobatan kortikosteroid >10 mg/hari pengobatan antbiotik spektrum luas >7 hari pada bulan terakhir gizi kurang Berdasarkan kesepakatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah: 1. Skor PORT >70 2. Bila Skor PORT kurang 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria di bawah ini. a. b. c. d. e. f. 3. frekuensi napas >30/menit PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg Foto toraks paru menunjukan kelainan bilateral Foto toraks paru melibatkan >2 lobus Tekanan sistolik <90 mmHg Tekanan diastolik <60 mmHg

Pneumonia pada penggunaan NAPZA

Penderita yang memerlukan perawatan di ruang rawat intensif adalah penderita yang mempunyai paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu (membutuhkan ventilator dan vasopresor >4 jam ) atau 2 dari 3 gejala minor (Tekanan sistolik < 90 mmHg, Foto toraks paru menunjukan kelainan paru bilateral, PaO2 < 250mmHg). Kriteria mayor dan minor bukan merupakan indikasi untuk perawatan ruang intensif. Penatalaksanaan pneumonia komuniti dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Penderita rawat jalan a. pengobatan suportif / simptomatik i.istirahat di tempat tidur ii.minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi iii.bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas iv.bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran b. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam

2.

Penderita rawat inap di ruang rawat biasa a. pengobatan suportif / simptomatik i.pemberian terapi oksigen ii.pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit iii.pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitik b. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam

3.

Penderita rawat inap di ruang rawat intensif a. pengobatan suportif / simptomatik i.pemberian terapi oksigen ii.pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit iii.pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitik b. c. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik

Penderita pneumonia berat yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) diobservasi tingkat kegawatannya. Bila dapat distabilkan maka penderita dirawat inap di ruang rawat biasa; bila terjadi respiratory distress maka penderita dirawat di ruang rawat intensif. Antibiotik masih tetap merupakan pengobatan utama pada pneumonia aspirasi. Pemilihan antibiotik dan durasi pengobatan bergantung pada suspek organisme ataupun yang telah terbukti. Bakteri patogen yang umumya menyebabkan pneumonia aspirasi adalah stafilokokkus aureus, Escherichia coli, klebsiella, dan juga enterobacter maupun pseudomonas. Klindamisin merupakan antibiotik pilihan pertama, alternatif lainnya adalah amoxicilin dan asam klavulanat, dan juga metronidazole. Penggunaan metronidazol dapat merupakan alternatif pengobatan secara tunggal tidak dianjurkan karena tingkat kegagalan yang tinggi. Golongan makrolid, sefalosporin dan fluorokuinolon merupakan alternatif lini kedua. Komplikasi Gagal napas dan sirkulasi Efusi pleura Empyema Abses paru Sepsis

Prognosis dan mortalitas Dengan pengobatan, kebanyakan jenis pneumonia bakteri bisa disembuhkan dalam satu atau dua minggu. Pneumonia bakteri mungkin lebih lama, dan pneumonia mikoplasma mungkin memerlukan empat hingga enam minggu untuk sembuh sempurna. Keluaran episode pneumonia tergantung seberapa sakit seseirang ketika ia pertama kali didiagnosis. Pencegahan Pada pasien yang memiliki disfungsi menelan untuk menghindari aspirasi asam lambung, diperlukan teknik kompensasi untuk mengurangi aspirasi dengan diet lunak dan takaran yang lebih sedikit. Mar 30, '09 4:06 AM Aspirasi Pneumonia untuk semuanya

Pengertian Aspirasi Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan ke dalam saluran pernafasan. Penyebab Partikel kecil dari mulut sering masuk ke dalam saluran pernafasan, tetapi biasanya sebelum masuk ke dalam paruparu, akan dikeluarkan oleh mekanisme pertahanan normal atau menyebabkan peradangan maupun infeksi. Jika partikel tersebut tidak dapat dikeluarkan, bisa menyebabkan pneumonia. Orang yang lemah, keracunan alkohol atau obat atau dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh obat bius atau karena kondisi kesehatannya, memiliki resiko untuk menderita pneumonia jenis ini. Bahkan orang normal yang menghirup sejumlah besar bahan makanan yang dimuntahkannya, , bisa menderita pneumonia aspirasi Gejala a) Pneumonitis Kimia Pneumonitis kimia terjadi bila zat yang terhirup bersifat racun terhadap paru-paru, dan masalah yang akan timbul lebih bersifat iritasi daripada infeksi. Zat yang terhirup biasanya adalah asam lambung. Yang terjadi dengan segera adalah sesak nafas dan peningkatan denyut jantung. Gejala lainnya berupa demam, dahak kemerahan dan kulit yang kebiruan karena darah yang kurang teroksigenisasi (sianosis). Untuk menegakkan diagnosis dilakukan foto dada serta pengukuran konsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam darah arteri. Pengobatan terdiri dari terapi oksigen dan jika perlu bisa diberikan ventilator mekanis. Bisa dilakukan pengisapan trakea untuk membersihkan saluran pernafasan dan mengeluarkan benda yang terhirup. Untuk mencegah infeksi, kadang-kadang diberikan antibiotik. Biasanya penderita pneumonitis kimia bisa segera sembuh atau akan semakin memburuk menjadi suatu sindroma gawat pernafasan akut atau menjadi suatu infeksi bakteri. Sekitar 30-50 % pernderita meninggal. b) Aspirasi Bakteri Aspirasi bakteri adalah bentuk pneumonia aspirasi yang paling sering terjadi. Hal ini biasanya terjadi karena bakteri tertelan dan masuk ke dalam paru-paru. c) Obstruksi Mekanik Penyumbatan mekanik saluran pernafasan bisa disebabkan oleh terhirupnya partikel atau benda asing. Anak kecil beresiko tinggi karena sering memasukkan benda ke dalam mulutnya dan menelan mainan kecil atau bagian-bagian dari mainan. Obstruksi juga dapat terjadi pada orang dewasa, terutama jika daging terhirup pada saat makan. Jika benda menyumbat trakea, pasien tidak dapat bernafas atau bicara. Jika benda tersebut tidak dikeluarkan dengan segera penderita akan segera meninggal. Dilakukan Manuver Heimlich, untuk mengeluarkan benda asing dan tindakan ini biasanya dapat menyelamatkan nyawa penderita. Jika benda asing tertahan di bagian yang lebih bawah dari saluran pernafasan, bisa terjadi batuk iritatif menahun dan infeksi yang berulang. Benda asing biasanya dikeluarkan dengan bronkoskopi (alat dimasukkan melalui saluran pernafasan dan benda asing dikeluarkan). d) Aspirasi kerosen (minyak tanah) Aspirasi ini dapat terjadi karena terminum minyak tanah atau bensin. Ada 2 pendapat tentang patogenesisnya yaitu:

(1) kerosen dapat mencapai paru setelah diabsorbasi di traktus digestivus, (2) aspirasi terjadi pada waktu menelan kerosen, muntah atau saat membilas lambung. Suhu dapat meninggi dan kesadaran menurun. Pengobatan simtomatik dan antibiotika diberikan sebagai profilaksis. Pada umumnya bilasan lambung tidak dikerjakan untuk menghindarkan kemungkinan aspirasi sewaktu pembilasan. Dalam keadaan berat anak perlu dirawat. Dalam keadaan ringan dapat dipulangkan dengan penyuntikan penisilin setiap hari di poliklinik dan dilakukan pula pemeriksaan ulangan foto Rontgen toraks. Mengenai pneumonia aspirasi ini. Selanjutnya dapat dilihat juga pada Bab Perinatologi.

Standart penatalaksanaan Pneumonia Dari DEPKES RI A. Beri antibiotic oral sesuai indikasi Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan antibiotic yang sesuai. Antibiotic pilihan pertama: kotrimoksazol (trimetoprim+sulfametoksazol) Antibiotic pilihan kedua: amoksilin Umur atau berat badan kotrimoksazol beri 2 kali sehari selama 5 hari Amoksisilin Beri 3 kali sehari selamam 5 hari Tablet dewasa 480 mg Tablet anak 120 mg Sirup/ 5 ml 240 mg Sirup 125 mg per 5 ml 2 4 bulan (4 - < 6 kg) 1 2,5 ml 2,5 ml4 12 bulan(6 - < 10 kg) 2 5 ml 5 ml12 bulan 5 tahun(10 - < 19 kg) atau 1 3 7,5 ml 10 mlB. Beri antibiotic intramuscularUntuk anak yang harus segera dirujuk tetapi tidak dapat menelan obat oral, beri dosis (IM) kloramfenikol dan atau ampisilin dan rujuk segera. Jika rujukan tidak memungkinkan ulangi suntikan kloramfenikol setiap 12 jam selama 5 hari dan atau ampisilin setiap 6 ham selama 5 hari. Kemudian ganti dengan antibiotic yang sesuai, untuk melengkapi 10 hari pengobatan.Umur atau berat badan KloramfenikolDosis 40 mg per kg BBTambahkan 5,0 ml aquadestSehingga menjadi1000 mg = 5,6 mlAtau 180 mg/mlAmpisilinDosis 20 mg per Kg BBTambahkan 5,0 ml aquadestDalam 1 vial 1000 mgSehingga menjadi1000 mg = 5,6 mlAtau 180 mg/ml1 4 bulan (4-< 6 kg) 1.0 ml = 180 mg 0.5 cc = 90 mg4 9 bulan (6-< 8 kg) 1.5 ml = 270 mg 0.8 cc = 145 mg9 12 bulan (8-<10 kg) 2 ml = 360 mg 1 cc = 180 mg12 3 tahun (10-< 14 kg) 2.5 ml = 450 mg 1.3 cc = 225 mg3 5 tahun (14-< 19 kg) 3.5 ml = 630 mg 1.8 cc = 315 mgC. Nasehat untuk ibu tentang cara perawatan dirumah (untuk anak 2 bulan - > 5 tahun) a. Pemberian makanan: - Berilah makanan secukupnya selama anak sakit - Tambahlan jumlah makanan setelah sembuh - Bersihkan hidung agar tidak mengganggu peberian makanan b. Pemberian cairan: - Berilah minuman lebih banyak - Tingkatkan pemberian asi c. Pemberian obat pereda batuk - Berikan ramuan yang aman dan sederhana d. Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia, bawalah kembali kepda petugas kesehatan, bila: - Napas menjadi sesak - Napas menjadi scepat - Anak tidak mampu minum - Sakit lebuh parah D. Pengobatan demam a. Demam tinggi lebih dari 38.50C - Berilah parasetamol - Nasehati ibu agar memberi cairan lebih banyak - Dosis parasetamol: tablet 500 mg pemberian tiap 6 jam selama 2 hari

Umur anak Dosis 2 bulan - < 6 bulan6 bulan - < 3 tahun3 tahun - < 5 tahun 1/8 tablet tablet tabletDEPKES, 2006.

Lampiran 3. : Sistem Skoring Pernafasan


0 Sianosis Aktifitas otot-otot pernafasan tambahan Pertukaran udara Keadaan mental Pulsus paradoksus (Torr) PaO2 (Torr) PaCO2 (Torr) (-) (-) Baik Normal < 10 70-100 < 40 1 (+) pada udara kamar Sedang Sedang Depresi/gelisah 10-40 70 pada udara kamar 40-65 2 (+) pada 40% O2 Nyata Jelek Koma >40 70 pada 40% O2 > 65

Skor : 0-4 : tidak ada bahaya 5-6 : akan terjadi gagal nafas siapkan UGD 7 : gagal nafas Lampiran 1. : Pilihan pengunaan antibiotika pada pneumonia
Umur
< 3 bln

Penyebab
- Enterobacteriace (E. Colli, Klebsiella, Enterobacter) - Streptococcus pneumonia - Streptococcus group B - Staphylococcus

Pilihan antibiotik Rawat inap


Kloksasilin iv dan aminoglikosida (gentamisin, netromisin, amikasin) iv/im atau - Ampisilin iv dan aminoglikosida atau - Sefalosporin gen 3 iv (cefotaxim, ceftriaxon, ceftazidim, cefuroksim)atau - Meropenem iv dan aminoglikosida iv/im - Ampisilin iv dan kloramfenikol iv atau - Ampisilin dan Kloksasilin ivatau - Sefalosporin gen 3 iv (cefotaxim,ceftriaxon, ceftazidim, cefuroksim)atau - Meropenem iv dan

Rawat jalan
-

3 bln - 5 thn

- Streptococcus pneumonia - Staphylococcus - H. influenzae

- Amoksisilin atau - Kloksasilin atau - amoksisilin asam klavulanik atau - Erytromicin atau - Claritromycin atau - Azitromycin atau - Sefalosporin oral (Cefixim, cefaclor)

> 5 thn

- Streptococcus pneumonia - Mycoplasma pneumonia

aminoglikosida iv/im Ampisilin iv atau Erytromisin po atau Claritromycin po atau Azitromycin po atau Kotrimoksasol po atau Sefalosporin gen 3

- Amoksisilin atau - Erytromisin po atau - Claritromycin po atau - Azitromycin po atau - Kotrimoksasol po atau - Sefalosporin oral (Cefixim, cefaclor)

Lampiran 2. : Jenis obat dan dosis


OBAT Ampisilin Amoksisilin Amoksisilin asam klavulanik Amikasin Azithromycin Eritromisin Gentamisin Cefotaxim Cefixim Ceftazidim Ceftriaxon Cefuroksim Clarithromycin Kloramfenikol Kloksasilin Kotrimoksazol Meropenem Netromisin DOSIS/KgBB/24 jam 50-100 mg 30-75 mg 30-75 mg 15 mg 7,5-15 mg 50 mg 5-7 mg 50-100 mg 5 mg 50-100 mg 50 100 mg 25-50 mg 15-30 mg 50 -100 mg 50 mg 6 mg (TMP) CARA PEMBERIAN im/iv, 4x/hari po/im/iv, 3-4x/hari po, 3-4x/hari im/iv, 1x/hari po, 1x/hari po, 4x/hari im/iv, 1-2x/hari iv, 3-4x/hari

po, 2x/hari im/iv, 2-3x/hari im/iv, 1-2x/hari iv/oral, 3-4x/hari po, 2x / hari
iv/oral, 4x/hari im/iv, 4x/hari po, 2x/hari

30-50 mg 5-7 mg/kg

iv, 3x/hari im /iv, 1x/hari

HIPOTERMI
a.Pengertian Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada di bawah 35 derajat celcius. Sedangkan Hipotermi menurut Rutter tahun 1999 adalah suhu inti tubuh dibawah 36 derajat celcius. b.Penyebab Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir(terutama jika berat badannya rendah),relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang. Pada cuaca dingin,suhu tubuhnys cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui penguapan , yang bisa terjadi jika seorang bayi baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban. 1. .Faktor penyebab utama adalah Kurang pengetahuan akan pentingnya mengeringkan bayi. 2. Faktor factor yang dianggap resiko untuk terjadinya hipotermia Resiko terjadinya hipotermia dapat terjadi bila : 1. Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir 2. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir

3. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur 4. Tempat melahirkan yang dingin 5. Umur bayi belum cukup saat dipindahkan / dikirim untuk rujukan 6. Suhu badan tidak terjaga selama perjalanan Rujukan 7. Asfiksia,hipoksia atau penyakit-penyakit pada bayi c.Tanda dan Gejala

Tanda-tanda hipotermia sedang ( stress dingin) adalah : o Kaki teraba dingin o Kemampuan menghisap lemah

o o o o o o

Aktifitas berkurang (letargi) Tangisan lemah Kulit berwarna tidak rata ( cutis marmorata ) Jika hipotermia berlanjut akan timbul cedera dingin cold injury Suhu aksila 32 36 derajat celcius Tanda tanda hipotermia berat ( cedera dingin ) adalah


Gejala

Sama dengan hipotermia sedang Bibir dan kuku kebiruan Pernafasan lambat Pernaafasan tidak teratur Bunyi jantung lambat Suhu aksila < 32 derajat celcius Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metaabolik

Gejala hipotermia bayi baru lahir :

Bayi tidak mau minum atau menetek Bayi tampak lesu dan lemah atau mengantuk saja Kulitnya pucat dan tubuh bayi teraba dingin Bayi menggigil Dalam keadaan berat , denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh baayi yang mengeras ( sklerema)

d.Penanganan hipotermi bayu baru lahir

Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal.Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan bayi melalu panas tubuh bayi. Bila tubuh bayi masih dingin masih dingin , gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.

Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia , sehingga bayi harus diberi ASI sedikit sedikit sesering mungkin . Bila bayi tidak menghisap , beri infuse glukosa / dektrose 10% sebanyak 60 80 ml /kg per hari.

e.Komplikasi

Hipoglikemia Asidosis metabolic Kematian

Anda mungkin juga menyukai