Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

A. Definisi Asma
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan
nafas).(Polaski:1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikarakteristikan
dengan bronkospasme yang reversibel (joyce M. Black:1996)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne:2001).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

B. Anatomi dan Fisiologi Asma


1. Hidung
Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring, di hangatkan
dilembabkan. Partikel – partikel yang kasar disaring oleh rambut – rambut yang
terdapat oleh hidung, sedangkan partikel halus akan dijerat dalam lapisan mukosa,
gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior didalam rongga hidung dan
ke superior didalam saluran pernafasan bagian bawah.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah
depan ruas tulang leher.
3. Trakea
Trakea atau bantang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C) . Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos.
Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina.
4. Bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang
rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar
cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-
cabang lagi menjadi bronkiolus.

C. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversible yang disebabkan oleh:
1. Kontraksi otot disekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas
2. Pembengkakan membran bronkus
3. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
4. Temperatur
5. Ansietas
6. Dehidrasi
D. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu alergi
dan psikologis kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-
otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya
kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga
terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara pada jalan nafas
maka akan menimbulkan gangguan seperti ventilasi (hipoventilasi), distribusi
ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di
tingkat alveoli.
Tiga kategori asma (asma akstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik
seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma.
Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya
faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan
fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnea, dan wheezing.Pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang
bebasserangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan
Serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel.
c. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot
pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
F. Klasifikasi Amsa
Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan oleh
alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien dengan
asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergi
rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan
alergen.Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, latihan fisik,
emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus
terjadinya serangan asma.Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan
sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain alergi juga dapat terjadi
asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

G. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
1. Pengobatan dengan obat-obatan seperti
a. Beta agonist (beta adrenergik agent)
b. Methylxanlines (enphy bronkodilator)
c. Anti kolinergik (bronkodilator)
d. Kortikosteroid
e. Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
2. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
a. Oksigen 4-6 liter/menit.
b. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
c. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam
12 jam.
d. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau
klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Test Diagnostik
2. Foto Thoraks
Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut
memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan
seperti atelektasis, pneumonia, dan pneumothoraks. Pada serangan asma berat
gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang
interkostal dan diagfragma yang meurun. Semua gambaran ini akan hilang seiring
dengan hilangnya serangan asma tersebut.
3. EKG
Elektrokardiografi (EKG) : Tanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible
setelah terjadi perbaikanklinis adalah gelombang P meninggi ( P pulmonal ),
takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler, tanda – tanda hipertrofi
ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan.
4. Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik
diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum,
atelektosis dan lain – lain.
5. Test Laboratorium
a. Analisa Gas Darah dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver
fungsi pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien tidak
berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO2 rendah ) adalah temuan
yang paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke kadar normal
atau kadar yang menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda
bahaya serangan gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO 2< 60 mmHg serta
nilai pH darah rendah.
b. Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema
mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari perlekatannya.
Peawarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap beberapa antibiotik.
c. Pemeriksaan darah rutin dan kimia.
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan
SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia atau
hiperkapnea.
d. Sel eosinofil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 – 1500
/mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil
normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung
jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.

I. Komplikasi
1. Status asmatikus
2. Pneumothorax
3. Asidosis respiratorik
4. Gagal nafas
5. Kematian

J. Prognosis
Dengan kemajuan dunia farmakologi dan peralatan medis sekarang ini dan
dengan di bekali pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk penyakit asma
umumnya serta status asmatikus pada khususnya , maka angka kematian yang dahulu
tinggi sekarang dapat ditekan menjadi sangat rendah , tentunya dengan catatan bahwa
penderita datang tidak terlalu terlambat .
Walaupun pada umumnya prognosis baik, kembali perlu ditekankan disini bahwa
kecenderungan penyakit asma pada penderita itu tetap akan ada dan setiap saat status
asmatikus dapat timbul kembali bila penderita berada dalam keadaan tidak optimal
sebagaimana telah dikemukakan di atas. Makin lama penderita bertahan dalam
keadaan semacam ini, makin besar pula kemungkinan terjadinya kembali suatu status
asmatikus.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesis
Klien dengan seragam status asmatikus datang dengan keluhan sesak nafas
hebat dan mendadak diikuti dengan gejala – gejala lain, yaitu wheezing,
penggunaan otot bantu nafas, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan
perubahan tekanan darah.
2. Pemeriksaann Fisik Fokus Pernapasan
a. Inspeksi
Pada klien dengan status asmatikus terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernafasan penggunaan otot bantu nafas, terlihat kelelahan sampai
gelisah, dan kadang didapatkan kondisi sianosis.
b. Palpasi
pada palpasi kesimetrisan, ekspansi, dan traktil fremitus biasanya normal.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor, sedangkan
diagfragma menjadi datar dan rendah.
d. Auskultasi
Ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gasberhubungan dengan retensi CO2.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distensi dinding dada.
4. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
keletihan.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit dan pencegahan.
C. Rencana Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2.
Tujuan : Pertukaran gas membaik.
Kriteria Hasil: Dapat mendemonstrasikan batuk efektif, Frekuensi napas 16-20
x/menit, Frekuensi nadi 60-120 x/menit, warna kulit normal, tidak ada dipnea, dan
gas darah arteri (GDA) dalam batas normal.
Intervensi
a. Pantau status pernapasan tiap 4 jam, hasil GDA, intake, dan output.
Rasional :
Untuk mengidentifikasi indikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan dari
hasil klien.
b. Tempatkan klien pada posisi semifowler.
Rasional :
Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik
c. Berikan terapi intravena sesuai anjuran.
Rasional :
Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji keadaan
vaskuler untuk pemberian obat – obat darurat.
d. Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional :
Berikan oksigen melalui kanula nasal 4L/menit selanjutnya sesuaikan dengan
hasil PaO2.
e. Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda – tanda
toksisitas.
Rasional :
Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkhus seperti kondisi
sebelumnya.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental.
Tujuan : Kebersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Dapat mendemonstrasikan batuk efektif, dapat menyatakan
strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi, tidak ada suara nafas tambahan dan
wheezing (-).
Intervensi
Mandiri :
a. kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum.
Rasional :
Karakteristik sputum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi.
b. Atur posisi semifowler.
Rasional :
Meningkatkan ekspansi dada.
c. Ajarkan cara batuk efektif .
Rasional :
Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan perngeluaran sekret
yang melekat di jalan napas.
d. Bantu klien latihan nafas dalam
Rasional :
Ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan meningkatkan gerakan
sekret kedalam jalan nafas untuk dikeluarkan.
e. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/ hari kecuali tidak diindikasikan
Rasional :
Hidrasi yang adekurat membantu mengecerkan sekret dan mengefektifkan
pembersihan jalan nafas
f. Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase , perkusi dan fibrasi
dada
Rasional :
Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret
Kolaborasi :
g. Pemberian obat bronkodilator golongan B2
 Nebulizer ( Via inhalasi ) dengan golongan terbutalin 0,25 mg , fenoterol
HBr 0,1 % solution , orciprenaline sulfur 0,75 mg.
 Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine ( aminofilin )
bolus IV 5-6 mg /kgBB .

Rasional :
 Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus
yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi.

 Pemberian secara intravena merupakan usaha pemeliharaan agar dilatasi


jalan nafas dapat optimal.

h. Agen mukolitik dan ekspektoran


Rasional :
Agen mukolitik meneurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk
memudahkan pembersihan .agen ekspentoran akan memudahkan sekret lepas
dari perlengketan jalan nafas .
i. Kortikosteroid
Rasional :
Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan
menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkhus .

3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distensi dinding dada.


Tujuan : Pola napas kembali efektif
Kriteria hasil : Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru jelas/bersih.
Intervensi
Mandiri
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya
pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu/pelebaran nasal.
Rasional :
Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas
(pada awal atau hanya tanda EP subakut). Kedalaman pernapasan bervariasi
tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan
dengan atelektasis dan/ atau nyeri dada pleuritik.
b. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius, seperti
krekels, mengi, dan gesekan pleural.
Rasional :
Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil (Atelektasis). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan.
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional :
Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional :
Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/ iritasi. Sputum berdarah dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infrak paru) atau antikoagulan
berlebihan.
e. Dorong/ bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk.
Rasional :
Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan
ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.
f. Bantu pasien mengatasi takut/ ansietas.
Rasional :
Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan ketidakmampuan
bernapas/ terjadinya hipoksemia dan dapat secara aktuak meningkatkan
konsumsi oksigen/ kebutuhan.
Kolaborasi
g. Berikan oksigen tambahan.
Rasional :
Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.
h. Berikan humidifikasi tambahan.
Rasional :
Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran
sekret untuk memudahkan pembersihan.
i. Bantu fisioterapi dada.
Rasional :
Memudahkan upaya pernapasan dalam dan meningkatkan drainase sekret dari
segmen paru kedalam bronkhus, dimana dapat lebih mempercepat
pembuangan dengan batuk/ penghisapan.
j. Siapkan alat bantu bronkoskopi.
Rasional :
Kadang – kadang berguna untuk membuang bekuan darah dan membersihkan
jalan napas.

4. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


keletihan.
Tujuan : Intake nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula
kurang menjadi adekuat.
Intervensi
Mandiri
a. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, derajat penurunan berat
badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/ muntah,
dan diare.
Rasional :
Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan
intervensi yang tepat.
b. Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai
indikasi).
Rasional :
Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki intake gizi.
c. Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu)
Rasional :
Berguna dalam mengukur keefektifan intake gizi dan dukungan cairan.
d. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta
sebelum dan sesudah intervensi/ pemeriksaan per oral.
Rasional :
Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat pada
pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang pusat muntah.
e. Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional :
Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta
menurunkan iritasi saluran cerna.
Kolaborasi
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang
tepat.
Rasinal :
Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status
hipermetabolik klien.
g. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum,
dan albumin.
Rasional :
Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi
selanjutnya.
h. Kolaborasi untuk pemberian multivitamin.
Rasional :
Multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi
sekunder dari peningkatan laju metabolisme umum.

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Tujuan : dapat mengemukakan ansietas/ ketakutan pada orang yang
tepat.
Kriteria hasil : mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah, menunjukkan
rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat.
Intervensi
Mandiri
a. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang diagnosa.
Rasional :
pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang
meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman resepsi ini
melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informssi
yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
b. Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan.
Rasional :
Dukungan memampukan pasien mulai membuka/ menerima kenyataan dan
pengobatannya. Pasien mungkin perlu waktu untuk mengidentifikasi perasaan
dan meskipun lebih banyak waktu untuk mulai mengekspresikannya.
c. Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa
pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional :
Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi
terhadap informasi.
d. Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.
Rasional :
Bila penyangkalan eksterm atau ansietas mempengaruhi kemajuan
penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara
penyelesaiannya.
e. Catat komentar/ perilaku yang menunjukkan menerima dan/ atau
menggunakan strategi efektif menerima situasi.
Rasional :
Takut/ ansietas menurun, pasien mulai menerima secara positif dengan
kenyataan.
f. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan.
Rasional :
Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol.
g. Berikan kenyamanan fisik pasien.
Rasional :
Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman eksterm/
ketidaknyamanan fisik menetap.
6. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit dan pencegahan.
Tujuan : Dapat memahami kondisi/ proses penyakit dan tindakan.
Kriteria hasil : Klien mengetahui tentang penyakit dan perawatanya. Klien mau
menerima tindakan yang diberikan, Klien mau berpartisipasi dan merubah sikap
perilaku yang kurang baik untuk penyakit asma
Intervensi
Mandiri
a. Berikan penjelasan tentang perawatannya klien dengan status asmatikus.
Rasional :
Penjelasan membantu klien untuk kooperatif dalam tindakan perawatan.
b. Berikan penjelasan tentang pentingnya cairan / minum hangat.
Rasional :
Cara yang efektif untuk mengeluarkan sekret.
c. Berikan penjelasan tentang latihan nafas dalam dan batuk yang efektif.
Rasional :
Ekspansif paru dapat maksimal sehingga dapat mencegah dan batuk yang
efektif dapat membersihkan jalan nafas sehingga sesak nafas berkurang dan
hilang.

D. Evaluasi
1. Jalan nafas kembali efektif.
2. Pola nafas kembali efektif.
3. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
4. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
5. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta:EGC

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman untuk


perencanaan dan Pedokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Jeremy P.T dkk.2002. Sistem Respirasi edisi dua. Jakarta: Erlangga

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA DI KLINIK KELUARGA

LABUAPI LOMBOK BARAT NTB

A. BIODATA KLIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA
Alamat : Telaga waru
Diagnosa Medis : Asma
MRS/Tgl Pengkajian : 11 Mei 2020 / 11 Mei 2020

B. Riwayat Kesehatan Klien


1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
2. Riwayat penyakit sekarang
Ny. S datang ke klinik dengan keluhan sesak nafas. Pasien mengatakan
setelah minum air putih dirumah pasien tiba-tiba tersedak. Pasien
mengatakan lehernya seperti tercekik dan menjadi sesak nafas, lalu
pandangan mulai berkunang-kunang.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan disaat usia kurang lebih 40 tahun menderita penyakit
asma.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti
dirinya dan tidak ada penyakit keturunan.
C. Pola Aktivitas Sehari – hari
1. Pola Tidur/Istirahat
Pasien mengatakan tidur tidak menentu, kadang terbangun karena batuk
dan sesak nafas.
2. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAK 3-4x/hari, BAB 1-2x/hari dan tidak ada masalah
3. Pola Makan dan Minum
Pasien mengatakan makan dengan teratur setiap harinya dan tidak ada
masalah.
4. Personal Hygiene
Pasien mengatakan selalu menjaga kebersihan diri seperti mandi,
menggosok gigi dan memotong kuku.

D. Data Psikososial
1. Pola Komunikasi
Pasien sadar penuh dan mengerti dengan jelas dalam berkomunikasi serta
cukup kooperatif
2. Orang Yang Paling Dekat Dengan Pasien
Pasien mengatakan orang yang paling dekat adalah anak
3. Rekreasi/Hobby dan Penggunaan Waktu Senggang
Pasien mengatakan kadang jalan-jalan, bersantai-santai di rumah
4. Interaksi Sosial
Baik

E. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan umum/Keadaan umum :
Compos Mentis, sedang
2. Tanda - tanda vital
Suhu tubuh : 36,5 °C Nadi : 90 x/mt
Tekanan darah : 90/60 mmHg Pernafasan : 23x/mt
F. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala dan Rambut
Tidak ada benjolan, kulit kepala bersih
2. Rambut
Penyebaran rambut merata, tidak ada kelainan
3. Wajah
Simetris, warna kulit kuning langsat
4. Mata
Simetris, konjungtiva dan sclera tidak anemis, tidak ada kelainan
5. Hidung
Normal dan simetris
6. Telinga
Normal, tidak ada kelainan
7. Mulut
Bibir tampak lembab
8. Leher
Normal, tidak ada pembesaran tiroid
9. Pemeriksaan thorak/dada/tulang punggung
Pasien menggunakan otot bantu pernafasan diafragma, terdengar suara
nafas tambahan wheezing
10. Pemeriksaan jantung :
Bunyi jantung S1 lup S2 dup, frekuensi bunyi jantung teraba jelas dan
teratur
11. Pemeriksaan abdomen
Normal, tidak ada kelainan
12. Pemeriksaan Muskuloskeletal (ekstermitas)
Simetris, tidak ada kelainan
13. Pemeriksaan Integumen
Akral hangat, turgor kulit baik, kulit tampak bersih, tidak ada kelainan/lesi
G. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda rangsangan otak (meningeal sign)
Baik nilai GCS(E4V6M5)
3. Fungsi motorik
Baik
4. Fungsi sensorik
Penglihatan Pendengaran Penciuman Pengecapan Perabaan baik
5. Reflek
Reflek fisiologis : Normal
Reflek patofisiologis : Tidak ada kelainan reflek patofisiologis

H. Pemeriksaan Status Mental


1. Kondisi emosi/perasaan
Normal
2. Orientasi
Baik
3. Proses pikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan)
Pasien dapat mengingat dengan baik dan suka bercerita
4. Motivasi
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
5. Bahasa (pola komunikasi)
Bahasa Indonesia

I. Penatalaksanaan Terapi

Azithromycin

Combivent
ANALISA DATA

No. Data (DO & DS) Masalah Penyebab


1. DS : Pola nafas tidak efektif Obstruksi proksimal
dari bronkus pada
Pasien mengeluh sesak nafas
tahap ekspirasi dan
inspirasi
Pasien mengatakan agak
susah bernafas

DO :
Wheezing, sesak nafas

Terdapat sputum

Terdengar wheezing
Tekanan partial
oksigen dialveoli ↓

Penyempitan jalan
nafas

Peningkatan kerja otot


pernafasan

Pola nafas tidak efektif

DS : Kontraksi otot polos


2. Gangguan pola tidur
Pasien mengatakan sering
merasakan sesak nafas pada ↓
malam hari dan batuk-batuk
Bronkospasme
DO :

Tidur kurang lebih hanya 5
Penyempitan saluran
jam / hari
paru

Sesak nafas

Gangguan pertukaran
gas

Gangguan pola tidur

INTERVENSI KEPERAWATAN

N Hari/Tgl/Ja Diagnose Tujuan & Rencana Rasionalisasi


o m Keperawata Tindakan
Kriteria Hasil
n
Senin, 11 Pola nafas Setelah dilakukan 1. Posisikan 1. Posisi semi
mei 2020 tidak efektif tindakan pasien untuk fowler
b.d. keperawatan memaksimal- membantu
obstruksi selama 1x30 kan ventilasi pasien
jalan nafas menit. Pola nafas memaksimal-
tidak efektif kan ventilasi
teratasi. Dengan sehingga
kriteria hasil : kebutuhan
oksigen
- Mendemonstr
terpenuhi
asikan batuk
melalui proses
efektif, suara
pernafasan.
nafas yang
2. Alat banttu
bersih, tidak 2. Identifikasi
pernafasan
ada sianosis pasien
membantu
dan dyspneu perlunya
organ
(mampu dipasangkan
pernafasan
mengeluarka alat bantu
memenuhi
n sputum, pernafasan
kebutuhan
mampu
oksigen
bernafas
sehingga
dengan
oksigen yang
mudah, tidak
diperlukan
ada pursed
tubuh
lips)
terpenuhi.
- Tanda-Tanda 3. Lakukan
3. Dapat mem-
Vital dalam fisioterapi
permudah
rentang dada bila
pasien dalam
normal perlu
mengeluar-
kan sekret
yang sulit
dilakukan
secara
mandiri.
1. Mengetahui
pentingnya
1. Jelaskan
tidur untuk
pentingnya
pemulihan
tidur yang
kesehatannya
adekuat
2. Pasien akan
2. Fasilitas
mudah tidur
Setelah dilakukan untuk
setelah
tindakan mempertahan
melakukan
kan aktivitas
aktivitas
keperawatan
sebelum tidur
3. Lingkungan
selama 1x30
(membaca)
yang nyaman
menit, gangguan
3. Ciptakan
dapat
pola tidur teratasi.
lingkungan
mengurangi
Dengan kriteria
yang nyaman
beban pikiran
hasil :
pasien dan
- Jumlah tidur cepat tidur
2. Senin,11 Gangguan
dalam batas
mei 2020 pola tidur
normal
b.d. sesak
- Pola tidur,
nafas
kualitas dalam
batas normal
- Perasaan fresh
sesudah tidur
- Mampu
mengidentifika
si-kan hal-hal
yang
meningkatkan
tidur
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf


1. Senin, 11 MEI 1. Melakukan 1. TD = 90/60 mmHg
2020 pemeriksaan TTV T = 36,5 ˚C
R = 23 x/menit
N = 80 x/menit

2. Pasien dalam posisi


semi fowler

2. Mengatur posisi
3. Pasien mengatakan
pasien
susah tidur karena
sesak

3. Mengkaji pola tidur


4. Combivent, 5 lpm
selama 15 menit

5. Pasien mengikuti
anjuran yang
4. Memberikan
diberikan
nebulizer

5. Menganjurkan
teknik nafas dalam
dan batuk efektif
EVALUASI KEPERAWATAN

No. Hari/Tgl/Jam Dx. Kep. Evaluasi (S O A P)


1. Senin,11 MEI Pola nafas tidak efektif S : Pasien mengatakan sesak
2020 b.d. obstruksi jalan
O : RR = 23 x/menit
nafas

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Gangguan pola tidur S : -
b.d. sesak nafas
O : Pasien tampak lemas

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai