Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

I DENGAN
MASALAH PRIORITAS ASMA BRONKIAL

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KRITIS PROFESI

Disusun Oleh :
EKO TULUS WIDODO
40220008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN 2020

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB 1

A. DEFINISI ASMA BRONKIAL


Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas, saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh faktor resiko tertentu, jalan
napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mucus
dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Menurut The American Thoraric Society, Asma adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan
maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2011).
Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruksi intermitten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakhea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas (Prasetyo, 2010).
B. KLASIFIKASI ASMA BRONKIAL
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap
alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas,
maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.

C. ETIOLOGI
Menurut Soemantri (2008) etiologi asma dibagi menjadi dalam kategori :
1. Faktor Ekstrinsik reaksi antigen antibody, karena inhalasi allergen (debu, serbuk-serbuk,
bulu-bulu binatang, spora jamur, dan tepung sari rerumputan)
2. Faktor Intrinsik
a. Infeksi : Influenza virus, pneumonia, mycoplasma
b. Fisik : Cuaca dingin, perubahan temperature.
c. Emosional : Takut, cemas, dan tegang.
3. Iritan kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum).
4. Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
5. Obat-obatan
D. PATOFISIOLOGI
Lapisan trakea dan bronkial bereaksi berlebihan terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan spasme otot polos episodik yang menyempitkan ( konstriksi ) jalan nafas secara akut.
Edema mukosa dan penebalan sekresi lebih lanjutmenyumbat jalan nafas. Antibodi imunoglobin
(ig) E, berkaitan dengan histamin berisi sel mast dan reseptor pada membran sel memulai
rangsangan asma intrinsik. Ketika terpajan ke antigen seperti serbuk, antibodi igE menyatu dengan
antigen, sel mast bergranulasi dan melepaskan mediator. Mediator tersebut menyebabkan
bronkokonstriksi dan edema akibat serangan asma . selama serangan asma, aliran udara ekspirasi
menurun, yang menahan gas dalam jalan nafas sehingga menyebabkan hiperinflansi alveolar,
ateletasis dapat terjadi pada beberapa area paru, peningkatan resistensi jalan nafas menyebabkan
sesak nafas.
E. MANIFESTASI KLINIS
a. Tanda dan gejala utama asma adalah bunyi wheezing, dispnea, dan batuk.
b. Penggunaan otot bantu napas saat serangan.
c. Sputum dengan sedikit mucus.
d. Takikardi.
e. Berkeringat dingin.
f. Ronchi basah.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneoumotoraks, dan pneumoperkardium, maka akan
dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
 Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clok wise
rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle
branch block )
 Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES ata
terjadinya depresi segmen ST negative
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosa asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosa asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari
20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat abstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
G. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma :
a. Menghilangkan abstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan dan penjelasan
penyakit
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas:
a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti :
1. Beta agonist (beta adrenergic agent)
2. Methylxanlines (enphy bronkpdilator)
3. Anti kolinergik (bronkodilator)
4. Kortikosteroid
5. Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1. Oksigen 4-6 liter/menit
2. Agonis B2 (salbutamol 5mg/ veneteror 2.5mg/terbutalin 10mg) inhalasi nabulezer dan
pemberiannya dapat diulang setiap 30 menit-1jam. Pemberian agonis B2mg/terbutalin
0.25mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan
3. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.
4. Kortikosteroid hidrokortison 100-200mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang
menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat
H. WOC

Bronko spasme

Asma bronkial

Edema mukosa Takikardi Penyempitan Dipsnea


dari bronkus
Spasme otot polos Palpitasi Penggunaan
Dan kelenjar bronkus Mokus berlebih otot bantu
Meningkat wezing,batuk,sesak napas napas

Penyempitan bronkus Kebingungan Tekanan bronkial oksigen Mk: ketidak


Pada tahap oprasi di alveoli menurun efektifan pola napas

Mokus berlebih Mk:Ansietas Konsentrasi dalam darah menurun


Hipoksemia

Mk :ketidak efektifan Tidak tahu tentang

bersihan jalan napas prognasis penyakit Mk :gangguan pertukaran gas

Mk: kurang informasi


I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. PENGKAJIAN
a. Biodata Asma bronchial dapat meyerang segala usia tetapi lebih sering dijumpai pada usia
dini. Separuh kasus timbul sebelum 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia
40 tahun. Predisposisi lakilaki dan perempuan diusia sebesar 2 : 1 yang kemudian sama pada
usia 30 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma dalah dispnea (sampai
bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi (pada beberapa kasus lebih
banyak paroksimal).
2) Riwayat kesehatan dahulu Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi
timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran
nafas bagian bawah (rhinitis, urtikaria, dan eskrim).

3) Riwayat kesehatan keluarga Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya
riwayat penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya
penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a. Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk.
b. Dada diobservasi dengan membandikan satu sisi dengan yang lainnya.
c. Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
d. Ispeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, dan
gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
e. Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
f. Observasi tipe pernapsan, seperti pernapasan hidung pernapasan diafragma, dan
penggunaan otot bantu pernapasan.
g. Kelainan pada bentuk dada.
h. Observasi kesemetrian pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya
ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
i. Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
2) Palpasi
a. Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasikan keaadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile premitus
(vibrasi).
b. Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : mata,
lesi, bengkak.
c. Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara
3) Perkusi .Suara perkusi normal.:
a. Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
b. Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung, mamae, dan
hati.
c. Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara perkusi abnormal :
a. Hiperrsonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan
timbul pada bagian paru yang berisi darah.
b. Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada
perkusi daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi jaringan.
4) Auskultasi
a. Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan bunyi nafas
normal, bunyi nafas tambahan (abnormal), dan suara.
b. Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring
ke alveoli, dengan sifat bersih.
c. Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan vesikular.
d. Suara nafas tambahan meliputi wheezing, , pleural friction rub, dan crackles.
B. DIAGNOSA
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas ditandai dengan batuk tidak
efektif ,tidak mampu batuk , sputum berlebih
b. Gangguan pola pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi ditandai dengan
adanya bunyi nafas tambahan
C. INTERVENSI
No Dx. Kep SLKI SIKI
1 Bersihan Setelah dilakukan Observasi :
jalan nafas tindakan keperawatan 1. Identifikasi kemampuan batuk
tidak efektif selama 3 x 24 jam 2. Monitor adanya retensi sputum
b/d diharapkan 3. Monitor input dan output
hipersekresi keadekuatan nutrisi cairan
jalan nafas meningkat dengan 4. Monitor pola nafas
ditandai keriteria hasil : 5. Monitor bunyi nafas tambahan
dengan batuk 1. Batuk efektif 6. Monitor sputum
tidak efektif meningkat
,tidak mampu 2. Produksi sputum Terapeutik :
batuk , menurun 1. Atur posisi semi fowler
sputum 3. Whezzing menurun 2. Buang ekret pada tempat
berlebih sputum
3. Lakukan fisioterapi dada’
4. Berikan minuman hangat
5. Lakukan penghisapan lendir 15
detik
6. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
1. Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan tarik nafas dalam
hingga 3 kali

2 Gangguan Setelah dilakukan Observasi :


pola tindakan keperawatan 1. Auskultasi bunyi nafafas
pertukaran 3 x 24 jam diharapkan 2. Monitor adanya sumbatan
gas b/d defisit perawatan px jalan nafas
ketidakseimb meningkat dengan 3. Monitor efektifitas terapi
angan kriteria hasil: oksigen
ventilasi- 1. Sianosi membaik 4. Monitor tingkat kecemasan
perfusi 2. Napas cuping akibat terapi oksigen
ditandai hidung meurun 5.
dengan 3. Gelisah menurun 6. Monitor tingkat kemandirian
adanya bunyi 7. Identifikasi kebutuhan alat
nafas bantu kebersihan diri,
tambahan berpakaian, berhias dan
makan
Terapeutik :
1. Atur interval
pemantauanrespirasi sesuai
kondisi pasien
2. Pertahankan kepatenan jalan
nafas’
3. Bersihkan sekret pada mulut
hidung dan trakea jika perlu
Edukasi :
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
DAFTAR PUSTAKA

Sutherland ER, Kraft M, Crapo JD. Diagnosis and Treatment of Asthma.In : Crapo JD, Glassroth J,
Karlinsky JB, King TE, editors. Baum’s textbook of Pulmonary Diseases.

Supriyanto B, Wahyudin B. Patogenesis dan patofisiologi asma anak. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B,
Setyanto DB, editor. Buku ajar respirologi anak.Edisi pertama.Jakarta : BP Ikatan Dokter anak Indonesia
2010

Kleigman RM, Jenson HB, Marcdante KJ, Behrman RE. Asthma.In : Nelson Essentials
of Pediatrics. Fifth Edition.Philadelphia : Elsevier Saunders 2013; p 396-405.

Seventh edition.Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins 2011

UKK Pulmonologi PP IDAI.Pedoman Nasional AsmaAnak. UKK Pulmonologi 2011

Nataprawira HM. Diagnosis Asma pada anak. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, editor.
Buku ajar respirologi anak.Edisi pertama.Jakarta : BP Ikatan Dokter anak Indonesia 2012; h 105-19.

Kleigman RM, Jenson HB, Marcdante KJ, Behrman RE. Asthma.In : Nelson Essentials of Pediatrics. Fifth
Edition.

Depkes RI. Pedoman pengendalian asma. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2012.

Rahajoe NN. Tatalaksana jangka panjang asma pada anak. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB,
editor. Buku ajar respirologi anak.Edisi pertama.Jakarta : BP Ikatan Dokter anak Indonesia 2012
A. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds : Edema mukosa Bersihan jalan nafas
tidak efektif
- Pasien mengatakan
Spasme otot polos kelenjar
sesak batuk dan dahak
bronkus meningkat
tidak dapat keluar.
Do :
Penyempitan bronkus pada
 Pasien tampak sesak tahap ekprirasi
napas, susah
mengeluarkan dahak Mucus berlebih
 Terdapat suara
tambahan whezing
 Didapatkan hasil
pemeriksaan:
RR: 36x/menit
TD : 140/80 mmHg
N : 76 x / menit
Suhu : 36,7 C
2 Ds : Penyempitan dari Gangguan kerusakan
- Pasien mengatakan bronkus pertukaran gas
sesak
Do : Mucus
- Pasien tampak sesak, berlebih,whezzing,
gelisah, batuk,sesak napas
- Terdapat cuping hidung
- TTV : Tekanan partial oksigen
- TD : 140/80 mmHg di alveoli menurun
- N : 100 x / menit
- RR : 36 x/menit Konsentrasi dalam darah
- Suhu : 36,7 C menurun

hipoksemia

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas ditandai dengan batuk tidak
efektif ,tidak mampu batuk , sputum berlebih
2) Gangguan pola pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi ditandai dengan adanya
bunyi nafas tambahan
No. Rekam Medis : 102542 Diagnosa Medis : ASMA BRONKIAL

IDENTITAS
Nama : Nn. I Jenis Kelamin :L Umur : 28 thn
Agama : Islam Status Perkawinan : kawin Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta Sumber informasi : Pasien Alamat:
TRIAGE P1 P2 P3 P4
PRIMER SURVEY

GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama : Nn. I mengatakan sesak sudah sejak miggu lalu

Mekanisme Sakit : pasien mengatakan sesak,batuk,pilek sudah 5 hari lalu ,terasa nyeri pada dada

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY
1.Tidak Ada
Jalan Nafas : √Paten  Tidak Paten
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  Implementasi :
N/A 1. … …
Suara Nafas : √ whezing Gurgling 2. … …
Stridor  N/A 3. … …
Keluhan Lain: ... ... 4. … …
5. … …

Evaluasi :

Diagnosa Keperawatan:
BREATHING
1.Tidak Ada
Gerakan dada : √ Simetris  Asimetris
Irama Nafas : √ Cepat  Dangkal  Normal Implementasi :
Pola Nafas :  Teratur √ Tidak Teratur 1. … …
Retraksi otot dada :  Ada  N/A 2. … …
Sesak Nafas : √ Ada  N/A  RR : 36 x/mnt 3. … …
Keluhan Lain: … … 4. … …
5. … …

Evaluasi :
Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION
1. Tidak Ada
Nadi : √ Teraba  Tidak teraba Implemantasi :
Sianosis : Ya √Tidak 1. … …
CRT : √ < 2 detik > 2 detik 2. … …
Pendarahan :  Ya √ Tidak ada 3. … …
Keluhan Lain: ... ... 4. … …
5. … …

Evaluasi :

DISABILITY Diagnosa Keperawatan:


1. Tidak ada
PRIMER SURVEY

Respon : √ Alert  Verbal  Pain  Unrespon Implementasi :


Kesadaran: √ CM  Delirium  Somnolen  ... ... 1. … … …
2. … … …
GCS :  Eye 4  Verbal 5  Motorik 6 3. … … …
Pupil : √ Isokor  Unisokor  miosis  4. … … …
Medriasis 5. … … …
Refleks Cahaya: √ Ada  Tidak Ada
Keluhan Lain : … … Evaluasi :

Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE
1. Tidak Ada
Deformitas :  Ya √ Tidak
Contusio :  Ya √ Tidak implemantasi :
Abrasi :  Ya √ Tidak 1. … … …
Penetrasi : Ya √ Tidak 2. … … …
Laserasi : Ya √ Tidak 3. … … …
Edema : Ya √ Tidak 4. … … …
Keluhan Lain: 5. … … …
……
Evaluasi :
Diagnosa Keperawatan:
1. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
2. GANGGUAN PERTUKARAN GAS
ANAMNESA
SECONDARY SURVEY
SECONDARY SURVEY
Riwayat Penyakit Saat Ini :
Pasien mengatakan sesak ,batuk,pilek sejak 5 hari Implementasi bersihan jalan nafas tidak efektif :
yang lalu, nyeri pada dada
1. Identifikasi kemampuan batuk
Alergi : - 2. Monitor adanya retensi sputum
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi 3. Monitor input dan output cairan
terhadap obat apapun. 4. Monitor pola nafas
5. Monitor bunyi nafas tambahan
Medikasi : - 6. Atur posisi semi fowler
7. Berikan minuman hangat
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien mempunyai riwayat sesak napas Evaluasi bersihan jalan nafas tidak efektif :
Evaluasi dilakukan ( Pukul 07.30 wib)
Makan Minum Terakhir : S:
Pasien terakhir makan siang pukul 12.00 wib makan
- Keluarga pasien mengatakan pasien masih belum bisa batuk efektif
dengan sayur sop hanya habis ½ porsi, dan minum air
putih 1 gelas. O:
Even/Peristiwa Penyebab : - Masih ada bunyi nafas tambahan
Penyakit bawaan dan rumah kurang ventilasi Ttv
- TD : 140/80 mmHg
- N : 100 x / menit
Tanda Vital : - Suhu : 36,7 oC
BP : 140/80 mmHg N : 100x/menit - RR : 36 x/mnt
S : 36,7 0 C RR : 36x/menit
A : masalah belum teratasi
.
P : perawatan pasien dilanjutkan diruang perawatan.
Implementasi gangguan pertukaran gas :
1. Auskultasi bunyi nafafas
2. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
3. Monitor efektifitas terapi oksigen
4. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
5. Monitor tingkat kemandirian
6. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias
dan makan

Evaluasi gangguan pertukaran gas :


Evaluasi dilakukan ( Pukul 07.30 wib)
S:
- Px mengatakan sesak
O:
Terdapat cuping hidung
Ttv
- TD : 140/80 mmHg
- N : 100 x / menit
- Suhu : 36,7 oC
- RR : 36 x/mnt
A :Masalah belum teratasi
P : perawatan pasien dilanjutkan diruang perawatan.

PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:


1. … … …

Kepala dan Leher:


Inspeksi : Implementasi :
Bentuk simetris antara kanan dan kiri , bentuk kepala 1. … …
lonjong tidak ada lesi, hidung terdapat benjolan. 2. … … …
Palpasi : 3. … … …
Tidak ada nyeri tekan 4. … … …
Dada: 5. … … …
Inspeksi :
Bentuk simetris Evaluasi :
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Auskultasi :
Irama jantung reguler.
Abdomen:
Inspeksi :
Bentuk simetris, Tidak ada benjolan.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Auskultasi :
Pelvis:
Inspeksi ... ...
Palpasi :
Tidak ada
Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi :
Simetris kanan kiri
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
Punggung :
Inspeksi :
Simetris
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
Neurologis :
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosa Keperawatan:
1. … … …
2. … … …
 RONTGEN  CT-SCAN  USG √ EKG
 ENDOSKOPI  Lain-lain, ... ... Implementasi :
Hasil : 1. … … …
2. … … …
3. … … …
4. … … …
5. … … …

Evaluasi :
Tanggal Pengkajian : 30 november 2020 TANDA TANGAN MAHASISWA:
Jam : 07.00 wib
Keterangan :
NAMA TERANG :

Anda mungkin juga menyukai