Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN MASALAH KESEHATAN ASMA BRONKIALE


DIRUANG PERAWATAN INTERNA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MAKASSAR

DISUSUN OLEH:

ROBERTO ASMAT SELUNG


C017201005

CI LAHAN CI INSTITUSI

( Jumarni, S.Kep., Ns ) ( Dr. Rosyidah Arafat, M.Kep.,Sp.Kep.M.B )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023

BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas pada rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan : penyempitan ini
bersifat sementara (Wikipedia, 2011) Asma bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi
(peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan
rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik
dengan atau tanpa pengobatan. Asma bronkial bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat
tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan
sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2017a).

B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang
menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperreaktivitas bronkus. Bronkus
penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non- imunologi.
Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik,
metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan
sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencentus yang dapat menimbulkan asma.

Tipe Asma

a) Asma Alergik/Ekstrinsik, merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti


bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alergen
terbanyak adalah airbone dan misiman (seasonal). Klien dengan asma alergik
biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan
eksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan mencentuskan serangan
asma. Bentuk asma ini biasanya dimulai sejak kanak-kanak.
b) Idiopatik atau N onalergik Asma/Instrinsik
Tidak berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti
common cold, infksi saluran nafas atas,emosi atau stress, dan polusi lingkungan akan
mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti
antagonisP-adrenergik dan bahan sulfat
(penyedap makanan) juga dapat menajdi faktor
penyebab. Serangan dariasma idiopatik atau
nonalergik menjadi lebih berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat
berkembang menjadi bronkitis dan emfisema. Pada beberapa kasus dapat
berkembang menjadi asma campuran.
Bentuk asma ini biasanya dimulai ketika dewasa (>35 tahun).
c) Asma Campuran (Mixed Asma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Dikarakteristikan dengan bentuk kedua
jenis asma alergi dan idiopatik atau nonalergi.

C. Manifestasi Klinis

Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dispnea, batuk, dan mengi. Gejala yang
disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada (sine qua non), data
lainnya seperti terlihat pada pemeriksaan fisik.

D. Komplikasi
Asma akibat alergi bergantung kepada respons igE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yang
berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma bersifat
airbone dan agar dapat menginduksi keadaan sensivitas, alergen, tersebut harus tersedia
dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi, sekali sensitivitasi telah
terjadi, klien akan memperlihatkan respons yang sangat baik, sehingga sejumlah kecil
alergen yang mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas.

Obat yang paling saling berhubungan dengan induksi episode akut asma adalah
aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta- adrenegik, dan bahan sulfat.
Sindrom pernafasan sesitif-aspirin khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun
keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari
rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan polip
nasal. Baru kemudian muncul asma progregsif.

Klien yang sensitive terhadap aspirin dapat didesentasi dengan pemberian obat
setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang juga akan terbentuk
terhadap agen anti- inflamasi non-steroid lain. Mekanisme yang menyebabkan
bronkospasme karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin
berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusu oleh aspirin.

Antagonis P-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas pada klien


asama, sama halnya dengan klien lain dapat menyebabkan peningkatan reaktivitas jalan
nafas hal tersebut harus dihindarkan. Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan
natrium bisulfit, natrium sulfi dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam
industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat menimbulkan
obstruksi jalan napas akut pada klien yang sensitive. Pajanan biasanya terjadi setelah
menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa ini, seperti salat, buah segar,
kentang, kerang dan anggur.
Pencetus-pencetus serangan di atas ditambah dengan pencetus lainnya dari
internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan anti body. Reaksi
antigen sampai antibody ini kan mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebatulnya
merupakan mekanisme tumbuh dalam mengahadapi serangan. Zat yang dikeluarkan
dapat berupa histamin, bradikinin, dan anafilatoksin. Hasil dari reaksi tersebut adalah
timbulnya 3 gejala, yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler,
dan peningkatan sekret mukus.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah
arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG.
a) Pemeriksaan Radiologi
Pada waktu serangan menunjukan hiperinflasi paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Pada penderita dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut:
(1) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak bercak di hilus akan bertambah
(2) Bila ada emfisema (COPD), gambaran raduolusen semakin bertambah
(3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltase paru
(4) Dapat ,menimbulkan gambaran atelektasis paru
(5) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru.
b) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari factor allergen yang dapat bereaksi positif pada asma
c) Elektrokardiografi
(1) Terjadi right axis deviation
(2) Adanya hipertropo otot jantung Right bundle branch bock
(3) Adanya tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi,SVES, VES atau terjadi
depresi segmen ST negatif
d) Scanning paru
Melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru.
e) Spirometri
Menunjukan adanya obstruksi jalan nafas revesible, cara tepat diagnosis
asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
sprirometri dilakukan sebelum atau sesudah pemberian aerosol bronchodilator
(inhaler dan nebulizer), peningkatan FEV1 atau FCV sebanyak lebih dari 20%
menunjukan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronchodilator lebih
20%. Pemeriksaan ini berfungsi untuk memegakan diagnosis keperawatan ,
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan banyak penderita tanpa keluhan pada
pemeriksaan ini menunjukan adanya obstruksi.

F. Penatalaksanaan

1. Menurunkan kebutuhan pernapasan


Menurunkan kebutuhan pernapasan dapat dilakukan dengan menurunkan beban
metabolisme dan menurunkan rangsangan pusat pernapasan. Latihan fisik dan
olahraga dapat menurunkan beban metabolisme. Selain itu, dapat juga dilakukan
dengan pemberian oksigen saat beraktivitas fisik.
Sesak napas juga dapat dikurangi dengan menurunkan rangsangan pusat
pernapasan. Beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu terapi oksigen, pemberian obat-
obatan, pengaturan alat bantu napas dan terapi inhalasi.

2. Menurunkan hambatan pernapasan


Terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan hambatan pernapasan antara lain
dengan pembedahan dan terapi farmakologi seperti pemberian steroid dan
bronkodilator.

3. Meningkatkan fungsi otot pernapasan


Ketika menarik napas napas, tubuh akan menggunakan otot-otot pernapasan
seperti otot diagfragma. Otot pernapasan membutuhkan nutrisi untuk melaksanakan
fungsinya. Kekurangan asupan energi dapat mengakibatkan kelamahan otot
pernapasan dan perburukan sesak napas. Latihan otot pernapasan dapat membantu
untuk mengurangi keluhan sesak napas.

4. Mengubah persepsi pasien


Persepsi pasien terhadap sesak napas dapat dilakukan dengan memodifikasi
respon pasien terhadap sesak napas seperti rasa cemas atau stress. Relaksasi dan
latihan fisik merupakan cara ampuh yang dapat dilakukan untuk mengurangi sesak
napas.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Keperawatan Pada Keperawatan Medikal Bedah adalah suatu tindakan
peninjauan situasi untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit,
diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan terutama pada
masalah Kesehatan pasien.

Pengkajian merupakan pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data yang


sistematis dan berkesinambungan. Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara
pengumpulan data secara subyektif (data yang didapatkan dari pasien/ keluarga)
melalui metode anamnesa dan data obyektif (data hasil pengukuran atau observasi)
yang dilakukan oleh perawat.
a. Identitas
1. Identitas pasien meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah
sakit, nomor medrec, tanggal pengkajian, diagnosa medis. Pada umur dan
jenis kelamin diperlukan pada klien dengan asma. Asma sering timbul pada
usia kurang dari 40 tahun dan perempuan lebih rentan untuk menderita
penyakit asma dibanding laki-laki.
2. Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan asma
di dapatkan keluhan sesak napas karena adanya penumpukan sekret, batuk
disertai dahak, bernapas terasa berat pada dada/ dispnea (bisa sampai sehari-
hari atau berbulan-bulan), dan adanya suara nafas tambahan seperti mengi/
wheezing (pada beberapa kasus lebih banyak proksimal).
2. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang yang mendukung keluhan utama
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai sesak nafas yang
dialami klien secara PQRST (Rohman dan Walid, 2012 dikutip dalam Dwi
M. A. J, 2020) yaitu :
P : Sesak napas akibat produksi sputum meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan pada jalan nafas.
Q : Sesak akan terasa saat terpapar pajanan dari faktor pencetus asma
disertai dengan batuk berdahak, sulit mengeluarkan dahak dan nyeri
pada dada
R : Biasanya pada penderita asma, timbul gejala nyeri di dada dan tidak
menjalar
S : Pada pasien asma, biasanya frekuensi napas sangat cepat yaitu lebih
dari 24x/ menit.
T : Pada penderita asma, biasanya gejala asma mulai timbul saat aktivitas
berlebihan dan apabila adanya pajanan dari faktor pencetus asma
seperti alergi pada debu atau yang lainnya, dirasakannya tiba-tiba dan
hilang timbul, biasanya pada pagi atau malam hari.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pada bagian ini biasanya perawat menanyakan kebiasaan dalam pola hidup
dan interaksi lingkungan seperti merokok dan terpapar polusi udara,
penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya
infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan
polip hidung, riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen
yang dicurigai sebagai pencetus serangan dan reaksi apa yang timbul, serta
riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma
(Muttaqin, 2012 dikutip dalam Dwi M. A. J, 2020).
4. Riwayat penyakit keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya, karena
hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik
dan lingkungan. Pada klien dengan asma juga dikaji adanya riwayat
penyakit yang sama pada anggota keluarga klien (Muttaqin, 2012 dikutip
dalam Dwi M. A. J, 2020).

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berguna menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis
asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, serta berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma.
a. Keadaan Umum
Kaji kesadaran pasien untuk menentukan tingkat kesadaran pasien apakah
compos mentis, somnolen, atau koma, kaji kecemasan, kegelisahan, kelemahan
suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat pada pasien
asma, penggunaan otot- otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir
lengket, dan posisi istirahat pasien. Asma timbul bila berinteraksi dengan
pencetus terjadinya asma. Sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan depresi (Lorensia, Wahjuningsih, & Sungkono,
2015).
b. Objektif (Somantri, 2012 dikutip dalam Marisa, L.M, 2018)
1) Batuk produktif/ nonproduktif
2) Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada kedua fase
respirasi semakin menonjol.
3) Dapat disertai batuk dengan spuntum kental yang sulit dikeluarkan.
4) Bernapas menggunakan otot-otot napas tambahan.
5) Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus.
6) Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus)
7) Penurunan berat badan secara bermakna.

BI (Breathing)
1) Inspeksi
Inpeksi hidung biasanya ditemukan pernapasan cuping hidung, adanya
penumpukan sekret karena kesulitan untuk mengeluarkan sekret atau kesulitan
untuk batuk. Inspeksi dada untuk melihat postur bentuk dan kesimentrisan,
terlihat adanya peningkatan usaha napas, adanya retraksi dada, dan frekuensi
pernapasan biasanya meningkat lebih dari 24x/ menit, sifat dan irama
pernapasan biasanya irregular, serta penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
2) Palpasi
Kesimentrisan, nyeri tekan pada dada, ekspansi, dan taktil fremitus biasanya
normal, pada asma biasanya paru-paru normal karena masalahnya pada
penyempitan jalan napas.
3) Perkusi
Saat diperkusi biasanya didapatkan suara normal sampai hipersonor, diafragma
datar dan menurun karena kontraksi otot polos sehingga mengakibatkan
penyempitan jalan napas dan udara sulit keluar dari paru-paru.
4) Auskultasi
Biasanya terdapat suara vasikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi
lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi (inspirasi memanjang dan
ekspirasi pendek/ cepat), dengan bunyi napas tambahan utama wheezing pada
akhir ekspirasi.
B2 (Blood)
Perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskular meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan CRT
B3 (Brain)
Pada saat inpeksi perlu dikaji kesadaran. Disamping itu, diperlukan pemeriksaan GCS
untuk menentukan tingkat kesadaran pasien apakah compos mentis, somnolen, atau
koma
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguria, karena hal
tersebut merupakan tanda awal syok
B7 (Bowel)
Perlu dikaji dengan bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi, mengingat hal-hal
tersebut juga dapat merangsang serangan asma. Pengkajian tentang status nutrisi
pasien meliputi jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya. Pada pasien dengan sesak napas, sangat potensial terjadi kekurangan
pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dispnea saat makan, laju
metabolisme, serta kecemasan yang dialami pasien
B8 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor, dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas
karena dapat merangsang serangan asma. Pada integumen perlu dikaji adanya
permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan,
mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, eksim, dan adanya bekas atau tanda
urtikaria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembapan dan kusam.
Perlu dikaji juga tentang bagaimana tidur dan istirahat pasien yang meliputi berapa
lama tidur dan istirahat pasien, serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami
pasien. Adanya wheezing, sesak, dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan
istirahat pasien. Perlu dikaji pula tentang aktivitas keseharian pasien seperti olahraga,
bekerja, dan aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi faktor pencetus asma
yang disebut juga exercise induced asma

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang dikumpulkan
tentang klien seperti pada lansia, yang berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan
masalah kesehatan pada lansia.
Ada beberapa diagnosis keperawatan , diantaranya :
1. Bersihan Jalan nafas Tidak Efektif
2. Pola Napas tidak efektif
3. Nyeri

C. Rencana / Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan. Langkah
ini, perawat perlu menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan untuk pasien dan
merencanakan intervensi keperawatan dalam membuat perencanaan ini perawat
membutuhkan pemikiran kritis, yang diterapkan melalui pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.
Kemudian Perencenaan Keperawatan Medikal Bedah adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk mencegah , menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah Kesehatan Pada Pasien.
No Diagnosis Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas - setelah dilakukan -Manajemen jalan
tidak efektif asuhan keperawatan Nafas
selama 1x 24
jam,diharapkan Bersihan Observasi
jalan nafas tidak efektif - Monitor Pola nafas - memantau terus
membaik dengan kriteria - Monitor bunyi nafas keadaan dan
hasil : tambahan aktivitas pasien.
-monitor sputum
- Batuk efektif :
meningkat ( 5 ) Teraupetik
- Posisikan semi - memposisikan
- gelisah menurun ( 5 ) fowler atau fowler klien agar dapat
- Pola napas : Membaik tempat yang
(5) nyaman
- Tanda – tanda vital : - berikan minum - untuk
normal hangat melancarkan
saluran
- klien dapat pernapasan
mengeluarkan sekret
- Agar klien tidak
- Produksi sputum : - berikan oksigen, jika mengalami
menurun ( 5 ) perlu hambatan jalan
napas

Edukasi
- Ajarkan teknik batuk - agar pola
efektif nafasnya efektif

Kolaborasi
- Kolaborasi -.pemberian obat
pemberian sesuai indikasi.
bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik,
jika perlu
Intervensi Rasional
- Latihan Batuk efektif

Observasi
- identifikasi kemampuan - memantau terus
batuk keadaan dan
- Monitor tanda dan aktivitas pasien.
gejala infeksi saluran
napas

Teraupetik
- atur Posisi semi fowler - memposisikan
atau fowler klien agar dapat
tempat yang
nyaman
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan - agar klien
prosedur batuk efektif mengetahui
maksud dan tujuan
cara melakukan
prosedur batuk
efektif secara
mandiri

- anjurkan mengulangi - agar pola


Tarik napas dalam nafasnya efektif
hingga 3 kali

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian -.pemberian obat
bronkodilator, sesuai indikasi.
ekspetoran, mukolitik,
jika perlu

No Diagnosis Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional


. Keperawatan
2. Pola napas tidak efektif - setelah dilakukan -Manajemen jalan
berhubungan dengan asuhan keperawatan Nafas
Hambatan upaya nafas selama 1x 24
jam,diharapkan kondisi Observasi
klien membaik dengan - Monitor Pola nafas - memantau terus
kriteria hasil : - Monitor bunyi nafas keadaan dan
tambahan aktivitas pasien.
- Dispnea menurun ( 5 ) -monitor sputum
- Pengunaan otot bantu
menurun ( 5 ) Teraupetik
- Pertahankan - memposisikan
- Pola napas normal
kepatenan jalan napas klien agar dapat
membaik ( 5 )
dengan head-tilt dan tempat yang
- Ortopnea menurun ( 5 )
chit-lift nyaman
- Tanda-tanda Vital - Posisikan semi - untuk
normal fowler atau fowler melancarkan
- berikan minum saluran
hangat pernapasan
-lakukan fisioterapi - Agar klien tidak
dada, jika perlu mengalami
-lakukan penghisapan hambatan jalan
lendir kurang dari 15 napas
detik
- agar pola
- lakukan
nafasnya efektif
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal - Agar tidak ada
- keluarkan sumbatan sumbatan benda
benda padat dengan padat
forsep McGill - untuk
- berikan oksigen, jika melancarkan jalan
perlu napas

Edukasi - untuk
- Anjurkan asupan menambahkan
cairan 2000 ml/hari, Asupan cairan
jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk - agar bisa
efektif melakukanya
sendiri untuk
mengatasi batuk
yang tidak efektif

Kolaborasi
- Kolaborasi -.pemberian obat
pemberian sesuai indikasi.
bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik,
jika perlu

Intervensi Rasional
Pemantauan Respirasi

Observasi
- Monitor frekuensi, irama, - agar mengetahui
kedalaman dan upaya frekuensi, irama,
napas kedalaman dan
- Monitor pola napas upaya napas
- Monitor kemampuan - untuk mengetahui
batuk efektif batuk pasien
- Monitor adanya produksi - agar mengetahui
Sputum apakah ada
- Monitor adanya produksi Sputum
sumbatan jalan napas
- Palpasi kemetrisan - untuk mengetahui
ekspansi paru Apakah ada
- Auskultasi bunyi napas sumbatan jalan
- Monitor saturasi oksigen napas
- Monitor nilai AGD - untuk mengetahu
- Monitor hasil x-ray apakah ada bunyi
toraks napas tambahan
- agar mengetahui
kadar oksigen
dalam darah
- agar mengetahui
Teraupetik nilai AGD
- Atur interval pemantauan - agar mengetahui
respirasi sesuai kondisi hasil x-ray toraks
pasien - agar mengetahui
- Dokumentasikan hasil respirasi sesuai
pemantauan kondisi pasien
- menyimpan hasil
pemantauan

Edukasi - agar pasien


- Jelaskan tujuan dan mudah memahami
prosedur pemantauan prosedur
pemntauan
-menginformasikan
- informasikan hasil hasil pemantauan
pemantauan, jika perlu
No Diagnosis Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional
. Keperawatan
3. Nyeri akut berhubungan - setelah dilakukan - Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera asuhan keperawatan
fisiologis selama 1x 24 Observasi
jam,diharapkan nyeri -. identifikasi lokasi, -.untuk
menurun dengan karakteristik, durasi, mengetahui
kriteria hasil : frekuensi, kualitas, lokasi,
intensitas nyeri karakteristik,
Ku : membaik - identifikasi skala durasi, frekuensi,
- Meringis : menurun nyeri kualitas,
(5) - identifikasi respon intensitas nyeri
- gelisah menurun : ( 5 ) nyeri non verbal - agar kita
- Keluhan nyeri : ( 5 ) - identifikasi faktor mengetahui
Menurun dengan Skala yang memperberat tingkat nyeri yang
nyeri : ( 0 ) dan memperingan dirasakan
- kesulitan tidur : nyeri - agar kita
menurun ( 5 ) - identifikasi mengetahu
- Pola napas : membaik pengetahuan dan tingkat nyeri yang
(5) kayakinan tentang sebenarnya
nyeri
- Tanda – tanda vital - identifikasi pengaruh - agar klien bisa
normal budaya terhadap mengurangi rasa
respon nyeri nyerinya sendiri
- identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas - agar klien lebih
hidup rileks dan tenang
- Monitor - agar klien bisa
Keberhasilan terapi melakukan teknik
komplementer yang nonfarmakologis
sudah diberikan secara mandiri
- Monitor efek
samping pengunaan
analgetik
Teraupetik - agar nyeri
- berikan teknik pasien berkurang
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri - memantau
- kontrol lingkungan lingkungan pasien
yang memperberat
rasa nyeri - agar pasien rasa
- fasilitasi istirahat dan tenang nyaman
tidur - agar pasien bisa
- Pertimbangkan jenis mengetahui
dan sumber nyeri strategi
dalam pemilihan meredakan nyeri
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
- agar pasien
- Jelaskan penyebab,
mengetahui
periode, dan pemicu
tentang penyebab
nyeri
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
mengunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- pemberian obat
Kolaborasi sesuai indikasi
- kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

BAB III
WEB OF CAUTION ( WOC )

A. Pathway Asma Bronkiale

Ektrinsik Intrinsik
Allergen : Protein seperti faktor nonspesifik. flu
Makanan, debu, bulu halus, emosi, latihan fisik
Spore jamur, serat kain

Antigen ujung syaraf dijalan napas tersangsang

ikatan antigen antibody sistem parasimpatis

Igt saraf vagus

Sel most merangsang otot polos dan


kelenjar jalan napas
Histamin , brodikinin,
Prostagladin
Bronkus spasme Pembengkakan
membrane mukosa

Bronkukonstriksi Pembentukan mukus

Sesak batuk produktif

Pola napas tidak efektif


Bersihan jalan nafas tidak efetif
mempermudah proferasi

terjadi sumbatan dan daya konsulidasi

gangguan ventilasi

hipoventilasi , hiperventilasi

konsentrasi o₂ dalam alveolus menurun , konsentrasi co₂ dalam


alveolus meningkat

gangguan difusi dada terasa tertekan / sesak,


nyeri dada , nadi meningkat
Oksigenasi ke jaringan tidak memadai

Gangguan perfusi Nyeri

LAMPIRAN

Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8.
Vol. 3. Jakarta : EGC
Saktya Yudha Ardhia Utama, 1989- (penulis). Buku ajar keperawatan medikal bedah sistem
respirasi/ Saktya Yudha Ardhia Utama
Carolin, Elizabeth J.(2002). Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
sullies (2007) Farmakologi Penyakit Sistem Pernafasan.Yogjakarta: Pustaka Adipura
Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan, Jakarta : Salemba Medika
Riset Kesehatan Dasar (2013). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Kementrian
Kesehatan RI
NANDA International. (2015). NANDA : Nursing Diagnoses: Definitions and Classification:
20015-2017.edisi 10,Jakarta, ECG
Soemantri, I. (2008). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Dengan Sistem
Pernapasan, Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai