Anda di halaman 1dari 23

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.K UMUR 28 TAHUN


DENGAN DIAGNOSA(ASMA BRONKIAL) DI RUANG
UGD BAHTERAMAS KOTA KENDARI

Studi Kasus Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah

Keperawatan Gawat Darurat Semester V

Disusun oleh
NAMA : AMRIANI SAMAD
NIM : P00320018006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D-III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIAL

A.   PENGERTIAN ASMA

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena
konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini,
2014). Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan
obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan
obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma adalah
obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami
inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti
serangan nafas pendek Definisi asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing
(mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik dan
atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal), musiman, adanya faktor
pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun
dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga,
sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan

B. ETIOLOGI ASMA

Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang
yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus
penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.

1.      Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:

a.     Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen
atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b.     Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c.      Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik     

2. Menurut Lewis et al. (2015) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut
mereka, secara umum pemicu asma adalah:

a.     Faktor predisposisi

 Genetik

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.

b.     Faktor presipitasi

1)     Alergen,Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a)     Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b)     Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan
anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin,
epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan,
logam dan jam tangan
2)     Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera
setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan
yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi  beberapa
saat setelah latihan.Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit
sebelum latihan.
3)     Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada
asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan
mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif
pada sistem bronkial.
4)     Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
5)     Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik
dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.
C. TANDA DAN GEJALA

Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing)
telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat
merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.

Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :

1.      Asma tingkat I

Yaitu penderita asma yang secara klinis normal  tanpa tanda dan gejala asma  atau
keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul
bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di
laboratorium.

2.      Asma tingkat II

Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan,
tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya
terjadi setelah sembuh dari serangan asma.

3.      Asma tingkat III

Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes
fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi
bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.

4.      Asma tingkat IV

Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan
keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.

Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin
banyak antara lain :

a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus


b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

5.      Asma tingkat V

Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa serangan
asma yang  berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan
untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal

D. PATOFISIOLOGI ASMA

Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi
mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan
pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan
kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja
pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini
berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan
kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2  akibat hiperventilasi.

 Komplikasi Asma

1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa  dan gagal nafas


2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang lebih
berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer & Bare,
2002).

E.   PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA

1.      Pemeriksaan sputum

a. Pada pemeriksaan sputum ditemukan :


b. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
c. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus
d. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
e. Terdapatnya neutrofil eosinofil

2.      Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma

a. Gas analisa darah


b. Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian
PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
c. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
d. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
e. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
f. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.

3.      Foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada  serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan
pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:

a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah


b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.

4.      Pemeriksaan faal paru


a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan
sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan
penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh
asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma
yang berat.

5.      Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian
dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru.

F. FARMAKOTERAPI

Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non


farmakologik dan pengobatan farmakologik.

Pengobatan farmakologik,seperti:

a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa
diberikan 125-200 mg empatkali sehari.

c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate )
dengan disis 800  empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.

d. Kromolin. Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .


Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
.      Pengobatan non farmakologik

a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi dada,untuk mempermudah pengeluaran mukus

G.      ASUAHAN KEPERAWATAN ASMA

1.    Pengkajian Primer Asma

a.     Airway

   Peningkatan sekresi pernafasan

   Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing

b.     Breathing

   Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.

   Menggunakan otot aksesoris pernafasan

   Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis

c.      Circulation

   Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi

   Sakit kepala

   Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah

   Papiledema

   Urin output meurun

d.     Dissability

Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi
dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

2.      Pengkajian Sekunder Asma

a.     Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat
bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda),
dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai
gangguan kesadaran.

Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan
asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada
yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan,
meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.

b.     Pemeriksaan Fisik

Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma
dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :

1)     Status kesehatan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.

2)     Integumen

Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas
atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan
kusam.

3)     Thorak

a)     Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta
frekwensi peranfasan.

b)     Palpasi.

Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.

c)      Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi
datar dan rendah.

d)     Auskultasi.

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau
lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.

c.      Sistem pernafasan

1)     Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih
atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi
sekunder.

2)     Frekuensi pernapasan meningkat

3)     Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.

4)     Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai
ronchi kering dan wheezing.

5)     Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.

6)     Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

   Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga
dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
   Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu
napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal,
supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.

7)     Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.

d.     Sistem kardiovaskuler

1)     Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat


2)     Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

   takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.

   Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari
10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang
berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.

3)     Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN  ASMA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
3. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan
4. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan depresipusat pernafasan
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit.
6. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat
IDENTITAS
KLIEN
Nama : Nn. K
Usia : 28 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Alamat : Jln mawar,Kecamatan Ranomeetto
Agama : Islam
TanggalMRS : 4 Desember
No.MR :
Diagnosa Medis : Asma Bronkial

Data pre Hospital


CaratibakeRS: KendaraanUmum

Tandatandavital:Tekdarah: 100 / 60mmHg, Nadi: 103 x/mnt


Pernafasan:35 x/mnt , Suhu: 37,5C

Tindakan&pengobatanyangtelahdi
lakukan:

a. Pemberian oksigen masker 4Liter /menit

Keluhan Utama : Klien dilarikan ke RS karena mendadak pingsan di tempatnya bekerja


dan mengalami sesak nafas RR : 35 X/menit

Pengkajian Primer
Airway : Tidakpaten:

Breathing : Tidakefektif (absen)


:Warnakulit: pucat
:Polanafas : tidak efektif,…………………………..
:Kerja nafas: takipnea
:Menggunakan otot bantu nafas: ya
:Suaranafas: wheezing
:Jejas: tidak
:Deviasitrakea: tidak
:Pengembangandada: tidak
: Distensi venaju gularis: ya
Circulation :Kualitasnadi : kuat
:Ritmejantung: irregular
:EKG: normal
:CRT: 4 detik
: warnakulit: pucat
Suhukulit : dingin
Diaphoresis: ya
Disability : Tingkat kesadaran : AVPU

:GCS:mata:3…….Verbal:4…. Motorik :5……


Eksposure :

Pengkajian Sekunder : SAMPLE

Riwayat Kesehatan Sekarang:

 Klien dilarikan ke RS karena mendadak pingsan di tempatnya bekerja dan mengalami


sesak nafas 35 X/menit.
 Klien mengatakan kesulitan dalam bernafas
 Klien mengatakan dadanya sakit saat bernafas

RiwayatKesehatanLalu :
 Kleuarga klien mengatakan klien pernah dirawat dengan keluhan yang sama
 keluarga klien mengatakan klien mengalami asma bronkial sejak berusia 10 tahun
 Keluarga klien mengatakan asma klien kambuh jika klien mengalami kelelahan

Riwayat KesehatanKeluarga : tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami penyait yang sama
dengan klien

Pengkajian Head to Toe


Kepala Inspeksi & Palpasi
a. Rambut : Distribusi rambut baik,tidak mudah tercabut

b. Wajah : sedikit pucat

c. Mata : konjugtiva pucat

d. Hidung : tidak ada kelaianan atau sekresi,fungsi penciuman baik

e. Telinga : tidak ada tinnitus atau gangguan lainnya

f. Mulut : mukosa kering


Leher Inspeksi & Palpasi
 Nyeri: tidak ada

 Bendungan vena jugularis: tidak ada

Thorak a. Inspeksi (paru & jantung):


a. Bentukthorak : burrel chest
b. Jumlahnafas : klien mengalami sesak nafas 35X/menit
c. Polanafas : tidak efektif
d. Pengembangan dada: pengembangan dada cepat
e. Pulsasi :

b. Palpasi (paru &jantung)


a. Nyeri : ada nyeri dada
b. Krepitasi : ada
c. Iktuscordis : tidak ada kelainan
d. Iramajantung : irreguler
c. Auskultasi (paru &jantung)
a. Bunyinafas: abnormal
b. Bunyi nafas abnormal: terdapat bunyi nafas tambahan
wheezing(mengi)
c. BunyiJantung : normal
d. Kelainanbunyijantung: tidak ada

d. Perkusi (paru &jantung)

Paru: sonor
Abdomen a. Inspeksi :
 Bentuk : baik
 Kelainan : tidak ada

b. Palpasi
 Nyeri : tidak ada
 Distensi : ada

c. Auskultasi :
 Suara peristaltic: normal tidak ada peningkatan peristaltik
 Jumlah : 7 X/menit (normal
d. Perkusi :
 Timpani : normal
 Kelainan : Tidak ada kelainan pada
abdomen
Ekstremitas a. Inspeksi
 Warna : Sawo matang

b. Palpasi :
 Nyeri : Tidak ada nyeri
 Krepitasi : Tidak ada krepitasi
 Edema : Tidak ada
 Pulse: ,:

Pemeriksaan Penunjang & Terapi Medis


Radiologi Laboratorium Darah Pemeriksaan Lain Terapi Medis
Pemeriksaan AGD  Pemberian
 Foto rontgen  Pemeriksaan oskigen masker
 Tes faal paru  CO2 menigkat : 60 sputum
4 Liter/menit
 PH menurun : 7,15
 SaO2 : 90
KLASIFIKASI DATA

DS :

 Klien mengatakan kesulitan dalam bernafas


 Klien mengatakan dadanya sakit saat bernafas
 Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat sebelumnya dengan keluhan yang sama
 Keluarga klien mengatakan klien memiliki riwayat asma sejak berusia 10 tahun
 Keluarga klien mengatakan asma klien sering kambuh saat mengalami kelelahan

DO :

 Klien Nampak sesak


 Klien Nampak lemas dan memegangi dadanya
 Terdapat bunyi nafas tambahan wheezing(mengi) saat dilakukan auskultasi
 Nampak bentuk dada klien burrel chest
 Nampak terpasang oskigen masker 4 Liter/menit
 TTV :
o TD : 110/70 mmHg
o N : 103 X/Menit
o RR : 35 X/Menit
o S : 37,5 X/Menit

Pemeriksaan laboratorium (Analisa Gas Darah)

 CO2 menigkat : 60
 PH menurun : 7,15
 SaO2 : 90 %
ANALISA DATA

N Data Etiologi Masalah


O
1 DS :
 Keluarga klien Factor pencetus Asma(kelelahan) Gangguan ventilasi
mengatakan asma klien
spontan
sering kambuh saat
mengalami kelelahan
 Keluarga klien Kelelahan otot bantu nafas
mengatakan klien
mengalami asma sejak
berusia 10 tahun Dispnea
DO :
 Klien Nampak sesak Penurunan saturasi oksigen
 Klien Nampak lemas
 Terdapat bunyi nafas
tambahan Gangguan ventilasi spontan
wheezing(mengi) saat
dilakukan auskultasi

 TTV :
o TD : 110/70
mmHg
o N : 103
X/Menit
o RR : 35 X/Menit
o S : 37,5
X/Menit

Pemeriksaan laboratorium (AGD)


 CO2 menigkat : 60
 PH menurun : 7,15
 SaO2 : 90
PERENCANAAN KEPERAWATAN

N Diagnosa Keperawatan Luaran keperawatan Intervensi keperawatan


O
1 Gangguan ventilasi spontan Setelah dilakukan tindakan Dukungan ventilasi
b.d kelelahan otot pernafasan keperawatan selama 1 X 24 Jam Observasi
maka ventilasi spontan meningkat 1. Identifikasi adanya
dengan kriteria hasil kelelahan otot
1. Dispnea dari meningkat bantu pernafasan
menjadi cukup menurun 2. Monitor status
2. Penggunaan otot bantu nafas respirasi dan
meningkat menjadi cukup oksigenasi
menurun (frekuensi,otot
3. PCO2 dari memburuk bantu nafas dan
menjadi cukup membaik saturasi oksigen)
Terapeutik
1. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2. Berikan posisi
semifowler
3. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
menggunakan
masker wajah
Edukasi
1. Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkhodilator jika
perlu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO HARI/TGL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Rabu/3 Gangguan 1. Mengidentifikasi S:
Desember Ventilasi  Keluarga klien
adanya kelelahan
2020 Spontan Mengatakan kondisi
otot bantu pernafasan
klien sedikit membaik
2. Memonitor status O:

respirasi dan  Nampak sesak pada


klien menjadi menurun
oksigenasi
 Penggunaan otot bantu
frekuensi,otot bantu pernafasan menurun

nafas dan saturasi  Saturasi oksigen cukup


Meningkat
oksigen
SaO2 : 95 %
3. Mempertahankan  TTV :
kepatenan jalan nafas o TD : 110/70
mmHg
4. Memberikan posisi
o N : 97
semifowler
X/Menit
5. Memberikan o RR : 26
X/Menit
oksigenasi sesuai o S : 37,5
kebutuhan X/Menit

menggunakan A:
 Masalah teratasi
masker wajah sebagian
P:
 Intervensi dihentikkan
Pasien dipindahkan ke
ruang perawatan
STANDAR PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN

OPERASIONAL UGD

PENGERTIAN Pemberian terapi oksigen bertujuan untuk mencegah dan


megatasi kondisi kekurangan oksigen pada jaringan
TUJUAN Sebagai acuan untuk pemberian terapi oksigen pada pasien IGD
untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen dan mencegah
terjadinya komplikasi.
KEBIJAKAN Ada tenaga perawat dan tersedia alat dan tabung oksigen
PROSEDUR Indikasi
1. Gagal nafas
2. Gangguan jantung
3. Kelumpuhan alat pernapasan
4. Perubahan pola nafas
5. Trauma paru
6. Metabolism yang meningkat misl. Luka bakar
7. Post operasi
8. Keracunan karbon monoksida

Kontra indikasi
1. Jalan nafas yang terbumbat baik akibat trauma hidung,
penggunaan tampong hidung, atau akibat infeksi atau
infalamasi
2. Tanpa adanya hipoksia karena akan menyebabkan
kerusakan jaringan akibat peningkatan ROS

Persiapan Alat :
1. Tabung O2
2. Flowmeter
3. Humideifier berisi aquades
4. Masker wajah
5. Handscoon
6. Plester
7. Gunting

Penatalaksanaan:
1. Menyiapakan alat-alat dan mendekatkan peralatan
disamping pasien
2. Menghitung pernafasan klien
3. Perawat cuci tangan
4. Memasang handscoon
5. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga
6. Menghubungkan selang oksigen pada tabung
humidifier
7. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan dan
mengobservasi humidifier dengan melihat air
bergelembung
8. Mengatur posisi pasien semifowler
9. Menempatkan masker kearah wajah klien dan meletakkan
dari hidung kebawah
10. Mengatur masker sesuai dengan bentuk wajah,dan
menutup wajah agar sedikit oksigen yang keluar.
11. Mengikatkan karet pengikat melingkar kepala klien
sehingga masker terasa nyaman
12. Pasien dirapikan alat-alat dirapikan
13. Cuci tangan

Tahap terminasi
 Pasien dirapikan alat-alat dirapikan
 Cuci tangan
 Perhatikan kedaan klien setelah diberikan tindakan
Dokumentasi hasil tindakan
UNIT TERKAIT IGD,Rawat Inap

ASPEK KESELAMATAN PEMASANGAN OKSIGEN

1. Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas. Hal
ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk
mengencerkan sekret di saluran pernafasan.
2. perawat harus mengobservasi terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen
3. pemasangan masker akan  memberikan tidak nyaman karena merasa “terperangkat”. Rasa
tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat meyakinkan klien akan pentingnya
pemakaian masker tersebut.
4. perawat perlu melakukan perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan
masker tersebut dapat menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.
5. Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal
kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area
tempat penekanan tersebut.
6. Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF Pasanglah
tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien, di bagian kaki
atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen.
7. Instrusikan kepada klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran.
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2014. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai