Anda di halaman 1dari 25

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.G UMUR 32 TAHUN DENGAN DIAGNOSA


(HIPERTIROIDISME) DI RSUD BAHTERAMAS KOTA KENDARI

Studi Kasus Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah

Keperawatan Medical Bedah II Semester V

Disusun oleh:

NAMA : AMRIANI SAMAD


P00320018006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTIROID
A. DEFINISI
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari
yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosis merupakan istilah yang digunakan dalam
manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon
tiroid. (Black,2010) Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana
didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap
pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme
(Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi
akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.

B. ETIOLOGI
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :

a)      Penyakit Graves

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang operaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali
lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana
antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.

Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH


receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi,
kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir
di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering
berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan
kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.

b)      Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak.
Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH
sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
c) Tiroiditis

Dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum, dan tiroiditis tersembunyi.

a. Tiroiditis subakut
Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan
sendirinya setelah beberapa bulan .
b. Tiroiditis postpartum
Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan.
Penyebabnya diyakini autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis
postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh.
c. Tiroiditis tersembunyi
Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan karena autoimun dan pasien tidak mengeluh
nyeri, tetapi mungkin juga trejadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi dapat
mengakibatkan tiroiditis permanen.

2. Penyebab Lain
a. Penyakit troboblastis
b. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
c. Pemakaian yodium yang berlebihan
d. Kanker pituitari
e. Obat-obatan seperti Amiodarone

C. TANDA DAN GEJALA


1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
Katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan  reproduksi
8. Tidak taahan panas
9. Cepat lelah
10. Pembesaran kelenjar tiroid
D. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel
ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya
beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar
tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
PATHWAYS
Penyakit Graves
(antibody reseptor Nodul Tiroid
Tiroiditis
merangsang aktivitas Toksik
tiroid

Sekresi hormone
tiroid yang
berlebihan

Hipertiroid

Hipermetabolisme Gerakan kelopak


Aktivitas simpatik
meningkat mata relative
berlebih
lambat terhadap
bola mata

Perubahan
konduksi Infiltrasi limfosit,
Penurunan Ketidak listrik sel mast ke jar.
BB seimbangan jantung Orbital & otot-
energy otot
dengan
kebutuhan Beban kerja
tubuh jantung Eksoftalmus
meningkat

Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan Resiko
Aritmia kekurangan
integritas
Takikardi
jaringan
Kurang
informasi
Resiko
kelelahan penurunan
curah jantung
Kurang
pengetuahan
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat
atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran
kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
8. CT Scan tiroid
Mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan
secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.
9. USG
Untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule.
Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid pada tiroid.

KOMPLIKASI
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid
yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar
yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila
tidak diobati, kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati
Graves, infeksi.

F. FARMAKOTERAPI
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid
(yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
a. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-
8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup
baik untuk penyakit hipertiroid. Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya
produksi sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati. Ciri-ciri
agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yangtidak sembuh-sembuh dan juga
mudah terkena infeksi serta demam. Sedangkan ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah rasa
mual, muntah, dan sakit pada perut sebelah kanan, serta timbulnya warna kuning pada
bagian putih mata, kuku, dan kulit.
b. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti
peradangan. Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar tiroid
(thyroiditis).
c. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-gejala
parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan sebagainya. Di
dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati tangan gemetar dan
denyut jantung yang meningkat. Namun penggunaan obat ini pada pasien dengan
penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan pada pasien
dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu
cepat (lebih dari 120 kali per menit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu
propranolol, atenolol, ataupun verapamil.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang
meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan keluarga mengenai keadaan klien
yang mudah tersinggung (irritabel) dan peningkatan reaksi emosionalnya.
b. Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan keluarga, sahabat
dan teman sekerjanya.
c. Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan
kemampuan klie unruk mengatasinya.
d. Kaji status nutris
e. Kaji timbulnya gejala yang b.d haluaran sistem saraf yang berlebihan dan perubahan
pada penglihatan dan penampakkan mata.
f. Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan darah, bunyi
jantung, dan denyut nadi perifer.
g. Kaji kondisi emosional dan psikologis.
h. Pengkajian klien juga ditujukan untuk mendeteksi iritabilitas, ansietas, gangguan
tidur, apati, dan letargi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid
adalah sebagai berikut :
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
c. Diare berhubungan dengan program pengobatan
d. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan b.d perubahan
frekuensi jatung
e. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
f. Keletihan berhubungan dengan program perawatan/ pengobatan jangka panjang
g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. INTERVENSI
perencanaan keperawatan merukan suatu proses penyususnan bebrabagia intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah-masalah klien. Adapun proses perencanaan keperawatan pada klien dengan
hipertiroid adalah:
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai
dengankebutuhan tubuh.
Kriteria hasil:
1) Nadi perifer dapat teraba normal
2) Vital sign dalam batas normal.
3) Pengisian kapiler normal
4) Status mental baik
5) Tidak ada disritmia
Intervensi:
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan.
2) Perhatikan besarnya tekanan nadi
3) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
4) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
krekels)
5) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi
lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
b. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan).
Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium
normal dan terbebas dari tanda-tanda malutrisi.
Intervensi:
1) Auskultasi bising usus
2) Catat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen mual
muntah.
3) Pantau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan berat badan
4) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi
protein, karbohidrat dan vitamin
5) Berikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.
c. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.
Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari
ulkus dan mampu mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan
pada mata
Intervensi:
1) Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan
penutupan kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang
berlebihan.
2) Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
3) Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau
pandangan ganda (diplopia).
4) Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada
indikasi
5) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
6) Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH,
prednison, obat anti tiroid, diuretik.
7) Siapkan pembedahan sesuai indikasi
d. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
Tujuan : Ansietas tidak terjadi.
Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. Klien
mampu mengidentifikasi cara hidup sehat
Intervensi:
1) Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi,
insomnia.
3) Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang
4) Terangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai
dengan perkembangan terapi obat.
5) Berikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan pantau efeknya.
4. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak .
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl.. Jend.A.H Nasution No. G.14 Anduonohu Kota Kendari 93232
Telp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail poltekkeskendari@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN KMB II

Tanggal pengkajian :24 November No. Register


Diagnosa medis :…Hipertiroidisme ……………………………

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap : T n. G
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Umur/Tanggal Lahir : 32 Tahun
4. Status Perkawinan : Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Jawa
7. Pendidikan : SD
8. Pekerjaan : Tani
9. Pendapatan :
10. Tanggal MRS : 22 November

B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap : Tn. A
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : wiraswasta
4. Hubungan dengan klien : Saudara kandung
5. Alamat : Desa Motaha

II. Riwayat Kesehatan


A. Keluhan Utama : Klien mengatakan datang ke RS dengan
keluhan jantung berdebar-debar
B. Riwayat keluhan : klien mengatakan sejak 3 hari yang lalu

C. Penyebab/faktor pencetus :
1. Sifat keluhan : Klien mengatakan sering kepanasan
2. Lokasi dan penyebarannya : Klien mengatakan hanya dibagian dada
3. Skala keluhan : Klien mengatakan Skala diangka 7
4. Mulai dan lamanya keluhan : Klien mengatakan sejak 3 hari yang lalu ia
Sering merasakan jantungya berdebar
5. Hal-hal yang meringankan/memperberat : klien mengatakan sangat cepat
lelah dan lemas saat aktivitas

D. Keluhan saat ini : Klien mengatakan akhir-akhir ini ia sering


mengalami demam
1. penyebab/faktor pencetus :
2. Sifat keluhan : Klien mengatakan merasa panas seperti
terbakar
3. lokasi dan penyebarannya : Klien mengatakan merasa kepanasan dan
berkeringat diseluruh tubuh
4. Skala keluhan : skala diangka 6 (nyeri sedang)
5. Mulai dan lamanya keluhan : Klien mengatakan nyeri saat melakukan
aktivitas
6. Hal-hal yang meringankan/memperberat : : klien mengatakan dengan minum
obat dan berbaring dapat mengurangi keluhannya…………………
7. Lain-lain :-

III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Apakah pernah mengalami penyakit yang sama :Tidak
b. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa :
c. Pernah mengalami pembedahan : ya/ tidak, penyakit:
d. Riwayat alergi : ya/tidak, terhadap zat/ obat/
minuman/ makanan :
e. Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat: Tidak
1. Merokok (berapa batang sehari) : Tidak
2. Minum alkohol : Tidak Lamanya:
3. Minum kopi : YA Lamanya: 5 tahun
4. Minum obat-obatan : Tidak Lamanya:

IV. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi)


a. Buat genogram 3 generasi ( lembaran sendiri )

32

Keterangan:
Generasi I : Kakak kandung klien meninggal karena kecelakaan
Generasi II : klien mengala
Generasi III : anak klien sehat
b. Riwayat kesehatan anggota keluarga
1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa: tidak….
2. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun
(Tidak)…..……………………….

V. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : ………130/80……..mmHg
2. Pernapasan : 25 kali / menit, Irama :……………
3. Nadi : 108 kali / menit, regular/ireguler : ………
4. Suhu badan : 38,8 0C
2. Berat badan dan tinggi badan
1. Berat badan : …60…..Kg
2. Tinggi badan : …168……….Cm
3. IMT :… 21,25……..
3. Kepala :
1. Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan
2. Keadaan kulit kepala: bersih
3. Nyeri kepala / pusing: sedikit pusing
4. Distribusi rambut: hitam
5. Rambut mudah tercabut : …tidak ada………………….
6. Alopesia : ……………………tidak ada…………….
7. Lain-lain : ……………………………………
4. Mata
1. Kesimetrisan : ……simetrsi (normal)………………………….
Edema kelopak mata : …… ada pembengkakan………
2. Ptosis : ………tidak ada (normal )……………………..
3. Sklera : ……… putih (Normal) ……………………….
4. Konjungtiva : …… tidak pucat Normal ……………………….
5. Ukuran Pupil : tidak ada dilatasi pupil (Normal)………
6. Ketajaman Penglihatan : …mampu melihat dengan jelas (Normal)
7. Pergerakan Bola Mata : tidak ada nistagmus(Normal )…………
8. Lapang pandang : …mampu melihat kesisi samping(normal)……
9. Diplopia : ………tidak ada… …………
10. Photohobia : ……… tidak ada penglihatan ganda(Normal) ……
11. Nistagmus : …bola mata tidak bergerak cepat……(Normal) …
12. Reflex kornea : ………Normal…………………….
13. Nyeri : ………tidak ada nyeri …………………….
14. Lain – lain : …mata agak menonjol keluar…(abnormal)…
5. Telinga
1. Kesimetrisan : simetris(normal)…………………………….
2. Sekret : tidak ada……………………………….
3. Serumen : tidak ada…………………………….
4. Ketajaman pendengaran : baik,dapat mengulangi kata yang dibisikan
5. Tinnitus : …tidak ada tinitus……………………
6. Nyeri : …tidak ada nyeri…………………………
7. Lain – lain : ……………………………….
6. Hidung
1. Kesimetrisan : …………simetris…………………….
2. Perdarahan : …………tidak ada…………………….
3. Sekresi : …………tidak ada…………………….
4. Fungsi penciuman : …………fungsi penciuman baik …….
5. Nyeri : …………tidak ada…………………….
6. Lain – lain : ……………………………….
7. Mulut
1. Fungsi berbicara : ………mampu berbicara(normal)……
2. Kelembaban bibir : ………sedikit kering……………………….
3. Posisi uvula : …simetris tengah……(normal)………
4. Mukosa : ……tidak kering…………(normal)………………
5. Keadaan tonsil :……tidak ada peradangan(normal)…….
6. Stomatitis : … tidak ada stomatitis(sariawan)………………
7. Warna lidah : … merah muda (Normal)………………………….
8. Tremor pada lidah : ……tidak ada tremor………………………….
9. Kebersihan lidah : … bersih ………………………….
10. Bau mulut : ……tidak ada(normal)………………………….
11. Kelengkapan gigi : ……lengkap………………………….
12. Kebersihan gigi : ……bersih………………………….
13. Karies : ……tidak ada karies(normal)…………….
14. Suara parau : ……tidak ada………………………….
15. Kesulitan menelan : ……tidak ada……………………….
16. Kemampuan mengunyah : …mampu mengunyah(normal)…………
17. Fungsi mengecap : ……mampu membedakan rasa (normal)…
18. Lain – lain : ……………………………….

8. Leher
1. Mobilitas leher :……baik (Normal)…………………………….
2. Pembesaran kel. Tiroid : …… ada pembesaran (abnormal)
3. Pembesaran kel. limfe : ……tidak ada pembesaran (normal)……
4. Pelebaran vena jugularis : …tidak ada…peningkatan tekanan (JVP)
……
5. Trakhaea : ………………………………….
6. Lain-lain : ………………………………….

9. Thoraks
Paru – paru
1. Bentuk dada : tidak ada kelainan seperti(burrel chest))…
2. Pengembangan dada tidak ada masalah
3. Retraksi dinding dada : …retraksi dinding dada(-)…
4. Tanda jejas : …tidak ada jejas……………………………..
5. Taktil fremitus : taktil fremitus baik……………………
6. Massa : tidak ada massa…………………………….
7. Dispnea …tidak…ada (RR ;25 X/menit)…………………
8. Ortopnea : tidak ada ortopnea… ………………………
9. Perkusi thoraks : hipersonor…………………………….
10. Suara nafas : …………………
11. Bunyi nafas tambahan : tidak terdapat bunyi nafas tambahan
12. Nyeri dada : tidak terdapat nyeri saat bernafas…………………
13. Lain-lain : -……………………………….
Jantung
1. Iktus kordis : tonjolan kecil yang sifatnya lokal (Normal)………
2. Ukuran jantung : -…………………………….
3. Nyeri dada : tidak terdapat nyeri saat
bernafas……………………
4. Palpitasi : tidak ada palpitasi……………………………….
5. Bunyi jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan(normal)………
6. Lain-lain : -klien merasa jatungnya berdebar-debar…………

10. Abdomen
1. Warna kulit : ……sawo matang………………………………..
2. Distensi abdomen : ……tidak ada distensi abdomen
3. Ostomy : ……tidak ada ostomy……………………………….
4. Tanda jejas : ……tidak ada jejas……………………………….
5. Peristaltik : ……7 X/Menit)Normal ………………….
6. Perkusi abdomen : ……………………
7. Massa : …tidak ada ………Lokasi :…
8. Nyeri tekan : tidak…ada ……….Lokasi : …
9. Lain - lain : ……………………………………..
11. Genitalia
Pria
1. Keadaan meatus uretra eksterna : baik
2. Lesi pada genital : …… baik……………………
3. Scrotum : …baik…(norma)………
4. Pembesaran prostat : Tidak ada pembesaran
5. Pendarahan : Tidak ada pendarahan…
6. Lain – lain : ………………………………

Wanita
1. Keadaan meatus uretra eksterna :
2. Leukorrhea : ………………
3. Perdarahan :
4. Lesi pada genital : …………………
5. Lain - lain : -

12. Pengkajian sistem saraf


1. Tingkat kesadaran : compposmentis(GCS 15)
2. Koordinasi : koordinasi sistem saraf dan siistem indra
baik
3. Memori : (Normal)mampu mengingat
4. Orientasi : mampu menjawab pertanyaan
5. Konfusi : tidak ada gangguan konfusi (kesadaran)…
6. Keseimbangan : tidak ada gangguan keseimbangan
7. Kelumpuhan : tidak ada kelumpuhan
8. Gangguan sensasi : mampu merasakan sensasi(normal)
9. Kejang-kejang :-
10. Lain – lain : -…………………………………….
11. Refleks :
a. Refleks tendon
1. Biseps : kontraksi otot biseps baik………………………………
2. Trisep : kontraksi otot trisep baik………………………………
3. Lutut : …lutut ekstensi saat diberikan refleks…………………………
4. Achiles : gerakan plantarfleksi kaki baik………………………………
b. Refleks patologis
Babinski : …refleks babinski negatif…………………………
Lain - lain :
c. Tanda meningeal :
1. Kaku kuduk/kernig sign: dagu menempel didada(-)…………………
2. Brudzinski I : kedua tungkai tidak fleksi(-)………………
3. Brubzinski II : …negatif……………………………
4. Lain - lain :-
13. Anus dan perianal
1. Hemorrhoid : …tidak ada hemorhoid(wasir)……………………………
2. Lesi perianal : …tidak ada lesi……………………………
3. Nyeri : …tidak ada nyeri……………………………
4. Lain – lain : …-……………………………
14. Ekstremitas
1. Warna kulit : …Sawo matang………………………………….
2. Purpura / ekimosis : …tidak ada………….. Lokasi ……………………
3. Atropi : …tidak ada atrofi (Normal)………………………
4. Hipertropi : tidak ada…inflamasi (Normal)
5. Lesi : tidak… ada lesi ……
6. Pigmentasi : …(Normal) kulit sawo matang……………………
7. Luka : tidak… ada luka…..……Lokasi……..…..Ukuran
8. Deformitas sendi : Tidak ada ………………
9. Deformitas tulang : tidak ada pergeseran tulang……………
10. Tremor : ada pada bagian tangan………………
11. Varises : tidak ada………………………………..
12. Edema : tidak…terdapat edema …………
13. Turgor kulit : kembali dalam waktu kurang dari 1 detik(normal)
14. Kelembaban kulit : kulit lembab(Normal)………………
15. Capillary Tefilling Time (CRT) : kurang dari 3 detik(Normal)………
16. Pergerakan : …menurun tidak mampu beraktivitas…
17. Kekakuan sendi : … mampu megerakkan sendi
18. Kekuatan otot : …gerakan aktif (normal)………………
19. Tonus otot : …tidak ada masalah
20. Kekuatan sendi : …baik
21. Nyeri : tidak… ada nyeri saat beraktivitas………………
22. Diaphoresis : … ada pengeluaran keringat berlebihan
23. Lain – lain :……

VI. Pengkajian kebutuhan Dasar


a. Kebutuhan Keamanan
1. Riwayat paparan terhadap kontaminan : ...... Tidak....ada.......
2. Riwayat perdarahan : ...... Tidak....ada........
3. Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : ..... Tidak....ada............
4. Pemasangan kateter IV dalam waktu lama : ..Tidak....ada......................
5. Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : ......ada......................
6. Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat : ....ada..................
7. Pemasangan kateter urine dalam waktu lama : ......tidak......................
8. Imobilisasi : .............................
9. Luka pada kulit / jaringan : …tidak ada………………..
10. Benda asing pada luka : …tidak ada…………………
11. Riwayat jatuh : …tidak ada………………..
12. Penyebab jatuh :……tidak ada…………………
13. Kelemahan umum : …merasa cepat lelah dan
lemas
14. Lain – lain : ………………………

VII Pemeriksaan penunjang


A. Laboratorium :
 Peningkatan T3 : 4,78 nmol/L
 dan T4: 2,58 nmol/L
 TSHs : 0,038 µIU/ml
 Pemeriksaan USG

B. Studi diagnostic :
VIII. Tindakan medik/pengobatan

Pemberian terapi obat-obatan

- Infus RL 20 tts/menit
- Carbimazole 1- tablet sehari
- Klamethazone 0,5-1 gr/hari IV setiap 8 jam

Kendari,
Mahasiswa

Amriani Samad
Klasifikasi Data

DS :

 Klien mengatakan jantungnya berdebar


 Klien mengatakan akhir-akhir ini ia sering mengalami demam
 Klien mengatakan mengeluh mual-mual
 Klien mengatakan sering merasa kepanasan
 Klien mengatakan merasa kepanasan pada seluh tubuh
 Klien mengatakan sering berkeringat banyak
 Klien mengatakan merasa cepat lelah dan lemas
 Klien mengatakan merasa cepat lapar

DO :

 Nampak klien berkeringat secara berlebihan


 Nampak mata klien terlihat melotot
 Nampak tangan klien terlihat bergetar(tremor)
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran pada
 Pemberian terapi:
- Infus RL 20 tts/menit
- Carbimazole 1- tablet sehari
- klamethazone 0,5-1 gr/hari IV setiap 8 jam
 TTV :
o TD : 130/80 mmHg
o N : 108 X/Menit
o RR : 25 X/Menit
o S : 38,8 0C

Pemeriksaan laboratorium

 Peningkatan T3 : 4,78 nmol/L


 dan T4: 2,58 nmol/L
 TSHs : 0,038 µIU/ml
 Pemeriksaan USG
ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah
O
1 DS : Hipertiroid
 Klien mengatakan akhir-akhir Hipertermia
ini ia sering mengalami demam
 Klien mengatakan merasa panas peningkatan aktivitas
pada seluruh tubuh saraf simpatik berlebih
 Klien mengatakan mengeluh
mual-mual
 Klien mengatakan sering
merasa kepanasan Meningkatnya cardiac
 Klien mengatakan sering output
berkeringat banyak
 Klien mengatakan merasa cepat
lelah dan lemas Laju metabolisme
meningkat
DO : peningkatan suhu tubuh
 Nampak klien berkeringat
secara berlebihan Hipertermia
 Nampak mata klien terlihat
melotot
 Nampak tangan klien terlihat
bergetar(tremor)
 Pada pemeriksaan fisik
ditemukan pembesaran pada
 Pemberian terapi:
- Infus RL 20 tts/menit
- Carbimazole 1- tablet
sehari
- klamethazone 0,5-1
gr/hari IV setiap 8 jam
 TTV :
o TD : 130/80 mmHg
o N : 108 X/Menit
o RR : 25 X/Menit
o S : 38,8 0C
Pemeriksaan laboratorium
 Peningkatan T3 dan T4
 Pemeriksaan USG
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO Diagnosa Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
Keperawatan
1 Hipertermia b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
peningkatan laju keperawatan selama 3 X 24 Observasi
metabolisme
Jam maka termoregulasi
- Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria hasil:
hipertermia (mis,
1. Menggigil dari
dehidtrasi, terpapar
meningkat menjadi
lingkungan panas)
cukup menurun
- Monitor suhu tubuh
2. Suhu tubuh dari
- Monitor kadar
memburuk menjadi
eletrolit
cukup membaik
Terapeutik
3. Suhu kulit dari
memburuk menjadi - Sediakan lingkungan
cukup membaik yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendingin
eksternal (mis,
kompres air hangat).
Edukasi

- Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KOMPRES HANGAT

STANDAR PROSEDUR KOMPRES HANGAT

OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada
klien
KEBIJAKAN Ada tenaga perawat dan tersedia alat yang dibutuhkan
PROSEDUR Persiapan alat
1. Larutan kompres berupa air hangat 40° dalam
wadah (kom)
2. Handuk / kain / washlap untuk kompres
3. Handuk pengering
4. Sarung tangan
5. Termometer

Persiapan pasien
1. Persiapkan lingkungan yang aman dan tenang
2. Jelaskan tujuan prosedur
3. Membuat kontrak waktu
4. Berikan privasi pada klien.
5. Mengatur posisi nyaman
Penatalaksanaan:
1. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan
lingkungan
2. Cuci tangan/pakain sarung tangan
3. Ukur suhu tubuh
4. Basahi kain pengompres dengan air, peras kain
sehingga tidak terlalu basah
5. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres
(dahi, ketiak, perut, leher, bagian belakang)
6. Tutup kain kompres dengan handuk kering
7. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif
menjadi dingin, masukkan kembali kain kompres ke dalam
cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres,
lakukan berulang-ulang hingga efek yang diinginkan
dicapai
8. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien
setelah 20 menit
9. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau
bagian tubuh yang basah dan rapikan alat
10. Cuci tangan
Evaluasi
1. Respon klien
2. Alat kompres terpasang dengan benar
3. Suhu tubuh klien membaik
Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang
dilakukan dan di evaluasi
3. Nama perawat yang melaksanakan

UNIT TERKAIT Rawat Inap

Aspek Keselamatan Yang Harus Diperhatikan :

1. Pastikan suhu air yang digunakan untuk kompres aman bagi kulit
2. Jika setelah 20 menit tidak tejadi penurunanan suhu badan segera berikan
Obat penurun panas segera.
3. Pada penggunaan kompres hangat yang berlangsung lama jangan lupa memerksa kulit
penderita
4. Jika kompres diberikan dengan kantong air hangat dibagian tubuh yang
telanjang,lapisi kantong dengan flannel atau handuk.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardi .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC – NOC. Edisi 1 Revisi. Yogyakarta : Mediaction.
Black & Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive
Outcomes, 7th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders
Doenges, Marilyn B, dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Azis Alimul .2005. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan.
Jakarta : EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipertiroidisme

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta.
Interna Publishing.
Nassisi D .2008. Stroke, Hemorrhagic. Departement of Emergency Medicine, Nursalam.
2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson. L.M. .2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai