Oleh :
Nama : Leliana Cruzcita Dangga Limu
Nim : PO.5303209201198
Kelas : Tingkat III PPN B
Klinik : Puskesmas Oesapa
Mengetahui
4. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
7. Gangguan reproduksi
9. Cepat lelah
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan xat
dalam orbit mata.
D. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang
lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui
mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan
metabolisme rate menyebabnya peningkatan produksi panas tubuh sehingga
pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas.
Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan
metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar
cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler
yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut
nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer
serta respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh
terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi
hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan
keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan
penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).
E. WeB Of Causition / Pathway Keperawatan
Hipertiroid
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
A. Pengkajian Fokus
1. Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang
meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan keluarga mengenai keadaan
klien yang mudah tersinggung (irritabel) dan peningkatan reaksi
emosionalnya.
2. Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan keluarga,
sahabat dan teman sekerjanya.
3. Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan
kemampuan klie unruk mengatasinya.
5. Kaji timbulnya gejala yang berhubungan dengan haluaran sistem saraf yang
berlebihan dan perubahan pada penglihatan dan penampakkan mata.
6. Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan darah,
bunyi jantung, dan denyut nadi perifer.
8. Pemeriksaan fisik
d. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran.
Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi
empat kali dari ukuran normal.
e. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
f. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot
ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf
mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda,
tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara
sempurna perlu dilakukan pengkajian.
g. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan
jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan
jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi
jantung.
h. Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex
tendon dan tremor, iritabilitas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung.
Dibuktikan dengan perubahan irama jantung (palpitasi), perubahan irama
jantung (takikardi).
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
dibuktikan dengan klien mengatakan nafsu makan menurun,berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentang normal.
3. Hipertermi berhungan dengan peningkatan laju metabolism dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal kulit terasa hangat.
4. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
klien mengeluh lelah, merasa lemah, dan frekuensi jantung meningkat >
20% dari kondisi istirahat.
C. Perencanaan Keperawatan
DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR
KEPERAWATAN INTERVENSI
INDONESIA (SLKI) KEPERAWATAN
INDONESIA ( SIKI)
1. Penurunan curah Setelah dilakukan Observasi :
jantung tindakan asuhan 1. Identifikasi
berhubungan keperawatan selama ..x24 tanda/gejala
dengan jam curah jantung primer penurunan
perubahan irama meningkat dengan kriteria curah jantung
jantung. hasil : (meliputi
Dibuktikan Palpitasi dispnea,kelelahan)
dengan menurun(5) 2. Monitor tekanan
perubahan irama Takikardi darah
jantung menurun (5) 3. Periksa tekanan
(palpitasi), Tekanan darah darah dan
perubahan irama membaik (5) frekuensi nadi
jantung sebelum dan
(takikardi), sesudah aktivitas
tekanan darah 4. monitor saturasi
meningkat oksigen
Terapeutik :
5. Berikan posisi
semi fowler atau
posisi nyaman
6. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurasi stress
jika perlu
Edukasi :
7. Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
Kolaborasi :
8. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia jika
perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan asuhan 1. Identifikasi status
dengan keperawatan selama..x24 nutrisi
peningkatan jam asupan nutrisi klien 2. Identifikasi
kebutuhan membaik degan kriteria kebutuhan kalori
metabolism hasil : dan jenis nutrisi
dibuktikan Porsi makanan 3. Monitor asupan
dengan klien yang dihabiskan makanan
mengatakan meningkat (5) 4. Monitor berat
nafsu makan Perasaan cepat badan
menurun, berat kenyang menurun Terapeutik :
badan menurun (5) 5. Berikan makanan
minimal 10% Nafsu makan tinggi kalori dan
dibawah rentang membaik (5) tinggi protein
normal Berat badan 6. Berikan suplemen
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, (Nurarif, 2013) (PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, 2017) (PPNI, Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia, 2018) (PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
2019)tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat, 2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang
disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan
dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan
standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008)
F. Daftar Pustaka
Amin, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC
NOC, Jilid 1,2. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tarwoto, D. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans
Info Medikal.