Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


HIPERTIROID

Oleh :
Nama : Leliana Cruzcita Dangga Limu
Nim : PO.5303209201198
Kelas : Tingkat III PPN B
Klinik : Puskesmas Oesapa

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Feby Banase Dewi Rahmawati

JURUSAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN KUPANG
2022
1. Konsep Dasar Penyakit Hipertiroid
A. Pengertian
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi
dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme
adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam
manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh
peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid
lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40
tahun . Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian
produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit
graves, hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor
pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma,
penyakit akut kardiovaskuler.
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana
didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu
kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh
kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid
yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan
ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
(Elizabeth J. Corwin: 296).
B. Penyebab dan Faktor Predisposisi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambamn
kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif
dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan
pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang
disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang
disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid.
TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon
tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme,
pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).
3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan
oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan
pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran
pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum,
dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar
tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis
pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan.
Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis
subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami
hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis
tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak mengeluh
nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi
juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis
hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi
sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan
jumlah hormon tiroid.
C. Manifestasi Klinik (tanda& gejala)
Menurut (Amin, Hardi, 2013) :
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.

2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap


Katekolamin.

3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,


intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.

4. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)

5. Peningkatan frekuensi buang air besar

6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid

7. Gangguan reproduksi

8. Tidak taahan panas

9. Cepat lelah
10. Pembesaran kelenjar tiroid

11. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan xat
dalam orbit mata.
D. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang
lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui
mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan
metabolisme rate menyebabnya peningkatan produksi panas tubuh sehingga
pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas.
Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan
metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar
cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler
yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut
nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer
serta respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh
terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi
hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan
keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan
penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).
E. WeB Of Causition / Pathway Keperawatan

Tiroiditis Penyakit Graves (antibody TSH Nodul tiroid


merangsang aktivitas tiroid) toxic

Sekresi hormone tiroid yang


berlebihan

Hipertiroid

Hipermetabolisme Aktivitas simpatik

basal meningkat berlebihan


Produksi panas
Kontraktilitas
meningkat
Penurunan Ketidaksimbangan jantung meningkat
berat badan energy dengan
Toleransi
kebutuhan tubuh Nadi meningkat, curah
terhadap
Defisit jantung menurun
Mudah panas
nutrisi
kelelahan menurun
Aritmia, takikardi
Hipertermi
Intolerasi
aktivitas Penurunan curah jantung
F. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa
tingkat hormon tiroid keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi jangka
panjang,dan mengurangi gejala tidak nyaman.tidak bekerja pengobatan tunggal
untuk semua orang.Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan
pembedahan.
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan
harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan
100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon
tiroid dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,nyeri
kepala,mual muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol
aktifitas saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU
300-600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan
melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan
menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy).
Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping
yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan
kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-
4000 kalori.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan
saraf pusat atau kelenjar tiroid.

2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)

3. Bebas T4 (tiroksin)

4. Bebas T3 (triiodotironin)

5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan


pembesaran kelenjar tiroid

6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum

7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan


hiperglikemia. Test penunjang lainnya
a. CT Scan tiroid ,Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid.
Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur
pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan mengambil
iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24 jam, pada pasien
Hipertiroid akan meningkat.
b. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah
massa atau nodule.

c. ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial


fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012)
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertiroid

A. Pengkajian Fokus
1. Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang
meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan keluarga mengenai keadaan
klien yang mudah tersinggung (irritabel) dan peningkatan reaksi
emosionalnya.

2. Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan keluarga,
sahabat dan teman sekerjanya.

3. Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan
kemampuan klie unruk mengatasinya.

4. Kaji status nutrisi

5. Kaji timbulnya gejala yang berhubungan dengan haluaran sistem saraf yang
berlebihan dan perubahan pada penglihatan dan penampakkan mata.

6. Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan darah,
bunyi jantung, dan denyut nadi perifer.

7. Kaji kondisi emosional dan psikologis, Pasien dengan hipertiroid biasanya


menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian
dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatka gangguan tidur.

8. Pemeriksaan fisik
d. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran.
Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi
empat kali dari ukuran normal.
e. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
f. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot
ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf
mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda,
tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara
sempurna perlu dilakukan pengkajian.
g. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan
jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan
jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi
jantung.
h. Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex
tendon dan tremor, iritabilitas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung.
Dibuktikan dengan perubahan irama jantung (palpitasi), perubahan irama
jantung (takikardi).
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
dibuktikan dengan klien mengatakan nafsu makan menurun,berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentang normal.
3. Hipertermi berhungan dengan peningkatan laju metabolism dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal kulit terasa hangat.
4. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
klien mengeluh lelah, merasa lemah, dan frekuensi jantung meningkat >
20% dari kondisi istirahat.
C. Perencanaan Keperawatan
DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR
KEPERAWATAN INTERVENSI
INDONESIA (SLKI) KEPERAWATAN
INDONESIA ( SIKI)
1. Penurunan curah Setelah dilakukan Observasi :
jantung tindakan asuhan 1. Identifikasi
berhubungan keperawatan selama ..x24 tanda/gejala
dengan jam curah jantung primer penurunan
perubahan irama meningkat dengan kriteria curah jantung
jantung. hasil : (meliputi
Dibuktikan  Palpitasi dispnea,kelelahan)
dengan menurun(5) 2. Monitor tekanan
perubahan irama  Takikardi darah
jantung menurun (5) 3. Periksa tekanan
(palpitasi),  Tekanan darah darah dan
perubahan irama membaik (5) frekuensi nadi
jantung sebelum dan
(takikardi), sesudah aktivitas
tekanan darah 4. monitor saturasi
meningkat oksigen
Terapeutik :
5. Berikan posisi
semi fowler atau
posisi nyaman
6. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurasi stress
jika perlu
Edukasi :
7. Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
Kolaborasi :
8. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia jika
perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan asuhan 1. Identifikasi status
dengan keperawatan selama..x24 nutrisi
peningkatan jam asupan nutrisi klien 2. Identifikasi
kebutuhan membaik degan kriteria kebutuhan kalori
metabolism hasil : dan jenis nutrisi
dibuktikan  Porsi makanan 3. Monitor asupan
dengan klien yang dihabiskan makanan
mengatakan meningkat (5) 4. Monitor berat
nafsu makan  Perasaan cepat badan
menurun, berat kenyang menurun Terapeutik :
badan menurun (5) 5. Berikan makanan
minimal 10%  Nafsu makan tinggi kalori dan
dibawah rentang membaik (5) tinggi protein
normal  Berat badan 6. Berikan suplemen

indeks massa makanan, jika

tubuh membaik perlu

(5) 7. Sajikan makanan


secara menarik
dan suhu yang
sesuai
Edukasi :
8. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
Kolaborasi:
9. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori
dengan jenis
nutrin yang
dibutuhkan,jika
perlu
3. Hipertermi Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan tindakan asuhan 1. Identifikasi
dengan keperawatan selama… penyebab
peningkatan x24 jam suhu tubuh klien hipertermi
metabolism mebaik dengan kriteria 2. Monitor suhu
dibuktikan hasil : tubuh
dengan suhu  Suhu tubuh Terapeutik:
doiatas nilai membaik (5) 3. Sediakan
normal,kulit lingkungan yang
terasa hangat dingin
4. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
5. Berikan cairan
oral
Edukasi:
6. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
7. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
4. Intolerasi Setelah dilakuakn Observasi :
aktivitas tindakan asuhan 1. Identifikasi defisit
berhubungan keperawatan selama … tingkat aktivitas
dengan x24 jam tolerasi aktivitas 2. Identifikasi
kelemahan klien meningkat dengan kemampuan
dibuktikan dengn kriteria hasil: berpartisipasi
klien mengeluh  Keluhan lelah dalam aktivitas
lelah, merasa menurun(5) tertentu
lemah, dan  Tekanan darah Terapeutik:
frekuensi jantung membaik (5) 3. Fasilitasi focus
meningkat >20%  Kemudahan pada
dari kondisi dalam melakukan kemampuan,buka
istirahat aktivitas sehari- n defisit yang
hari meningkat (5) dialami
4. Fasilitasi memilih
aktivititas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan
sosial
5. Fasilitasi aktivitas
fisik rutin
Edukasi:
6. Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari,jika
perlu
7. Anjurkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, (Nurarif, 2013) (PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, 2017) (PPNI, Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia, 2018) (PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
2019)tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat, 2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang
disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan
dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan
standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008)
F. Daftar Pustaka

Amin, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC
NOC, Jilid 1,2. Yogyakarta: MediAction Publishing.

Baradero, M. (2009). Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H. (2013). NANDA ( North American Nursing Diagnosa Association ) NIC-NOC


Jilid 1. Yogyakarta: Media Action.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesi.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tarwoto, D. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans
Info Medikal.

Anda mungkin juga menyukai