Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOLOGI

“ OBAT SISTEM SALURAN PENCERNAAN”

Disusun oleh :

Kelompok 8 (PPN A dan B Tingkat I)

Nama Anggota Kelompok :

1. Maria P. Dai Kotak ( PO.5303209201145 )


2. Matelda Y. Kale Piga ( PO.5303209201148 )
3. Mikhael M. Kleden ( PO. 5303209201150 )
4. Yustina Ratnasari ( PO.5303209201167 )
5. Jordy Gervando Laning ( PO.5303209201194 )
6. Kartini M. Malmau ( PO.5303209201196 )
7. Leliana C. Dangga Limu ( PO.5303209201198 )

Mata Ajaran : Farmakologi


Kode MA : WAT. D4 .1.1.15 / 2 SKS / II
Disen Pembimbing : Maria Ansel Lenggu,S.Far.Apt

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat Nya  sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami susun
sebagai tugas dari mata kuliah FARMAKOLOGI dengan judul “MENGIDENTIFIKASI
OBAT SISTEM SALURAN PENCERNAAN”.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas
mata kuliah FARMAKOLOGI dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

1.1  Latar Belakang...........................................................................................

1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

2.1  Antasida dan Ulkus ...............................................................................

2.2 Laksantia (Pencahar) .............................................................................

2.3 Antidiare.............................................................................

2.4 Hepatika..........................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

3.1 Kesimpulan.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem saluran cerna, lambung, dan usus dapat dipahami bahwa sebagai pintu
gerbang masuk zat-zat gizi dari makanan, vitamin, mineral, dan cairan yang memasuki
tubuh. Fungsi adanya sistem ini adalah mencerna makanan dengan cara menggilingnya
kemudian mengubah secara kimiawi ketiga komponen penting ( protein, lemak, dan
karbohidrat) menjadi unit-unit yang siap direabsorpsi tubuh. Proses pencernaan ini
dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang terdapat pada ludah, getah lambung, dan
getah pancreas. Sedangkan produk-produk hasil pencernaan yang bermanfaat bagi
tubuh,beserta vitamin, mineral dan cairan melintasi selapaut lender (mukosa) usus untuk
ke aliran darah dan getah bening (limfe). Pada proses pencernaan makanan dalam tubuh
terkadang mengalami gangguan yang disebabkan oleh kondisi sistem pencernaan itu
sendiri.
Pentingnya sistem saluran pencernaan dan gangguan yang bisa terjadi maka
diperlukan pembelajaran mengenai pengobatan yang dapat mengatasi permasalahan
tersebut.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa/I mampu mengidentifikasi Obat Sistem Saluran Pencernaan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/I mampu mengidentifikasi Obat Antasida Dan Ulkus
2. Mahasiswa/I mampu mengidentifikasi Obat Laksantia (pencahar)
3. Mahasiswa/I mampu mengidentifikasi Obat Antidiare
4. Mahasiswa/I mampu mengidentifikasi Obat Hepatika
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Obat Antasida Dan Ulkus
 Pengertian Antasida
Antasida merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung untuk
membentuk air dan garam sehingga menurunkan keasaman lambung. Karena pepsin
tidak aktif pada pH lebih besar dari 4, maka antasida juga menurunkan aktivitas
pepsin.
Kemampuan penetralan asam dari suatu antasida bergantung pada
kapasitasnya menetralkan asam lambung dan kondisi lambung penuh atau kosong.
Adanya makanan dalam lambung menunda pengosongan lambung, sehingga antasida
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memberikan efeknya.

Antasida yang lazim digunakan adalah garam aluminium dan magnesium,


seperti aluminium hidroksida (Al(OH)3), magnesium hodroksida (Mg(OH)2, dalam
bentuk tunggal maupun dalam kombinasi. Kalsium karbonat (CaCO3) bereaksi
dengan HCl untuk membentuk CO2 dan CaC2 dan merupakan sediaan yang lazim
digunakan. Kalsium karbonat juga biasanya digunakan sebagai suplemen kalsium.
Antasida yang mengandung aluminium dan magnesium digunakan dalam
terapi ulkus peptikum dan GERD. Agen-agen ini biasanya digunakan sebagai lini
terakhir dalam terapi.
Aluminium hidroksida cenderung menyebabkan konstipasi,
dan magnesium hidroksida cenderung menyebabkan diare. Sediaan yang
menggabungkan agen-agen ini membantu menormalkan fungsi usus. Pengikatan
fosfat pada antasida yang mengandung aluminium menyebabkan hipofosfatemia.
Selain berpotensi menyebabkan alkalosis sitemis, natrium bikarbonat melepaskan gas
CO2, menyebabkan sendawa dan kembung. Absorpsi kation dari antasida (Mg2+, Al3+,
Ca2+) umumnya tidak menjadi masalah pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal,
tetapi kandungan natrium dari antasida dapat menjadi pertimbangan penting pada
pasien dengan hipertensi atau gagal jantung kongestif. Efek samping juga dapat
terjadi pada pasien dengan kerusakan ginjal, disebabkan akumulasi magnesium,
kalsium, natrium, dan elektrolit lainnya. Asupan kalsium karbonat yang berlebihan
bersama dengan suplemen kalsium dapat menyebabkan hiperkalsemia.
 Mekanisme Kerja Obat
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna
untuk menghilangkan nyeri tukak peptic. Antasida tidak mengurangi volume HCL
yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian PH akan menurunkan aktivitas pepsin.
Umumnya antasida merupakan basa lemah. Senyawa oksi alumunium sukan untuk
meninggikan PH lambung lebih dari 4, sedangkan basa yang lebih kuat seperti
magnesium hidroksida secara teoritis dapat meninggikan PH sampai 9, tetapi
kenyataannya tidak terjadi. Semua antasida meningkatkan produksi HCL berdasarkan
kenaikan PH yang meningkatkan aktivitas gastrin.
Antasida dibagi menjadi dua golongan yaitu antasida sistemik dan antasida
non sistemik. Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus
halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal,
dapat terjadi alkalosis metabolic kronik ,natrium bikarbonat memudahkan nefrotiliasis
fosfat. Antasida non sistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak
menimbulkan alkalosis metabolic.
 Jenis Obat
Obat antasida dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dikombinasikan
dengan obat lain untuk meredakan gejala sakit maag, penyakit asam lambung,
atau gastritis. Berikut ini adalah beberapa obat yang termasuk ke dalam golongan
antasida:

1. Aluminium hidroksida
2. Kalsium karbonat
3. Magnesium karbonat
4. Magnesium trisilikat
5. Magnesium hidroksida

 Indikasi, kontraindikasi, dan ESO


 Penggunaan antasida indikasi pada keadaan :
1. Ulkus lambung atau ulkus duodenum
2. Gastroesophageal refluks disease, GERD
3. Gastritis akut, gastroduodenitis, atau gastritis kronis
4. Gastropati, disebabkan oleh obat-obat NSAIDs
5. Sindrom dispepsia dan nyeri epigastrik
6. Diskinesia empedu
7. Kolesistitis
8. Pankreatitis kronis, fase eksaserbasi
9. Pencegahan stress
 Penggunaan antasida kontraindikasi pada keadaan:
1. Pasien yang menderita gagal ginjal berat kontraindikasi mengonsumsi
obat Antasida Non-absorbable.
2. Wanita hamil kontraindikasi mengonsumsi obat Antasida yang
mengandung Aluminium fosfat karena adanya laporan sporadis
mengenai terjadinya fetus malformasi akibat penggunaan obat tersebut
pada wanita hamil dalam jangka waktu lama. Namun, hal ini masih
kontroversi, karena hasil laporan yang tidak signifikan, dan belum ada
bukti ilmiah yang pasti.
3. Antasida juga kontraindikasi pada pasien dengan riwayat alergi dengan
obat Antasida, atau komponennya.
 Efek Samping dan Bahaya Antasida

Efek yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi. Efek yangumumnya


terjadi adalah sembelit, diare, dan kentut terus-menerus.Berkurangnya
keasaman perut dapat menyebabkan mengurangikemampuan untuk mencerna
dan menyerap nutrisi tertentu, seperti zat besidan vitamin B.

2.2 Obat Laksantia

 Pengertian Laksantia
Laksativa adalah obat-obat yang dapat melunakkan tinja, mempercepat peristaltik
usus sehingga mempermudah defekasi. Obat pencahar digunakan untuk :
1. Mengatasi keadaan sembelit
2. Pasien penderita penyakit jantung dan pembuluh darah
3. Pasien dengan resiko pendarahan rektal
4. membersihkan saluran cerna
5. pengeluaran parasit (cacing)
Obat laksativa dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Laksativa osmotik, memperbesar isi usus misalnya magnesium sulfat (garam
Inggris),gliserin.
2. Laksativa kontak, perangsang dinding usus (meningkatkan motilitas usus),
misalnya bisakodil, minyak kastor
3. Laksativapembentuk bulk, misalnya Psillium Hidrofilik musilloid(Metamucil).
4. Emolien, merupakan pelunak dan pelumas tinja.
 Mekanisme Kerja Obat

 Penggolongan obat pencahar berdasarkan mekanisme kerjanya atau sifat


kimiawi senyawa obatnya:

1. Obat atau zat perangsang dinding usus, yaitu zat-zat yang langsung
merangsang saluran usus sehingga mempertinggi peristaltiknya. dibagi
menjadi obat yang merangsang usus besar (dioksiantrakinon, bisakodil,
fenolfthalein, diasatinum, glukosida antrakinon. Obat yang merangsang usus
kecil ( oleum ricini, kalomel)
2. Obat yang memperbesar isi usus, dibagi menjadi tiga golongan yaitu obat yang
menaham osmosis isi dalam usus (natrium sulfat, Natrium fosfat, magnesium
sitrat, magnesium sulfat/garam inggris, gliserol), obat yang dapat
mengembang dalam usus (agar-agar, CMC, Tylose), Zat yang tidak dapat
dicerna contohnya buah yang banyak mengandung serat, karena serat susah
untuk dicerna maka akan merangsang peristaltik usus besar.
3. Zat pelicin, contohnya paraffin liquidum, suppositoria dengan gliserin dan
lain-lain.
 Jenit Obat

Berdasarkan bentuknya, ada beberapa jenis obat pencahar yang beredar di


pasaran, umumnya berbentuk pil, kapsul, sirup, supositoria (jenis obat yang
penggunaannya dimasukkan ke rektum) dan enema (obat cair yang dimasukkan ke
rektum). Tiap jenis pencahar ini memiliki manfaat spesifik serta kemungkinan efek
samping, jadi harus tepat penggunaannya.Ada beragam jenis laksatif sebagaimana
dijelaskan di bawah ini:

1. Obat Pencahar Tipe Bulk-forming (Serat)

Laksatif tipe ini memiliki cara kerja yang sama dengan serat makanan alami,
yaitu dengan meningkatkan serapan cairan pada feses, sehingga feses menjadi lebih
lembek, mengembang, dan mudah dikeluarkan.
Obat pencahar jenis bulk-forming ini merupakan yang terbanyak
direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi sembelit.Beberapa contoh obat
laksatif ini antara lain Benefiber, Mecamucil, Fibercon, Fiber-Lax dan Equilactin.

Beberapa efek samping yang dialami penggunanya seperti kram perut,


kembung dan gas berlebih. Namun, disarankan untuk memperbanyak asupan air untuk
mengurangi beberapa efek tadi.

 2. Obat Pencahar Tipe Lubrikan

Sesuai dengan namanya, pencahar ini berfungsi untuk melumasi atau


melicinkan. Kandungan minyak dalam obat ini dapat melapisi dinding usus sehingga
mencegah kotoran mengeras dan memperlancar pergerakannya. Meskipun laksatif
jenis ini sangat efektif mengatasi sembelit, namun penggunaannya sebaiknya hanya
untuk jangka pendek.

Jika digunakan dalam jangka panjang, zat minyak dari obat pencahar ini dapat
menyerap vitamin larut lemak dan mengurangi penyerapan jenis obat tertentu
sehingga tidak maksimal diserap tubuh.

3. Obat Pencahar Tipe Pelunak Feses (Stool Softener)

Stool softener dikenal juga sebagai emollient laxative. Cara kerjanya dengan
membasahi dan melembutkan feses berkat kandungan bahan aktif berupa dokusat atau
surfaktan. Berbeda dengan tipe pencahar lainnya, tipe pelunak feses ini perlu waktu
lebih lama dalam menjalankan fungsinya, sekitar seminggu atau lebih.

Obat ini biasanya direkomendasikan untuk mereka yang baru menjalani


operasi, wanita yang baru melahirkan atau penderita wasir.

4. Obat Pencahar Tipe Osmotik (hiperosmolar)

Obat pencahar tipe ini bekerja dengan meningkatkan kadar air dalam usus dan
jaringan di sekitarnya. Lebih banyak air pada usus berarti membuat tinja lebih lunak
dan mudah untuk dibuang.

Beberapa pencahar jenis ini seperti Miralax, Paralax, MOM (milk of


magnesia) dan Kristalose merupakan obat dengan zat aktif penghidrogenasi yang
dapat menarik cairan ke usus.
5. Obat Pencahar Tipe Stimulan

Laksatif tipe ini akan merangsang saraf yang mengendalikan otot-otot yang
melapisi saluran pencernaan. Dengan begitu akan mempercepat pergerakan tinja di
usus halus dan usus besar. Obat jenis ini juga dapat meningkatkan penyerapan cairan
pada tinja. Beberapa merek yang umum digunakan diantaranya, Dulcolax, Correctol,
Ex-lax dan Senokot.

6. Obat Pencahar Tipe Guanilat Cyckase-C Agonist

Jenis pencahar satu ini akan mengubah bentuk tinja dan meningkatkan jumlah
air pada rongga saluran usus serta meningkatkan gerakan gastrointestinal. Salah satu
obat pencahar jenis ini adalah Plecanatide (Tulance) yang merupakan obat resep
untuk penderita konstipasi idiopatik kronis.

 Indikasi, Kontraindikasi, dan ESO


 Indikasi
Indikasi penggunaan obat laksatif jenis pembentuk massa feses juga bisa
diberikan kepada pasien-pasien yang akan menjalani penanganan diare kronis,
kolostomi, ilestomi, hemoroid, atau fisura ani.
 Kontraindikasi
Pasien yang mengalami kesulitan menelan sebaiknya tidak menggunakan obat
laksatif jenis pembentuk massa feses. Selain itu, kontraindikasi juga berlaku
bagi pasien yang mengalami obstruksi ususdan atoni kolon.
 Efek Samping
Setiap obat umumnya memiliki efek samping tertentu. Penggunaan obat
laksatif dapat mengakibatkan perut kembung, perut tegang, obstruksi saluran
cerna, dan hipersensitivitas.

2.3 Obat Antidiare

 Pengertian Obat

Diare adalah keadaan buang air besar sering dan tinja berbentuk cair, hal ini
biasanya merupakan suatu keadaan patofisiologik dari saluran cerna dan merupakan
penyakit sendiri.
Diare bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu masalah. Gejala diare
adalah buang air besar (BAB) berulang kali disertai banyaknya cairanyang keluar
kadang-kadang dengan mulas dan berlendir atau berdarah.Diare terjadi karena adanya
rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflek
mempercepat peristaltik usus. Rangsangannya dapat ditimbulkan oleh infeksi oleh
bakteri patogen misalnya bakteri E. coli, infeksi oleh kuman thypus dan kolera,
infeksi oleh virus, akibat dari penyakit cacing, keracunan makanan dan minuman
dansebagainya.
Antidiare adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan.
Obat antidiare, terdiri atas
1. Adsorben : Menyerap racun, misalnya kaolin, karbo adsorben, attapulgit.
2. Antimotilitas : Menekan peristaltik usus, loperamid hidroklorida, kodein fosfat,
morfin.
3. Adstringen : menciutkan selaput usus, misalnya tannin/ tanalbumin.
4. Pelindung : Mucilago, melindungi selaput lendir usus yang luka

 Mekanisme Obat
Obat-obat antidiare adalah senyawa-senyawa yang dapat menghentikan atau
mengurangi diare. Mekanisme kerja dari jenis obat ini antara lain :
a. Spasmolitika, yaitu obat-obat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang
sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya papaverin dan
oksifenonium (Tjay dan Rahardja, 2002).
b. Obat-obat yang bekerja intra-lumen, misalnya: dengan menyerap air, adsorbens,
bahan berserat, bahan pembentuk rasa (Santoso, 1993).
 Jenis Obat

Berdasarkan cara kerjanya, obat diare bis dibagi kedalam 3 kelompok besar :

a.Kemoterapeutika

Walaupun pada umumnya obat ini tidak digunakan pada diare,


ada beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diareyang
disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberianantimikroba dapat
mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin.
Kemoterapi digunakan untuk terapikausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare
dengan antibiotika(tetrasiklin, kloramfenikol, amoksisilin, sulfonamida, furazolidin,
dankuinolon).

 b.Zat penekan peristaltik usus

Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cernadengan


mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candudan alkaloidnya,
derivat petidin (definoksilat dan loperamin), danantikolinergik (atropin dan ekstrak
beladona) (Departemen Farmakologidan Terapi UI 2007)

c.Adsorbensia

Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat iniadalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolismeserta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin danmikroorganisme tidak dapat merusak
serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini
adalah karbon, mucilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan garam-garam
alumunium ) (DepartemenFarmakologi dan Terapi UI 2007).

 Indikasi,Kontraindikasi, dan ESO


 Indikasi

Terdapat beberapa penyakit terkait yang diatasi dengan antidiare. Antidiare


diberikan untuk:
1. Infeksi Clostridioides difficile
2. Diare, Akut
3. Diare, Kronis
4. Suplementasi Diet
5. Gas
6. Infeksi Helicobacter Pylori
7. Gangguan pencernaan
8. Sindrom iritasi usus
9. Kolitis Limfositik
10. Sariawan Mulut
11. Diare Wisatawan
12. Infeksi saluran kemih
13. Ketidakseimbangan pH vagina
14. Infeksi jamur pada vagina
 Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang


diketahui memiliki riwayat alergi terhadap salah satu bahan aktif obat ini tidak
boleh menggunakannya.

 Efek samping

Antidiare dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di


inginkan. Tidak semua orang mengalami efek samping yang signifikan dengan
Antidiare.

Beberapa efek samping umum dari Antidiare termasuk:


1. Kembung 
2. Gas
3. Lidah dan feses berwarna gelap
4. Mengantuk, pusing , merasa gelisah
5. Sakit kepala
6. Mati rasa di tangan atau kaki
7. Depresi , tidak enak badan
8. Kebingungan, perasaan sangat bahagia
9. Gusi merah atau bengkak
10. Mulut kering, hidung, atau tenggorokan
11. Mual , muntah , sakit perut , kehilangan nafsu makan
12. Ruam kulit , kekeringan, atau gatal
13. Demam
14. Lendir di tinja
15. Penyakit hati
16. Gangguan irama jantung
17. Gejala pilek seperti hidung tersumbat, bersin, batuk
18. Sembelit
2.4 Obat Hepatika

 Pengertian Obat
Hati merupakan salah satu organ tubuh yang besar dan merupakan pusat
metabolisme tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi yang kompleks di antaranya
mempunyai peranan dalam memetabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
obat-obatan . Pada proses metabolisme, obat akan diproses melalui hati sehingga
enzim hati akan melakukan perubahan (biotransformasi) kemudian obat menjadi
dapat lebih larut dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urin atau empedu.
 Mekanisme Obat
Metabolisme obat-obatan terjadi di mikrosom sel hati. Obat yang telah larut
dalam air tentu tidak lagi memerlukan metabolism di hati. Sebagian obat bersifat
lipofilik sehingga mampu menembus membran sel usus. Obat kemudian diubah dan
diekskresikan ke dalam urin atau empedu. Biotransformasi hepatik ini melibatkan
jalur oksidatif utama, enzim yang terlibat adalah sitokrom C reduktase dan sitokrom
P450.Reaksi tersebut sebagian idiosinkratik pada dosis terapoetik yang dianjurkan,
dari 1tiap 1.000 pasien sampai 1 tiap 100.000 pasien dengan pola yang konsisten
untuk setiap obat.Sebagian lagi tergantung pada dosis obat.
 Jenis Obat dan Indikasi,Kontraindikasi dan ESO
Obat untuk Hepatitis
-Lamivudin
 Indikasi : Hepatitis B kronik.
 Dosis : Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari. Anak usia 2 – 11 tahun :
3 mg/kg 1 x sehari (maksimum 100 mg/hari).
 Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam, anemia,
neutropenia, trombositopenia, neuropati, jarang pankreatitis.
 Interaksi obat : Trimetroprim
 Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita sirosis berat, hamil
dan laktasi.
 Penatalaksanaan :
- Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir pengobatan selama tahun dan
kemudian setiap 3 -6 bulan.
- Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B belum diketahui, tetapi
pengobatan dapat dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan adanya
serokonversi HBeAg.
-Pengobatan lebih lanjut 3 – 6 bulan setelah ada serokonversi HBeAg untuk
mengurangi kemungkinan kambuh.
- Monitoring fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah penghentian
terapi dengan Lamivudine
Obat untuk menurunkan kadar lemak
-Gemfibrozil
 Kontraindikasi : alergi terhadap gemfibrozil
 Efek samping : mulut kering, sakit kepala, mialgia dan depresi.
BAB III

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem


gastrointestinal dan hepatopbiliar. Sistem pencernaan berfungsu : menerima
makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu peroses yang disebut
pencernaan), menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah, membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicernah dari tubuh. Jenis-jenis obat pencernaan dapat
di klasifikasikan sebagai berikut : Ulkus dan Antasida, Diare, Hepatika. Dari oabat
yang di sebutkan, setiap obat memiliki mekanisme kerja obat, indikasi obat, dan
kontra indikasi obat yang berbeda sesuai golongan obat tersebut.

4.2 Saran

Setelah memepelajari mata kuliah farmakologi maka perawat ataupun calon


perawat dapat menyediakan ataupun memebrikan informasi obat yang benar,
objektif dan lengkap
DAFTAR ISI

Andrianto, P. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: PenerbitBuku


Kedokteran EGC.

Sovia Evi, Yuslianti Reni. 2019. Farmakologi kedokteran gigi praktis.Yogyakarta:


Deepublish Publisher (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2004.


Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC

Sholekhudin. M. 2014. Buku Obat Sehari-hari.Jakarta: PT Elexmedia Computindo


Kelompok Gramedia

Anda mungkin juga menyukai