Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan

Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen


(Herpes Zoster)

OLEH
NAMA : Dinis Leonyza Defina Toulasik
KELAS : PPN A Tingkat III
NIM : PO.5303209201128
KLINIK : Puskesmas Oesapa

MENGETAHUI
PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK

Emiliandry Banase,S.Kep.,Ns Dewi Rahmawati AM.d.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2022
1. Konsep Dasar Penyakit
1.1 Defenisi Herpes Zoster
Herpes zoster atau cacar api adalah infeksi pada saraf dan kulit di sekitarnya yang
disebabkan oleh virus. Saat terjadi, penyakit ini dapat menyebabkan ruam
(Perubahan pada kulit bercak kemerahan atau luka lepuh akibat iritasi atau
peradangan) yang menyakitkan. Penyakit ini paling sering muncul sebagai satu garis
lepuh di sisi kiri atau kanan pada tubuh.
Penyakit ini disebabkan oleh virus varisela zoster, yaitu virus yang sama dengan
penyebab cacar air. Virus penyebab penyakit ini dapat menetap di sekitar tulang
belakang atau dasar dari tulang tengkorak tubuh, bahkan setelah cacar air sembuh.
Setelah bertahun-tahun kemudian, virus dapat kembali aktif sehingga menyebabkan
herpes zoster
1.2 Etiologi
Umumnya kebanyakan orang sudah terkena penyakit cacar air pada masa kanak-
kanak. Virus varisela zoster yang menyebabkan cacar air ini dapat menetap di dasar
tulang tengkorak atau tulang belakang. Sistem kekebalan tubuh membuat virus tidak
aktif atau tertidur. Namun, di kemudian hari, saat cacar air sudah sembuh, virus
tersebut dapat kembali aktif dalam hitungan tahun yang menyebabkan herpes zoster.
Penyebab aktifnya kembali virus varisela zoster hingga saat ini belum diketahui
pasti. Namun, pada kebanyakan kasus yang terjadi, penyebab herpes zoster adalah
sistem kekebalan tubuh yang menurun, sehingga tubuh rentan terkena infeksi. Perlu
diketahui juga jika tidak semua orang yang pernah terserang cacar air akan
mengalami gangguan ini.
1.3 Manifestasi Klinis
Gejala dari penyakit akibat virus ini biasanya hanya memengaruhi sebagian kecil
dari satu sisi tubuh. Beberapa gejala yang dapat ditimbulkan, antara lain:
• Ruam yang timbul pada satu sisi tubuh sesuai dengan saraf yang terinfeksi.
• Nyeri berupa rasa panas seperti terbakar atau tertusuk benda tajam pada ruam.
• Ruam berupa luka melepuh berisi air yang gatal dan menyerupai bintil cacar air.
• Lepuhan akan mengering dan berubah menjadi koreng dalam beberapa hari.
• Gatal dan mati rasa pada bagian yang terdapat ruam.
• Dapat disertai demam, nyeri kepala, sensitif terhadap cahaya, dan rasa lelah.
• Gejala akan mereda setelah 14-28 hari.
Nyeri biasanya termasuk salah satu gejala awal dari herpes zoster. Beberapa orang
yang mengalaminya dapat merasakan masalah ini menjadi intens. Penyakit ini juga
bisa disalahartikan saat terjadi pada lokasi tertentu sebagai gejala dari gangguan yang
memengaruhi jantung, paru-paru, atau ginjal
1.4 Klasifikasi
1. Perubahan intergritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peradangan
1.5 Patofisiologi
Patofisiologi herpes zoster melibatkan reaktivasi dari infeksi virus varicella zoster
(VVZ). Infeksi primer VVZ akan menyebabkan varicella. Kemudian, virus akan
berdiam secara laten pada ganglia dorsalis radiks saraf.
Infeksi Primer Virus Varicella Zoster
Infeksi virus varicella zoster (VVZ) primer menyebabkan varicella atau cacar air
(chickenpox) yang ditandai dengan timbulnya ruam kulit dan vesikel. Walaupun
varicella umumnya bersifat ringan dan self limiting, penyakit ini merupakan salah
satu penyakit yang paling menular di dunia. Masa inkubasi VVZ umumnya
bervariasi dalam rentang 10 – 21 hari.
VVZ ditularkan melalui droplet (airborne) atau kontak langsung dengan lesi.
Setelah terjadi invasi sel epitel dan limfosit pada saluran pernapasan, virus
melakukan replikasi dan menginvasi nodus limfa lokal. Virus menginfeksi sel epitel
dan limfosit di orofaring dan saluran napas atas serta konjungtiva.
Saat terjadi infeksi primer, VVZ dapat bermigrasi dari lesi kulit ke ganglia
sensoris kranialis dan spinalis melalui transportasi akson dan penyebaran secara
viremia. Ekspresi protein nektin–1 diketahui banyak berperan dalam proses
masuknya virus ke akson dan badan sel saraf. Selanjutnya, virus menjadi dorman.
Perkembangan Menjadi Herpes Zoster
Infeksi primer VVZ dapat berkembang menjadi herpes zoster ketika VVZ di
ganglion yang laten aktif kembali. Ketika terjadi reaktivasi, VVZ dapat turun ke sel
epitel kulit melalui akson saraf dan bereplikasi, sehingga menyebabkan infeksi
sekunder yang disebut dengan herpes zoster dermatomal.
Virus VVZ yang mengalami reaktivasi dapat terdeteksi pada ganglia akar dorsalis,
ganglia nervus kranialis, beberapa ganglia nervus otonom pada sistem saraf enterik,
serta astrosit. Reaktivasi virus berhubungan dengan adanya penurunan sistem
imunitas tubuh terutama cell – mediated immunity.
Ketika reaktivasi virus terjadi, VVZ melakukan replikasi pada badan sel neuron.
Selanjutnya, partikel virus yang baru akan keluar dari badan sel secara dermatomal
dan menyebabkan verikulasi serta inflamasi pada permukaan kulit yang terinfeksi.
Pada fase ini, inflamasi sel saraf yang terjadi akan menyebabkan pasien merasakan
nyeri

1.6 Pathway
1.7 Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan Herpes zoster,dikenal dengan strategi 6 A yaitu attract
patient early,assess patient fully,antiviral
therapy,analgetic,antidepresant/anticonvulsant,dan allay anxiety-counselling.
a. attract patient early: untuk mendapatkan pengobatan yang optimal,sebaiknya
terapi dilakukan sedini mungkin dalam waktu 72 jam setelah erupsi kulit
muncul.
b. Asses patient fully: perhatikan kondisi pasien dan lakukan pemeriksaan
seksama untuk menilai komplikasi yang dapat terjadi
c. Antiviral therapy: prnggunaan antiviral dilaporkan dapat menurunkan
insidens,beban penyakit,durasi penyakit,serta nyeri berkepeanjangan
d. Analgetic: diberikan karna herpes zoster sering kali disertai keluhan nyeri
e. antidepresant/anticonvulsant: dapat diberikan pasien dengan nyeri yang berat
atau pada post herpetik neuralgia
f. allay anxiety-counselling: memberikan konseling kepada pasien mengenai
penyakitnya serta mempertahankan kondisi mental supaya tetap optimal.

Antivirus
Indikasi pemberian antivirus pada herpes zoster adalah:
a. Pasien usia >50 tahun
b. Nyeri sedang atau berat
c. Ruam yang berat
d. Keterlibatan wajah atau mata
e. Herpes zoster oftalmikus,sindrom Ramsay-Hunt,herpes zoster servikal dan
herpes zoster sakral
f. Pasien incommunocompromised,diseminata,generalisata atau dengan
komplikasi

Antivirus yang dapat digunakan adalah :


a. Untuk dewasa diberikan acyclovir 5 x 800 mg/hari per oral selama 7-10 hari
penyesuaian dosis dilakukan pada pasien gangguan ginjal
b. Untuk anak <12 tahun diberikan acyclovir dosis 30mg/kgBB selama 7 hari
c. Untuk anak >12 tahun diberikan acyclovir dosis 60mg/BB selama 7 hari
d. Valasiklovir 3 x 1 gram/hari per oral selama 7 hari
e. Famsiklovir 3 x 500mg/hari per oral selama 7 hari
Antivirus masih dapat diberikan setelah 72 jam bila masih timbul lesi baru
atau ada vesikel yang timbul <3 hari. Acylovir intravena apabila diberikan
apabila herpes zoster disertai keterlibatan organ viseral. Cara penggunaannya
adalah dengan melarutkan sediaan injeksi dalam vial dengan 100cc NACL
0,9% kemudian diberikan dalam 1 jam. Pada pasien immunocompromised
dosis antivirus yang diberikan pada herpes zoster yang immunocompromised
adalah acyclovir intravena 10mg/kgBB setiap 8 jam selama 7-10 hari. Pada
kasus yang berat,selain acylovir intravena dapat ditambahkan interveron alfa
2a. Pengobatan dapat dilanjutkan dengan terapi supresi terutama bila gejala
klinis belum menghilang,dengan memberikan acyclovir 2x400mg/hari atau
valacyclovir 500mg/hari

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan utama yang berbeda-beda dengan
keluhan sakit,gatal dan panas di paha bagian kiri.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah
terdapat factor-faktor resiko terjadinya herpes zoster.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pengkajian adalah herpes zoster
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena herpes zoster hal ini berhubungan
dengan proses genetic dimana orang tua dengan herpes zoster berpeluang
untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
d. Pola Aktivitas
1) Pola Nutrisi
Bagaimana pola nutrisi pasien apakah terjadi penurunan makan,anoreksia
2) Pola Aktitvitas dan istirahat
Apakah pasien mengeluh cemas,tidak bisa tidur karena gatal dan perih
3) Pola Aktivitas dan Latihan
Dengan adanya gatal dan perih yang dirasakan terjadi penurunan pola aktifitas
pasien.
e. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum
Tingkat kesadaran dan TTV
2) Head to Toe
a) Kepala Leher
Bentuk,kulit kepala,ada lesi berbentuk benjolan berisi air,penyebaran
merata dengan kulit,posisi trakea simetris,tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid,tidak ada pembesaran vena jugularis,tidak ada nyeri tekan.
b) Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi,
kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
c) Sistem pernafasan
Posisi sektum naso tepat ditengah,tidak terdapat sekret,tidak terdapat
lesi,dan tidak terdapat hiposmia,anosmia,parosmia,kakosmia.

2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Perubahan intregitas kulit b.d pigmentasi kulit
2) Gangguan rasa nyaman b.d proses peradangan
2.3 Intervensi Keperawatan

No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi


SDKI D.0074 SLKI L.08064 SIKI I.03098
1 Gangguan rasa Goal: Status kenyamanan Observasi:
nyaman selama dalam perawatan Managemen kenyamanan
Objektif : Dalam jangka 1. Identifikasi sumber
waktu 1x24 jam pasien ketidaknyamanan
akan menunjukkan kriteria (suhu,ruang kebersihan)
hasil : 2. Monitor kondisi kulit
1. Pola tidur (5) terutama di area tonjolan
2. Tingkat ansietas (5) (tanda-tanda iritasi atau
luka tekan)
Terapeutik:
1. Fasilitasi kenyamanan
lingkungan (atur suhu dan
lingkungan kebersihan)
2. Hindari paparan kulit dan
iritan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
Edukasi:
1.Jelaskan tujuan managemen
lingkungan
2.Ajarkan cara managemen
sakit dan cidera jika perlu
SDKI D.0192 SLKI L.14125 SIKI I.11353
2 Kerusakan Goal : integritas kulit dan Observasi :
intregritas kulit jaringn 1. Identifikasipenyebab
1. Elastisitas meningkat gangguan integritas kulit
dan membaik (mis) sirkulasi,perunahan
2. Hidrasi meningkat atau status nutrisi,penurunan
membaik kelembaban,suhu
3. Perfusi jaringan lingkungan
ekstrem,perubahan
mobilitas)
Terapeutik :
1. Ubah posisi 2 jam jika
tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang
jika perlu
3. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak
pada kulit kering
4. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
5. Hindai produk berbahan
dasar alcohol pada kulit
kering
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis.
Lotion,serum)
2. Anjurkan minum air yang
cukup
2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dirumuskan.

2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan pelaksanaan yang
sudah berhasil dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harvard Mental Health Latter,2019. Singlesh (Herpes Zoster).
2. Tim Pokja SDKI PPNI . 2019 . Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta .
DPP . PPNI
3. Tim Pokja SLKI PPNI . 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta .
DPP . PPNI
4. Tim Pokja SIKI PPNI . 2019 . Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta .
DPP . PPNI

Anda mungkin juga menyukai