LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
DESEMBER 2014
Oleh :
Andi Mey Pratiwi, S.Ked
K1A20066
PEMBIMBING :
dr Hj. Rohana Sari Suaib, Sp.KK
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi
Herpes zoster atau shingles merupakan manifestasi klinis karena reaktivasi
virus varisela zoster (VZV). Masa inkubasi Varicella zoster 10-21 hari. Selama
terjadi infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa
menuju ujung saraf sensorik.
Kemudian
menuju
ganglion dorsalis.
Dalam
ganglion, virus memasuki masa laten dan tidak mengadakan multiplikasi lagi.
Reaktivasi terjadi jika sistem imun tubuh menurun. Karakteristik penyakit ini
ditandai dengan adanya ruam vesikular unilateral yang berkelompok dengan nyeri
yang radikular sekitar dermatom.1,2,3
Epidemologi
Insiden tersering pada daerah yang beriklim tropis, dengan puncak kejadian
yaitu pada musim semi, karena sangat menular sehingga hampir sebagian besar
populasi telah terinfeksi varicella selama hidup mereka. Paling sering pada masa
kanak-kanak. Re-aktivasi virus akan terjadi setelah penderita mendapat varisela.
Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pedapat yang
menyatakan bahwa kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang
sedang menderita varisela atau herpes zoster.1,2
Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan pertambahan umur
dan biasanya jarang mengenai anak-anak. Insiden herpes zoster berdasarkan usia
yaitu sejak lahir-9 tahun : 0,74/1000, usia 10-19 tahun : 1,38/1000, usia 20-29 tahun :
2,58/1000. Di Amerika Serikat Herpes Zoster jarang terjadi pada anak-anak, dimana
lebih dari 66% mengenai usia lebih dari 50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia 20
tahun, dan 5% mengenai usia dibawah 15 tahun. Walaupun Herpes zoster merupakan
penyakit yang sering dijumpai pada orang dewasa, namun dapat juga mengenai bayi
yang baru lahir apabila ibunya menderita Herpes Zoster pada saat kehamilan. Dari
hasil penelitian ditemukan Herpes Zoster sekitar 3% pada anak. Biasanya ditemukan
pada anak-anak dengan immunokompromis dan menderita penyakit keganasan.3
Etiopatofisiologi
VZV merupakan virus yang menular selama 1-2 hari sebelum lesi kulit
muncul, dapat ditularkan melalui jalur respirasi, dan menimbulkan lesi pada
orofaring, lesi inilah yang memfasilitasi penyebaran virus melalui jalur traktus
respiratorius. Pada fase ini, penularan terjadi melalui droplet kepada membran
mukosa orang sehat misalnya konjungtiva. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14
hari, dimana virus akan menyebar ke kelenjar limfe, kemudian menuju ke hati
dan
sel-sel
menghilang
mononuclear. VZV
24 jam
sebelum
yang
ada dalam
terjadinya
ruam
sel
mononuklear
kulit;
mulai
pada penderita
multinukleus
Perkembangan
yang ditandai
dengan
adanya
vesikel berhubungan
dengan
inklusi
eosinofilik intranuklear.
peristiwa
ballooning, yakni
degenerasi sel epitelial akan menyebabkan timbulnya ruangan yang berisi oleh
cairan. Penyebaran lesi di kulit diketahui disebabkan oleh adanya protein ORF47
kinase yang berguna pada proses replikasi virus. VZV dapat menyebabkan
terjadinya infeksi diseminata yang biasanya berhubungan dengan rendahnya
sistem imun dari penderita.4
Infeksi VZV pada ganglion dorsalis merupakan akibat penjalaran lesi
mukokutan melalui akson sel neuron pada infeksi primer atau disebabkan oleh
penularan dari sel mononuklear terinfeksi sebelum terjadinya ruam-ruam pada
kulit.4
Gejala Klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerahdaerah lain tidak jarang. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodromal. Baik
sistemik (demam, pusing, dan malaise), maupun gejala prodromal lokal (nyeri ototulang, gatal, pegal, dan sebagainya). Beberapa hari sebelum lesi kulit timbul, pasien
biasanya merasa nyeri di lokasi yang terkena. Lesi kulit dapat juga muncul tanpa
didahului rasa nyeri, atau bahkan tidak disertai rasa nyeri . Pada keadaan tertentu
dapat juga terjadi nyeri tanpa lesi kulit di tempat tersebut.4,5
Pada awalnya erupsi berupa papul dan plak eritem yang dalam beberapa jam
akan menjadi vesikel. Vesikel-vesikel baru terus terbentuk selama beberapa hari,
biasanya 1-5 hari, dipengaruhi usia pasien, beratnya penyakit, dan imunitas pasien.
Vesikel baru menandakan aktivitas replikasi virus. Vesikel selanjutnya dapat berubah
menjadi bula, vesikel hemoragik, pustul, krusta, lalu menyembuh.6
Lokasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan
persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada
susunan sarap pusat kelainan ini sering karena struktur ganglion kranialis
memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberikan gejala
yang khas.6
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis klinis biasanya sudah cukup memadai untuk menentukan diagnosis
herpes zoster. Namun beberapa pemeriksaan penunjang yang bias dilakukan untuk
memastikan diagnosis adalah : Tes TZanck, Biospi kulit, Titer Antibodi, Pewarnaan
immunofluoresensi dari cairan vesikel dan mikroskop elektron.3
Penatalaksanaan
Asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir adalah agen antiviral yang telah
diakui
untuk penanganan
terhadap
infeksi
varicella. Nukleotida
ini
telah
menggantikan
diketahui memiliki efek klinis untuk mengatasi infeksi primer dan rekurens dari
VZV.5
Asiklovir hanya terfosforilasi ketika bertemu dengan timidin kinase dari
virus, obat ini cenderung inaktif di dalam tubuh kecuali bila tersensitisasi dengan
sel yang terinfeksi VZV atau yang telah memiliki enzim virus. Setelah terjadi
penggabungan antara asiklovir dengan timidine kinase, maka selular kinase akan
memetabolisme monofosfat menjadi trifosfat yang bersifat kompetitif inhibitor dan
menjadi rantai terminasi DNA virus polimerase. Konsentrasi yang biasanya
diperlukan untuk menginhibisi VZV adalah sekitar 1 hingga 2 mg/ml Obat
lainnya adalah famsiklovir yang merupakan diasetil, 6-deoksi ester penciclovir, yang
merupakan analog dari guanosin nukleotida. Metabolisme dari obat ini dimulai dari
uptake di sel usus dan diselesaikan di hati. Cara kerjanya serupa dengan asiklovir.5
Valasiklovir
adalah
asiklovir
dengan
derivat valin
ester
yang
memungkinkan absorbsi secara oral lebih baik dari asiklovir biasa, valasiklovir
berubah kembali menjadi asiklovir pada saat proses absorbsi dan memiliki cara
kerja yang sama terhadap VZV dengan derivat asiklovir biasa. Selain itu, terdapat
pula BvaraU yang merupakan nukleosida lain yang juga memiliki kemampuan
tinggi untuk menginhibisi aktivitas VZV in vitro. Untuk mereka yang mengalami
resistensi
terhadap
asiklovir
maka dapat
penggantinya.5
diberikan
foskarnet
sebagai
BAB II
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. T
Umur
Alamat
Pekerjaan
Tanggal Masuk RS
: 49 Tahun
: Pohara, Sampara
: Pengembala sapi
: 22 Desember 2014
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
punggung
Anamnesis Terpimpin
gelembung berisi cairan pada perut dan punggung bagian belakang. Keluhan ini
muncul sejak 5 Hari SMRS, Awalnyaa muncul di daerah punggung, sedikit dan
berukuran kecil-kecil, Lama kelamaan semakin banyak, menyebar pada perut.
Pasien juga mengeluh nyeri, terasa panas. Pasien juga mengeluh nyeri perut
bersamaan dengan timbulnya gelembung tersebut. riwayat demam disangkal oleh
pasien.
Riwayat demam (-) Riwayat Terkena Cacar Air (-), Riwayat keluarga
yang terkena cacar air (+). Riwayat mengonsumsi obat-obatan sebelumnya (-).
3. STATUS DERMATOLOGIS
Effloresensi berupa Vesikel berkelompok dengan dasar eritema,Bulla, erosi,
ekskoriasi, Krusta terdapat Herpes zoster hemoragik pada Regio TorakoLumbal.
10
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5. RESUME
Seorang Pasien Masuk RSUB dengan keluhan timbul gelembung
berisi cairan pada perut dan punggung bagian belakang. Keluhan ini muncul
sejak 5 Hari SMRS, Awalnyaa muncul di daerah punggung, sedikit dan
berukuran kecil-kecil, Lama kelamaan semakin banyak, menyebar pada perut.
Pasien juga mengeluh nyeri, terasa panas. Pasien juga mengeluh nyeri perut
bersamaan dengan timbulnya gelembung tersebut. riwayat demam disangkal
oleh pasien
Riwayat demam (-) Riwayat Terkena Cacar Air (-), Riwayat keluarga
yang terkena cacar air (+). Riwayat mengonsumsi obat-obatan sebelumnya (-).
Pada pemeriksaan fisis keadaan pasien sakit sedang, tampak lesi
berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar yang eritema, selain itu juga
tampak bulla, yang kemudian pecah, terkelupas dan membentuk krusta.
Diantara vesikel yang berisi Air juga tampak vesikel yang berisi darah.
Tempat predileksi lesi tersebut pada region Thorakolumbal.
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan Penunjang dikarenakan
pasien meminta untuk Pulang Paksa.
6. DIAGNOSIS BANDING
Herpes Simpleks
7. DIAGNOSIS KERJA
Herpes Zoster Thoracolumbal
8. TERAPI
a. Antiviral
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
13
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi D, Mochtar H, et al.Vitiligo. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi VI. Badan penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.2011. h. 296-98
2. World Health Organization. Varicella and herpes zoster vaccines : WHO
Position paper june 2014.
3. Daili, Emmy S Sjamsoe, Menaldi Sri Linuwih, Wisnu I Made. 2009. Penyakit
Kulit Yang Umum Di Indonesia. Jakarta: PT. Medical Multimedia Indonesia.
4. Lubis DR. Varisela dan Herpes Zoster : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2009.
5. Kurniawan M, Dessy N Et Al, Varisela Zoster Pada Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Pelita Harapan Departemen Patologi Klinik.
Medicines Vol 3 No 1 Februari 2009.
6. Herpes Zoster: Epidemiology, Clinical Features. ARTICLE. Volume 35 :
Number 5 : Oktober 2012
17
18