Anda di halaman 1dari 10

Penyakit Varisela pada Orang Dewasa dan Pencegahannya

Claudia Zendha Papilaya

102011273

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email : zendhapapilaya@gmail.com

Pendahuluan
Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian
sentral.Virus membentuk infeksi laten di akar ganglia dorsal ; reaktivasi menyebabkan herpes
zoster. Virus Varicella Zoster merupakan virus DNA yang mirip dengan virus Herpes
Simpleks. Virus Varicella Zoster dapat menyebabkan 2 jenis, yaitu infeksi primer dan
sekunder. Varicella (chicken pox) merupakan suatu bentuk infeksi primer dari virus Varicella
Zoster yang pertama kali pada individu yang berkontak langsung dengan virus tersebut
sedangkan infeksi sekunder/rekuren disebut Herpes Zoster/shingles. Virus Varicella Zoster
masuk kedalam tubuh dan menyebabkan terjadinya infeksi primer, setelah infeksi primer
sembuh, virus akan tinggal secara laten pada dasar akar ganglia dan nervus spinalis. Virus
tersebut dapat menjadi aktif kembali dalam tubuh individu dan menyebabkan terjadinya
Herpes Zoster.1

Kasus: seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke puskesmas degan keluhan muncul
bintil-bintil pada badannya sejak satu hari yang lalu. Sebelumnya dalam 1 minggu terakhir
pasien mengalami flu dan demam ringan.

Anamnesis

Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian
pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan
dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan
pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien
yuang profesional dan optimal.2
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:
1. Identitas pasien,
2. Riwayat penyakit sekarang,
3. Riwayat penyakit dahulu,
4. Riwayat kesehatan keluarga,
5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya,
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, status perkawinan,
pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data tersebut sering berkaitan
dengan masalah klinik maupun gangguan sistem organ tertentu.2
Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang membawa pasien minta pertolongan
dokter atau petugas kesehatan lainnya.2

Hasil anamnesis pada kasus diatas: pasien datang dengan keluhan muncul bintil0bintil pada
badannya sejak satu hari yang lalu. Sebelumnya dalam satu minggu yang lalu pasien juga
mengalami flu dan demam ringan.

Pemeriksaan Fisik

Diagnosis ditegakkan dengan melihat lesi kulit yang khas, berupa :

 Lesi kulit timbul pada tubuh dan wajah, dengan diawali bentola kemerahan yang
membesar selama 12 – 14 hari menjadi besar, berair, berisi nanah dan kering.
 Lesi biasanya terletak pada sentral tubuh atau anggota gerak bagian proksimal
(lengan, paha) dan menyebar ke bawahnya tetapi tidak terlalu banyak.
 Lesi yang terdapat diseluruh tubuh terdiri atas lesi kulit yang tidak seragam (berbeda
stadium erupsinya).
 Benjolan berair dapat timbul di mukosa (mulut, penis, vagina) membentuk luka yang
tidak dalam.
 Suhu tubuh pasien akan meningkat sampai 39,5 C selama 3 – 6 hari setelah
terbentuknya lesi kulit.
 Benjolan dapat berdarah.
 Penyebaran ke kulit lainnya dalam bentuk pengaktifan kembali.
 Dapat disertai dengan nyeri hati (perut atas kanan), dan disertai badan menjadi
kuning.
 Pemeriksaan terhadap fungsi nafas, saraf pusat, sendi dan tulang karena
memungkinkan terjadi infeksi pada organ-organ tersebut.3

Pemeriksaan Penunjang

Untuk pemeriksaan virus varisela zoster (VVZ) dapat dilakukan beberapa test yaitu :4

1. Tzanck smear
 Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin. Giemsa’s, Wright’s,
toluidine blue ataupun papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop
cahaya akan dijumpai multinucleasted giant cells.
 Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%
 Test ini tidak dapat membedakan antara virus varisela zoster dengan herpes
simpleks virus.
2. Direct fluorescent assay (DFA)
 Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk
krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.
 Hasil pemeriksaan cepat.
 Membutuhkan mikroskop fluoresence.
 Test ini dapat menentukan antigen virus varisela zoster.
 Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes simplek virus.
3. Polymerase chain reaction (PCR)
 Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.
 Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping
dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai
preparat, dan CSF.
 Sensitifitasnya berkisar 97-100%.
 Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varisela zoster.

Diagnosis Kerja

Cacar air merupakan penyakit virus yang disebabkan oleh virus herpes zoster (juga
dikenal sebagai virus Varicella-Zoster) yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat
gejala konsitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
Diagnosis penyakit varicella biasanya berdasarkan pada riwayat keluhan, pemeriksaan klinis
dan biopsi. Penampakan klinis dapat memberikan kriteria untuk menegakkan diagnosis.
Gambaran klinis varicela ditandai dengan terjadinya erupsi kulit berupa perubahan yang
cepat dari bentuk makula ke bentuk papula, vesikel (bentuk khas berupa tetes embun/tear
drops), pustula dan krusta yang waktu peralihannya membutuhkan waktu 8-12 jam.
Sementara proses ini berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel baru. Usia kejadian puncak
adalah 5-10 tahun.1,3

Gambar 1. Gamabaran Varicela pada Kulit

Diagnosis banding

1. Variola
Penyakit Cacar (Variola = Smallpox). Etiologi : virus variola
Masa inkubasi : Antara 2-3 minggu. Menurut undang-undang karantina ditetapkan 14
hari. Penyakit ini lebih berat, monomorf, penyebaran dari bagian akral tubuh, yakni
telapak tangan, dan telapak kaki. 1

Gejala klinis:

Variola terbagi menjadi 4 stadium

 Stadium inkubasi erupsi; terdapat nyeri kepala, nyeri tulang, dan sendi di
sertai demam tinggi, menggil, lemas, dan muntah-muntah yang berlangsung 3-
4 hari.
 Stadium makulo-papular; timbul makula-makula erotematosa yang cepat
menjadi papul-papul, terutama di muka dan ekstermitas, termasuk telapak
tangan dan telapak kaki. Pada stadium ini suhu tubuh normal kemali dan
penderita merasa sehat kembali dan timbul lesi baru.
 Stadium vesikolo-pustulosa; dalam waktu 5-10 hari timbul vesikel-vesikel
yang kemudian menjadi pustul-pustul dan pada saat ini suhu tubuh meningkat
lagi.
 Stadium resolusi; berlangsung dalam waktu 2 minggu, tibul krusta dan suhu
tubuh mulai menurun. Kemudian krusta terlepas meninggalkan sikatriks-
sikatrisk yang atrofi.

Gambar 2. Penderita Variola pada Bayi, nak-anak dan dewasa

2. Herpes Zoster
Merupakan penyakit yang di sebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktifitas virus yang terjadi
setelah infeksi primer. Sinonim: cacar ular. Penyebarannya sama seperti varisela.
Kadang-kadang berlangsung subklinis. Virus ini di ganglion kranialais. Gejalanya
khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya
pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung – gelembung ini
terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini
bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna.1
Gambar 3. Penderita Herpes Zoster

Etiologi

Varisella disebabkan oleh herves virus varicella atau disebut juga virus varicella-
zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herves zoster. Kedua penyakit ini
mempunyai manifestasi klinis yg berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan
virus V-Z akan terjadi varisela, kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh,
mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian
virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat
ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela. dapat dilihat dengan
mikroskop elektron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari
libroblas paru embrio manusia.3

Epidemiologi

Penyakit ini sangat mudah menular, yaitu melalui percikan ludah dan kontak dan
bersifat aerogen. Dapat mengenai semua golongan umur, temasuk neonatus (varisela
kongenital), tetapi tersering pada masa anak. Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung
dari timbulnya gejala kulit. Varicella umumnya terjadi pada umur 3-6 tahun. Di Amerika,
kasus terbanyak terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun dan 5 % terjadi pada usia
lebih dari 15tahun, di Jepang banyak terjadi pada anak-anak di bawah umur 6 tahun
dimana96% berada pada usia dibawah 1 tahun. Pada daerah dengan iklim tropis, Varicella
sering terjadi pada usia yang lebih tua. Tidak ada predileksi jenis kelamin, suku, ras
terhadap.3
Patofisiologi

Virus Varicella masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa traktus respiratorius
bagian atas (orofaring) kemudian mengalami multiplikasi awal dan diikuti penyebaran virus
ke pembuluh darah dan saluran limfe, keadaan ini disebut viremia primer. Viremia primer
menyebabkan virus ke sel retikuloendotelial dalam limfe, hati, dan organ lainnya, ini terjadi
pada hari ke-4 sampai hari ke-6 setelah inkubasi awal. Viremia sekunder terjadi setelah satu
minggu, meluas ke kulit dan sistem viscera menyebabkan lesi tipe vesikel. Viremia ini juga
menyebarkan virus ke sistem respirasi, CNS, dan liver. Viremia ke sistem respirasi
menyebabkan adanya transmisi virus Varicella Zoster pada orang yang belum terinfeksi.
Viremia sekunder menyebabkan timbulnya demam dan malaise. Setelah terbentuk vesikel,
leukosit masuk ke daerah tersebut sehingga terbentuk pustula yang pecah dan akan
membentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1 sampai 3 minggu. Lepasnya krusta
meninggalkan bekas cekungan kemerahan yang berangsur-angsur akan hilang, terkadang
meninggalkan bercak hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Patogenesis virus ditentukan oleh interaksi sel dan virus sehingga
menentukan asal mula atau tempat masukknya virus, angka replikasi dan penyebaran virus,
cara penyebaran infeksi pada organ atau jaringan sasaran, tempat virus dikeluarkan ke dalam
lingkungan.5

Manefestasi Klinik

Gejalanya mulai timbul (masa inkubasi) dalam waktu 14-21 hari setelah terinfeksi.
Biasanya pasien sudah terinfeksi virus selama lebih dari 48 jam sebelum gejalanya muncul.
Pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala, demam
sedang dan rasa tidak enak badan, nafsu makan menurun. Gejala tersebut biasanya tidak
ditemukan pada anak-anak yang lebih muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat. 24-36
jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemudian
bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa
gatal, yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam.
Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru. Pada hari kelima, biasanya
sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari
keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.4

Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif lebih sedikit ; biasanya banyak ditemukan
pada batang tubuh bagian atas (dada, punggung, bahu). Bintik-bintik sering ditemukan di
kulit kepala. Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang
seringkali menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga bisa ditemukan di kelopak mata,
saluran pernafasan bagian atas, rektum dan vagina. Papula pada pita suara dan saluran
pernafasan atas kadang menyebabkan gangguan pernafasan.4

Penyebaran terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke


muka dan eksteremitas, serta dpt menyerang selaput lendir mata, mulut, saluran nafas bagian
atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar kelenjar getah bening
regional. Penyakit ini juga disertai rasa gatal.1 Cacar air jarang menyebabkan pembentukan
jaringan parut, kalaupun ada, hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa
terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh stafilokokus.4

Penatalaksanaan

1. Medika Mentosa
- Sistemik dapat di berikan obat anti viral: asiklovir 5x800 mg sehari selama 7 hari,
atau Valasiklovir 3x1000 mg sehari.
- Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik salep dan oral.
- Pengaobatan secara lokal; dapat diberikan bedak yang di tambah dengan zat anti
gatal ( menthol, kamfora) untuk mncegah pecahnya vesikel secra dini serta
menghilangkan rasa gatal.1
2. Non medika mentosa
 Istirahat
Isolasi dan istirahatkan pasien sampai krusta pertama hilang dan
afebris/apireksi.
 Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:
 kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun
 menjaga kebersihan tangan
 kuku dipotong pendek
 pakaian tetap kering dan bersih.
Komplikasi

Komplikasi penyakit varicela umumnya jarang pada anak-anak dan lebih sering
timbul pada oarang dewasa, berupa ensefalitis, pneumonia, glomerulonefrtis, karditis,
hepatisis, keratis, konjungtivitis, arteritis, dan kelainan darah (beberapa macam purpura).

Infeksi yang timbul pada trisemester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan
kongemital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat
menyebabkan varisela kongeital neonatus.1

Pencegahan

Pemberian imonoglobulin varisela-zoster (VZIG) akan mencegah atau memperlemah infeksi


varisela pada individu rentan yang terpajan jika di berikan dalam 96 jam. Dosisnya
meksimum 625 unit atau 5 vial imonoglobulin dianjurkan bagi orang dewasa dengan
gangguan imunitas yang terpajan.3

Prognosis

Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang
baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit. Biasanya sembuh dalam 2 minggu.1

Kesimpulan

Infeksi VZV dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu varisela dan herpes zoster.
Varisela sering dijumpai pada anak-anak sedangkan herpes zoster lebih sering dijumpai pada
usia lebih tua. Penangannya yang tepat dari kedua penyakit diatas dapat mencegah timbulnya
komplikasi yang berat. Pemberian imunisasi pasif maupun aktif dapat mencegah dan
mengurangi gejala penyakit yang timbul.
Daftar Pustaka

1. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta: FKUI; 20013. Hal 110-
118.
2. Swartz M.H. Buku ajar diagnosis fisik. Jakarta : EGC ; 2003. h.3.
3. Lubis RD. Varisela dan herpes zoster. Sumatra : Derpatemen ilmu kesehatan kulit dan
kelamin FK universitas sumatra utara; 2008. Hal 1-12.
4. Hull D dan Johnston D I. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC; 2008. Hal 94-
95.
5. Price SA dan Lorraine MW. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi
6. Volume 2. Jakarta : EGC; 2006. Hal 1447-1448.

Anda mungkin juga menyukai