Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Pendahuluan
Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicella Zoster
yang menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir, klinis terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit  polimorf ditandai oleh adanya vesikel-vesikel, terutama berlokasi di
bagian sentral tubuh. Sinonimnya adalah cacar air, chicken pox. 1  Varicella
merupakan penyakit infeksi virus akut dan cepat menular. Penyakit ini merupakan
hasil infeksi primer pada penderita yang rentan.2

Varicella merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Varicella


Zoster. Virus Varicella Zoster merupakan virus DNA yang mirip dengan virus Herpes
Simpleks. Pada hakekatnya varicella memberikan gambaran penyakit yang berat dan
peradangan yang lebih  jelas dibanding dengan penyakit penyakit herpes simpleks.
Virus tersebut tersebut dapat pula menyebabkan menyebabkan herpes zoster. Kedua
penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.3,4 Varicella  pada umumnya
umumnya menyerang anak, sedangkan sedangkan herpes zoster atau shingles
merupakan suatu reaktivasi infeksi endogen pada periode laten VZV umumnya
menyerang orang dewasa atau anak yang menderita defisiensi imun.5

Virus Varicella Zoster dapat menyebabkan 2 jenis infeksi, yaitu infeksi primer
dan sekunder. Varicella (chicken pox) merupakan suatu bentuk infeksi primer virus
Varicella Zoster yang  pertama kali   pada individu yang berkontak langsung dengan
virus langsung dengan virus tersebut, sedangkan infeksi sekunder/rekuren (karena
persistensi virus) disebut Herpes Zoster/shingles. 3
Virus Varicella Zoster masuk
kedalam tubuh dan menyebabkan terjadinya infeksi  primer, setelah ada kontak
dengan virus tersebut tersebut akan terjadi terjadi varicella. Kemudian setelah
penderita varicella varicella (infeksi primer) sembuh, mungkin virus mungkin virus
itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) pada dasar akar ganglia
dan nervus spinalis. Virus tersebut dapat menjadi aktif kembali dalam tubuh individu
dan menyebabkan terjadinya Herpes Zoster.4

1
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi
Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicella
Zoster yang menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir,Varicella zoster virus
(VZV), termasuk human herpesvirus tipe 3, dengan sifat penularan tinggi .

2.2 Epidemiologi
Varicella tersebar kosmopolit (di seluruh dunia), dapat mengenai semua
golongan umur, termasuk neonates (varicella kongenital). Tetapi tersering
menyerang terutama anakanak, tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Bila
terjadi pada orang dewasa, umumnya gejala konstitusi lebih berat. Transmisi
penyakit ini berlangsung secara aerogen.

Varicella sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung, droplet  


atau aerosol dari lesi vesikuler di kulit ataupun melalui saluran nafas, dan jarang
melalui kontak tidak langsung.Pasien dapat menularkan penyakit selama 24-48
jam sebelum lesi kulit timbul sampai semua lesi timbul krusta/keropeng,biasanya
kurang lebih 6-7 hari dihitung dari timbulnya gejala erupsi di kulit. Penyakit ini
cepat sekali menular pada orang-orang di lingkungan penderita. Seumur hidup
seseorang hanya satu kali menderita varicella. Serangan kedua mungkin berupa
penyebaran ke kulit pada herpes zoster.1,2,4,6 Varicella dapat terjadi di sepanjang
tahun. Di Negara Barat, prevalensi kejadian varicella tergantung dari musim
(musim dingin dan awal musim semi lebih banyak).

Di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian, agaknya penyakit virus


menyerang pada musim  peralihan.  peralihan. Angka kejadia Angka kejadian di
Negara kita belum pernah diteliti, tetapi di Amerika Amerika dikatakan dikatakan
kira-kira 3,1-3,5 juta kasus dilaporkan tiap tahun.4,5

2
2.3 Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). Penamaan virus ini
memberi   pengertian bahwa infeksi primer virus ini meyebabkan penyakit
varicella, sedangkan reaktivasi Varicella-Zooster virus diklasifikasikan sebagai
herpes virus alfa karena kesamaannya dengan prototipe kelompok ini yaitu virus
herpes simpleks. Inti virus disebut Capsid , terdiri dari protein dan DNA dengan
rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) membentuk suatu
garis dengan berat molekul 100 juta yang disusun dari 162 capsomer dan sangat
infeksius. Genom virus mengkode lebih dari 70 protein, termasuk protein yang
merupakan sasaran imunitas dan timidin kinase virus, yang membuat virus
sensitif terhadap hambatan oleh asiklovir dihubungkan dengan agen dihubungkan
dengan agen antivirus. antivirus.7

VZV dapat pula menyebabkan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini


mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Kontak pertama dengan virus ini
akan menyebabkan varicella, oleh karena oleh karena itu varicella dikatakan
infeksi primer, kemudian setelah setelah penderita varicella sembuh, mungkin
virus itu tetap ada di akar ganglia dorsal dalam bentuk laten (tanpa ada
manifestasi klinis) dan kemudian VZV diaktivasi oleh trauma sehingga
menyebabkan Herpes Zoster.4,5,7 VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan
dalam darah penderita varicella sehingga mudah dibiakan dalam media yang
terdiri dari fibroblast paru ri fibroblast paru embrio manusia.

3
2.4 Patofisiologi
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata - rata 14 -
17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang
dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi
pernafasan (droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet
infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit. VZV
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas,
orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2 -
4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus
dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan
terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi pertama).

Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat
mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan
berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang
mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan
menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang
mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas. 1-3,6,8 Seorang anak yang menderita

4
varicella akan dapat menularkan kepada yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari
setelah timbulnya lesi di kulit. 1-3
Pada herpes zoster, patogenesisnya belum
seluruhnya diketahui. Selama terjadinya varicella, VZV berpindah tempat dari lesi
kulit dan permukaan mukosa ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan
secaracentripetal melalui serabut syaraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion
tersebut terjadi infeksi laten (dorman), dimana virus tersebut tidak lagi menular dan
tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi
infeksius apabila terjadi reaktivasi virus.

Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang menurunkan


imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita yang mendapat
pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan pada orang penerima
organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali bermultiplikasi
sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion sensoris. Kemudian virus akan
menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan melalui syaraf sensoris akan
sampai kekulit dan kemudian akan timbul gejala klinis. 4,5,7,8
2.5 Manifestasi Klinis
Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya
didahului dengan gejala prodormal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual dan
anoreksia, yang terjadi 1 - 2 hari sebelum timbulnya lesi dikulit sedangkan pada anak
kecil (usia lebih muda) yang imunokompeten, gejala prodormal jarang dijumpai

5
hanya demam dan malaise ringan dan timbul bersamaan dengan munculnya lesi
dikulit. 1,3 Lesi pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas
ke dada (penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat meluas ke ekstremitas.
Lesi juga dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital. Lesi pada varicella
biasanya sangat gatal dan mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua
stadium lesi secara bersamaan pada satu saat. 1,2,8
Pada awalnya timbul makula kecil
yang eritematosa pada daerah wajah dan dada, dan kemudian berubah dengan cepat
dalam waktu 12 - 14 jam menjadi papul dan kemudian berkembang menjadi vesikel
yang mengandung cairan yang jernih dengan dasar eritematosa.

Vesikel yang terbentuk dengan dasar yang eritematous mempunyai gambaran klasik
yaitu letaknya superfisial dan mempunyai dinding yang tipis sehingga terlihat seperti
kumpulan tetesan air diatas kulit (tear drop), berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips,
dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit atau tampak vesikel seperti titik-
titik embun diatas daun bunga mawar (dew drop on a rose petal). Cairan vesikel cepat
menjadi keruh disebabkan masuknya sel radang sehingga pada hari ke 2 akan berubah
menjadi pustula. Lesi kemudian akan mengering yang diawali pada bagian tengah
sehingga terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu
yang bervariasi antara 2-12 hari, kemudian krusta ini akan lepas dalam waktu 1 - 3
minggu. Pada fase penyembuhan varicella jarang terbentuk parut (scar), apabila tidak
disertai dengan infeksi sekunder bakterial. 1-3, 8,9

6
Varicella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat menyebabkan terjadinya varicella
intrauterine ataupun varicella neonatal. Varicella intrauterine, terjadi pada 20 minggu
pertama kehamilan, yang dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti ke dua
lengan dan tungkai mengalami atropi, kelainan neurologik maupun ocular dan mental
retardation. Sedangkan varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu mendapat
varicella (varicella maternal) kurang dari 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah
melahirkan. Bayi akan terpapar dengan viremia sekunder dari ibunya yang didapat
dengan cara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat perlindungan antibodi
disebabkan tidak cukupnya waktu untuk terbentuknya antibodi pada tubuh si ibu yang
disebut transplasental antibodi. Sebelum penggunaan varicella zoster
immunoglobulin (VZIG), angka kematian varicella neonatal sekitar 30%, hal ini
disebabkan terjadinya pneumonia yang berat dan hepatitis yang fulminan. Tetapi jika
si ibu mendapat varicella dalam waktu 5 hari atau lebih sebelum melahirkan, maka si
ibu mempunyai waktu yang cukup untuk membentuk dan mengedarkan antibodi yang
terbentuk (transplasental antibodi) sehingga neonatus jarang menderita varicella yang
berat. 8,9,10

7
2.6 Diagnosis
Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan gambaran klinis yaitu
penampilan dan perubahan pada karakteristik dari ruam yang timbul, terutama
apabila ada riwayat terpapar varicella 2-3 minggu sebelumnya.9 Varicella khas
ditandai dengan erupsi papulovesikuler setelah fase prodromal ringan atau bahkan
tanpa fase prodromal, dengan disertai panas dan disertai panas dan gejala
konstitusi ringan. Gambaran lesi bergelombang, polimorfi dengan penyebaran
sentrifugal. Sering ditemukan lesi  pada membrane mukosa. Penularannya
berlangsung  pada membrane mukosa. Penularannya berlangsung cepat.2

Untuk pemeriksaan penunjang virus varicella zoster (VZV) dapat dilakukan


beberapa test yaitu :

1. Tzanck smear

Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s,
toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya
akan dijumpai multinucleated giant cells. - Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar
84%. - Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpes simpleks virus.

8
2. Direct fluorescent assay (DFA)

Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk krusta
pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif. - Hasil pemeriksaan cepat. -
Membutuhkan mikroskop fluorescence. - Test ini dapat menemukan antigen virus
varicella zoster. - Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes
simpleks virus.

3. Polymerase chain reaction (PCR)


Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif. - Dengan metode
ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar vesikel dan
apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat, dan CSF. -
Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%. - Test ini dapat menemukan nucleic acid dari
virus varicella zoster.

2.7 Diagnosis Banding


Varicella dapat dibedakan dengan beberapa kelainan kulit, antara lain harus
dibedakan dengan variola. Pada variola, penyakit lebih berat, memberi gambaran
lesi monomorf, dan  penyebarannya sentripetal dimulai dari bagian akral tubuh,
yakni telapak tangan l tubuh, yakni telapak tangan dan telapaka dan telapak kaki,
baru ke badan.1,2

9
gambar 7.1 variola (monkey pox)

Bedakan juga dengan herpes zoster. Pada herpes zoster lesi monomorf,
nyeri, biasanya unilateral. Pada herpes zoster juga sama-sama biasanya didahului
oleh fase prodromal, setelah fase prodromal sering disertai dengan rasa nyeri,
perubahan pada kulit terjadi pada setengah  bagian badan (unilateral)   berbentuk
garis berkaitan dengan daerah dermatom dengan lesi dermatom berupa
gelembung-gelembung kecil yang berkelompok di atas dasar eritematosa. Dapat
terjadi perkembangan yang berat yang meliputi keterlibatan mata (Zoster
trigeminus I), mukosa mulut (Zoster trigeminus II, III), telinga bagian dalam
(Zoster oticus).3,6

Gambar 7.2 herpes zoster

Dermatitis herpetiform : biasanya simetris terdiri dari papula vesikuler yang


eritematosu, serta ada riwayat penyakit kronis, dan sembuh dengan meninggalkan
pigmentasi

10
Impetigo : lesi impetigo yang pertama adalah vesikel yang cepat menjadi pustula
dan krusta. Distribusi lesi krusta. Distribusi lesi impetigo terletak dimana saja..
Impetigo tidak menyerang mukosa mulut.

Skabies : pada skabies terdapat papula yang sangat gatal. Lokasi biasanya antara
jari-  jari kaki. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Sarcoptes Scabiei.

Gambar 7,3 :scabies

2.8 Penatalaksanaan
Varicella Pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan
yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu :

- Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah.

- Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.

- Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat
(aspirin) untuk menghindari terjadinya terjadi sindroma Reye.

- Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
akibat garukan. 1,4,6-8

Obat antivirus

- Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu


penyembuhan akan lebih singkat.

- Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72 jam


setelah erupsi dikulit muncul.

11
- Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan
famasiklovir. - Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes
zoster

Neonatus : Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.

Anak ( 2 -12 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oral selama 5 hari.

Pubertas dan dewasa :

● Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari.

● Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari.

● Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari. 1-3, 6,8,11

PENCEGAHAN

Pada anak imunokompeten yang telah menderita varicella tidak diperlukan


tindakan pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditujukan pada kelompok yang
beresiko tinggi untuk menderita varicella yang fatal seperti neonatus, pubertas
ataupun orang dewasa, dengan tujuan mencegah ataupun mengurangi gejala
varicella. Tindakan pencegahan yang dapat diberikan yaitu

IMUNISASI PASIF

● Menggunakan VZIG (Varicella zoster immunoglobulin).

● Pemberiannya dalam waktu 3 hari (kurang dari 96 jam) setelah terpajan VZV,
pada anak-anak imunokompeten terbukti mencegah varicellla sedangkan pada
anak imunokompromais pemberian VZIG dapat meringankan gejala varicella.

● VZIG dapat diberikan pada yaitu :


- Anak - anak yang berusia < 15 tahun yang belum pernah menderita varicella
atau herpes zoster.
- Usia pubertas > 15 tahun yang belum pernah menderita varicella atau herpes
zoster dan tidak mempunyai antibodi terhadap VZV. - Bayi yang baru lahir,

12
dimana ibunya menderita varicella dalam kurun waktu 5 hari sebelum atau 48
jam setelah melahirkan. - Bayi premature dan bayi usia ≤ 14 hari yang ibunya
belum pernah menderita varicella atau herpes zoster.
- Anak - anak yang menderita leukaemia atau lymphoma yang belum pernah
menderita varicella.

● Dosis : 125 U / 10 kg BB.

- Dosis minimum : 125 U dan dosis maximal : 625 U.

● Pemberian secara IM tidak diberikan IV

● Perlindungan yang didapat bersifat sementara. 1,3,5 2.

IMUNISASI AKTIF

● Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dan kekebalan


yang didapat dapat bertahan hingga 10 tahun.

● Digunakan di Amerika sejak tahun 1995

. ● Daya proteksi melawan varicella berkisar antara 71 - 100%.

● Vaksin efektif jika diberikan pada umur ≥ 1 tahun dan direkomendasikan


diberikan pada usia 12 – 18 bulan.

● Anak yang berusia ≤ 13 tahun yang tidak menderita varicella


direkomendasikan diberikan dosis tunggal dan anak lebih tua diberikan dalam 2
dosis dengan jarak 4 - 8 minggu.

●Pemberian secara subcutan.

● Efek samping : Kadang - kadang dapat timbul demam ataupun reaksi lokal
seperti ruam makulopapular atau vesikel, terjadi pada 3- 5% anak - anak dan
timbul 10 - 21 hari setelah pemberian pada lokasi penyuntikan.

● Vaksin varicella : Varivax.

13
● Tidak boleh diberikan pada wanita hamil oleh karena dapat Menyebabkan
terjadinya kongenital varicella. 6,8,10

2.9 Komplikasi
Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang terjadi. Komplikasi lebih sering
terjadi  pada orang dewasa,berupa ensefalitis, pneumonia, glomerulonephritis,
karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis, arteritis, dan kelainan darah
(beberapa macam purpura).1,2

Pada anak sehat, varicella merupakan penyakit ringan dan jarang disertai
komplikasi. Angka mortalitas pada anak usia 1-14 tahun diperkirakan 2/100.000
kasus, namun pada neonatus dapat mencapai hingga 30%. Komplikasi tersering
umumnya disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial pada lesi kulit, yang
biasanya disebabkan oleh Stafilokokus aureus atau Streptokokus beta hemolitikus
grup A, sehingga terjadi impetigo, furunkel, selulitis, atau erisipelas, tetapi jarang
terjadi gangren. Infeksi fokal tersebut sering menyebabkan jaringan  parut, tetapi
jarang terjadi sepsis yang disertai infeksi metastase ke organ yang lainnya.
Vesikel dapat menjadi bula bila terinfeksi stafilokokus yang menghasilkan toksin
eksfoliatif.9,14

Pneumonia varicella hanya terdapat sebanyak 0,8% pada anak, biasanya


disebabkan oleh infeksi sekunder dan dapat sembuh sempurna. Pneumonia
varicella jarang didapatkan  pada anak dengan system imunologis normal,
sedangkan pada anak dengan defisiensi imunologis atau pada orang dewasa tidak
jarang ditemukan.4 Pneumonia, otitis media, dan meningitis supurativa jarang
terjadi dan responsif terhadap antibiotik yang tepat. Bagaimanapun juga,
superinfeksi bakteri umum dijumpai dan  berpotensi mengancam kehidupan pada
pasien dengan leukopenia.9

Pada orang dewasa demam dan gejala konstitusi biasanya lebih berat dan
berlangsung lebih lama, ruam varicella lebih luas, dan komplikasi lebih sering
terjadi. Pneumonia varicella  primer merupakan merupakan komplikasi tersering.
Pada beberapa beberapa pasien gejalanya gejalanya asimpomatis, tetapi yang

14
lainnya dapat berkembang mengenai sistem pernafasan dimana gejalanya dapat
lebih parah seperti batuk, dyspnea, tachypnea, demam tinggi, nyeri dada  pleuritis,
dan batuk darah yang biasanya yang biasanya timbul dalam 1-6 hari sesudah
sesudah timbulnya timbulnya ruam.9,14 Varicella pada kehamilan mengancam ibu
dan janinnya. Infeksi yang menyebar luas dan varicella pneumonia dapat
mengakibatkan kematian pada ibu, tetapi baik kejadian maupun keparahan
pneumonia varicella tampaknya meningkat secara secara signifikan pada
kehamilan. Janin dapat meninggal karena kelahiran prematur atau kematian ibu
karena pneumonia  berat.

2.10 Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis
yang  baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit. 1,2

15
BAB III
Laporan kasus
3.1 Identitas pasien
Nama : An S
No RM :934985
TTL/Umur :03-05-2016 /7 tahun
Jenis Kelamin :Laki -Laki
Alamat :Desa Rambahan,Rt 02
Agama :Islam
Suku :Jawa
Pendidikan terakhir:SD
Tanggal Masuk : 22 Desember 2022

IDENTITAS Penanggung jawab


Nama :Tn. A
Alamat : Desa Rambahan,Rt 02
Hubungan : Ayah Kandung
3.2 Anamnesis
Anamnesis
Dilakukan auto alloanamnesa pada tanggal 22 Desember 2022
 Keluhan Utama
Gatal diseluruh tubuh sejak 7 hari SMRS
 Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke poli umum Puskesmas Tenam tanggal 22 Desember 2022,
dengan keluhan gatal diseluruh tubuh sejak 6 hari SMRS.Os mengaku
awalnya demam yang terus menerus sejak 1 minggu SMRS disrtai batuk
dan pilek Lalu 1 hari kemudian timbul bercak kemerahan pada bagian dada
timbul bercak kemerahan pada bagian dada sebesar ujung jarum pentul
yang kemudian melenting dan berisi air . Bercak berisi air menyebar ke
kepala, tangan kanan dan kiri keesokan harinya. Lalu ke kaki kanan dan
kiri sehari kemudian. Dua hari SMRS , keluhan demam berkurang namun

16
gatal masi dirasakan diseluruh tubuh. Os belum pernah berobat .Dahulu os
tidak pernah mengelami sakit serupa.
 Riwayat Sosial Ekonomi
Os tinggal di lingkungan cukup bersih. Di lingkungan tempat tinggal tidak
ada yang menderita sakit seperti os.

3.2 Pemeriksaan Umum


 Keadaan umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
BB : 20kg TB : 100cm
 Keadaan Gizi : Baik
 Tanda-tanda vital :
Nadi : 72x/menit (teratur, kuat, teratur )
Nafas : 20x/menit, torakoabdominal
Suhu : 37,5°C
 Kepala : normochepal, normochepal, rambut berwarna berwarna hitam,
menipis
 Leher : pembesaran pembesaran KGB (-)
 Mata : konjunctiva konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik ikterik (-/-)
 Hidung : simetris, simetris, deviasi deviasi septum (-), sekret (-)
 Telinga : bentuk daun telinga telinga normal, normal, sekret (-)
 Mulut : mukosa bibir dan mulut lembab, lembab, sianosis sianosis (-)
 Tenggorokan : faring tidak hiperemis, , T1-T1 tenang
 Thorax : Jantung : BJ I-II reguler, reguler, murmur (-), gallop (-).
Paru : vesikuler, vesikuler, ronki (-), wheezing wheezing (-)
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-), pembesaran pembesaran hepar dan lien
tidak teraba
 Ekstremitas Superior : akral hangat, edema -/-, CRT< 2dtk Inferior
Inferior : akral hangat, : akral hangat, edema -/-, CRT< edema -/-, CRT<
2dtk

17
3.3 Status Dermatologis
Regio : scalp , facialis, extremitas superior dan inferior bilateral, abdomen,
thorax anterior posterior
Effloresensi : tampak bercak eritematosa dan hiperpiigmentasi berukuran
lenticular berbatas tegas dengan tepi regular , penyebaran diskret irisformis
bilateral ,  pada bagian pinggir tampak skuama

18
RESUME
Os datang ke poli umum Puskesmas Tenam tanggal 22 Desember 2022, dengan
keluhan gatal diseluruh tubuh sejak 6 hari SMRS.Os mengaku awalnya demam yang
terus menerus sejak 1 minggu SMRS disrtai batuk dan pilek Lalu 1 hari kemudian
timbul bercak kemerahan pada bagian dada timbul bercak kemerahan pada bagian
dada sebesar ujung jarum pentul yang kemudian melenting dan berisi air . Bercak
berisi air menyebar ke kepala, tangan kanan dan kiri keesokan harinya. Lalu ke kaki
kanan dan kiri sehari kemudian. Dua hari SMRS , keluhan demam berkurang namun
gatal masi dirasakan diseluruh tubuh. Os belum pernah berobat .Dahulu os tidak
pernah mengelami sakit serupa. regio : scalp , facialis, extremitas superior dan
inferior bilateral, abdomen, thorax anterior posterior, tampak bercak eritematosa dan
hiperpiigmentasi berukuran lenticular berbatas tegas dengan tepi regular , penyebaran
diskret irisformis bilateral ,  pada bagian pinggir tampak skuama

DIAGNOSIS KERJA:
Varicella Zooster

PENATALAKSANAAN
Non Medika Mentosa :
Jangan digaruk atau dipecahkan sendiri
Menjaga kebersihan badan
Minum obat teratur
Pasien diisolasikan sementara

19
Medika Mentosa:
Topical :Acyclovir salep, gentamisin salep
Oral :Acyclovir 4 x 200 mg selama 5 hari
Puyer :
Amoxicilin 3x200mg
Citirizin 5mg
Vit C 25 mg
Diberikan dalam bentuk puyer 3 x sehari.

PROGNOSIS
Dubia ad bonam

20
BAB IV
Analisa Kasus

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Varicella didapatkan dari anamnesa:


keluhan gatal diseluruh tubuh, awalnya demam yang terus terdapat batuk dan pilek
kemudian timbul bercak kemerahan pada bagian dada timbul bagian dada sebesar
ujung jarum pentul yang kemudian melenting dan berisi air . Bercak berisi air
menyebar ke kepala hal ini sesuai dengan gejala klinis dari varicella adanya gejala
prodormal berupa demam dilanjutkan munculnya ruam hingga munculnya
lenting.dilakukan pemeriksaan efloresensi kulit tampak bercak eritematosa dan
hiperpiigmentasi berukuran lenticular berbatas tegas dengan tepi regular , penyebaran
diskret irisformis bilateral ,  diberikan terapi yang sesuai serta edukasi kepada pasien
dan orang tuanya. Pasien dipulangkan dengan kondisi baik dan disarankan kontrol ke
poliklinik Puskesmas.

21
Daftar Pustaka

Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta:
EGC, 2018 : (1): 561-3.

Martin K, Noberta D, Matheus T. Varisela Zoster Pada Anak. Universitas Pelita


Harapan. Jakarta. 2020. Vol. 3 No. 1.

Djuanda, Adhi; dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima. Jakarta : FKUI.
2019

Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Cetakan III. Medis Aesculapius.


Jakarta. 2020

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Manual


Pemberantasan Penyakit Menular. Depkes RI. 2020.

Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella. Available at


www.emedicine.com Diakses pada 10 Juli 2021

Weekly Epidemiological Record. 7th August 1998. World Health Organization.


Available at:
http://www.epid.gov.lk/pdf/IDP/Dr%20Deepa/Chickenpox_guidelines.pdf
Diakses pada 16 Juni 2021.

22

Anda mungkin juga menyukai