Anda di halaman 1dari 7

CACAR AIR DAN VIRUS VARICELLA ZOSTER

A. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Cacar air adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh infeksi virus varicella zoster yang
mengakibatkan munculnya ruam kulit berupa kumpulan bintik-bintik kecil baik
berbentuk datar maupun menunjol, melepuh sertah berkeropeng dan rasa gatal.
Penyakit cacar air merupakan penyakit menular yang bisa di tularkan seseorang kepada
orang lain secara langsung, terutama pada anak dan mereka yang belum mendapat
imunisasi di indonesia, tidak banyak data yg mencatat kasus varicella secara nasional.
1.2 Perumusan Masalah
1) Apa itu penyakit cacar air atau varicella?
2) Bagaimana proses perkembangan virus varicella-zoster?
3) Bagaimana penyebaran serta cara pencegahannya?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu penyakit cacar air dan bagaimana
penyebaran, penularan serta pencegahan penyakit cacar air tersebut.
B. Isi

2.1 Definisi Virus Varicella


Cacar air adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster dan
ditandai dengan ruam atau bentol-bentol melepuh berisi cairan, seperti gatal pada kulit.
Virus varicella-zoster adalah virus penyebab cacar air dan cacar ular yang termasuk dari
keluarga Herpesviridae atau Human Herpesvirus (HHV).
2.2 Sejarah Varicella Zoster
 William Herbeden (1767) membedakan cacar air atau varicella dari small poxs
dalam tulisannya yang berjudul “On the Chicken-Pox”.
 Herpes zoster di temukan sebagai infeksi seiring saraf oleh Richard Bright (1831).
 Peradangan sensor saraf ganglion dan spinal pertama kali ditemukan oleh Von
Barensprung (1862).
 Steiner mendemonstrasi infeksi alami varicella (1875).
 Von Bokay (1888) menemukan hubungan herpes zoster varicella pada anak-anak
yang mudah terkena cacar air bila berkontak dengan penderita herpes zoster.
 Tyzzer (1906) mendeskripsikan rusaknya kulit pada cacar air secara histopatologi.
 Krundatitz (1922) dan Bruusgaard (1925) menginokulasikan anak-anak dengan
cairan vesikel dari pasien herpes zoster.
 Weller dan Stoddard (1952-1954) berhasil mengisolasi dan mengembangbiakan
virus dari cairan vesikel varicella di laboraturium.

2.3 Bentuk Virus

Virus Varicella Zoster memiliki bentuk yang identik dengan Herpes Simplex Virus (HSV)
yang berasal dari famili Herpesvirus dengan diameter 150-200 nm. Varicella zoster
memiliki bentuk simetri (tangkuk) ikosahedral atau ikosahedron yang memiliki berat
molekul 100 juta dan dikelilingi 162 kapsomer, mengandung asam nukleat berbentuk
toroid, asimetri antara kapsid dan amplop, membentuk selubung.

2.4 Struktur Virus

Struktur dari Varicella Zoster Virus (VZV) terdiri dari sebagai berikut:
1. Genom DNA untai ganda (Double-Stranded DNA) berbentuk linear ataupun
sirkuler.
2. Nukleokapsid, yaitu susunan protein yang mengelilingi asam nukleat dan
terbentuk dari kapsomer.
3. Tegument
4. Amplop protein lipid (Lipid Envelope) yaitu suatu struktur yang terbuat dari lipid,
protein dan karbohidrat yang menselubungi asam nukleat virus dan kapsid.
5. Jarum Glikoprotein (Glycoprotein Spikes) yang berukuran 8 nm.

2.5 Pathogenesis

Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata-rata 14-17 hari)
dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari 14 hari.
VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi pernafasan
(droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit.
Droplet infection dapat
terjadi 2 hari sebelum hingga
5 hari setelah timbul lesi
dikulit. VZV masuk ke dalam
tubuh manusia melalui
mukosa saluran pernafasan
bagian atas, orofaring
ataupun conjungtiva. Siklus
replikasi virus pertama
terjadi pada hari ke 2-4 yang
berlokasi pada lymph nodes
regional kemudian diikuti
penyebaran virus dalam
jumlah sedikit melalui darah
dan kelenjar limfe, yang
mengakibatkan terjadinya
viremia primer (biasanya
terjadi pada hari ke 4-6
setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus
tersebut dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang dan
menginfeksi T-cell sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang
terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase
ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis melalui T-
cell yang sudah terjangkit oleh VZV pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya
lesi dikulit yang khas. Seorang anak yang menderita varicella akan dapat menularkan
kepada yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi dikulit.

2.6 Gejala Klinis

A. Fase verium primer (stadium prodormal)

Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya didahului
dengan gejala prodormal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual dan anoreksia, yang
terjadi 1-2 hari sebelum timbulnya lesi dikulit sedangkan pada anak kecil (usia lebih
muda) yang imunokompeten.
Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan
nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.

B. Fase verium sekunder (stadium erupsi)


Pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas ke dada
(penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat meluas ke ekstremitas. Lesi juga
dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital. Lesi pada varicella biasanya sangat gatal
dan mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua stadium lesi secara
bersamaan pada satu saat.

Pada awalnya timbul makula kecil yang eritematosa pada daerah wajah dan dada, dan
kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 8-12 jam menjadi papul dan kemudian
berkembang menjadi vesikel yang mengandung cairan yang jernih dengan dasar
eritematosa. Vesikel yang terbentuk dengan dasar yang eritematous mempunyai
gambaran klasik yaitu letaknya superfisial dan mempunyai dinding yang tipis sehingga
terlihat seperti kumpulan tetesan air diatas kulit (tear drop), berdiameter 2-3 mm,
berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit atau tampak
vesikel seperti titik-titik embun diatas daun bunga mawar (dew drop on a rose petal).
Cairan vesikel cepat menjadi keruh disebabkan masuknya sel radang sehingga pada hari
ke 2 akan berubah menjadi pustula. Lesi kemudian akan mengering yang diawali pada
bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya akan menjadi krusta
dalam waktu yang bervariasi antara 2-12 hari, kemudian krusta ini akan lepas dalam
waktu 1-3 minggu dan meninggalkan bercak gelap (hyperpigmentasi) yang nantinya
akan memudar seiring waktu.

2.7 Penyebaran
Seorang individu dapat terjangkit cacar air oleh virus Varicella-Zoster yang tersebar
melalui, sebagai berikut:
 Terjadinya kontak langsung dengan si penderita cacar air
 Terkena cairan dari penderita cacar, seperti berbagi gelas yg sama, sendok,
handuk, atau terkena semburan bersin dan batuknya.
 Memegang langsung barang-barang yg sebelumnya dipakai oleh si penderita
cacar, seperti baju, seprai, atau bantal.

Ada beberapa faktor juga yang menyebabkan seseorang mudah terkena cacar air atau
virus varicella zoster. Antaranya adalah :
 Sebelumnya memang belum pernah terkena cacar air
 Belum pernah mendapatkan vaksinasi pencegahan cacar air.
 Berada di dalam satu ruangan tertutup lebih dari satu jam bersama penderita
cacar air, ini akan memudahkan virus menginfeksi tubuh melalui udara yg dihirup
bersama.
 Kekebalan tubuh yang cukup lemah, sehingga virus mudah menyerang .
 Berada satu atap dengan anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun.
Kondisi saat seseorang yang sudah mengalami cacar air dan terkena lagi dikenal dengan
sebutan reinfeksi.
Salah satu kasusnya dianalisis dalam studi yang dimuat Medical Journal Armed Forces
India (2015).
Dari kasus-kasus reinfeksi lainnya, terdapat beberapa kondisi yang memungkinkan
seseorang bisa terserang cacar air dua kali meskipun telah terinfeksi sebelumnya.

 Terinfeksi cacar air saat masih sangat kecil, terutama saat berusia kurang dari 6
bulan.
 Saat pertama kali terkena hanya memunculkan gejala cacar yang bersifat ringan
atau bahkan tidak terdeteksi karena infeksi yang berlangsung singkat di awal
(subklinis).
 Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti imunitas yang melemah,
autoimun, atau HIV.

Virus tersebut masih menetap di dalam tubuh tapi dalam keadaan “tidur” atau tidak
aktif (dorman).
Anda dikatakan terkena cacar dua kali ketika virus cacar air yang berstatus dorman
kembali aktif menginfeksi di dalam tubuh. Anda akan mengalami herpes zoster alias
cacar api. Gejala herpes zoster memang hampir mirip dengan infeksi varicella zoster,
tapi salah satu yang membedakannya adalah pola lokasi lentingnya. Pada cacar air,
biasanya lenting terjadi hampir seluruh tubuh. Herpes zoster biasanya tidak
menimbulkan lenting pada seluruh tubuh, tetapi pola lenting mengikuti dermatom (pola
persarafan) tubuh.

2.8 Pencegahan

Cara efektif untuk mencegah cacar air adalah dengan menjalani vaksinasi cacar air (Oka
Strain) sebagai imunisasi aktif dan mengonsumsi VZIG (Varicella Zoster Immunoglobin)
sebagai imunsiasi pasif. Vaksinasi ini dianjurkan pada anak dan orang dewasa yang
belum menerima vaksin cacar air.
Pada anak kecil, vaksinasi cacar air pertama akan diberikan pada usia 12–15 bulan, dan
vaksin lanjutan diberikan ketika anak berusia 4–6 tahun. Sementara bagi remaja dan
orang dewasa, vaksin cacar air diberikan dalam dua dosis dengan rentang perbedaan
waktu setidaknya 28 hari.
Pada orang yang pernah terserang cacar air, vaksinasi tidak perlu dilakukan. Hal ini
karena setelah sembuh, tubuhnya akan membentuk antibodi terhadap virus Varicella
sehingga kecil kemungkinan untuk terserang cacar air kembali.
Hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran dari cacar air atau virus
Varicella Zoster yakni sebagai berikut:
 Penderita di isolasi atau dipisahkan di ruangan lain.
 Hindari kontak dengan penderita, karena virus dapat menyebar melalui udara.
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap selesai kontak dengan
penderita.
 Hindari berbagi peralatan makan dengan penderita.
 Selalu bersihkan dan disinfeksi permukaan perabotan di area rumah.
 Ingatkan penderita yang terinfeksi cacar air untuk tidak menggaruk ruam, karena cairan di dalam
ruam tersebut mudah menular.
 Potong kuku penderita atau minta ia mengenakan sarung tangan berbahan katun, untuk
mengurangi risiko kerusakan kulit akibat garukan.
 Imbau penderita untuk tetap di rumah sampai semua ruam kering.

C. Penutup

3.1 Kesimpulan
Cacar air atau Varicella disebabkan oleh VZV (varicella zoster virus) yang bisa ditularkan
melalui inhalasi dan kemudian akan menyebar secara hematogen dan kelenjar limfe.
Varicella ini dapat menimbulkan gejala prodormal sebelum munculnya lesi di kulit, yaitu
demam, malaise, mual, anorexia, nyeri kepala.

Varicella merupakan penyakit yang hingga kini masih tetap menjadi epidemi di dunia
dan di indonesia. Walaupun infeksi varicella zoster tergolong kedalam infeksi ringan
namun dalam kondisi defisiensi imun penyakit ini dapat menjadi berat dan tidak
menutup kemungkinan berujung pada kematian. Pemberian vaksinasi dan
imunoglobulin telah terbukti efektif memberikan perlindungan dari infeksi virus.

Lingkungan yang kurang terpelihara akan gampang sekali untuk terkena penyakit bagi
para penduduknya, terutama penyakit menular. Agar semua yangg kita takutkan selama
ini tidak menimpa kita dan penduduk yang lain, maka alangkah lebih baiknya kita sama-
sama menjaga lingkungan hidup kita, karena tidak ada yang membersihkannya kecuali
dengan usaha kita agar tidak terjadi penyakit yang dapat menular ke semua penduduk.
MAKALAH PENGENALAN PENYAKIT CACAR AIR DAN
VIRUS VARICELLA ZOSTER

KELAS X-6
ANGGOTA KELOMPOK 4
ZAHRA KAMILA
NAFISYA DEFIRA
AFIFAH SYAHIRA
DEVON BINTI EZEKIEL
FAUZAN ALMUHARRAM
MUHAMMAD ADLY

Anda mungkin juga menyukai