DI SUSUN OLEH :
Charunnisa ( 20.011 )
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Varicella atau yang sering disebut “chickenpox” adalah penyakit menular akut
yang disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV). Infeksi berulang dapat
mengakibatkan terjadinya herpes zoster, dimana telah dikenal sejak lama. Infeksi
varicella primer (cacar air) susah dibedakan dengan cacar sampai akhir abad ke-19.
Pada tahun 1875, Steiner menunjukkan bahwa cacar air disebabkan oleh cairan
vesikula yang berasal dari pasien dengan akut varicella. Observasi klinis mengenai
hubungan antara varicella dan herpes zoster dibuat pada tahun 1888 oleh Von Bokay
ketika anak-anak yang tidak terbukti memiliki kekebalan terhadap varicella setelah
kontak dengan herpes zoster. VZV diisolasi dari kedua cairan vesikular yang berasal
dari cacar air dan lesi zoster dalam kultur sel oleh Thomas Weller pada tahun 1954.
Penelitian laboratorium virus itu selanjutnya menyebabkan pengembangan vaksin
varicella hidup yang dilemahkan di Jepang pada 1970-an. Vaksin ini berlisensi untuk
digunakan di Amerika Serikat pada Maret 1995. Vaksin pertama untuk mengurangi
risiko herpes zoster ini dilisensikan pada Mei 2006.
Varicella zoster virus (VZV) merupakan famili human (alpha) herpes virus.
Virus terdiri atas genome DNA double-stranded, tertutup inti yang mengandung
protein dan dibungkus oleh glikoprotein. Virus ini dapat menyebabkan dua jenis
penyakit yaitu varicella (chickenpox) dan herpes zoster (shingles). VZV memiliki
kapasitas untuk bertahan dalam tubuh setelah infeksi (pertama) primer sebagai
infeksi laten. VZV tetap dalam ganglia saraf sensorik. Infeksi primer menyebabkan
terjadinya varicella (cacar air), sementara herpes zoster (shingles) adalah akibat dari
infeksi berulang. Virus ini diyakini memiliki waktu kelangsungan hidup singkat di
lingkungan. Di Indonesia dan negara tropis lainnya, morbiditas varisela masih tinggi,
terutama pada masa anak dan dewasa muda (pubertas). Varisela tidak menyebabkan
kematian. Sejak lama disepakati bahwa varisela dapat sembuh sendiri (swasirna).
Namun, varisela termasuk penyakit yang kontagius (menular) dan penularan terjadi
dengan cepat secara airborn infection, terutama pada orang serumah dan pada orang
dengan imunokompremais. Pada orang dengan imunokompremais (misalnya pasien
dengan Human Imunodeficiency Virus ) dan kelompok tertentu (ibu hamil, neonatus)
biasanya gejala lebih berat dan mudah mengalami komplikasi.
Berbagai jenis obat antivirus berguna menghambat replikasi Varicella Zoster
Virus (VZV), misalnya asiklovir, valasiklovir, famsiklovir, dan foskarnet. Obat
antivirus bermanfaat bila diberikan dalam waktu 24 jam setelah muncul erupsi kulit.
Imunisasi vaksin varisela di Indonesia tidak termasuk imunisasi yang diharuskan.
Berdasarkan standart kompetensi dokter Indonesia yang dibuat oleh Divisi Standart
Pendidikan Kolegium Dokter Indonesia, dokter umum diharapkan dapat menegakkan
diagnosis Varicella Zooster berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pengobatan.
B. Permasalahan
Bagaimana meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit cacar
air atau varicella, komplikasi, penanganan serta pencegahan
C. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit cacar air
atau varicella, komplikasi, penanganan serta pencegahan
2. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pengobatan
Varicella Zooster
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar melakukan imunisasi lengkap dalam
upaya pencegahan penyakit varicella
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Definisi
Varicella adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh varicella zoster
virus (VZV). Infeksi berulang dapat mengakibatkan terjadinya herpes zoster. Infeksi
akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh.
E. Epidemologi
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis
kelamin.
A. Usia
Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anak-
anak dibawah 10 tahun terbanyak umur 5-9 tahun, 5% terjadi pada orang yang
berusia lebih dari 15 tahun. Sementara pada pasien yang mendapat imunisasi,
insiden terjadinya varicella secara nyata menurun.
B. Insiden
Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun 1995, insiden
terjadinya varicella terbukti menurun. Dimana sebelum tahun 1995, terbukti di
Amerika terdapat 3-4 juta kasus varicella setiap tahunnya
C. Transmisi
Transmisi penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung. Kontak tidak
langsung jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang dapat
menularkan varicella yaitu beberapa hari sebelum erupsi muncul dan sampai
vesikula yang terakhir. Tetapi bentuk erupsi kulit yang berupa krusta tidak
menularkan virus.
F. Etiologi
G. Patogenesis
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata-rata 14-
17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang
dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi
pernafasan (droplet infection) ataupunkontak langsung dengan lesi kulit. Droplet
infection dapat terjadi 2 harisebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit.VZV
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas,
orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2-4
yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam
jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya
viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4-6 setelah infeksi pertama). Pada
sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkaNn
mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan
siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan
terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh
tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya
lesi dikulit yang khas.
Contoh ; Seorang anak yang menderita varicella akan dapat menularkan kepada yang
lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi dikulit.
H. Gejala Klinis
A. Stadium Prodormal
Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya didahului
dengan gejala prodormal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual dan anoreksia,
yang terjadi 1-2 hari sebelum timbulnya lesi dikulit sedangkan pada anak kecil (usia
lebih muda) yang imunokompeten, gejala prodormal jarang dijumpai hanya demam
dan malaise ringan dan timbul bersamaan dengan munculnya lesi dikulit Gejala-gejala
ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi,
sakit kepala dan pusing.
B.Stadium Erupsi
Pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas ke dada
(penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat meluas ke ekstremitas. Lesi juga
dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital. Lesi pada varicella biasanya sangat
gatal dan mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua stadium lesi
secara bersamaan pada satu saat.Pada awalnya timbul makula kecil yang eritematosa
pada daerah wajah dan dada, dan kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 8-12
jam menjadi papul dan kemudian berkembang menjadi vesikel yang mengandung
cairan yang jernih dengan dasar eritematosa. Vesikel yang terbentuk dengan dasar
yang eritematous mempunyai gambaran klasik yaitu letaknya superfisial dan
mempunyai dinding yang tipis sehingga terlihat seperti kumpulan tetesan air diatas
kulit (tear drop), berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis panjangnya
sejajar dengan lipatan kulit atau tampak vesikel seperti titik-titik embun diatas daun
bunga mawar (dew drop on a rose petal). Cairan vesikel cepat menjadi keruh
disebabkan masuknya sel radang sehingga pada hari ke 2 akan berubah menjadi
pustula. Lesi kemudian akan mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga
terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu yang
bervariasi antara 2-12 hari, kemudian krusta ini akan lepas dalam waktu 1-3 minggu.
Pada fase penyembuhan varicella jarang terbentuk parut (scar), apabila tidak disertai
dengan infeksi sekunder bakterial.
Varicela Zooste
Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah
penyakit yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun.
Data menunukkan perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua
kulit putih lebih sering berada dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit
hitam. Zoster juga dapat timbul jarang pada anak-anak. Zoster pada pasien
imunnocompromise dapat menjadi lebih berat.
I. Diagnose
A. Anamnesa
Diagnosis varisela ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala prodromal, rasa
gatal, dan manifestasi klinis sesuai tempat predileksi dan morfologi yang khas
varisela.3
B. Pemeriksaan penunjang
Untuk pemeriksaanvirus varicella zoster (VZV) dapat
dilakukan beberapa test yaitu :
1. Tzanck smear
Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,
Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan
menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant
cells.
Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpes simpleks virus.