Anda di halaman 1dari 20

EKLAMPSIA

MATA KULIAH : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DOSEN PENGAMPU : Ns. Devi Susanti, M.Kep., Sp.Kep.M.B

Disusun Oleh :

1. Bayu Septhian Putra (20.010)


2. Irna Andriyanti (20.020)
3. Jasmine Alya Sukma P (20.021)
4. M. Kudsi Rahmi (20.054)
5. Zamila Nurul Adha (20.052)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA
TAHUN AJARAN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami mengucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa menyelesaikan
makalah ini. Tanpa  pertolongan-Nya, mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan walaupun masih ada kesalahan.
Makalah ini memuat tentang “Asuhan Keperawatan Eklampsia“ dan sengaja dipilih
karena menyangkut dengan materi yang akan dibahas serta untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan gawat darurat dan bencana.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada , IBU Ns. Devi Susanti, M.Kep.,
Sp.Kep.M.B selaku dosen selaku dosen mata ajar keperawatan gawat darurat dan bencana
dan teman-teman yang telah banyak membantu menyusun agar dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-baiknya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada  pembaca.
Khususnya untuk mahasiswa. Walaupun makalah ini masih memiliki kekurangan. Kami
mohon untuk saran dan kritiknya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. Terimakasih.

Jakarta, 15 Maret 2022

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..2
C. Tujuan……………………………………………………………………2
D. Manfaat…………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....3
A. Pengertian………………………………………………………………..3
B. Etiologi…………………………………………………………………..3
C. Patofisiologi…………………………………………………………..…5
D. Manifestasi Klinis…………………………………………………...…..5
E. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………6
F. Prinsip utama pertolongan GaDar………………………………………6
BAB III TINJAUAN………………………………………………………….7
1. Askep GaDar…………………………………………………………....7
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Eklampsia adalah gangguan yang di tandai dengan adanya koma atau kejang (Shah et
al., 2015). Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan darah ≥ 140 mmHg dan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam yang
muncul pertama setelah kehamilan 20 minggu (Watanabe et al., 2013).
Preeklampsia/eklampsia adalah salah satu dari 3 penyebab utama morbiditas dan
mortalitas ibu hamil di seluruh dunia, di negara Inggris preeklampsia /eclampsia mencapai
15% angka kematian ibu hamil dan dua per tiga disebabkan karena preeklampsia
(Ghulmiyyah, L., & Sibai, B, 2012). WHO (World Health Organization) menyebutkan
eklampsia kematian ibu hamil sebesar sebesar 12% di negara berkembang. Data Indonesia di
WHO menunjukan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2013 adalah 190 per
100.000 kelahiran hidup (WHO, 2013).
Berdasarkan data SDKI di rovinsi Jawa Timur angka kematian ibu sebesar 97,43 per
100.000 kelahiran dan di kabupaten malang angka ini mencapai 61,29 per 100.000 kelahiran
hidup dilihat dari penyebab kematian ibu preeklampsia menjadi
fakor dominan (DINKES JATIM, 2013).

Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan


mortalitas maternal dan perinatal.kejadian eklampsia di Negara berkembang berkisar
1mortalitas maternal dan perinatal.kejadian eklampsia di Negara berkembang berkisar 1dari
100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan eclampsia dari 100
hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan eclampsia berkisar 1,5 %
sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa ibu akibat berkisar 1,5 %
sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa ibu akibat eklampsia adalah
edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP dan perdarahan otak.
Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum. Bergantung
pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan. Eklampsia paling
sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering menjelang aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklampsia adalah kondisi yang
tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan kondisi yang tidak
diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan penyakit serebral yang
mengidentifikasi persamaan klinis antara eklampsia dan ensefalopati hipertensif (Vaughan
& Delanty 2000 ). Namun demikian hasil signifikan yang diperoleh menunjukkan bahwa
hipertensi tidak selalu menjadi perkursor awitan tetapi hampir selalu terjadi setelah
kejang.
RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan pengertian dari Eklampsia?


2. Jelaskan etiologi dari Eklampsia?
3. Jelaskan patofisiologi dari Eklampsia?
4. Sebutkan apa saja tanda dan gejala dari Eklampsia?
5. Sebutkan komplikasi dari Eklampsia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Eklampsia?
7. Jelaskan prinsip utama pertolongan GaDar?
8. Membuat asuhan keperawatan Eklampsia secara umum?

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
 Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan Eklampsi
 Menganalisa hubungan antara beberapa faktor resiko terhadap terjadinya
Eklampsi pada saat kehamilan
2. Tujuan Khusus
 Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan Eklampsia
 Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada pasien
Eklampsi
 Dapat membuat perencanaan pada pasien dengan Eklampsia
 Mampu melaksanakan tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan
Eklampsia

C. MANFAAT

 Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa, serta sebagai salah satu
persyaratan untuk memenuhi tugas perkuliahan kami
 Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat, maupun tenaga
kesehatan lainnya dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan
Eklampsia
 Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan
pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan managemen asuhan
keperawatan, khususnya pada kasus Eklampsia
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

 EKLAMPSIA
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari pre-eklampsia yang tidak teratasi dengan
baik. Selain mengalami gejala pre-eklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga
sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian
baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.

Eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “halilintar“ karena gejala
eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan.
Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan
ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik, biasanya pada pasien yang telah menderita
pre-eklampsia. (Pre-eklampsia dan eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi
kehamilan dan toksemia kehamil gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.)
Prawiroharjo 2005.

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas
yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana
sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre-eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 ).

B. ETIOLOGI PADA EKLAMPSIA


Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa  penelitian
penelitian menyebutkan menyebutkan ada beberapa beberapa faktor yang dapat menunjang
menunjang terjadinya terjadinya  preeklampsia  preeklampsia dan eklampsia. eklampsia.
Faktor faktor tersebut tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah
ke rahim.

 Eklampsia
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui, tetapi  banyak teori
yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini, antara lain:

1. Teori Genetik

Eklampsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan
pada anak wanita dari ibu penderita pre-eklamsia.
2. Teori Imunologik

Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan benda
asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh
ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila  janin dianggap dianggap bukan benda asing dan
rahim tidak dipengaruhi dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi
modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi.

3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental

Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero  placenta


menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai memakai sirkulasi, menimbulkan
bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin
angiotensin dan aldosteron. Renin angiotensin menimbulkan vaso konstriksi general,
termasuk oedem pada arteriol.

4. Teori Radikal Bebas

Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas.

Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil,
sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua
elektron dan berpasangan. Radikal  bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron rusak.
Pada eklampsia sumber radikal bebas yang utama adalah placenta, karena placenta dalam
pre-eklampsia mengalami iskhemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh
yang  banyak dij  banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel
Pada eklampsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan  produksi radikal
bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan  juga menurun.

5. Teori Kerusakan Endotel

Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi pembuluh darah agar
tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari pengaruh vaso konstriktor.
Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase
lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak
asam jenuh. Pada eklampsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya  peroksidase
lemak adalah sel endotel pembuluh darah. Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai
pada glumerulus ginjal yaitu berupa “glumerulus endotheliosis”.

6. Teori Trombosit

Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam arakidonik
secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero placenta menimbulkan
gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh.

7. Teori Diet Ibu Hamil

Kebutuhan kalsium ibu hamil lebih kurangnya 2 - 2½ gram 2½ gram per hari. Bila terjadi
kekurangan-kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya
kalsium otot sehingga menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan
menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari
otot pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga terjadi vasokonstriksi dan
meningkatkan tekanan darah.

C. PATOFISIOLOGI PADA EKLAMPSIA


Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang sehingga plasenta
mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia uteroplasenta dan peningkatan tekanan
darah. Terjadinya ischemia uteroplasenta dan hipertensi menimbulkan kejang atau sampai
koma pada wanita hamil.

Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi  jika semua arteriola arteriola dalam tubuh mengalami mengalami spasmus,
spasmus, maka tekanan tekanan darah dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan  penimbunan  penimbunan
air yang berlebihan berlebihan dalam ruangan ruangan interstisial interstisial belum diketahui
sebabnya, mungkin disebabkan oleh retensi air dan garam,proteinuriamungkin disebabkan
oleh spasmus Arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.

Perubahan pada organ-organ:

1. Perubahan pada otak 


Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi  pula pada
pembuluh pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat yang
dapat menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada
keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2. Perubahan pada Rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan  plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat
janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan
kepekaan terhadap rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
3. Perubahan pada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini
menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya
terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4. Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh
edema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karena
terjadinya aspires pnemonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
5. Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina Dapat ditemukan adanya edema retina
spasmus pembuluh spasmus pembuluh darah. Pada eklampsi dapat terjadi ablasio
retina disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat yang
merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang
dapat menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi
adalah adanya: skotoma, diplopia, dan ambliopia.
6. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara
asam laktat dan asam organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun.
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-
zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik
sehingga terbentuk bikarbonat natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat
kembali pulih normal.

D. MANIFESTASI KLINIS

Adapun tanda dan gejala penyakit eklampsia sebagai berikut :

a. Eklampsia ringan
1. Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
2. Keluarnya protein melalui urine (proteinuria) dengan hasil
lab. Proteinuria kuantitatif (esbach) >=300mg/24 jam
3. Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
4. Bengkak kedua kaki, lengan dan kelopak mata
b. Eklampsia berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg
2. Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam
3. terdapat protein di dalam urine dalam jumlah terdapat protein di
dalam urine dalam jumlah yang signifikan
4. Trombosit kurang dari 100.000/mm3
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes darah untuk mengetahui jumlah sel darah dalam keseluruhan.
2. Tes urin untuk memeriksa keberadaan kadar protein di urin.
3. Tes fungsi hati untuk mendeteksi kerusakan fungsi hati

F. KOMPLIKASI EKLAMPSIA
1. Solutio plasenta
Yang biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
2. Hipofibrinogemia
Kadar fibrin dalam darah yang menurun.
3. Hemolisis
Penghancuran sel darah merah sehingga menyababkan plasma darah
merah yang tidak berwarna jadi merah.
4. Pendarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita Eklampsia.
5. Edema paru
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.
G. PENATALAKSANAAN

Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan


menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan
cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan

1. Penderita eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit


2. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk
mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin
100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
3. Tujuan perawatan di rumah sakit;
 Menghentikan konvulsi
 Mengurangi vaso spasmus
 Meningkatkan diuresis
 Mencegah infeksi
 Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
 Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang
terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya kehamilan.
4. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
 Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
 Menghindari lidah tergigit
 Pemberian oksigen
 Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
 Menjaga jangan terlalu trauma
 Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)

5. Observasi ketat penderita:


 Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari
kebisingan dan rangsangan.
 Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi,
respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat
dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan
jumlah kejang.
 Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada
umumnya 2 liter dalam 24 jam.
 Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif

Tatalaksana

Tujuan pengobatan :
1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang
2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas) dengan kontrol servikal
Pada pengkajian airway pada pasien dengan eklamsia masalah yang
terjadi apabila adanya cairan dalam paru dan edema paru menimbulkan
gejala penumpukan secret, adanya suara napas tambahan.
b. Breathing dan Ventilasi
Pada pengkajian breathing pada pasien dengan eklamsia masalah
yang terjadi apabila edema paru dan menimbulkan gejala sesak napas,
adanya suara napas tambahan, dan sianosis mengakibatkan pasien
mengalami sulit bernapas karena adanya cairan dalam paru.
c. Circulation dengan kontrol perdarahan
Kegawatdaruratan pada pengkajian ini khususnya pada pasien
dengan eklamsia dilakukan pengkajian warna kulit dan capillary
refiltime memanjang (>2 detik). HB menurun, ekstremitas
dingin,edema pada ekstremitas dan tekanan darah
meningkat.Pengkajian circulation pada pasien dengan eklamsia
ditemukan adanya masalah dalam sirkulasi yang diakibatkan karena
adanya penurunan HGB,akral teraba dingin,warna kulit pucat,
pengisian kapiler>2 detik.
d. Disability
Kegawatdaruratan pada eklamsia pengkajian disability dilakukan
pengkajian neurologi untuk mengetahui kondisi umum dengan
pemeriksaan cepat yaitu mengecek tingkat kesadaran dan reaksi
pupil(tutu, 2015) Pengkajian disability pada pasien dengan eklamsia
ditemukan ablasio retina yang menyebabkan edema pada intra oculer
sehingga pasien mengalami sakit kepala dan penglihatan kabur
e. Expouse
Secara khusus pemeriksaan harus diperhatikan pada adanya indikasi
peningkatan suhu tubuh,dan kondisi pasien secara umum yang dapat
mengakibatkan keadaan umum pasien semakin buruk
Kegawatdaruratan pada kasus Eklampsia masalah yang terjadi pada
ekspouse yaitu nyeri pada abdomen.

2. Pengkajian sekunder

a. Anamnesa
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan eklamsia adalah:
 Identitas umum ibu, meliputi : nama, tempat tanggal
lahir/umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan,agama,dan
alamat rumah.
 Data riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan
tensi,oedema, pusing, nyeri epigastrium,mual muntah
penglihatan kabur.
 Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal,anemia,
vaskuler esensial hipertensi kronik,DM
 Riwayat Kehamilan: kehamilan ganda,mola
hidatidosa,hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
eklamsia sebelumnya.
 Riwayat Kesehatan Keluarga: kemungkinan mempunyai
riwayat pre-eklampsia dan eklamsia dalam keluarga.
 Pola Nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan.
 Psiko Sosial Spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan oleh karena nya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya.

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: biasanya ibu hamil dengan eklamsia dan mengalami
kelelahan,TD : ibu hamil ditemukan dengan sistol diatas 140 mmHg
dan diastole diatas 90 mmHg, Nadi : ibu hamil dengan eklamsia
ditemukan yang meningkat, Nafas: ibu hamil dengan eklamsia
ditemukan nafas yang pendek , terdengar nafas berisik dan
ngorok ,suhu : ibu hamil dengan pre eklamsia dalam kehamilan
biasanya tidak ada gangguan pada suhu, BB : akan terjadi peningkatan
berat badan lebih dari 0,5kg/Minggu atau sebanyak 3kg dalam 1 bulan.
b. Kepala: ditemukan kepala yang berketombe dan kurang bersih dan
pada ibu hamil dengan eklamsia akan mengalami sakit kepala.
c. Wajah : ibu hamil yang mengalami eklamsia wajah tampak edema
d. Mata : ibu hamil dengan eklamsia akan ditemukan konjungtiva anemis,
dan penglihatan kabur.
e. Bibir : mukos bibir lembab.
f. Mulut: terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi menjadi hiperemik
dan lunak, sehingga gusi bisa mengalami pembengkakan dan
pendarahan.
g. Leher : biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjar tiroid
h. Thorax : akan terjadi peningkatan respirasi,edema paru dan nafas
pendek.
i. Jantung : terjadi adanya dekompensasi jantung
j. Payudara: biasanya akan ditemukan payudara membesar lebih padat
dan lebih keras,putting menonjol,areola menghitam dan membesarkan
dari 3 cm menjadi 5cm sampai 6 cm , permukaan pembuluh darah
menjadi terlihat.
k. Abdomen: ditemukan nyeri pada epigastrium dan terjadi mual muntah
l. Pemeriksaan janin: bunyi jantung tidak teratur dan gerakan janin
melemah
m. Ekstremitas : adanya edema pada kaki dan juga pada jari jari
n. Sistem persyarafan : ditemukan hiperfleksia klonus pada kaki
o. Genitourinaria : biasanya didapatkan oliguria dan proteinuria.

4. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapuskan darah penurunan
hemoglobin (nilai rujukan atu kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14gr%), trombosit menurun (nilai rujukan 150-
450ribu/mm3).
B. Urinalis ditemukan protein dalam urine
C. Pemeriksaan fungsi hati bilirubin meningkat (N=<1mg /dl),aspartat
aminomtrasferase(AST)>60ul ,serum gulatamat pirufat
transaminase(SGPT) meningkat (N=15-45 u/ml) ,serum oxaloacetix
trasaminase (SGOT) meningkat (N =<31u/l) ,total protein serum
menurun (N = 6,7 – 8,7 g/dl)
D. Tes kimia darah asam urat meningkat (N = 2,4-2,7 mg/dl)
E. Ultrasonografi ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus,
pernafasan Intrauterus lambat, aktivitas janin lambat ,dan volume
cairan ketuban sedikit.
F. Kardiotografi diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

3.2 Diagnosa keperawatan

1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan reproduksi saliva
berlebih saat kejang.
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta.
3. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan tidak adekuat perfusi darah ke
placenta,hipoksia jaringan
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan oliguria
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi cairan dan edema
berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan.
6. Gangguan persepsi sensori penggunaan berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular cerebral akibat hipertensi.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai O2
8. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular cerebral akibat
hipertensi
9. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

3.3 Rencana Tindakan

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional


. Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas NOC : - Anjurkan pasien untuk 1. Menurunkan risiko


tidak efektif mengosongkan mulut dari aspirasi atau masuknya
berhubungan dengan - Respiratory Status : benda atau zat tertentu sesuatu benda asing ke
peningkatan Ventilation atau alat yang lain untuk faring.
produksi saliva menghindari rahang
berlebih saat kejang. - Respiratory Status : mengatup jika kejang 2. Meningkatkan aliran
Airway Patency terjadi. secret, mencegah tidak
jatuh dan menyumbat jalan
- Aspiration Control - Letakkan pasien pada nafas.
posisi miring, permukaan
Setelah dilakukan datar, miringkan kepala 3. Untuk memfasilitasi
Tidakan Keperawatan selama serangan kejang. usaha bernafas atau
selama…. Klien - Tanggalkan pakaian pada ekspansi dada.
menunjukkan daerah leher atau dada dan
keefektifan jalan nafas abdomen. 4. Menurunkan risiko
dengan aspirai atau aspiksia,
- Lakukan penghisapan
Kriteria Hasil : sesuai indikasi 5. Dapat menurunkan
hipoksia cerebral.
- Pasien dapat - Berikan tambahan
menunjukan jalan nafas oksigen atau ventilasi
yang pasien (klien tidak manual sesuai kebutuhan,
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal).

2, Resiko tinggi Setelah dilakukan - Monitor DJJ sesuai 1. Peningkatan DJJ


terjadinya foetal Tindakan perawatan indikasi sebagai Indikasi terjadinya
distress pada janin selama… tidak terjadi hipoksia, premature dan
berhubungan dengan foetal distress pada - Kaji tentang solusio plasenta
perubahan pada janin. pertumbuhan janin
plasenta, 2. Penurunan fungsi
- Jelaskan adanya tanda- plasenta mungkin
tanda solution plasenta diakibatkan karena
Kriteria Hasil : (nyeri perut, pendarahan, hipertensi sehingga timbul
Rahim tegang, aktifitas IUGR.
1. DJJ ( + ) : 12-12- janin menurun).
12 - Ibu dapat mengetahui
- Kaji respon janin pada tanda dan gejala solution
2. Hasil NST : Normal ibu yang diberi SM. plasenta dan tahu akibat
hipoksia bagi janin.
3. Hasil USG : Normal - Kolaborasi dengan medis
dalam pemeriksaan USG - Reaksi terapi dapat
dan NST menurunkan pernafasan
dan fungsi jantung serta
aktifitas janin

- USG dan NST untuk


mengetahui
keadaan/kesejahteraan
janin

3. Risiko cedera pada Setelah dilakukan - Identifikasi kebutuhan


ibu berhubungan Tindakan perawatan keselamatan (misalkan
dengan hipoksia selama…. Diharapkan pada kondisi fisik, fungsi
jaringan agar cedera tidak terjadi kognitif, dan Riwayat
pada ibu perilaku)

Kriteria Hasil: - Hilangkan bahaya


keselamatan lingkungan
- Tidak terjadinya
cedera pada ibu - Monitor perubahan status
keselamatan lingkungan
- Frekuensi nafas
membaik - Pantau tekanan darah ibu

- Frekuensi nadi
membaik

4. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan - Kaji pola berkemih - Mengetahui fungsi ginjal
urine berhubungan Tindakan keperawatan
dengan oliguria selama… diharapkan - Kaji intake dan output -Mengetahui adekuatnysa
resiko oliguri sampai cairan fungsi ginjal dan
anuri tidak terjadi efektifnya blodder
Jelaskan tentang
Kriteria Hasil : pentingnya pemasangan - Agar klien mengerti dan
kateter memahami
- Urine kurang lebih
50cc/jam - Lakukan pemeriksaan - Untuk mengetahui
urine setiap hari proteinuria
- Keadaan urine jernih,
kultur urine negative - Kolaborasi pemberian - Mempertahankan volume
terapi IVFD sesuai sirkulasi dan memperbaiki
- Intake dan ouput program ketidakseimbangan
cairan seimbang

- Proteinuria 0,3 g/dl

- Kreatinin 0,5-1,0/100
ml
5. Kelebihan volume Setelah dilakukan - Pantau dan catat intake - Dengan memantau intake
cairan berhubungan Tindakan keperawatan dan output setiap hari dan output diharapkan
dengan peningkatan selama…. Diharapkan dapat diketahui adanya
retensi cairan dan volume caira seimbang - Pantau tanda-tanda vital, keseimbangan cairan dan
edema berkaitan catat waktu pengisapan dapat diramalkan keadaan
dengan hipertensi Kriteria Hasil : kapiler dan kerusakan glomerulus.
pada kehamilan
- Volume cairan sesuai - Memantau atau - Dengan memantau tanda-
kebutuhan menimbang berat badan tanda vital dan pengisian
ibu kapiler dapat dijadikan
- Edema minimal pedoman untuk
- Observasi keadaan penggantian cairan atau
edema menilai respon dari
kardiovaskuler
- Berikan diet rendah
garam sesuai dengan ahli - Dengan memantau berat
gizi badan ibu dapat diketahui
berat badan yang
- Kaji distensi vena merupakan indicator yang
jugularis dan perifer tepat untuk menentukan
keseimbangan cairan.
- Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian - Keadaan edema
diuretic. (Dyazide 2x 12,5 merupakan indicator
mg oral). keadaan cairan dalam
tubuh

- Diet rendah garam akan


mengurangi terjadinya
kelebihan cairan

- Retensi cairan yang


berlebihan bisa
dimanifestasikan dengan
pelebaran vena jugularis
dan edema perifer

- Diuretic dapat
meningkatkan filtrasi
glunerulus dan
menghambat penyerapan
sodium dan air dalam
tobulus ginjal

6. Gangguan persepsi Setelah dilakukan - Kaji tingkat kekaburan - Untuk mengetahui batas
sensori penglihatan Tindakan keperawatan penglihatan kekaburan yang dialami
dengan peningkatan selama… diharapkan pasien
tekanan vascular penglihatan tidak kabur - Lakukan pengetasan
cerebral akibat lagi dan Kembali dengan menyuruh pasien - Mengetahui batas
hipertensi normal untuk kemampuan dan melatih
Kriteria Hasil : menginterprestasikan pasien untuk mengenal
benda sekitar orang dan benda sekitar
- Pasien dapat
menunjukan fungsi - Anjurkan tirah baring - Meminimalkan stimulasi
penglihatannya baik dan meningkatkan
- Jelaskan mengenai relaksasi
- Dapat penyakit
menginterprestasikan - Agar klien mengerti dan
benda yang dilihat - Kolaborasi dengan memahami sehingga dapat
dengan benar dokter dalam pemberian menentukan intervensinya
obat mata (Lasik 3x1 amp,
- Tingkat kekaburan IV)
menurun bahkan hilang

7. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan - Identifikasi deficit - Untuk mengetahui


berhubungan dengan Tindakan keperawatan tingkat aktivitas tingkat aktivitas
ketidakseimbangan selama… pasien dapat
suplai O2 berintoleransi terhadap - Montor respon - Untuk mengetahui respon
aktivitas emosional, fisik, spiritual emosional fisik social
terhadap aktivitas spiritual terhadap aktivitas
Kriteria Hasil :
- Libatkan keluarga dalam - Agar keluarga terlibat
- Berpartisipasi dalam aktivitas jika perlu dalam aktivitas
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan - Monitor pola dan jam - Untuk mengetahui pola
tekanan darah, nadi, tidur tidur dan jam tidur yang
dan RR. baik
- Ajarkan cara melakukan
- Mampu melakukan aktivitas individu - Dapat mengetahui
aktivitas sehari-hari langkah aktivitas individu.
(ADL) secara mandiri.

- Keseimbangan
aktivitas dan istirahat.

8. Nyeri akut Setelah dilakukan - Pertahankan tirah baring - Untuk mengetahui


berhubungan dengan Tindakan keperawatan selama fase akut tingkat nyeri yang dialami
peningkatan tekanan selama… diharapkan
vascular cerebral nyeri - Ajarkan pasien Teknik - Meminimalkan stimulasi
akibat hipertensi berkurang/terkontrol Non-Farmokologi ( Teknik dan meningkatkan
distraksi , nafas dalam dan relaksasi
Kriteria Hasil : kompres hangat/dingi )
- Untuk mengurangi rasa
- Nyeri hilang atau - Kontrol lingkungan yang nyeri
terkontrol dapat mempengaruhi nyeri
- Lingkungan yang
- Ekspresi wajah - Kolaborasi pemberian nyaman dapat mengurangi
tenang. analgetic (maperidin) rasa nyeri.

- Analgetic dapat
menurunkan nyeri

9. Hipertermi Setelah dilakukan - Observasi KU - Mengetahui keadaan


berhubungan dengan Tindakan keperawatan umum klien
proses penyakit selama… diharapkan - Kaji TTV
suhu badan klien - Mengetahui TTV
kembali normal. - Berikan kompres hangat
- Dapat mengerangi
Kriteria Hasil : - Kolaborasi pemeriksaan demam
laboratorium terutama
- Akral teraba normal leukosit dan trombosit - Untuk mengetahui kadar
leukosit dan trombosit
- Suhu kembali normal - Kolaborasi pemberian yang normal dapat
(36-37 derajat celcius) antipiretik (paracetamol menurunkan demam
500gr)
- Trombosit normal - Mengurangi demam
(150.000 – dengan aksi sentralnya
400.000/mm3) pada hipotalamus.
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Penyakit Eklampsia merupakan salah satu penyakit yang berbahaya dalam kehamilan.
Penyakit ini diindikasikan penyakit yang mengancam jiwa ibu hamil dikarenakan penderita
Eklampsia sering tidak mendapatkan pengobatan yang tepat dan terjadi beberapa perubahan
seperti pendarahan di otak, gangguan ginjal, dll. Oleh karena itu, langkah pertama kegawat
daruratan pada Eklampsia yang dilakukan dengan prinsip ABCDE ( Airway, Breathing,
Circulation, Disability, dan Expouse ).

SARAN

 Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang penyakit


Eklampsia serta untuk pencegahannya.
 Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting dan diharapkan
kepada mahasiswa mampu membawa konsep teoritis suatu penyakit tersebut beserta
asuhan keperawatannya.
 Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini sangatlah kurang
dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai