Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN
PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 11
1. BIMA PRADESA (1935009)
2. ELDA SERA (1935017)
3. INDI NOVIANTI (1935025)
4. TRI MUSTIASASRI (1935052)
5. ZAINUL ALFARIZI (1935055)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO
PRODI D-III KEPERAWATAN
JAKARTA PUSAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
tugas makalah Keperawatan Maternitas tentang “Asuhan Keperawatan Pre-
Eklampsia dan Eklampsia”. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih
kepada Dosen Keperawatan Maternitas yaitu Ibu Ns. Lilis Kamilah S.kep,
M.kep yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana
cara menyusun makalah.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


pancasila, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan, baik itu yang
datang dari diri kami maupun yang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para remaja pelajar,


umum, maupun pada diri penulis sendiri dan semua orang yang membaca
makalah ini. Dan mudah-mudahan dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, kami mohon untuk saran dan kritiknya.

Terima Kasih

Jakarta, 27 Januari 2021

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ........................................ 1


1.2 RUMUSAN MASALAH .................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ............................................................3

2.2 ETIOLOGI ..........................................................4

2.3 TANDA DAN GEJALA .....................................6

2.4 PROSES PENYAKIT .........................................7

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG .......................8

2.6 PENATALAKSANAAN ....................................10

2.7 KOMPLIKASI ....................................................13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN ....................................................16

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................18

3.3 INTERVANSI KEPERAWATAN .....................18

3.4 IMPLEMENTASI ...............................................22

3.5 EVALUASI .........................................................22

ii
BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN ................................................... 23

4.2 SARAN ...............................................................23

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar
kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu,
dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan
berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan
psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI,
1983).
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu
menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya
berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang
dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan melakukan tindakan keperawatan
dalam mengatasi masalah kehamilan persalinan dan nifas, membantu dan
mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal
selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan,
memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan,
membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat
wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian,
merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut. Pre eklampsia dan eklampsia merupakan salah satu
komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan
setelah umur 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (Amiruddin dkk, 2007).
Preeklampsia terjadi karena adanya mekanisme imunolog yang kompleks,
aliran darah ke plasenta berkurang, akibatnya suplai zat makanan yang
dibutuhkan janin berkurang. Penyebabnya karena penyempitan pembuluh darah

1
yang unik, yang tidak terjadi pada setiap orang selama kehamilan (Indiarti, 2009
& Cunningham, 2001). Perdarahan, infeksi, dan eklampsia merupakan
komplikasi yang tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja
terjadi ibu hamil yang telah diidentifikasi normal (Senewe dan Sulistiawati,
2009).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Jelaskan definisi kasus tersebut!


1.2.2 Apakah etiologi kasus tersebut?
1.2.3 Jelaskan tanda dan gejala pre-eklampsia dan eclampsia!
1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi pada kasus pre-eklampsia dengan eclampsia?
1.2.5 Apakah komplikasi yang mungkin terjadi?
1.2.6 Apakah pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk kasus diatas?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan pada kasus pre-eklampsia dan eklampsia?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
2.1.1 Pre-eklampsia
Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada
kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan
proteinuria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul
setelah kehamilan berumur 20 minggu. (NANDA NICNOC Jilid 3)
Preeklampsia merupakan salah satu penyakit yang
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsia
adalah suatu sindroma spesifik akibat kehamilan yang secara klinis
dapat berakibat pada semua sistem organ tubuh. Hal ini disebabkan
oleh penurunan perfusi ke organ akibat vasospasme dan disfungsi
endotel. Secara singkat preeklampsia merupakan suatu sindroma yang
terdiri dari hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai proteinuria (Angsar 2008 ; Cunningham,2010).
Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah
hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥
140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan
proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2012).
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai
dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
(Sitomorang, dkk 2016)

3
2.1.2 Eklampsia
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam
persalinan, atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
(bukan timbul akibat kelainan saraf) dan/ atau koma dimana sebelumnya
sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia. (NANDA NICNOC
Jilid 3)
Eklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan
darah tinggi dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi
serius ini selalu di dahului dengan preeklamsia sebelumnya.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia. Eklamsia
merupakan kondisi yang jarang terjadi, namun harus segera ditangani
karena dapat membahayakan nyawa ibu hamil dan janin.Eklampsia
adalah gangguan yang di tandai dengan adanya koma atau kejang
(Shah et al., 2015).
Eklampsia adalah gangguan yang di tandai dengan adanya
koma atau kejang (Shah et al., 2015). Preeklampsia adalah hipertensi
yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
peningkatan tekanan darah ≥ 140 mmHg dan proteinuria ≥ 300 mg/24
jam yang muncul pertama setelah kehamilan 20 minggu (Watanabe et
al., 2013).

4
2.2 ETIOLOGI
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eclampsia sampai
sekarang belum diketahui. Tetapi pre-eklampsia dan ekslampsia hamper
secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara).
Biasanya terdapat pada wnita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu pada
remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
(NANDA NICNOC Jilid 3). Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut
sebagai “the disease of theory”. Teori yang dapat diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut :
1. peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida, kehamilan
ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa
2. peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring bertambahnya usia
kehamilan
3. perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus
4. penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya
5. mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma

Sedikitnya terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia


hingga saat ini, yaitu:
1) Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri
spiralis sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang
dapat berkembang menjadi iskemia plasenta. Implantasi plasenta pada
kehamilan normal dan PE Implantasi plasenta normal yang
memperlihatkan proliferasi trofoblas ekstravilus membentuk satu kolom
di bawah vilus penambat. Trofoblas ekstravilus menginvasi desidua dan
berjalan sepanjang bagian dalam arteriol spiralis. Hal ini menyebabkan
endotel dan dinding pembuluh vaskular diganti diikuti oleh pembesaran
pembuluh darah.
2. Peningkatan toksisitas very low density lipoprotein (VLDL).
5
3. Maladaptasi imunologi, yang menyebabkan gangguan invasi arteri
spiralis oleh sel-sel sinsitiotrofoblas dan disfungsi sel endotel yang
diperantarai oleh peningkatan pelepasan sitokin, enzim proteolitik dan
radikal bebas.
4. Genetik.

Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta.
Namun, banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara
faktor-faktor yang ditemukan tersebut seringkali sukar ditentukan apakah
faktor penyebab atau merupakan akibat.

Faktor resiko terjadinya pre-eklampsia dan eclampsia :


1. Kehamilan pertama
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atu eclampsia
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal,
migraine dan tekanan darah tinggi)
6. Kehamilan kembar

2.3 TANDA DAN GEJALA


2.3.1 Pre-eklampsia
A. Pre Eklampsia Ringan
- Hipertensi antara 140/90 atau kenaikan sistole dan diastole
mm Hg/15 mm Hg
- Edema kaki, tangan, atau muka, atau kenaikan BB 1
kg/minggu
- Proteinuria 0,3 gr/24 jam atau plus 1-2
- Oliguria

6
B. Pre Eklampsia Berat
- Hipertensi 160/110 mmHg
- Proteinuria 5gr/24 jam atau plus 4-5
- Oliguria 400 cc/24 jam
- Edema paru dapat disertai sianosis
- Keluhan subjektif
● Nyeri kepala frontal
● Gangguan penglihatan
● Nyeri epigastrium

2.3.2 Eklampsia
 Gejala paeklampsia
 Disertai koma atau konvulsi
 Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas.
 Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema, dan proteinuria)
 Kejang – kejang atau koma
 Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ.
 Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah

2.4 PROSES PENYAKIT


Pada awal kehamilan, sel sitotrofoblas menginvasi arterispiralis
uterus, mengganti lapisan endothelial dari arteri tersebut dengan merusak
jaringan elastis medial, muskular, dan neural secara berurutan. Sebelum
trimester kedua kehamilan berakhir, arteri spiralis uteri dilapisi oleh
sitotrofoblas, dan sel endothelial tidak lagi ada pada bagian endometrium atau
bagian superfisial dari miometrium. Proses remodeling arteri spiralis uteri
menghasilkan pembentukan sistem arteriolar yang rendah tahanan serta
mengalami peningkatan suplai volume darah yang signifikan untuk
kebutuhan pertumbuhan janin. Pada preeklampsia, 3 invasi arteri spiralis uteri
hanya terbatas pada bagian desidua proksimal, dengan 30% sampai dengan
50% arteri spiralis dari placental bed luput dari proses remodeling trofoblas

7
endovaskuler. Segmen miometrium dari arteri tersebut secara anatomis masih
intak dan tidak terdilatasi. Rerata diameter eksternal dari arteri spiralis uteri
pada ibu dengan preeklampsia adalah 1,5 kali lebih kecil dari diameter arteri
yang sama pada kehamilan tanpa komplikasi. Kegagalan dalam proses
remodeling vaskuler ini menghambat respon adekuat terhadap kebutuhan
suplai darah janin yang meningkat yang terjadi selama kehamilan. Ekspresi
integrin yang tidak sesuai oleh sitotrofoblas ekstravilli mungkin dapat
menjelaskan tidak sempurnanya remodeling arteri yang terjadi pada
preeklampsia.

Kegagalan invasi trofobas pada preeklampsia menyebabkan


penurunan perfusi uteroplasenta, sehingga menghasilkan plasenta yang
mengalami iskemi progresif selama kehamilan. Selain itu, plasenta pada ibu
dengan preeklampsia menunjukkan peningkatan frekuensi infark plasenta dan
perubahan morfologi yang dibuktikan dengan proliferasi sitotrofoblas yang
tidak normal. Bukti empiris lain yang mendukung gagasan bahwa plasenta
merupakan etiologi dari preeklampsia adalah periode penyembuhan pasien
yang cepat setelah melahirkan.

Jaringan endotel vaskuler memiliki beberapa fungsi penting, termasuk


di antaranya adalah fungsi pengontrolan tonus otot polos melalui pelepasan
substansi vasokonstriktor dan vasodilator, serta regulasi fungsi anti koagulan,
anti platelet, fibrinolisis melalui pelepasan faktor yang berbeda. Hal ini
menyebabkan munculnya gagasan bahwa pelepasan faktor dari plasenta yang
merupakan respon dari iskemi menyebabkan disfungsi endotel pada sirkulasi
maternal. Data dari 4 hasil penelitian mengenai disfungsi endotel sebagai
patogenesis awal preeklampsia menunjukkan bahwa hal tersebut
kemungkinan merupakan penyebab dari preeklampsia, dan bukan efek dari
gangguan kehamilan tersebut. Selanjutnya, pada ibu dengan preeklampsia,
faktor gangguan kesehatan pada ibu yang sudah ada sebelumnya seperti
hipertensi kronis, diabetes, dan hiperlipidemia dapat menjadi faktor
predisposisi atas kerusakan endotel maternal yang lebih lanjut.

8
9
2.5 PEMERIKSAAN
PENUNJANG

2.5.1 Pre-eklampsia

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk penegakkan


diagnosis, identifikasi komplikasi, dan menyingkirkan diagnosis
banding. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan diantaranya:

1. Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium bisa didapatkan :

a) Protein urin: dipstick≥1+, ≥300 mg pada spesimen urin 24


jam, rasio protein/kreatin ≥3
b) Enzim hepar: ALT/AST dapat ditemukan meningkat hingga
dua kali lipat nilai normal
c) Serum kreatinin >1.1 mg/dL atau kenaikan level serum
kreatinin dua kali lipat tanpa penyakit ginjal lainnya

10
2. USG
Pada preeklampsia, USG digunakan untuk menilai adanya
IUGR (Intrauterine Growth Restriction)

3. Cardiotocography (CTG)
Cardiotocography (CTG) digunakan untuk menilai adanya
gawat janin (monitoring janin)

4. Radiologi
MRI atau CT Scan dapat digunakan pada pasien eklampsia
untuk mengetahui terdapat kondisi seperti edema serebral atau
perdarahan intrakranial, tetapi tidak begitu dibutuhkan untuk
penegakan diagnosis dan tatalaksana.

2.5.2 Eklampsia

Dalam mendiagnosis eklamsia, dokter akan menanyakan


kepada keluarga yang membawa ibu hamil ke rumah sakit tentang
kejang yang dialami, termasuk riwayat pemeriksaan kehamilan,
penyakit, dan preeklampsia sebelumnya. Setelah itu, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk memastikan apakah
kondisi ibu hamil dan janin dalam keadaan stabil.

Untuk memastikan eklampsia dan kerusakan organ yang sudah


terjadi, akan dilakukan pemeriksaan penunjang berikut:

1. Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah secara


keseluruhan
2. Tes urin, untuk memeriksa keberadaan dan kadar protein
di urin
3. Tes fungsi hati, untuk mendeteksi kerusakan fungsi hati

11
4. Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk
mengetahui kadar kreatin di ginjal dan mendeteksi adanya
kerusakan ginjal
5. Ultrasonografi (USG), untuk memastikan kondisi janin
dalam keadaan sehat

2.6 PENATALAKSANAAN

A. Preeklampsia Ringan Kehamilan < 37 minggu:


Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara
rawat jalan:
1) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi
janin.
2) Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya
preeklampsia dan eklampsia.
3) Lebih banyak istirahat
4) Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
5) Tidak perlu diberi obat-obatan
 
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:
 Diet biasa
 Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urin (untuk proteinuria)
sekali sehari.
 Tidak perlu diberi obat-obatan
 Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi kordis, atau gagal ginjal akut 

Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan:


 Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia
berat.

12
 Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,
keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat
 Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali
 
Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap rawat. Lanjutkan penanganan
dan observasi kesehatan janin. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan
janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak, rawat
sampai aterm. Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia
berat.
 
B. Preeklampsia Ringan Kehamilan > 37 Minggu:
Terminasi kehamilan:
 Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan
dengan oksitosin atau prostaglandin (misoprostol).
 Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan
prostaglandin atau lakukan seksio sesarea.

C. Preeklampsia Berat dan Eklampsia


Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia.
Non Farmakologi:
 Bersihkan jalan napas
 Pasang sulip lidah
 Rawat inap
 Oksigen 4-6L/menit
 Infus Ringer Laktat 5%
 Pemasangan kateter untuk pemantauan diuresis
 Observasi DJJ dengan non-stress test (kardiotokografi),
periksa tanda vital ibu dan janin
 Rujuk untuk rencana penatalaksanaan terminasi kehamilan

13
 Edukasi pasien
Farmakologi:
 MgSO4 40% 8 gr IM sebagai loading dose
 MgSO4 20% 4 gr bolus IV secara perlahan
 Dosis perawatan: MgSO4 40% 4 gr IM setiap 4 jam
 
Mekanisme kerja MgSO4 :
 Menghambat potensial aksi selular
 Berkompetisi dengan kalsium pada pengikatan reseptor
 Menyebabkan kalsium interselular menurun dengan cara
mengaktivasi adenilat siklase
 Indikasi: mencegah atau mengendalikan kejang akibat
eklampsia dan preeklampsia berat
 
Efek Samping:
 Refleks patella hilang
 Depresi pernapasan, dapat diatasi dengan kalsium glukonas
10% IV
 Paralisis atau henti napas dan pada dosis tinggi dapat terjadi
henti jantung
 Mual, muntah
 Mengantuk, bingung, otot lemah
 Kolik, diare

2.7 KOMPLIKASI
1. Kejang-kejang (eklampsia)

Eklampsia merupakan jenis komplikasi preeklampsia dengan kondisi


kejang otot yang dapat dialami wanita hamil. Kondisi ini kerap muncul dari
minggu 20 kehamilan atau beberapa waktu setelah melahirkan. Selama
kejang eklampsia, lengan, kaki, leher atau rahang Anda tanpa sadar akan
berkedut berulang kali. Bahkan dalam beberapa kasus, Anda juga dapat

14
kehilangan kesadaran dan mengompol. Kejang yang termasuk komplikasi
preeklampsia biasanya berlangsung kurang dari satu menit. Meski
kebanyakan wanita dapat pulih setelah eklampsia, tetapi ada risiko kecil
terjadinya cacat permanen atau kerusakan otak jika mengalami kejang parah
dalam komplikasi preeklampsia.

Mengutip dari NHS, sekitar 1 dari 50 wanita yang mengalami


eklampsia meninggal dalam kondisi tersebut. Tidak hanya itu, bayi yang
belum lahir bisa mati lemas selama kejang terjadi. Dari beberapa kasus yang
pernah terjadi, diketahui 1 dari 14 bayi meninggal karena dampak
preeklampsia yang satu ini. Penelitian telah menemukan bahwa obat yang
disebut magnesium sulfat dapat mengurangi separuh risiko eklampsia dan
risiko ibu mengalami sekarat. Obat ini sekarang banyak digunakan untuk
pengobatan setelah terjadinya eklampsia dan untuk mengobati wanita yang
mungkin berisiko mengalami  dampak preeklampsia.

2. Sindrom HELPP

Salah satu komplikasi preeklampsia yaitu Sindrom HELPP. Ini adalah


gangguan hati dan pembekuan darah langka yang dapat terjadi pada wanita
hamil. Kemungkinan besar kondisi ini terjadi setelah bayi dilahirkan, tetapi
dapat muncul kapan saja setelah 20 minggu kehamilan dan sebelum 20
minggu dalam kasus yang jarang terjadi.

Sindrom HELPP sendiri merupakan kepanjangan dari Hemolysis,


Elevated Liver Enzimes and Low Platelet Count atau hemolisis, peningkatan
enzim hati, dan jumlah trombosit yang rendah. Sindrom HELPP berbahaya
seperti eklampsia, tetapi sedikit lebih umum. Satu-satunya cara untuk
mengatasi dampak preeklampsia ini adalah dengan melahirkan bayi sesegera
mungkin.

15
3. Stroke

Komplikasi preeklampsia ini terjadi karena suplai darah ke otak yang


terganggu sebagai akibat dari tekanan darah tinggi. Hal ini dikenal sebagai
perdarahan otak atau stroke. Jika otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan
nutrisi dari darah, sel-sel otak akan mati sehingga menyebabkan kerusakan
otak bahkan kematian.

4. Masalah organ

Berikut berbagai masalah organ yang muncul akibat komplikasi


preeklampsia:

a. Edema paru

Edema paru adalah kondisi di mana cairan menumpuk di


dalam dan di sekitar paru-paru, membuat paru-paru berhenti bekerja
dengan baik yaitu menghalangi paru-paru menyerap oksigen.

b. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan kondisi di mana ginjal sudah tidak


dapat lagi menyaring produk limbah dari darah. Hal ini menyebabkan
racun dan cairan tertumpuk di dalam tubuh dan bisa menyebabkan
komplikasi.

c. Gagal hati

Hati memiliki banyak fungsi termasuk mencerna protein dan


lemak, memproduksi empedu dan mengeluarkan racun. Setiap
kerusakan yang mengganggu fungsi-fungsi ini bisa berakibat fatal dan
mengakibatkan komplikasi.

5. Gangguan pembekuan darah

16
Preeklampsia yang tidak ditangani dengan tepat dapat membuat sistem
pembekuan darah Anda rusak, dikenal secara medis sebagai disseminated
intravascular coagulation. Hal ini bisa mengakibatkan perdarahan karena
tidak ada cukup protein dalam darah untuk membuat darah menggumpal.
Gumpalan darah ini dapat mengurangi atau memblokir aliran darah melalui
pembuluh darah dan kemungkinan merusak organ.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu
proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya.
Pengkajian dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam
pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul
lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui
masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan. Pengkajian yang dilakukan
pada ibu dengan preeklamsia/eklamsia antara lain sebagai berikut :

1) Identitas Umum Ibu.


2) Data Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
17
 Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
 Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu.
 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
 Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
 Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
 Gangguan virus : penlihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
 Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
 Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan
tidak tenang.
 Edema pada ekstremitas.
 Tengkuk terasa berat.
 Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Kemungkinan mempunyai riwayat
preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga.
d. Riwayat Perkawinan : Biasanya terjadi pada wanita yang menikah
dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.  
3) Pemeriksaan Fisik Biologis
a. Keadaan umum : lemah.  
b. Kepala : sakit kepala, wajah edema.
c. Mata : konjungtifa sedikit anemis, edema pada retina.
d. Abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah
e. Ektremitas : oedema pada kaki juga pada tangan dan jari- jari
f. Sistem persyarafan : hiperrefleksia, klonus pada kaki.
g. Genituorinaria : oligura, proteinuria.
h. Pemeriksaan janin : bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin
melemah.

4) Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium
18
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ).
 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ).
 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).

2) Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.


3) Pemeriksaan Fungsi hati :
 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
 Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-
45 u/ml).
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N=
<31 u/l).
 Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
 Tes kimia darah : Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl).
b. Radiologi
1) Ultrasonografi : Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.
2) Kardiofotografi : Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
3) USG : untuk mengetahui keadaan janin
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak
e. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cairan pada paru (oedem
paru)

19
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glumerolus sekunder terhadap penurunan cardiac output
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan terjadinya
vasospasme arterional, edema serebral dan pendarahan
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan terapi dan
perawatan

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cairan pada paru (oedem
paru)
Definisi : kelebihan atau defisit pada oksigenasi atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolar-kapiler
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Mendemostrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
b. Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas tanda-tanda distress
pernafasan
c. Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan spuntum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi keperawatan :
1) Buka jalan nafas, gunakan Teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
5) Monitor respirasi dan status oksigen
6) Monitor suara napas
7) Monitor pola napas

20
8) Auskultasi suara paru setelah Tindakan untuk mengetahui hasilnya

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi


glumerolus sekunder terhadap penurunan cardiac output
Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonic
Tujuan Kriteria hasil :
a. Terbebas dari edema, efusi dan anaskara
b. Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu atau ortopneu
c. Terbebas dari distensivena jugularis, reflek hepatojugular (+)
d. Memeliharan tekanan vena sentral, tekana kapilerparu, output
jantung dan vital sign dalam batas normal
e. Terbebas dari kelelahan, kecemasan dan kebingungan
f. Menjelaskan indicator kelebihan cairan
Intervensi keperawatan :
1) Monitor hasil hb yang sesuai dengan retensi cairan
2) Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori
3) Monitor status nutrisi
4) Monitor berat badan
5) Catat secara akutar intake dan output
6) Monitor adanya distensi leher, rinchi, oedem perifer dan adanya
penambahan bb
7) Monitor tanda dan gejala oedem
8) Kolaborasi pemberian diuretic sesuai instruksi

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan terjadinya


vasospasme arterional, edema serebral dan pendarahan
Definisi : Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu
kesehatan
Tujuan kriteria hasil :
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatik hipertensi

21
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
d. Berkomunasi dengan jelas sesuai dengan kemampuan
e. Membuat keputusan dengan baik dan tepat
f. Tingkat kesadaran membaik dan tidak ada Gerakan-gerakan
involunter
Intervensi keperawatan :
1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2) Batasi Gerakan pada kepala, leher dan punggung
3) Monitor kemampuan BAB
4) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
5) Kolaborasi pemberian analgetic
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Definisi : merasa kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan social
Tujuan kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol kecemasan
b. Mengontrol nyeri
c. Status lingkungan yang nyaman
d. Respon terhadap pengobatan
e. Dapat mengontrol ketakutan
f. Support social
Intervensi keperawatan :
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3) Pahami perspektif pasien terhadap stress
4) Identifikasi tingkat kecemasan
5) Instruksikan pasien untuk melakukan Teknik relaksasi
6) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

22
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan terapi dan
perawatan
Definisi : ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu
Tujuan kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan Kembali apa yang
dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya
Intervensi keperawatan :
1) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat
2) Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
3) Diskusika pilihan terapi yang tepat Bersama keluarga pasien
4) Instruksikan pasien menganai tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan Kesehatan dengan cara yang tepat

3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.

3.5 EVALUASI
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala sebagian
dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Pre-eklampsia berat merupakan suatu kelanjutan dari pre-eklampsia
ringan dimana terjadinya kenaikan tekanan darah 160/110 mmHg, proteinuria
5 gram/lebih dalam 24 jam (+3 atau +4), oliguria, nyeri epigastrium,
gangguan penglihatan. Dalam keadaan PEB, jika tidak ditangani dengan
segera maka pasien akan mengalami kejang/sudah dalam tahap eklampsia.
Banyak pesien yang berpotensi dalam PEB ini antara lain : faktor
genetik (keturunan/riwayat keluarga hipertensi), kehamilan ganda, obesitas,
DM, dan faktor prodisposisi. Ibu pekerja keras dan perokok.

24
Untuk mencegah agar pre-eklampsia ini tidak menjadi berat atau
bahkan menjadi eklampsia, perlu dipantau dalam setiap kunjungan ulang
antenatal yaitu pertambahan BB yang meningkat terlalu jauh perminggu,
tekanan darah dan proteinuria.
Jika kita menemukan pasien dengan kasus PEB, tindakan segera yang
langsung kita ambil adalah segera pasien dirujuk ke RS karena kasus ini
bukanlah wewenang kita sebagai bidan dan harus memerlukan tindakan yang
lebih lanjut yang tidak bisa kita tangani sendiri

4.2 SARAN
1. Untuk dapat mendeteksi secara dini dan mencegah terjadinya
pre-eklampsia/eklampsia maka dalam melakukan ANC, bidan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan standar 7T
(TB/BB, TD, TFU, TT, Tablet Fe, Temuwicara, Torch).
2. Diharapkan pada tenaga kesehatan untuk menjelaskan tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan, sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal dan
penyimpangan yang terjadi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat.
3. Tenaga kesehatan harus memberikan penyuluhan pada ibu – ibu hamil
tentang KB supaya mereka bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan
kondisi kesehatannya, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan
penyulit kehamilan dan persalinan.
4. Jika tenaga kesehatan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB
segera rujuk ke RS.

25
DAFTAR PUSTAKA

Nurafif, amin huda dan Kusuma, hardhi. 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan
diagnose medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction Publishing. Jilid 1-
Cetakan 1

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia

26

Anda mungkin juga menyukai