ASUHAN KEPERAWATAN
PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 11
1. BIMA PRADESA (1935009)
2. ELDA SERA (1935017)
3. INDI NOVIANTI (1935025)
4. TRI MUSTIASASRI (1935052)
5. ZAINUL ALFARIZI (1935055)
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
tugas makalah Keperawatan Maternitas tentang “Asuhan Keperawatan Pre-
Eklampsia dan Eklampsia”. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih
kepada Dosen Keperawatan Maternitas yaitu Ibu Ns. Lilis Kamilah S.kep,
M.kep yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana
cara menyusun makalah.
Terima Kasih
Kelompok 11
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB IV PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang unik, yang tidak terjadi pada setiap orang selama kehamilan (Indiarti, 2009
& Cunningham, 2001). Perdarahan, infeksi, dan eklampsia merupakan
komplikasi yang tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja
terjadi ibu hamil yang telah diidentifikasi normal (Senewe dan Sulistiawati,
2009).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.1.1 Pre-eklampsia
Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada
kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan
proteinuria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul
setelah kehamilan berumur 20 minggu. (NANDA NICNOC Jilid 3)
Preeklampsia merupakan salah satu penyakit yang
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsia
adalah suatu sindroma spesifik akibat kehamilan yang secara klinis
dapat berakibat pada semua sistem organ tubuh. Hal ini disebabkan
oleh penurunan perfusi ke organ akibat vasospasme dan disfungsi
endotel. Secara singkat preeklampsia merupakan suatu sindroma yang
terdiri dari hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai proteinuria (Angsar 2008 ; Cunningham,2010).
Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah
hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥
140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan
proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2012).
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai
dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
(Sitomorang, dkk 2016)
3
2.1.2 Eklampsia
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam
persalinan, atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
(bukan timbul akibat kelainan saraf) dan/ atau koma dimana sebelumnya
sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia. (NANDA NICNOC
Jilid 3)
Eklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan
darah tinggi dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi
serius ini selalu di dahului dengan preeklamsia sebelumnya.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia. Eklamsia
merupakan kondisi yang jarang terjadi, namun harus segera ditangani
karena dapat membahayakan nyawa ibu hamil dan janin.Eklampsia
adalah gangguan yang di tandai dengan adanya koma atau kejang
(Shah et al., 2015).
Eklampsia adalah gangguan yang di tandai dengan adanya
koma atau kejang (Shah et al., 2015). Preeklampsia adalah hipertensi
yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
peningkatan tekanan darah ≥ 140 mmHg dan proteinuria ≥ 300 mg/24
jam yang muncul pertama setelah kehamilan 20 minggu (Watanabe et
al., 2013).
4
2.2 ETIOLOGI
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eclampsia sampai
sekarang belum diketahui. Tetapi pre-eklampsia dan ekslampsia hamper
secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara).
Biasanya terdapat pada wnita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu pada
remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
(NANDA NICNOC Jilid 3). Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut
sebagai “the disease of theory”. Teori yang dapat diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut :
1. peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida, kehamilan
ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa
2. peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring bertambahnya usia
kehamilan
3. perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus
4. penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya
5. mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma
Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta.
Namun, banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara
faktor-faktor yang ditemukan tersebut seringkali sukar ditentukan apakah
faktor penyebab atau merupakan akibat.
6
B. Pre Eklampsia Berat
- Hipertensi 160/110 mmHg
- Proteinuria 5gr/24 jam atau plus 4-5
- Oliguria 400 cc/24 jam
- Edema paru dapat disertai sianosis
- Keluhan subjektif
● Nyeri kepala frontal
● Gangguan penglihatan
● Nyeri epigastrium
2.3.2 Eklampsia
Gejala paeklampsia
Disertai koma atau konvulsi
Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas.
Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema, dan proteinuria)
Kejang – kejang atau koma
Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ.
Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah
7
endovaskuler. Segmen miometrium dari arteri tersebut secara anatomis masih
intak dan tidak terdilatasi. Rerata diameter eksternal dari arteri spiralis uteri
pada ibu dengan preeklampsia adalah 1,5 kali lebih kecil dari diameter arteri
yang sama pada kehamilan tanpa komplikasi. Kegagalan dalam proses
remodeling vaskuler ini menghambat respon adekuat terhadap kebutuhan
suplai darah janin yang meningkat yang terjadi selama kehamilan. Ekspresi
integrin yang tidak sesuai oleh sitotrofoblas ekstravilli mungkin dapat
menjelaskan tidak sempurnanya remodeling arteri yang terjadi pada
preeklampsia.
8
9
2.5 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
2.5.1 Pre-eklampsia
1. Laboratorium
10
2. USG
Pada preeklampsia, USG digunakan untuk menilai adanya
IUGR (Intrauterine Growth Restriction)
3. Cardiotocography (CTG)
Cardiotocography (CTG) digunakan untuk menilai adanya
gawat janin (monitoring janin)
4. Radiologi
MRI atau CT Scan dapat digunakan pada pasien eklampsia
untuk mengetahui terdapat kondisi seperti edema serebral atau
perdarahan intrakranial, tetapi tidak begitu dibutuhkan untuk
penegakan diagnosis dan tatalaksana.
2.5.2 Eklampsia
11
4. Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk
mengetahui kadar kreatin di ginjal dan mendeteksi adanya
kerusakan ginjal
5. Ultrasonografi (USG), untuk memastikan kondisi janin
dalam keadaan sehat
2.6 PENATALAKSANAAN
12
Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,
keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat
Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali
Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap rawat. Lanjutkan penanganan
dan observasi kesehatan janin. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan
janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak, rawat
sampai aterm. Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia
berat.
B. Preeklampsia Ringan Kehamilan > 37 Minggu:
Terminasi kehamilan:
Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan
dengan oksitosin atau prostaglandin (misoprostol).
Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan
prostaglandin atau lakukan seksio sesarea.
13
Edukasi pasien
Farmakologi:
MgSO4 40% 8 gr IM sebagai loading dose
MgSO4 20% 4 gr bolus IV secara perlahan
Dosis perawatan: MgSO4 40% 4 gr IM setiap 4 jam
Mekanisme kerja MgSO4 :
Menghambat potensial aksi selular
Berkompetisi dengan kalsium pada pengikatan reseptor
Menyebabkan kalsium interselular menurun dengan cara
mengaktivasi adenilat siklase
Indikasi: mencegah atau mengendalikan kejang akibat
eklampsia dan preeklampsia berat
Efek Samping:
Refleks patella hilang
Depresi pernapasan, dapat diatasi dengan kalsium glukonas
10% IV
Paralisis atau henti napas dan pada dosis tinggi dapat terjadi
henti jantung
Mual, muntah
Mengantuk, bingung, otot lemah
Kolik, diare
2.7 KOMPLIKASI
1. Kejang-kejang (eklampsia)
14
kehilangan kesadaran dan mengompol. Kejang yang termasuk komplikasi
preeklampsia biasanya berlangsung kurang dari satu menit. Meski
kebanyakan wanita dapat pulih setelah eklampsia, tetapi ada risiko kecil
terjadinya cacat permanen atau kerusakan otak jika mengalami kejang parah
dalam komplikasi preeklampsia.
2. Sindrom HELPP
15
3. Stroke
4. Masalah organ
a. Edema paru
b. Gagal ginjal
c. Gagal hati
16
Preeklampsia yang tidak ditangani dengan tepat dapat membuat sistem
pembekuan darah Anda rusak, dikenal secara medis sebagai disseminated
intravascular coagulation. Hal ini bisa mengakibatkan perdarahan karena
tidak ada cukup protein dalam darah untuk membuat darah menggumpal.
Gumpalan darah ini dapat mengurangi atau memblokir aliran darah melalui
pembuluh darah dan kemungkinan merusak organ.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu
proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya.
Pengkajian dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam
pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul
lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui
masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan. Pengkajian yang dilakukan
pada ibu dengan preeklamsia/eklamsia antara lain sebagai berikut :
4) Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium
18
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ).
Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ).
Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
19
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glumerolus sekunder terhadap penurunan cardiac output
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan terjadinya
vasospasme arterional, edema serebral dan pendarahan
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan terapi dan
perawatan
20
8) Auskultasi suara paru setelah Tindakan untuk mengetahui hasilnya
21
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
d. Berkomunasi dengan jelas sesuai dengan kemampuan
e. Membuat keputusan dengan baik dan tepat
f. Tingkat kesadaran membaik dan tidak ada Gerakan-gerakan
involunter
Intervensi keperawatan :
1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2) Batasi Gerakan pada kepala, leher dan punggung
3) Monitor kemampuan BAB
4) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
5) Kolaborasi pemberian analgetic
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Definisi : merasa kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan social
Tujuan kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol kecemasan
b. Mengontrol nyeri
c. Status lingkungan yang nyaman
d. Respon terhadap pengobatan
e. Dapat mengontrol ketakutan
f. Support social
Intervensi keperawatan :
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3) Pahami perspektif pasien terhadap stress
4) Identifikasi tingkat kecemasan
5) Instruksikan pasien untuk melakukan Teknik relaksasi
6) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
22
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan terapi dan
perawatan
Definisi : ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu
Tujuan kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan Kembali apa yang
dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya
Intervensi keperawatan :
1) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat
2) Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
3) Diskusika pilihan terapi yang tepat Bersama keluarga pasien
4) Instruksikan pasien menganai tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan Kesehatan dengan cara yang tepat
3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.
3.5 EVALUASI
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala sebagian
dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pre-eklampsia berat merupakan suatu kelanjutan dari pre-eklampsia
ringan dimana terjadinya kenaikan tekanan darah 160/110 mmHg, proteinuria
5 gram/lebih dalam 24 jam (+3 atau +4), oliguria, nyeri epigastrium,
gangguan penglihatan. Dalam keadaan PEB, jika tidak ditangani dengan
segera maka pasien akan mengalami kejang/sudah dalam tahap eklampsia.
Banyak pesien yang berpotensi dalam PEB ini antara lain : faktor
genetik (keturunan/riwayat keluarga hipertensi), kehamilan ganda, obesitas,
DM, dan faktor prodisposisi. Ibu pekerja keras dan perokok.
24
Untuk mencegah agar pre-eklampsia ini tidak menjadi berat atau
bahkan menjadi eklampsia, perlu dipantau dalam setiap kunjungan ulang
antenatal yaitu pertambahan BB yang meningkat terlalu jauh perminggu,
tekanan darah dan proteinuria.
Jika kita menemukan pasien dengan kasus PEB, tindakan segera yang
langsung kita ambil adalah segera pasien dirujuk ke RS karena kasus ini
bukanlah wewenang kita sebagai bidan dan harus memerlukan tindakan yang
lebih lanjut yang tidak bisa kita tangani sendiri
4.2 SARAN
1. Untuk dapat mendeteksi secara dini dan mencegah terjadinya
pre-eklampsia/eklampsia maka dalam melakukan ANC, bidan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan standar 7T
(TB/BB, TD, TFU, TT, Tablet Fe, Temuwicara, Torch).
2. Diharapkan pada tenaga kesehatan untuk menjelaskan tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan, sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal dan
penyimpangan yang terjadi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat.
3. Tenaga kesehatan harus memberikan penyuluhan pada ibu – ibu hamil
tentang KB supaya mereka bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan
kondisi kesehatannya, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan
penyulit kehamilan dan persalinan.
4. Jika tenaga kesehatan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB
segera rujuk ke RS.
25
DAFTAR PUSTAKA
Nurafif, amin huda dan Kusuma, hardhi. 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan
diagnose medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction Publishing. Jilid 1-
Cetakan 1
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia
26