Eklampsia
Oleh:
Farah Rullyta Rizkina, S. Ked
1930912320109
Pembimbing:
dr. Samuel L. Tobing, Sp.OG(K)-Obginsos
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 4
ii
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
klonik umum) pada wanita dengan tanda atau gejala preeklampsia.1 Eklampsia
ibu maupun janin.2,3 Eklampsia telah didokumentasikan selama lebih dari 2400
berkontribusi besar pada mortalitas dan morbiditas ibu hamil. 5 Hipertensi onset
baru selama kehamilan (hipertensi gestasional) hamper 50% diikuti oleh tanda
dan gejala preeklampsia, dan preeclampsia diidentifikasi pada 4-5% dari seluruh
mortalitas ibu di dunia, dan di negara maju 16% disebabkan oleh hipertensi.4,6
dengan usia kehamilan >34 minggu dan tidak stabil dari perspektif ibu maupun
iv
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan, atau masa
grand mal dan bukan disebabkan oleh kelainan neurologis. Istilah eklampsia
berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar. Kata tersebut digunakan
karena gejala eklampsia seringkali muncul tiba-tiba tanpa didahului tanda lain.7,8
didefinisikan sebagai onset baru aktivitas kejang grand mal (tonik-klonik umum)
dan/atau koma yang tidak dapat dijelaskan selama kehamilan atau pasca
persalinan pada wanita dengan tanda atau gejala preeklampsia. Kejang eklampsia
postpartum.1,2
hipertensi onset baru dengan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan
140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90
mmHg pada usia kehamilan diatas 20 minggu dengan keterlibatan multi system
organ (proteinuria, disfungsi organ ginjal, hepar, sistem saraf pusat, edema paru,
dan trombositopenia).3,4
v
vi
B. Epidemiologi
kehamilan dan dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas tinggi pada ibu dan
dari tiga penyebab tingginya mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal di
5%. Insiden eklampsia lebih rendah tetapi cukup bervariasi, mulai dari 0,015%
hingga 2,9%.2 Hal ini tergantung pada akses ke perawatan obstetrik. Kematian
kematian ibu di 29 negara (20 per 100.000) dengan angka kematian 0,8%.3,9
(intrapartum) 50%, dan sampai 6 minggu post partum 25%. Wanita dengan
vi
vii
ras, etnis, geografi, faktor genetik dan faktor lingkungan yang merupakan faktor
C. Klasifikasi
kehamilan >20 minggu atau hipertensi onset baru tanpa proteinuria namun disertai
gangguan fungsi hepar (peningkatan transaminase >2x nilai atas normal atau nyeri
pengobatan), insufisiensi ginjal progresif (kreatinin serum >1,1 mg/dl atau 2x lipat
tanpa penyakit ginjal lainnya), edem pulmo, gejala neurologis (nyeri kepala onset
baru tanpa penyebab yang jelas dan tidak respons terhadap pengobatan atau gejala
dan/atau temuan USG Doppler abnormal aliran darah uteroplasenta. ISSHP dan
vii
viii
perbedaan antara early onset dan late onset sindrom ini semakin dikenal, dengan
2. Hipertensi kronik
wanita dengan hipertensi gestasional berat (TDS ≥160 mmHg, TDD ≥110
berat.
viii
ix
D. Faktor Risiko
hidatidosa, hidrops janin, primigravida, kehamilan usia remaja atau lebih dari 35
tahun (atau >40 tahun), interval antar kehamilan yang lama (>5 tahun atau >10
kehamilan pertama (~4%). Efek protektif jika kehamilan pertama normal dengan
risiko lebih rendah (~2%) pada kehamilan berikutnya. Risiko kekambuhan tinggi;
15% setelah satu kehamilan preeklampsia dan 32% setelah dua kehamilan. 4
Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru dianggap sebagai faktor risiko,
walaupun bukan nulipara karena risiko meningkat pada wanita yang memiliki
ix
x
pada persalinan cukup bulan (≥37 minggu) tidak ada perbedaan dalam rasio jenis
persalinan usia kehamilan <34 minggu. Analisis perbedaan jenis kelamin dalam
ekspresi gen plasenta menunjukkan hampir 50% terkait X dan muncul dari
hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia ≥40 tahun pada primipara maupun
menemukan bahwa eklampsia lebih banyak (46,8%) terjadi pada ibu dengan usia
utama, dengan peningkatan risiko hingga tujuh kali lipat. Kehamilan wanita
meningkatkan risiko hampir tiga kali lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu
x
xi
meningkatkan risiko sebanyak 3,6 kali lipat. Bukti yang mendukung berperannya
antigen HLADR4 dengan proteinuri hipertensi. Diduga ibu dengan HLA haplotipe
uterin growth restriction (IUGR) daripada ibu tanpa haplotipe tersebut. Penelitian
hampir tiga kali lipat. Kehamilan triplet memiliki risiko hampir tiga kali lipat
Kehamilan setelah inseminasi donor sperma, donor oossit atau donor embrio
empat kali lipat bila diabetes terjadi sebelum hamil. Studi menyebutkan bahwa
diabetes melitus dan hipertensi berasosiasi kuat dengan indeks masa tubuh dan
juga meningkat sebanding dengan beratnya penyakit pada wanita dengan penyakit
xi
xii
dini. Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko semakin besar
rsisiko preeklampsia sebanyak 2,47 kali lipat, sedangkan wanita dengan IMT
preeklampsia empat kali lipat. Pada studi kohort ditemukan fakta bahwa frekuensi
preeklampsia pada kehamilan di populasi wanita kurus (IMT< 19,8) adalah 2,6%
kehamilan. Pada wanita dengan sosioekonomi baik memiliki risiko yang lebih
terjadi pada ibu yang kurang mendapatkan pelayanan ANC yaitu sebesar 6,14%
bahwa penyebab kematian ibu terbesar (51,8%) adalah perdarahan dan eklampsia.
xii
xiii
theory”.6
lokal otak atau fokus perdarahan di korteks otak. Kejang juga sebagai manifestasi
xiii
xiv
tekanan pada pusat motorik di daerah lobus frontalis. Beberapa mekanisme yang
Infark serebral d) Vasospasme serebral e) Pertukaran ion antara intra dan ekstra
pada kasus eklampsia dapat disebabkan oleh kerusakan dua organ vital: 1)
uterovaskular saat hamil disebabkan adanya interaksi antara alograf ibu dan janin
sehingga terjadi perubahan vaskular lokal dan sistemik. Pada kehamilan normal,
mengganti endotel, merusak jaringan elastis pada tunika media dan jaringan otot
polos dinding arteri serta mengganti dinding arteri dengan material fibrinoid.
Proses ini selesai pada akhir trimester I dan proses tersebut telah sampai pada
tahap kedua dari sel trofoblas di mana sel-sel trofoblas akan menginvasi arteri
spiralis lebih dalam hingga miometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti tahap
elastis serta perubahan material fibrionid dinding arteri. Akhir dari proses ini
xiv
xv
adalah pembuluh darah berdinding tipis, lemas dan berbentuk seperti kantong,
Gambar 2.3 Perbedaan arteri spiralis pada kehamilan normotensi (atas) dan hipertensi (bawah) 6
disebabkan dua hal, yaitu: (1) tidak semua arteri spiralis mengalami invasi oleh
sel-sel trofoblas; (2) pada arteri spiralis yang mengalami invasi, terjadi tahap
pertama invasi sel trofoblas secara normal tetapi invasi tahap kedua tidak
penurunan perfusi darah ke plasenta. Hal ini dapat menimbulkan iskemi dan
(IUGR) hingga kematian bayi. Selain itu juga terjadi arterosis akut (lesi seperti
xv
xvi
sekresi faktor antiangiogenik aktivin A dari sel plasenta dan endotel. Studi
dengan eklampsia.8,11
Representasi diagram efek remodeling arteri spiralis pada aliran darah ibu ke
ruang intervili pada kehamilan normal dan patologis. Dilatasi segmen distal arteri
spiralis pada kehamilan normal mengurangi kecepatan darah yang masuk, darah
dibawa ke rongga sentral (CC) dari lobulus plasenta, lalu menyebar secara merata
xvi
xvii
diantara vili. Waktu transit ke vena uterina sekitar 25-30 detik, memungkinkan
cukup untuk pertukaran oksigen. Pada kehamilan patologis, darah ibu memasuki
ruang intervili menyembur cepat (1-2 m/s). Aliran turbulen, ditunjukkan oleh
panah melingkar, dan momentum tinggi merusak vili, membentuk lesi kistik
ekogenik (ECL) yang dilapisi oleh trombus (berbintik). Waktu transit berkurang,
dari permukaan vili. Retensi sel otot polos (SMC) di sekitar arteri spiralis
kurang tidak spesifik untuk preeklampsia karena dapat terjadi pada gangguan
plasentasi lainnya. Peran lesi vaskular seperti aterosis akut, terlihat pada akhir
kehamilan pada kasus berat. Lesi ditandai dengan nekrosis fibrinoid dan
akumulasi makrofag intima sarat lipid. Lokasi lesi menunjukkan bahwa lesi
xvii
xviii
Cardiac dysfunction
Left ventricular concentric hypertrophy ↑↑ ↑
Oxidative stress
Altered methylation ↑ −
xviii
xix
plasenta lebih besar pada preeklampsia onset dini daripada onset lambat,
sementara kadar eksosom serum ibu meningkat pada onset dini tetapi tidak pada
berasal dari asam arakidonat dimana dalam pembuatannya dikatalisis oleh enzim
polos dan trombosit dan memiliki efek vasodilator dan anti agregasi trombosit.
pembuluh darah.6,11
xix
xx
tromboksan memegang peranan sentral pada proses ini di mana hal ini sangat
penurunan proporsi T-helper sejak awal trimester II. Antibodi yang melawan sel
pelepasan sitokin (TNF-α dan IL-1), enzim proteolitik dan radikal bebas oleh
desidua. Sitokin TNF-α dan IL-1 berperan dalam stres oksidatif yang
sebagian aliran elektron untuk melepaskan radikal bebas oksigen yang selanjutkan
xx
xxi
Radikal bebas yang dilepaskan oleh sel desidua menyebabkan kerusakan sel
endotel karena pembentukan lipid perioksida yang akan membuat radikal bebas
lebih toksik dalam merusak sel endotel. Hal ini menyebabkan gangguan produksi
(oedem dan proteinuria). Antioksidan merupakan kelompok besar zat yang dapat
vitamin C dan β-caroten. Zat antioksidan ini dapat digunakan untuk melawan
abnormalitas aliran darah otak karena hipertensi ekstrem. Regulasi perfusi otak
microhemorrhage otak yang dapat menjadi awal fokus kejang. Pada hipertensi
sistemik yaitu fibronektin selular, Von Willebrand factor, Cell adhesion molecules
xxi
xxii
factor-α [TNF-α]. Selain itu, faktor antiangiogenik seperti placental protein fms-
menginduksi disfungsi sel endotel lokal dan sistemik. Kebocoran protein dari
sirkulasi dan edem generalisata merupakan sekuel disfungsi endotel dan dikaitkan
dengan preeklampsia/eklampsia.3,5,11
F. Manifestasi Klinis
nyeri kepala berat dan menetap di daerah frontal dengan atau tanpa gangguan
(irritabilitas, amnesia), mual, muntah, nyeri perut kuadran kanan atas atau
hipertensi. Namun, hanya 50% yang mengalami gejala ini sebelum eklampsia.1,11
fokal atau multifokal dengan setiap kejang umumnya berlangsung 60-90 detik.
Awalnya terjadi distorsi wajah, dengan mata menonjol dan mulut berbusa.
Respirasi berhenti selama kejang. Kejang eklampsia dibagi menjadi 2 fase. Fase 1
berlangsung 15-20 detik dimulai dengan kedutan wajah, tubuh menjadi kaku,
kontraksi otot umum. Fase 2 berlangsung sekitar 60 detik dimulai rahang terbuka
xxii
xxiii
dan tertutp keras, bergerak ke otot-otot wajah dan kelopak mata, menyebar ke
Jika terjadi sangat hebat, pasien dapat terlempar dari tempat tidurnya. Lidah
pasien dapat tergigit karena kejang otot rahang. Kemudian secara berangsur
kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang sehingga pasien tak bergerak.1,11
detik, pasien seperti meninggal karena henti napas, namun kemudian bernapas
ditangani dengan baik, kejang pertama akan diikuti dengan kejang berikutnya
Setelah kejang berhenti, koma (periode tidak sadar) berlangsung selama periode
variabel, mengikuti fase 2 dengan durasi bervariasi. Setelah fase koma, pasien
mungkin sadar kembali, dan menjadi agresif dan sangat gelisah (agitasi). Namun,
pasien tidak mengingat kejadian saat kejang. Apabila kejang jarang terjadi,
kesadaran dapat segera pulih. Namun, pada kasus berat, koma belangsung lama,
kompensasi asidosis respiratorik dan laktat yang berkembang selama fase apnea.
Frekuensi pernapasan meningkat dan dapat mencapai 50 kali per menit. Hal ini
hipoksianya. Pada kasus berat ditemukan sianosis. Demam tinggi jarang terjadi,
apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan
saraf pusat. Selain itu dapat terjadi proteinuria, oliguria, bahkan anuria disertai
xxiii
xxiv
awal perbaikan kondisi pasien. Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu
beberapa hari sampai dua minggu setelah persalinan. Apabila hipertensi menetap
setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskular kronis.7
G. Diagnosis
diagnosis pada ibu hamil dengan kejang. Eklampsia adalah suatu proses penyakit
klonik umum onset baru yang berlangsung selama 60 - 90 detik. Pasien dapat
memiliki warning symptom seperti sakit kepala, perubahan visual, sakit perut,
proteinuria pada usia kehamilan >20 minggu atau segera setelah persalinan. Saat
ini edema pada wanita hamil dianggap sebagai hal biasa dan tidak spesifik
xxiv
xxv
≥140 mmHg dan/atau diastolik (TDD) ≥90 mmHg pada dua kali pemeriksaan
dengan interval minimal 4 jam. Hipertensi berat jika TDS ≥160 mmHg dan/atau
proteinuria adalah protein urin ≥300 mg/dl dalam urin tampung 24 jam atau ≥30
mg/dl dari urin acak midstream yang tidak menunjukkan tanda infeksi saluran
kencing atau rasio protein/kreatinin urin ≥0,3 atau dipstick 2+. Proteinuria harus
proteinuria.1,13
yaitu pemeriksaan fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT), darah lengkap (terutama
didapatkan tingkat transaminase lebih dari dua kali batas atas normal dengan atau
tanpa nyeri kuadran kanan atas atau epigastrium, trombosit >100.000, edema paru
pada rontgen dada atau pemeriksaan fisik Gejala saraf pusat yaitu sakit kepala dan
gangguan penglihatan.8,10,11
solusio plasenta. Tes non stres janin dilakukan untuk menilai janin antepartum.
adanya patologi pada ginjal atau vascular sebelumnya) atau faktor obstetrik
xxv
xxvi
penting sebagai faktor risiko luaran ibu dan janin seperti kecil masa kehamilan,
prematuritas).13
intoksikasi toksin, infeksi, trauma kepala, ruptur aneurisma, dan keganasan otak.
kejang terjadi 2-3 hari postpartum dan pada pasien dengan pemberian
H. Tatalaksana
tatalaksana segera untuk mencegah mortalitas pada ibu dan janin. Pasien yang
sedang kejang harus dipastikan jalan napasnya aman untuk mencegah aspirasi.
Magnesium sulfat diberikan untuk mengontrol kejang dan sebagai terapi lini
pertama eklampsia. Dosis awal 4-6 gram diberikan secara intravena dalam 15-20
menit. Dosis pemeliharaan 1-2 gram per jam. Terapi magnesium dilanjutkan
minimal 24 jam setelah kejang terakhir. Pada kejang rekuren, dosis tambahan 2-4
xxvi
xxvii
reflex tendon dalam (patella), monitor frekuensi napas. Kadar magnesium serum
tidak diperiksa secara rutin kecuali dapat dilakukan pada kondisi disfungsi ginjal
dan/atau tidak adanya refleks patella. Konsentrasi serum dipertahankan 5-9 mg/dL
(4-7 mEq/L). Gejala prediktif toksisitas MgSO4 yaitu hilangnya refleks tendon
dalam jika kadar Mg serum >9mg/dL (>7 mEq/L), depresi respiratorik jika >12
mg/dL (>10 mEq/L), dan henti jantung jika >30 mg/dL (>25 mEq/L).6
depresi sistem saraf pusat, dan henti jantung. Observasi kondisi pasien merupakan
hal penting dalam pemberian magnesium yaitu dengan memonitor reflex, keratin,
selanjutnya. Pasien preeklampsia berat dengan usia kehamilan >34 minggu dan
tidak stabil dari perspektif ibu maupun janin, sebaiknya dilakukan persalinan
dengan usia kehamilan <34 minggu jika waktu dan kondisi memungkinkan untuk
xxvii
xxviii
janin.13,15
Tatalaksana umum yaitu pemberian infus cairan intravena (NaCl 0.9% atau
kesiapan untuk sectio caesarea. Selain itu, lakukan penilaian jumlah perdarahan
usia kehamilan. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, janin hidup tetapi prematur
Tatalaksana khusus terdiri atas terapi konservatif yang bertujuan agar janin
tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Syarat
kemudian berhenti dengan atau tanpa pengobatan tokolitik, belum ada tanda
inpartu, keadaan ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal), janin masih
hidup dan kondisi janin baik. Selain itu pasien dirawat inap, tirah baring dan
MgSO4 4 gram intravena dosis awal dianjurkan 4 gram setiap 6 jam atau nifedipin
perbaikan anemia. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, ibu dapat rawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah sakit
xxviii
xxix
Terapi Aktif (terminasi) dilakukan pada perdarahan aktif dan banyak tanpa
memandang usia kehamilan; janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang
bulan (aterm); plasenta letak rendah, perdarahan sedikit dan presentasi kepala
masih dimungkinkan.15
kehamilan beserta keluarganya mengenai tanda dan gejala eklampsia, segera bawa
pasien ke rumah sakit. Selain itu juga dilakukan konseling pentingnya untuk
I. Komplikasi
berat dapat terjadi kegagalan ginjal dan hepar. Komplikasi akibat kejang yaitu
Kebanyakan kasus PRES akan sembuh dalam beberapa minggu jika tekanan darah
xxix
xxx
dan faktor pencetus lainnya dikontrol. Tetapi terdapat risiko terjadinya edem
cerebri dan komplikasi fatal lainnya. Pasien dengan preeklampsia dan eklampsia
kematian pada wanita dengan preeklampsia sebelumnya dan menjadi 6-9 kali lipat
jika preeklampsia terjadi pada lebih dari satu kehamilan, atau sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Risiko 3,7 kali lipat hipertensi dan 1,8 kali lipat stroke.
J. Pencegahan
nyeri epigastrium atau sakit kepala berat sering kali menandakan krisis terminal,
sehat untuk tahap awal preeklampsia sangat berhasil dalam membatasi masalah
menjadi lebih sering menjelang aterm dan setelahnya. Oleh karena itu, frekuensi
xxx
xxxi
pemeriksaan lebih tinggi selama trimester ketiga. Sampai saat ini, skrining
preeklamsia, tidak ada tes yang dapat diandalkan atau kompleks gejala yang
Rekomendasi saat ini yaitu aspirin adalah untuk wanita dengan risiko sedang
hingga tinggi. Suplemen kalsium 1,5-2 g setiap hari dapat mengurangi kejadian
untuk pemberian vitamin antioksidan (C dan E). Namun hal ini terbukti tidak
mengontrol tekanan darah pada ibu hamil dengan preeklampsia. The American
dimulai jika tekanan darah sistolik >160 atau diastolik >110 mmHg dalam dua
kali pemeriksaan dengan interval minimal 4 jam. Terapi farmakologis lini pertama
hipertensi pada ibu hamil yaitu labetalol, nifedipine, dan hydralazine. Dosis awal
xxxi
xxxii
labetalol 20 mg iv. Dosis ini dapat diberikan dua kali lipat menjadi 40 mg lalu 80
mg dengan jarak 10 menit sampai target tekanan darah tercapai. Dosis hydralazine
menit jika tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik >110 mmHg.
Nifedipine diberikan peroral dengan dosis awal 10 mg. jika tekanan darah sistolik
>160 mmHg atau diastolik >110 mmHg setelah 30 menit, berikan dosis tambahan
paling tinggi selama 48 jam setelah persalinan. Tekanan darah sistolik harus <150
mmHg, dan diastolik <100 mmHg dalam dua kali pemeriksaan dengan interval
minimal 4 jam. Terapi harus dimulai jika tekanan darah sistolik >160 mmHg atau
diastolik >110 mmHg setelah satu jam. Magnesium sulfat harus dilanjutkan
xxxii
37
BAB III
PENUTUP
baru aktivitas kejang grand mal (tonik-klonik umum) dan/atau koma pada wanita
klonik umum onset baru yang berlangsung selama 60 - 90 detik. Pasien dapat
memiliki warning symptom seperti sakit kepala, perubahan visual, sakit perut, dan
pemeriksaan antenatal rutin pada ibu hamil serta mengontrol tekanan darah dalam
batas normal.
38
DAFTAR PUSTAKA
8. Leveno KJ, Spong CY, Dashe JS, Casey BM, Hoffman BL, Cunningham FG,
Bloom SL. Williams Obstetrics. 25th edition. New York: McGraw-Hill
Education; 2018.
34
35
12. Than NG, Romero R, Tarca AL, et al. Integrated systems biology approach
identifies novel maternal and placental pathways of preeclampsia. Front
Immunol. 2018;9:1661.
13. Brown MA, Magee LA, Kenny LC, et al., International Society for the Study
of Hypertension in Pregnancy (ISSHP). Hypertensive disorders of pregnancy:
ISSHP classification, diagnosis, and management recommendations for
international practice. Hypertension. 2018;72:24-43.
14. Gross SJ. Eclampsia and role of magnesium sulfate In: ObgProject [Internet].
2017. Available from: https://www.obgproject.com/2017/08/23/consensus-
bundle-severe-hypertension-released-eclampsia-role-magnesium-sulfate/
(diakses 1 Maret 2022).