Anda di halaman 1dari 26

TUGAS BLOK ASKEB KEGAWATDARURATAN

MATERNAL NEONATAL TENTANG


PRE-EKLAMPSIA

DOSEN PENGAJAR :
Nuril Absari, SST,.M.Kes

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3 : KELAS : B.2


Ketua : Herlinda Oktavia (1826040098.P)
Anggota : 1. Novita Sari (1826040259.P)
2. Tri Handayani (1826040138.P)
3. Mike Angela (1826040036.P)
4. Shelviana (1826040027.P)
5. Rosalia Nuryuli(1826040154.P)

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN AJARAN 2018/2019
PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas
rahmat dan hidayah Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah “Pre-
Eklampsia” ini sesuai dengan apa yang diinginkan.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugasKegawatdaruratan, sesuai


dengan ketentuan yang telah diberikan oleh ibu Nuril, SST,.M.Kes sebagai dosen
penagajar. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat lebih
memahami tentang pre-eklampsia.

Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi Penulis dan para pembacanya,
mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Bengkulu, September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

BAB II TEORI ............................................................................................. 2

A. Definisi........................................................................................................ 2
B. Klasifikasi .................................................................................................. 2
C. Etiologi ....................................................................................................... 3
D. Gejala ................................................................................................ 3
E. Faktor Resiko .................................................................................... 4
F. Gambaran Klinis ............................................................................... 4
G. Patofisiologi ..................................................................................... 5
H. Penanganan ...................................................................................... 6

BAB III KASUS ............................................................................................. 12


BAB IV ANALISA ........................................................................................ 13
BAB V SOAP ................................................................................................ 14
BAB VIKESIMPULAN ................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,
intra dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklampsia dapat dibagi menjadi
preeklampsia ringan dan preklampsia berat.Pembagian preeklampsia menjadi
beratdan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab
seringkali ditemukan penderita dengan preeklampsia ringan dapat mendadak
mengalami kejang dan jatuh dalam koma (Sarwono, 2010).Preeklampsia (dahulu
disebut gestosis) merupakan hipertensi yang dipicu oleh kehamilan dan terjadi pada
5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu hamil dengan kehamilan kembar, ibu
yang menderita diabetes mellitus dan hipertensi essensial.Bahaya dari preeklampsia
meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal, jantung, hemorargi serebral, insupisiensi
placenta dan gangguan pertumbuhan janin (Denis Tiran, 2006).
Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu
penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia.Mereka
diklasifikasikan ke dalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena
kehamilan.PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema dan proteinuria
yang masif.Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di
samping ketiga tanda khas PEB. Menurut World Health Organization (WHO), salah
satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE),
angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian
pre-eklampsia berkisar 6-7%dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian
ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di negara berkembang masih
tinggi (Amelda, 2008).Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000
kelahiran hidup.
Di Indonesia, preeklamsia beratdaneklamsiamerupakan penyebab dari 30%-
40% kematian maternal, sementara dibeberapa rumah sakit di Indonesia
telahmenggeser perdarahan sebagai penyebabutama kematian maternal. Oleh karena
itu diperlukan perhatian, serta penanganan yangserius terhadap ibu bersalindengan
penyakitkomplikasi ini (Yuliati dan Fikawati, 2012).
BAB II
TEORI

A. Definisi Preeklampsia
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga)
atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.Hipertensi (tekanan darah tinggi)
di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia,
serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah
memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala
yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak
sama.

B. Klasifikasi
1. Pre-eklamsia ringan
Adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan atau edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.Gejala ini dapat timbul sebelum
umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Rukiyah, 2010).
Gejala klinis pre eklamsi ringan meliputi :
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau
lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai
kurang 110 mmHg.
b. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
c. Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (++).
d. Tidak disertai gangguan fungsi organ
2. Pre-eklamsia berat
Adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya hipertensi
160/110 mmHg atu lebih disertai protein urin dan atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih (Rukiyah, 2010).
Gejala dan tanda pre eklamsia berat :
a) Tekanan darah sistolik >160 dan diastolik >110 mmHg atau lebih.
b) Proteinuria > 3gr/liter/24 jam atau positif 3 atau positif 4
c) Pemeriksaan kuatitatif bisa disertai dengan :Oliguria, yaitu jumlah urin kurang
dari 500 cc per 24 jam.
d) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
e) Terdapat edema paru dan sianosis.
f) Gangguan perkembangan intra uterin
g) Trombosit < 100.000/mm3

C. Etiologi Preeklampsia
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Secara
teoritik urutan urutan gejala yang timbul pada preeklamsi ialah edema, hipertensi,
dan terakhir proteinurin.Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan
diatas dapat dianggap bukan preeklamsi.Dari gejala tersebut timbur hipertensi dan
proteinuria merupakan gejala yang paling penting.Namun, penderita seringkali tidak
merasakan perubahan ini.Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri
kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup
lanjut.

D. Gejala Pre eklamsia


Biasanya gejala pre eklmsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang
lebih, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya protein urin. Pada pre eklamsia ringan
tidak di temui gejala – gejala subyektif, namun menurut rukiyah (2010) mengatakan
:
a) Pre eklamsia Ringan
 Kenaikan tekanan darh sistol 30 mmHg atau lebih
 Kenaikan tekanan diastole15 mmHg atau lebih dari tekanan darah
sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
 Protein urin secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positif 2 (++).
 Edema pada pretebia, dinding abdomen, lumbosakral, dan wajah
b) Pre eklamsia Berat
 Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
 Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
 Peningkatan kadar enzim hati/icterus
 Trombosit < 100.000/mm3
 Oligouria < 400 ml/24 jam
 Protein urin > 3 gr/liter
 Nyeri epigastrium
 Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
 Perdarahan retina
 Edema pulmonum

E. Faktor Risiko Preeklamsia


o Kehamilan pertama
o Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
o Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
o Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
o Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine,
dan tekanan darah tinggi)
o Kehamilan kembar

F. Gambaran Klinis Preeklampsia


a. Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan
sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari
140/90mmHg.Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari
160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan
menemukan takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi
ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak.

G. Patofisiologi Preeklampsia
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme
dan iskemia.Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.Penumpukan trombus dan
pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala dan defisit saraf lokal dan kejang.Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria.Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi
hati.Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskular,
meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.Peningkatan
hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni.Infark plasenta
dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian
janin dalam rahim.
Perubahan pada organ-organ:
1) Perubahan kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia
dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata
dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang
secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan
aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang ektravaskular terutama paru.

2) Metabolisme air dan elektrolit


Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui
penyebabnya.Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklampsia dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan
hipertensi kronik.Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan
sempurna air dan garam yang diberikan.Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus
menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.Elektrolit, kristaloid,
dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia.
Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal
3) Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah.Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan
salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang
menunjukan tanda preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya
skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
preedaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.

4) Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan.

5) Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin.Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim
dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.

6) Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis.Bisa juga karena terjadinya
aspirasi pneumonia, atau abses paru.
H. Penanganan / Penatalaksanaan Preeklampsia
Penanganan preeklampsia dibedakan menurut masa kehamilan, persalinan dan nifas
dapat dilihat berikut ini:

1. Penatalaksanaan pada Kehamilan


Observasi secara cermat merupakan komponen utama dalam asuhan antepartum
maupun intrapartum.
 Ibu yang diidentifikasi sebagai resiko tinggi yakni termasuk dalam kelompok
faktor resiko preeklampsia harus dirujuk untuk penatalaksanaan tenaga ahli
(USG, pemeriksaan elektrolit, PET Skrining, dan sebagainya).
 Pengkajian untuk profilaksis aspirin atau kalsium
 Skrining doppler pada arteri uterina pada usia 20-24 tahun untuk mengetahui
adanya “notch” pada ibu yang berisiko tinggi diperlukan untuk
penatalaksanaan sedini mungkin.
 Apabila didiagnosis preeklampsia, keseimbangan antara keparahan penyakit
dan maturitas keseimbangan janin menentukan waktu kelahiran janin.
 Menurut NICE, jika terdapat resiko rendah pada preeklampsia dianjurkan
mengkaji tekanan darah dan dipstik urine pada usia kehamilan
16,28,34,36,38 dan 41 minggu pada sekundipara dan seterusnya, sedangkan
kunjungan tambahan diperlukan pada nulipara di usia kehamilan 25 dan 31.
 Pengukuran tekanan darah : ketika mengukur tekanan darah selama
kehamilan, suara Korotkof 1 harus digunakan – suara pertama kali muncul
(untuk tekanan darah sistolik) dan suara Korotkof 5 – suara menghilang
(untuk tekanan darah diastolik). Pengukuran tekanan darah yang akurat
penting untuk penegakan diagnosis secara tepat. Terdapat banyak alat
otomatis untuk mengukur tekanan darah, namun sebagian besar alat tersebut
tidak akurat dalam kehamilan.
 Pemeriksaan proteinuria: dipstick urine tetap menjadi metode pilihan untuk
pengkajian proteinuria. Uji ini juga rentan terhadap kesalahan pengobservasi
dan penggunaan alat baca uji dipstick otomatis telah terbukti meningkatan
ketepatan.
2. Penatalaksanaan pada Persalinan
 Tekanan darah: terapi iv mungkin diperlukan
 Keseimbangan cairan : keseimbangan cairan perlu diperhatikan dan dipantau
secara ketat dengan menggunakan pemantauan tekanan vena sentral secara
invasive
 Profilaksis eklampsia : pemberian magnesium sulfat
 Pemeriksaan biokimia setiap 6 jam
 Persiapan kelahiran prematur jika diperlukan

3. Penatalaksanaan pada Nifas


 Obat penurun tekanan darah dianjurkan terus dikonsumsi hingga hipertensi
teratasi
 Direkomendasi untuk melakukan tinjauan postnatal dan perencanaan
prakonsepsi

Penanganan preeklampsia dibedakan menurut klasifikasi Pe Ringan dan PE Berat


antara lain:
1. Pre-eklampsia Ringan
Kehamilan kurang dari 37 minggu
Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
 Pantau tekanan darah, urine (untuk proteinuria), refleks dan kondisi janin
 Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklampsia
dan eklampsia
 Lebih banyak istirahat
 Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
 Tidak perlu diberi obat-obatan
 Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:
1. Diet biasa
2. Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk proteinuria) sekali
sehari
3. Tidak perlu diberi obat-obatan
4. Tidak perlu diuretik. Kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut.
5. Jika tekanan darah diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan:
 Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia berat.
 Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,
keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda pre-eklampsia
berat.
 Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.
 Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat
 Lanjutkan penanganan dan observasi kesehatan janin
 Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak, dirawat
sampai aterm
 Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia
berat
Kehamilan lebih dari 37 minggu
 Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin.
 Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostaglandin atau
kateter foley atau lakukan seksio sesarea

2. Preeklampsia Berat
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif.Penanganan konservatif
tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsia seperti hiperrefleksia dan
gangguan penglihatan sering tidak sahih.
Penanganan kejang
 Beri obat anti konvulsan
 Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker dan
balon, oksigen)
 Beri oksigen 4-6 liter per menit
 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
 Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi
 Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokkan jika perlu
Penanganan umum
 Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi,
sampai tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg
 Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar)
 Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
 Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria jika
jumlah urin kurang dari 30 ml perjam
 Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
 Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam
 Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
 Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretic misalnya furosemid 40
mg IV sekali saja jika ada edema paru
 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting
test). Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulopati.
Persalinan
 Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada
eklampsia dalam 12 jam sejak gejala eklampsia timbul.
 Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi alam 12 jam
(pada eklampsia), lakukan seksio sesarea.
 Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa :
1. Tidak terdapat koagulopati
2. Anastesi yang aman/ terpilih adalah anastesi umum. Jangan lakukan
anastesi lokal, sedang anastesi spinal berhubungan dengan risiko
hipotensi.
 Jika anastesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, atau terlalu kecil,
lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan
oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dekstrose/ RL 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
Perawatan postpartum
 Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir.
 Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih > 110 mmHg dan
pantau urine.

Pemberian Magnesium Sulfat untuk Pre-eklampsia dan Eklampsia


Dosis awal
1. MgSO4 4 gr IV sebagai larutan 20% selama 5 menit
2. Diikuti Mg SO4 (50%) 5 g IM dengan 1 ml lignokain 2%
3. Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4
Dosis pemeliharaan
1. MgSO4 (50%) 5g + lignokain 2 % 1 ml IM setiap 4 jam
2. Lanjutkan sampai 24 jam pascapersalinan atau kejang terakhir.
3. Sebelum pemberian MgSO4 periksa :
 Reflek patella positif
 Pernafasan > 16x/mnt
 Produksi urine > 25 – 30 cc/jam
Stop pemberian MgSO4 jika :
1. Frekuensi pernafasan < 16/ menit.
2. Refleks patella (-)
3. Urin < 30 ml/ jam
Siapkan antidotum :
Jika terhenti nafas :
1. Bantu dengan ventilator
2. Beri kalsium glukonat 2 g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan
sampai pernafasan mulai lagi.

Pemberian Diazepam untuk Pre-eklampsia dan EklampsiaIntravena


Dosis awal
1. Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
2. Jika kejang berulang ulangi dosis awal
Dosis pemeliharaan
1. Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infuse
2. Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg/jam.
3. Jangan berikan > 100 mg/24 jam

Pemberian Diazepan Melalui Rectum


 Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per – rektal,
dengan dosis awal 20 mg dalam samprit 10 ml
 Jika masih kejang, beri tambahan 10 mg/jam
BAB III
ARTIKEL

Mengenal Preeklamsia,Sakit yang Diduga Renggut Nyawa Kartini


Christina Andhika Setyanti, CNN Indonesia | Jumat, 21/04/2017 08:20 WIB
Bagikan :
Preeklamsia adalah kondisi medis yang dialami ibu hamil karena naiknya tekanan
darah tinggi(Pexels/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Raden Ajeng Kartini atau RA. Kartini diduga meninggal
dunia akibat preeklamsia. Dia meninggal dunia empat hari setelah melahirkan anak
tunggalnya Raden mas Soesalit Djojoadhiningrat. Dia meninggal pada 13 September
1904.

Preeklamsia sendiri sebenarnya merupakan komplikasi yang rentan terjadi pada ibu-
ibu hamil. Preeklamsia sendiri ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi,
pembengkakan tungkai atau wajah, dan tanda-tanda kerusakan organ lainnya.
Beberapa keruskan organ yang bisa menunjukkan adanya kasus preeklamsia adalah
kerusakan ginjal. Kerusakan ginjal ditandai dengan adanya protein dalam urin.

Selain ginjal, adanya masalah tekanan darah tinggi akan memengaruhi otak, hati, dan
paru-paru. Mengutip berbagai sumber, preeklamsia sendiri merupakan kondisi
'pendahuluan' eklamsia yang ditandai dengan kejang. Di saat ini, dokter tak lagi
menggunakan istilah preeklamsia melainkan gestosis atau penyakit yang hanya
terjadi saat kehamilan.

Preeklamsia sendiri jika tak ditangani bisa menyebabkan berbagai dampak buruk
bagi ibu dan bayi. Bayi bisa lahir cacat, atau bahkan meninggal. Ibu penderita
preeklamsia juga bisa terancam jiwanya. Saat terjadi komplikasi preeklamsia,
plasenta tidak akan mendapat dan mengalirkan darah yang cukup kepada janin.
Kondisi tersebut menyebabkan janin tak mendapat nutrisi yang cukup.
Berdasarkan tingkat kronisnya, preeklamsia sendiri dibagi menjadi dua tipe, ringan
dan berat. Preeklamsia ringan terjadi saat tekanan darah tetap di bawah angka
sistolik 160 dan diastolik 110. Sedangkan kondisi berat terjadi saat sistolik melebihi
160 dan diastolik 110. Preeklamsia berat juga ditandai dengan gejala lain seperti
penglihatan kabur, sakit kepala, susah napas, trombosit turun drastis, sampai
disfungsi hati.

Orang yang berpotensi terkena preeklamsia


Preeklamsia bisa menyerang ibu hamil manapun. Hanya saja, ada beberapa orang
yang memiliki faktor risiko serangan yang lebih tinggi dibanding yang lain. Genetik
dan riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami preeklamsia dianggap jadi
pencetus. Namun selain itu masih ada banyak hal lain yang menyebabkan
preeklamsia.
Beberapa orang yang lebih berisiko terkena preeklamsia adalah ibu hamil yang
berusia lebih muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 40 tahun. Selain itu, ibu hamil
yang mengandung bayi kembar atau kembar tiga dan lebih. Ibu hamil dengan
riwayat kesehatan memiliki tekanan darah tinggi kronis, diabetes, gangguan ginjal,
migrain, dan rheumatoid arthritis lebih mungkin terkena preeklamsia saat hamil.
Ibu hamil dengan lemak tubuh yang lebih banyak dibanding jumlah rata-rata yang
'diperbolehkan' juga berpotensi mengalami preeklamsia.

CONTOH KASUS

Ibu hamil datang ke BPM Listiorini, Amd.Keb pada hari Rabu,13 Maret 2013 jam
13.00 WIB Ibu mengatakan ini kehamilan pertama,belum pernah keguguran,HPHT
05/07/2012 Ibu mengatakan sejak kemarin tanggal 12/03/2013 mengalami sakit
kepala , penglihatan agak kabur dan mengeluh bengkak pada tangan dan wajah.
dengan biodata sebagai berikut :

A. Biodata Ibu Ayah


1. Nama : Anita Budi
2. Umur : 25 tahun 27 tahun
3. Agama : Islam Islam
4. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
5. Pendidikan : SMA SMA
6. Pekerjaan : IRT Swasta
7. Alamat : Desa Ketaping Desa Ketaping
8. No telp : 087894562728 081929785945
BAB IV
ANALISA DATA

Permasalahan :Ibu Hamil dengan Preeklampsia Ringan

Analisa dengan menggunakan Metode 5W+1H :

What : Apa yang terjadi? Terjadinya Preeklampsia Ringan pada ibu hamil

Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90


mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga)
atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.Hipertensi (tekanan darah tinggi)
di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia,
serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah
memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala
yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak
sama.

Where : Proses mana yang menyebabkannya?

Biasanya gejala pre eklmsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang
lebih, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya protein urin. Pada pre eklamsia ringan
tidak di temui gejala – gejala subyektif, namun menurut rukiyah(2010) mengatakan :
a) Pre eklamsia Ringan
 Kenaikan tekanan darh sistol 30 mmHg atau lebih
 Kenaikan tekanan diastole15 mmHg atau lebih dari tekanan darah
sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
 Protein urin secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positif 2 (++).
 Edema pada pretebia, dinding abdomen, lumbosakral, dan wajah
b) Pre eklamsia Berat
 Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
 Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
 Peningkatan kadar enzim hati/icterus
 Trombosit < 100.000/mm3
 Oligouria < 400 ml/24 jam
 Protein urin > 3 gr/liter
 Nyeri epigastrium
 Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
 Perdarahan retina
 Edema pulmonum

When : Kapan itu terjadi?

Preeklamsia bisa menyerang ibu hamil manapun dan kapan saja. Hanya saja, ada
beberapa orang yang memiliki faktor risiko serangan yang lebih tinggi dibanding
yang lain. Genetik dan riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami
preeklamsia dianggap jadi pencetus. Namun selain itu masih ada banyak hal lain
yang menyebabkan preeklamsia.
Beberapa orang yang lebih berisiko terkena preeklamsia adalah ibu hamil yang
berusia lebih muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 40 tahun. Selain itu, ibu hamil
yang mengandung bayi kembar atau kembar tiga dan lebih. Ibu hamil dengan
riwayat kesehatan memiliki tekanan darah tinggi kronis, diabetes, gangguan ginjal,
migrain, dan rheumatoid arthritis lebih mungkin terkena preeklamsia saat hamil.
Ibu hamil dengan lemak tubuh yang lebih banyak dibanding jumlah rata-rata yang
'diperbolehkan' juga berpotensi mengalami preeklamsia.

Why : Mengapa itu terjadi? Karena kadar proteinurin tinggi

Penyebab penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Secara teoritik
urutan urutan gejala yang timbul pada preeklamsi ialah edema, hipertensi, dan
terakhir proteinurin.Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas
dapat dianggap bukan preeklamsi.Dari gejala tersebut timbur hipertensi dan
proteinuria merupakan gejala yang paling penting.Namun, penderita seringkali tidak
merasakan perubahan ini.Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri
kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup
lanjut.

Who : Siapa yang melakukannya? Ny.Anita

Faktor Risiko Preeklamsia

o Kehamilan pertama
o Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
o Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
o Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
o Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine,
dan tekanan darah tinggi)
o Kehamilan kembar

How : Bagaimana mengatasinya? Cara mengatasinya yaitu :

 Banyak istirahat (berbaring tidur/miring)


 Diet: cukup protein,rendah karbohidrat,lemak dan garam.
 Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg
peroral selama 7 hari.
 Kunjungan ulang 1 minggu
 Pemeriksaan laboratotium : hemoglobin,hematocrit,trombosit,urine lengkap,
asam urat darah,fungsi hati,fungsi ginjal.
BAB VI
SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY “A” UMUR 25 TAHUN


G1P0A0 UH 34 MINGGU 6 HARI DENGAN PRE EKLAMPSIA RINGAN
DI BPM LISTIORINI, Amd.Keb
DESA KETAPING MANNA BENGKULU SELATAN
(Rabu,13 Maret 2013 Jam : 13.00 WIB)

S:
- Ibu mengatakan Ny.A Umur 25 Tahun
- Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
- Ibu mengatakan ini kunjungan yang pertama
- Ibu mengatakan ini kehamilan pertama
- Ibu mengatakan belum pernah keguguran
- Ibu mengatakan HPHT 05/07/2012
- Ibu mengatakan Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu dan
minuman beralkohol.
- Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat menerima dan mendukung kehamilan
ini karena kehamilan ini sangat diharapkan dan didamba-dambakan.
- Ibu mengatakan sejak kemarin tanggal 12/03/2013 mengalami sakit kepala ,
penglihatan agak kabur dan mengeluh bengkak pada tangan dan wajah.

o:
. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
Tanda vital
TD : 140/100 mmHg N : 83 x/menit
R : 24 x/menit S : 36,5 oC
BB : 59 kg TB : 160 cm
Pemeriksaan fisik
Kepala : mesochepal, tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan/masa,kulit
kepala bersih.
Wajah : simetris, ada cloasma gravidarum, ada oedema,tidak ada bekas luka.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : simetris, tidak cuping hidung, tidak ada polip
Mulut : simetris, tidak labioskisis, palatoskisis, labiopalatoskisis
Telinga : simetris, bersih, ada gendang telinga, pendengaran baik
Leher : tiadak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
parotis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar vena jugularis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, wheezing (-)
Payudara : simertis, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi,
kolostrum belum keluar
Abdomen : ada pembesaran, ada linea nigra, ada oedema, tidak ada luka bekas
operasi
Palpasi
Leopold I : di fundus ibu teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II : sisi kanan perut ibu teraba bagian memanjang, ada
tahanan, keras (punggung), sisi kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil
(ekstremitas)
Leopold III: di atas simpisis ibu teraba bagian bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV: di atas simpisis ibu kedua tangan bertemu (convergen),
kepala belum masuk panggul
Pemeriksaan Mc.Donald :
TFU : 31 cm TBJ : (31 – 12) x 155= 2945 gr
Auskultasi
Djj : 145 x/menit
Ekstremitas atas : simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap, tidak ada
kelainan, ada oedema.
Ekstremitas bawah : simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengakap, ada oedema,
reflek patella +
Genetalia luar : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak oedema, tidak
varises
Anus : tidak hemoroid
Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan
Pemeriksaan penunjang Tgl:13/0302013 Pukul: 13.10 WIB
Pemeriksaan protein urin
Data penunjang
- Protein urin +1
- Tekanan darah 140/100 mmhg
- Kenaikan berat badan 20 kg

A:
Ny.A umur 25 tahun G1P0A0 UH 34 minggu 6 hari janin tunggal hidup intrauteri,
preskep, puka, belum masuk panggul dengan preeklamsi ringan.

P:
Tanggal:13/03/2013 Pukul: 13.45 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan,yaitu ibu dalam keadaan yang kurang baik
karena terjadi keracunan kehamilan atau disebut preeklamsi ringan, tetapi ibu
jangan khawatir atau panik, sehingga ibu dapat diberi perawatan dan
perhatian khusus.
2. Menjelaskan tentang preeklamsi adalah keracunan kehamilan, yang belum
diketahui penyebabnya secara pasti hal ini ditandai dengan adanya kenaikan
tekanan darah, adanya pembengkakan pada kaki, tangan dan wajah pada
ibu,sehingga harus lebih diperhatikan lagi dan tidak bisa lahir disini harus
ditempat yang fasilitas keseehatan yang lebih lengkap.
3. Menjelaskan tanda persalinan yaitu, adanya kencang-kencang teratur semakin
lama semakin kuat,keluarnya lendir darah,apabila ibu sudah merasakan hal
tersebut segera datang ketenaga kesehatan.
4. Menjelaskan persiapan persalinan, yaitu:
o Persiapan dana, perencanaan tempat persalinan
o Persiapan perlengkapan ibu dan bayi setelah melahirkan
o Persiapan donor darah,transportasi
o Persiapan mental ibu,menyakinkan ibu persalinan adalah peristiwa yang
wajar terjadi,memang sakit tapi hal itu normal ibu tidak perlu cemas dan
khawatir karena cemas dan khawatir itu dapat membuat persalinan tidak
lancar.
5. Memberi obat tablet fe etabion dan kalsium laktat
6. Menganjurkan ibu untuk diet : cukup protein,rendah karbohidrat,lemak dan
garam.
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau ada bila ada keluhan
8. Melakukan dokumentasi
BAB VII
KESIMPULAN

Faktor risiko pada preeklamsi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu faktor
risiko maternal, faktor risiko medikal maternal, dan faktor risiko plasental atau fetal.
Sebab potensial yang mungkin menjadi penyebab preeklamsi adalah
invasi trofoblastik abnormal pembuluh darah uterus, intoleransi imunologis antara
jaringan plasenta ibu dan janin, maladaptasi maternal pada perubahan kardiovaskular
atau inflamasi dari kehamilan normal, faktor nutrisi, dan pengaruh genetik.
Anti hipertensi diberikan bila tekanan diastol mencapai 110 mmHg.
Tujuan utama pemberian obat anti hipertensi adalah menurunkan tekanan diastolik
menjadi 90-100 mmHg.
Kesimpulannya bahwa kejadian dilapangan atau kejadian sebenarnya
pada ibu hamil pre eklampsia memang sesuai dengan teori.baik dilihat dari tanda-
tanda dan cara penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K,


Hypertensive Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-
22, New York: McGraw-Hill, 2005 : 761-808

Mariam siti, Makalah pre-eklampsia, 14 april 2013, diakses tanggal 27 juni


20013 dari, http://sitimaryamhsb.makalah-pre-eklamsia.html

Gopar adul, pdf.Preeklampsi, 12 mey 2012, diakses tanggal 27 juni 2013


dari, http://adulgopar.files.wordpress.com/preeklampsia.pdf

Prawirohardjo S, Pre-eklampsia dan Eklampsia, dalam Ilmu Kebidanan, edisi


ke-3, Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, penyunting, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005: 281-301

Manuaba, kapita selekta penatalaksanaan rutin obsetri gynekologi dan kb.


EGC. Jakarta. 2001
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Rukiyah, ai yeyeh, dkk. 2010. Asuhan kebidanan 4 (patologi). Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai