Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

REPRODUKSI MANUSIA DALAM KESEHATAN DAN ISLAM

DISUSUN OLEH :

APRILIA MONICHA (1680100003)


CENTYA LAMISTA ROSANDI (1680100033)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami diberikan kemudahan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah. Di
dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai Reproduksi Manusia Dalam
Kesehatan Dan Islam. Makalah ini juga bertujuan agar kita bisa menjaga diri dari
perbuatan maksiat ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan bantuan atas penyelesaian makalah ini. Penulis pun sangat terbuka
terhadap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.
Amin

Bengkulu, April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Reproduksi secara Umum ........................ 3
B. Kesehatan Reproduksi dalam Islam ............................................. 3
C. Masalah Kesehatan Reproduksi ................................................... 6
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi ........ 9
E. Mewujudkan Perilaku Reproduksi Remaja yang Benar
dalam Islam .................................................................................. 10
F. Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Relasi Suami-Istri
dalam Perspektif Islam ................................................................. 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara harfiah “reproduksi” berasal dari kata “re” yang artinya
“kembali” dan “produksi” yang artinya “menghasilkan” atau “memberikan
hasil”. Jika demikian “reproduksi” bisa diartikan dengan “menghasilkan
kembali”. Selanjutnya istilah “reproduksi” berarti “proses terciptanya generasi
baru untuk meneruskan keturunan” atau “proses kehidupan manusia untuk
menghasilkan keturunan”. Sedangkan kesehatan reproduksi didefinisikan
sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, sosial dalam segala hal yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi juga berkaitan dengan
kemampuan untuk memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman,
serta kemampuan untuk memiliki keturunan dan bebas menentukan waktu
memiliki keturunan dan jumlah keturunan. Kesehatan reproduksi memiliki
tiga komponen yaitu kemampuan untuk prokreasi, mengatur tingkat kesuburan
dan menikmati kehidupan seksual.
Pendidikan kesehatan reproduksi di Indonesia masih dianggap tabu
untuk diperbincangkan. Hal ini menyebabkan para remaja berinisiatif secara
“sembunyi-sembunyi” mencari tahu sendiri tentang seksualitas dan pendidikan
kesehatan reproduksi. Jika masyarakat pada umumnya masih tabu dan enggan
membicarakan persoalan seks dan reproduksi, sebaliknya dengan masyarakat
pesantren. Masyarakat pesantren telah lama memberikan pendidikan seks dan
reproduksi kepada para santri melalui pengajian kitab kuning, khususnya kitab
fiqih yang menjadi basis keilmuan pesantren. Kitab fiqih pesantren adalah
kitab-kitab yang berisi tentang hukum-hukum islam yang berkaitan dengan
perilaku orang yang secara umum diajarkan di pesantren-pesantren tradisional
di Indonesia. Karena itu, pada dasarnya norma-norma seksualitas dan
reproduksi dalam kitab-kitab fiqih dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan
syariat islam yakni memelihara kehormatan dan harga diri dan memelihara
kesucian keturunan dan hak reproduksi. Ini menunjukkan bahwa islam

1
senantiasa mengutamakan aspek perilaku dan gaya hidup untuk mewujudkan
kesehatan reproduksi manusia. Padahal kesehatan reproduksi berpengaruh
pada kualitas sumber daya manusia dan merupakan awal dari terbentuknya
generasi muda yang sehat jasmani dan rohani. Adapun cakupan kesehatan
reproduksi yang akan dikaji dalam makalah ini mengenai kehamilan,
menyusui, metode kontrasepsi, aborsi dan pendidikan seksual berdasarkan
sudut pandang islam.

B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan Pengertian Kesehatan Reproduksi secara Umum?
2. Jelaskan Kesehatan Reproduksi dalam Islam?
3. Apa saja Masalah Kesehatan Reproduksi?
4. Jelaskan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi?
5. Bagaimana Mewujudkan Perilaku Reproduksi Remaja yang Benar dalam
Islam?
6. Jelaskan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Relasi Suami-Istri dalam
Perspektif Islam?

C. Tujuan
1. Untuk memahami dan mengerti Pengertian Kesehatan Reproduksi secara
Umum
2. Untuk memahami dan mengerti Kesehatan Reproduksi dalam Islam
3. Untuk memahami dan mengerti Masalah Kesehatan Reproduksi
4. Untuk memahami dan mengerti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kesehatan Reproduksi
5. Untuk memahami dan mengerti Mewujudkan Perilaku Reproduksi Remaja
yang Benar dalam Islam
6. Untuk memahami dan mengerti Kesehatan Reproduksi Perempuan dan
Relasi Suami-Istri dalam Perspektif Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Reproduksi Secara Umum


Dalam ilmu kedokteran, reproduksi bermakna menghasilkan keturunan.
Sedangkan kesehatan reproduksi (kespro) didefinisikan sebagai keadaan
sejahtera fisik, mental, sosial dalam segala hal yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi juga berkaitan dengan
kemampuan untuk memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman,
serta kemampuan untuk memiliki keturunan dan bebas menentukan waktu
memiliki keturunan dan jumlah keturunan. Sebagian orang memandang bahwa
kesehatan reproduksi hanya terkait pada organ reproduksi laki-laki dan
perempuan, padahal hal itu tidak sepenuhnya benar karena cakupan kesehatan
reproduksi sangat luas.
Kesehatan reproduksi memiliki tiga komponen yaitu kemampuan untuk
prokreasi, mengatur tingkat kesuburan, dan menikmati kehidupan seksual;
dampak kehamilan yang baik melalui angka harapan hidup danpertumbuhan
bayi dan balita yang meningkat; serta proses reproduksi yang aman. Adapun
cakupan kesehatan reproduksi meliputi alat reproduksi, kehamilan dan
persalinan, kespro remaja, pencegahan kanker leher rahim, metode kontrasepsi
dan KB, kesehatan seksual dan gender, perilaku seksual yang sehat dan yang
berisiko, pemeriksaan payudara dan panggul, impotensi, HIV/AIDS,
infertilitas, kesehatan reproduksi laki-laki, perempuan usia lanjut, kesehatan
reproduksi pengungsi, infeksi saluran reproduksi, safe motherhood, kesehatan
ibu dan anak, aborsi, serta infeksi menular seksual.

B. Kesehatan Reproduksi dalam Islam


Islam sebagai pandangan hidup tentu saja memiliki kaitan dengan
kesehatan reproduksi mengingat Islam berfungsi sebagai pengatur kehidupan
manusia dalam rangka mencapai keadaan sesuai dengan definisi kesehatan
reproduksi itu sendiri. Islam mengatur kesehatan reproduksi manusia

3
ditujukan untuk memuliakan dan menjunjung tinggi derajat manusia. Dan
Islam sejak belasan abad yang lalu jauh sebelum kemajuan ilmu kesehatan dan
kedokteran mengaturnya sesuai dengan Quran, hadits, dan ijma para ulama,
yang mencakup seksualitas, kehamilan, menyusui, kontrasepsi dan KB, dan
aborsi, serta hal lain yang tidak dapat dijelaskan satu-satu persatu. Dan sebagai
umat muslim kita wajib mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan Islam
dalam rangka mencapai kesejahteraan sebagai umat manusia.
Keshatan reproduksi menurut WHO adalah keadaan yang menunjukkan
kondisi kesehatan fisik, mental dan sosial yang dihubungkan dengan fungsi
dan proses reproduksi banyaknya dampak buruk dalm dimensi sosial karena
kesehatan reproduksi seseorang yang mengalami gangguan merupakan alasan
pokok perlunya tinjauan dari berbagai bidang untuk mencari solusi yang tepat
untuk mengatasi hampak buruk tersebut salah satunya dalam bdang
keagamaan khususnya pandangan agama islam.
Negara Indonesia merupakan Negara yang mayoritas penduduknya
beragama islam, kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dijalani dengan
menganut ajaran-ajaran islam, Islam adalah agama yang sempurna. Islam
datang sebagai pedoman yang menyelesaikan segala persoalan kehidupan
manusia termasuk di dalamnya dengan masalah kesehatan. Terciptanya
kondisi sehat secara fisik dan jiwa sangat terkait dengan faktor lain yaitu
pandangan hidupnya. Jauh sebelum kita membicarakan apa dampak seks
bebas dan bagaiaman solusinya, Islam mengajarkan konsep filosofi hidup
yang benar yaitu keyakinan kuat menempatkan Allah Swt sebagai pencipta
dan pengatur hidup manusia. Dia melengkapi hidup kita dengan seperangkat
aturan yang terbaik yaitu islam. Inilah konsep hidup yang benar & harus
ditanamkan pada remaja.
Pergaulan bebas adalah merupakan bentuk pelanggaran terhadap aturan
Allah Swt yang sangat memuliakan pola hubungan dan interaksi antara laki-
laki dan perempuan. Allah menjunjung tinggi kehormatan perempuan dengan
menghalalkan organ reproduksinya hanya melalui satu pintu yaitu pernikahan.
Pernikahan bertujuan untuk melahirkan keturunan dan melestarikan jenis

4
manusia (QS. Annisa [4]:1; QS an-Nahl [16]: 72 ) dan Islam melarang
perbuatan zina.
Pernikahan merupakan bentuk kontrol reproduksi perempuan bukan
sebagai bentuk penjajahan atas kebebasan perempuan. Dengan menikah
perempuan akan lebih dimuliakan karena kemampuannya untuk hamil,
melahirkan dan memenuhi hak pengasuhan terhadap anak-anaknya. Inilah
fitrah perempuan dan ketika menjalani sesuai fitrah ini akan mendatangkan
ketenangan hidup dan terjaga kemuliaannya. Sebaliknya, ketika manusia
melakukan pelanggaran, akan mendatangkan kemadharatan yang
menghancurkan kehidupannya sendiri.
Hubungan seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa
tanggung jawab dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan
gangguan fisik dan psikososial manusia. Bahaya tindakan aborsi,
menyebarnya penyakit menular seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta
ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai
sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan
melahirkan generasi yang terjauh dari sendi-sendi agama.
Islam tidak menganggap seks sebagai satu-satunya tujuan pernikahan.
Namun terciptanya keturunan merupakan aspek terpenting dalam pernikahan.
Kehidupan keluarga mengajarkan seseorang agar bertanggung jawab,
mengasihi dan mencintai anggota keluarga, berbagi, dan saling
memperhatikan. Keluarga ini yang mampu melahirkan generasi bertaqwa.
Cinta yang ditimbulkan antara suami-istri akan berkembang menjadi cinta
bagi keturunan yang menyebarkan rahmat bagi semesta alam.
Seperti firman Allah SWT dalamm surat An-nur ayat 21 yaitu: ”Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syetan. Barang siapa yang mengikuti langkah syetan, maka sesungguhnya dia
(syetan) menyuruh perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena
karunia Allah dan Rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun diantara
kamu bersih dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi
Allah SWT membersihkan siapa yang dikehendaki…”(An-Nuur (24):21).

5
Dari paparan di atas betapa bahanyanya budaya seks bebas di kalangan
remaja, tidak hanya pada remaja itu sendiri tetapi juga pada lingkungan sosial
masyarakat. Islam sebagai agama yang paripurna telah mengatur dengan
begitu mulianya pemenuhan kebutuhan seksual manusia. Oleh karena itu
sebagai orang tua atau tenaga pendidik perlu untuk mengkaji lebih lanjut cara
yang benar dalam Islam dalam memberikan pendidikan seks kepada remaja,
termasuk juga mengenalkan kesehatan reproduksi yang bijak dan benar
sehingga siap menjadi orangtua yang mendidik generasi unggulan.

C. Masalah Kesehatan Reproduksi


Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan penghambat
kemajuannya serta menghalanginya menikmati hak asasi dan kebebasan, yang
jug a menghambat tercapainya kesetaraan gender antara perempuan dan laki -
laki. Tindak kekerasan terhadap perempuan dianggap sebagai pelanggaran hak
asasi dan telah disepakati dalam konferensi dunia tentang hak asasi manusia di
Wina 1993. Akan tetapi belum ban yak orang yang mengetahui bahwa
tindakan kekerasan, termasuk pelecehan seksual, merupakan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia. Selain dari kekerasan terhadap perempuan ada
banyak lagi kondisi karena kesehatan reproduksi seseorang yang tidak baik
yang mengakibatkan berbagai msalah antara lain adalah:
Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan
reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, meliputi :
1. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti
mutilasi,genital, deskriminasi nilai anak, dsb);Dibahas dalam pertemuan
ICPD ( International conference on population and development) di Kairo
bahwa kebiasaan ini meningkatkan kerentanan anak perempuan terhadap
hak azasi manusia karena:
a Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak bisa
memberikan informed consent.

6
b Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat
perempuan mengarah kepada genital mutilation, dan bisa berdampak
negatif pada kesehatan perempuan
2. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak
masa kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan
remaja, kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak
aman);
3. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama
kehamilan, persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi,
anemia, berat bayi lahir rendah;
4. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi
yang tidak aman
5. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular
seksual
6. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan
penyakit menular seksual;.
7. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ
reproduksi;
8. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan
lainnya.
Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas,
dimana masalah tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut:
1. Kesehatan reproduksi
a Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan
yang berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah
gizi dan anemia dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi
dari kehamilan, masalah kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan
atau kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi. Maksudnya
bagaimana pandan gan masyarakat terhadap kesuburan dan
kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil;

7
b Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi.
Misalnya program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah
genetik, dan lain sebagainya.
c Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
serta terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan
anak-anak;
d Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima
tahun;
e Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan
lingkungan terhadap kesehatan reproduksi.
2. Masalah gender dan seksualitas
a Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah
peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan
pendidikan seksualitas;
b Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana
norma-norma.
c sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan
perceraian;
d Seksualitas dikalangan remaja;
e Status dan peran perempuan;
f Perlindungan terhadap perempuan pekerja.
3. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
a Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada
perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban;
b Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta
mengenai berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan;
c Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur;
d Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.
4. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
a Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan
gonorhea;

8
b Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia,
dan herpes;
c Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired
immunodeficiency Syndrome);
d Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;
e Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut
(termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks
komersial);
f Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.
5. Masalah pelacuran
a Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran;
b Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat
terhadapnnya;
c Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu
sendiri maupun bagi konsumennya dan keluarganya
6. Masalah sekitar teknologi
a Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi
tabung);
b Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening);
c Pelapisan genetik (genetic screening);
d Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan;
e Etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi
ini.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi


Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang
dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi:
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual
dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil);

9
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak
banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan
anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb)
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi
karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap
pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb);
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca
penyakit menular seksual, dsb).
Pengaruh dari semua faktor diatas dapat dikurangi dengan strategi
intervensi yang tepat guna, terfokus pada penerapan hak reproduksi wanita
dan pria dengan dukungan disemua tingkat administrasi, sehingga dapat
diintegrasikan kedalam berbagai program kesehatan, pendidikan, sosial dam
pelayanan non kesehatan lain yang terkait dalam pencegahan dan
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

E. Mewujudkan Perilaku Reproduksi Remaja yang Benar dalam Islam


Sebagai generasi muda yang berkualitas, kita harus bisa memiliki
keimanan yang tinggi dan mengakar, memiliki pemahaman tentang Islam
yang bagus dan memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan kebenaran
yang sudah kamu pahami tersebut. Di lain pihak orang tua dan sekolah harus
bisa menyempurnakan kewajiban pendidikan yang diembannya agar bisa
mewujudkan pribadi-pribadi Islam yang tangguh. Berikutnya negara dibantu
dengan dukungan dan kawalan masyarakat harus secara aktif berusaha
mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembang dan
pengendalian naluri seksual.
Demikianlah, semua pihak harus berpartisipasi aktif dalam upaya
mewujudkan perilaku seksual remaja yang tidak ’sekedar’ sehat tetapi juga
benar. Sayangnya, konsep pendidikan kespro remaja yang kemudian diberikan
kepada kalian (terutama yang dilakukan oleh LSM-LSM perempuan yang
didanai yayasan asing) adalah sebuah model pendidikan yang justru

10
menyesatkan. Konsep pendidikan tersebut adalah konsep pendidikan kespro
yang berbasis pada :
1. Asas sekulerisme (yang justru mengajarkan untuk nmeninggalakn ajaran
agama dalam mengatur pemenuhan naluri seksualmu),
2. Asas liberalisme (yang ngajarin kamu tuk ngejadiin kebebasan individu
termasuk kebebasan bertingkah laku/kebebasan mengatur kehidupan
reproduksi sebagai hal yang dijunjung tinggi bahkan mengalahkan
pengaturan dari Allah SWT – Sang pencipta manusia berikut naluri
seksualnya-),
3. individualisme (yang mengajarkan bahwa masalah seks bebas adalah
permasalahan individu orang itu sendiri, yang akan dianggap selesai begitu
dia melakukannya suka sama suka dan mau menanggung
akibat/resikonya). Alhasil, bukannya semakin berkurang, perilaku seksual
bebas remaja malah semakin menjadi-jadi. Terlebih, sistem hidup
bernuansa kapitalistik saat ini, yang mengagung-agungkan hedonisme
menjadi kondisi yang sangat kondusif bagi hal tersebut.
Usaha Mengatasi Masalah yang Berkaitan dengan Kesehatan
Reproduksi Pendidikan Kespro Remaja Perspektif Islam adalah :
1. Mengenal dan memahami karakter diri sebagai remaja
Ada dua permasalahan utama yang seringkali mendominasi
kehidupan remaja seusiamu berkaitan dengan perkembangan dan
pertumbuhanmu, yaitu dari masalah yang berkaitan dengan sisi
individunya dan dari sisi seksualitasnya.
Dari sisi individunya, kamu-kamu biasanya sedang mengalami krisis
identitas atau lebih mudahnya sedang bingung mencari jati diri, sehingga
tidak heran kalau remaja senang mencoba segala sesuatu yang baru.
Umumnya para remaja juga mulai "menarik diri" dari banyak nilai yang
selama ini sudah didapatkan dari lingkungan sekitarnya. Pada tahun-tahun
"rawan" ini para remaja malah mengambil nilai-nilai dari kelompok
mainnya (peer group) dan budaya pop yang ada disekitar hidupnya.

11
Dalam hal seksualitas, remaja sedang mengalami perkembangan
baik dari sisi biologis, fisik, maupun mental. Dari sisi biologis, remaja
sedang mengalami perkembangan kemampuan reproduksi yang dari sisi
fisiknya terlihat dengan adanya pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder.
Ketika perubahan dari masa anak-anak sebelumnya ini tidak difahami oleh
orang tua dengan tetap bersikap menafikan keberadaan naluri seksual yang
mulai disadari keberadaannya oleh sang remaja tersebut, dengan
mengacuhkannya atau malah menghindar untuk membicarakannya
daripada berusaha memberikan pengarahan tentang pengaturan
pemenuhan naluri seksual tersebut, maka bisa jadi langkah yang diambil
orang tua tersebut hanya akan menjadi langkah yang kontra produktif bagi
proses pendidikan berikutnya.
2. Mengenali jati diri yang sesungguhnya
Di atas identitas apapun yang sekarang sedang diemban oleh anak
remaja , apakah itu sebagai seorang siswa, mahasiswa, anak, kakak, adik
ataupun identitas lain, orang tua haruslah selalu menyadari bahwa anaknya
adalah seorang hamba bagi penciptanya, yang telah memberikan
kesempatan hidup berikut seluruh fasilitas untuk menjalani hidupnya
tersebut. Kehidupan anak remaja kita tersebut adalah hidup yang harus
dipertanggungjawabkan kelak kepada Sang Pemilik Hidup, sehingga misi
yang harus senantiasa diemban dalam hidupnya adalah bagaimana bisa
menjalani setiap episode hidupnya dengan ’benar’ sesuai dengan tujuan
dihidupkan dan sesuai dengan aturan main yang sudah ditentukan oleh
Tuhan. Sehingga kesadaran inilah yang harus senantiasa ditanamkan oleh
orang tua kepada remaja termasuk ketika hendak memenuhi kebutuhan
naluri seksualnya, haruslah dilakukan dengan ’benar’ dan sesuai dengan
aturan main yang diberikan oleh Tuhannya sehingga kelak remaja mampu
mempertanggungjawabkan semua kepada Tuhannya.
Allah berfirman: ”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat 56)

12
3. Mengenalai perubahan diri dn bagaimana menykapinya.
Barangkali selama perjalanan perkembangan masa remaja, tidak ada
fenomena yang sedramatis dan memiliki pengaruh besar sebagaimana
perwujudan dari perkembangan perilaku seksual pada remaja. Pada
periode perkembangan seksual, remaja mengalami dua jenis
perkembangan utama, yaitu perkembangan seks primer yang mengarah
pada matangnya organ seksual (ditandai oleh "mimpi basah" atau
menstruasi); dan perkembangan seks sekunder yang mengarah pada
perubahan ciri-ciri fisik. (misalnya timbulnya rambut-rambut pubis,
perubahan kulit, otot, dada, suara, dan pinggul).
Kedua perubahan ini menuntut adanya proses penyesuaian/adaptasi,
baik bagi remaja itu sendiri, maupun bagi orang lain di sekitar remaja
tersebut. Menjadikan orang tua sebagai tempat terdekat mereka berbagi
keresahan atau kegelisahan menghadapi masa puber ini adalah hal yang
sangat tepat. Tentu hal ini membutuhkan peran orang tua untuk bisa
mengambil posisi tersebut
4. Memehanmi bahwa naluri seksual yang kamu miliki adalah fitrah
Naluri seksual adalah fitrah bukan berarti bahwa menjadi hal yang
wajar jika seorang remaja akhirnya melakukan sex before married
sebagaimana yang sering dijadikan dalih oleh remaja yang gemar free sex.
Karena arti naluri seksual merupakan fitrah adalah bahwa sejak manusia
diciptakan oleh-Nya, telah tercakup di dalamnya keberadaan naluri seksual
ini. Karena menjadi bagian dari penciptaan manusia maka keberadaannya
tidak bisa dihapuskan atau dinafikan (dianggap tidak ada). Akan tetapi hal
itu bukan pula berarti bahwa keberadaan naluri seksual tersebut
’memaksa’ seseorang harus memenuhinya dengan ’main tubruk’ siapa saja
yang disenanginya (dengan berzina atau memperkosa mislanya). Maka
kecenderungan dalam diri kamu untuk berkelompok dan bergaul dengan
sesama, suka dengan lawan jenismu adalah merupakan suatu yang fitri.
Dalam Islam memandang bahwa kecenderungan dan kebutuhan
tersebut bukan untuk dinafikan/dihilangkan begitu saja, akan tetapi ia

13
boleh dipenuhi. Hanya saja bagaimana cara pemenuhannya itulah yang
kemudian diatur oleh Islam. Ketika manusia butuh makan, Islam tidak
melarangnya untuk makan. Namun ketika manusia mau makan, mulai dari
apa yang dimakan, bagaimana cara mendapatkan makanan hingga
bagaimana cara makan itu ditentukan aturannya oleh Islam. Analog
dengan hal tersebut, maka adanya dorongan manusia untuk bergaul dan
mencintai lawan jenis bukanlah untuk dihilangkan, namun bagaimana
pemenuhannya diatur oleh Islam.
5. Pahami bagaimana cara mengendalikan naluri seksual yang kamu miliki.
Mencegah terjadinya pemenuhan yang keliru (zina dan aktivitas
pengantarnya) Mengingat rangsangan yang akan mebangkitkan naluri
seksual adalah rangsangan yang bersifat eksternal, maka upaya mencegah
bergejolaknya naluri seksual dan mengendalikannnya adalah dengan
meminimalisir keberadaan hal-hal yang bisa merangsang bergejolaknya
naluri seksual tersebut pada dirimu, kecuali di dalam kehidupan khusus
(kehidupan pernikahan).
Sementara dari sisi individu manusianya sebagai sub system dari
system yang menaunginya juga harus mencegah dirinya dari melakukan
hal-hal yang akan membangkitkan naluri seksualnya di luar lembaga
pernikahan.
Islam menganjurkan bagi seseorang yang belum sanggup menikah
dan berkeinginan mengendalikan gejolak naluri seksualnya, untuk
berpuasa. Puasa ini dilakukan dalam kerangka meningkatkan self controll
atau kemampuan mengendalikan diri yang dimiliki seseorang karena
dorongan ketaqwaan yang dimilikinya.
”Hai sekalian generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah
memiliki kemampuan (menanggung beban dan tuntutan pernikahan), maka
hendaklah menikah. Karena hal itu lebih menundukkan pandangan dan
lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa belum mampu, maka hendaklah
berpuasa karena puasa adalah perisai baginya.” (HR. Muttafaq alaih)

14
6. Pahami cara pemenuhan naluri seksual yang benar
Satu-satunya pemenuhan terhadap naluri seksual (hubungan seksual
dan juga aktivitas lain terkait) yang diperbolehkan (dihalalkan) dalam
Islam adalah yang terbingkai/dilakukan dalam sebuah lembaga
pernikahan.
Yakni aktivitas seksual yang dilakukan oleh pasangan suami istri.
Hal ini mencakup segala segala aktivitas yang bersifat pribadi dan
merupakan interaksi yang bersifat seksual (antara pria dan wanita), mulai
dari sayang-sayangan, mesra-mesraan, rayu-rayuan, bercengkerama dan
ungkapan kasih sayang lainnya. Dan tidak diperbolehkannya model
interaksi yang bersifat demikian ini secara mutlak kalau di luar lembaga
pernikahan. Berkaitan dengan hal ini, sangat dianjurkan oleh Islam bagi
seseorang yang sudah memiliki kemampuan (kesiapan) menikah untuk
segera menikah, dan sebaliknya menjadikan hidup membujang (tabattul)
sebagai hal yang tidak dianjurkan (berhukum makruh). Dan merupakan
kewajiban bagi wali dan juga Negara untuk memudahkan proses
pernikahan ini dan bukannya malah mempersulitnya (ketika tidak ada
alasan yang dibenarkan oleh syariat untuk mempersulit pernikahan
tersebut)
”Hai sekalian generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah
memiliki kemampuan (menanggung beban dan tuntutan pernikahan), maka
hendaklah menikah. Karena hal itu lebih menundukkan pandangan dan
lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa belum mampu, maka hendaklah
berpuasa karena puasa adalah perisai baginya.” (HR. Muttafaq alaih)
“Barangsiapa yang memiliki kemampuan untuk menikah akan tetapi
tidak melakukannya, maka tidak termasuk golongan kami.” (HR. Ad
Darimiy)
7. Pahami resiko perilaku seksual yang salah/menyimpang
Memahami akibat dari melakukan suatu kesalahan bisa menjadi
pelajaran bagi remaja untuk mencegahnya melakukan kesalahan tersebut.
Diantara akibat/resiko melakukan seks bebas (seks pranikah) yang

15
dilakukan oleh remaja adalah terjadinya kehamilan yang tidak
diharapkan/diinginkan (KTD), dan tertularnya penyakit menular seksual
(PMS) atau terkena infeksi menular seksual (IMS) seperti AIDS, Sifilis,
jengger ayam, dsb.
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan
yang karena suatu sebab maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah
satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Kehamilan yang tidak
direncanakan sebelumnya bisa merampas "kenikmatan" masa remaja yang
seharusnya dinikmati oleh setiap remaja, lelaki maupun perempuan.

F. Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Relasi Suami-Istri dalam


Perspektif Islam
Hadis yang banyak dikutip para ulama tentang relasi suami dan istri
lebih menekankan kewajiban istri untuk melayani suami. Wacana yang
dibangun sering kurang berimbang sehingga menciptakan standar ganda
dalam hubungan suami-istri. Yaitu di satu sisi, suami lebih sering ditekankan
tentang hak-hak atas istrinya; disisi lain, istri lebih sering ditekankan tentang
tanggung jawab (kewajiban) terhadap suami. Implikasinya banyak istri yang
tidak tahu bahwa ia pun berhak menikmati hubungan seksual, memiliki
keturunan, menentukan kehamilan, merawat anak, cuti reproduksi dan
menceraikan pasangan.
Relasi suami dan istri yang timpang sebenarnya tidak akan ditemukan
bila kita mengetahui hakikat pernikahan. Hakikat pernikahan tertinggi secara
indah di gambarkan dalam al-Qur’an yang artinya: Dia telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan darinya Dia menciptakan istrinya agar merasa
senang kepadanya. Setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan
yang ringan dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Tatkala dia
merasa berat, keduanya, suami-istri, bermohon kepada Allah seraya berkata,
“sesungguhnya jika engkau member kami anak yang shaleh tentulah kami
termsuk orang-orang yang bersyukur”. (QS Al-Araf (7): 189).

16
Menurut ayat tersebut pernikahan adalah penyatuan kembali pada
bentuk asal kemanusiaan yang hakiki, yakni nafsin wahidah (diri yang satu).
Allah SWT sengaja menggunakan istilah nafsin wahidah karena dengan istilah
ini ingin ditunjukan bahwa pernikahan pada hakikatnya adalah reunifikasi
antara perempuan dan lelaki pada tingkat praktik. Setelah didahului reunifikasi
pada tingkat hakikat yaitu kesamaan asal-usul kejadian umat manusia dari diri
yang satu. Dengan pernikahan sebagai pengejawantahan dari reunifikasi
kemanusiaan, didalamnya seharusnya tidak diperhitungkan lagi antara
kepentingan lelaki di satu pihak dan kepentingan perempuan di pihak lain
secara dominatif apalagi subordinatif oleh salah satu pihak.
Dengan demikian di sini tidak dikenal konsep kepemilikan yang
sentralistik pada diri lelaki. Di sini tidak pula dikenal konsep dominasi oleh
salah satu pihak. Oleh karena itu, sangat tepat apabila Wahbah al-Zuhaili
membuat definisi nikah sebagai ikatan yang ditentukan oleh pembuat hokum
syar’I yang memungkinkan laki-laki untuk istimta (mendapatkan kesenangan
seksual) dari istrinya demikian juga bagi perempuan untuk mendapatkan
kesenangan seksual dari pihak suaminya. Oleh karena itu relasi suami dan Istri
dalam Islam merupakan relasi keadilan dan kesetaraan.
Pada saat relasi antara suami dan istri tidak terdapat ketimpangan, maka
sangat mungkin bagi seorang perempuan mendapatkan hak-haknya termasuk
hak reproduksi. Hak reproduksi merupakan kesempatan dan cara membuat
perempuan mampu dan sadar memutuskan serta melaksanakan keputusan-
keputusannya yang berkaitan dengan fungsi reproduksinya secara aman dan
efektif. Ketika hak reproduksi terpenuhi maka kualitas perempuan akan
terjamin, bisa sehat dan selamat dalam menjalankan proses reproduksi.
Dengan sendirinya manusia-manusia yang akan dilahirkan darinya, dididik
dari asuhannya dan didampingi oleh kebersamaanya akan sehat dan tinggi
kemampuan dan kualitasnya.
Kualitas Perempuan atau perempuan berkualitas dalam terminology
Islam dikenal dengan mar’ah ash-shalihah atau perempuan shalih. Shalih
secara literal diartikan sebagai lawan kata dari fasid atau rusak. Makna yang

17
menunjukan bahwa sesuatu itu tidak rusak adalah makna-makna shalih seperti
sehat, kokoh, kuat, layak, sesuai, tepat bermanfaat, damai dan baik. Dalam
kaitannya dengan hak reproduksi, perempuan yang shalihah adalah yang
secara sadar dan mengerti, dapat menjalankan fungsi-fungsi reproduksinya
dengan benar, sesuai tepat dan sehat baik fisik-biologis mental maupun social.
Hanya dengan kualitas perempuan seperti inilah kita bisa memperbaiki takdir
AKI yang tinggi di Indonesia. Bukan hanya itu kualitas perempuan shalihah
akan membuat kehidupan lebih baik lagi.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dan sangat
marak dibicarakan akhir-akhir ini, begitu banyaknya fernomena yang terjadi
karena kurangnya perhatian terhadap peningkatan mutu kesehatan reproduksi
wanita di Indonesia dan meningkatnya kekerasan terhadap kaum wanita
pemerkosaan, kehamilan yang tidak diinginkan yang mengakibatkan rentetan
masalah yang berkepanjangan umumnya dikalangan wanita khususnya remaja
Hadis yang banyak dikutip para ulama tentang relasi suami dan istri
lebih menekankan kewajiban istri untuk melayani suami. Wacana yang
dibangun sering kurang berimbang sehingga menciptakan standar ganda
dalam hubungan suami-istri. Yaitu di satu sisi, suami lebih sering ditekankan
tentang hak-hak atas istrinya; disisi lain, istri lebih sering ditekankan tentang
tanggung jawab (kewajiban) terhadap suami. Implikasinya banyak istri yang
tidak tahu bahwa ia pun berhak menikmati hubungan seksual, memiliki
keturunan, menentukan kehamilan, merawat anak, cuti reproduksi dan
menceraikan pasangan.

B. Saran
Ada banyak hal yang bisa kita lakulan untuk mengtasi berbagai
permasalahan kesehatan reproduksi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kesadaran akan pentingnya masalah kependudukan sudah dimulai sejak
bumi dihuni oleh ratusan juta manusia untuk dapat menyelamatkan nasib
manusia di muka bumi, masih terbuka peluang untuk meningkatkan
kesehatan reproduksi melalui gerakan yang lebiih intensif.
2. Kematian dan kesakitan pada antenatal, postnatal dan neonatal sudah lama
menjadi masalah, khusus di negara berkembang. Sekitar 20-50% kematian
perempuan usia subur diakibatkan oleh hal yang berkaitan dengan
kehamilan dan kelahiran. Oleh karena itu dilakukan gerkan sayang ibu

19
DAFTAR PUSTAKA

Almawaliy, Hafidzoh.2010. Kesehatan Penyakit Remaja (KRR) Perhatian Besar


bagi Islam. Fokus.
Fayumi, Badriyah.2002. Haidh Nifas dan Istihadhah dalam Tubuh Seksualitas dan
KedaulatanPerempuan. Jakarta: LkiS dan The Ford Foundation.
Nakha ‘I Imam.2009. Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Hukum Islam.
Jember:PP.Nuris.
Notoatmodjo, Soekidjo.2007.Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni . Jakarta :
Rineka Cipta.
Ronaldo, Romi.2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Konteks Kesehatan
Masyarakat. Padang : Universitas Andalas. Makalah.
Asyafa, Annisa Nayya.2010.Islam dan Kesehatan Reproduksi.
http://kesehatandanislam.blogspot.com/2011/10/islam-dan-kesehatan-
reproduksi.html ,diakses tanggal 7 Maret 2014
Mazdien.2013.Pendidikan Seks Dalam Islam.
http://arealv.blogspot.com/2013/01/pendidikan-sex-dalam-pandangan-islam.html,
diakses tanggal 7 Maret 2014
Riegos,Mutiarha.2013. Kesehatan Reproduksi.
http://mutiamuciarha.blogspot.com/2013/02/definisi-kesehatan-reproduksi-
dan.html, diakses tanggal 7 maret 2014
http://pusikon-grep.blogspot.com/2012/06/apa-sih-bedanya-kesehatan-
reproduksi.html, diakses tanggal 7 Maret 2014
http://www.palopopos.co.id/?vi=detail&nid=67802, diakses tanggal 7 Maret 2014
http://azista.blogspot.com/2012/04/kesehatan-reproduksi-remaja-dalam.html,
diakses tanggal 7 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai