-OKTAVIANI DINA PERTIWI (160351606431) -ZARO’UL MUFIDA (160351606453) A. RASIONAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI
Embrio konsepsi Upaya penyiapan
(pemikiran) mengapa kepemimpinan secara biologis Pendidikan Kewarganegaraan (perkembangan fisik dan usia) diberikan di Perguruan Tinggi Penyiapan yang lebih adalah upaya dalam menjawab ditekankan lagi “mentalitas” tantangan regenerasi, yaitu generasi muda yang benar- suatu proses penyiapan benar mampu memimpin generasi muda (mahasiswa) bangsa ini, mengganti para yang pada gilirannya akan generasi pendahulunya. mengganti sebagai pemegang tumpuk kepemimpinan nasional yang telah memiliki pola pikir kritis dan rasional. regenerasi muda meliputi : B. KEDUDUKAN MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM KURIKULUM PERGURUAN TINGGI
Pendidikan kesadaran moralnya terhadap
Kewarganegaraan termasuk cara pandang kebangsaan sebagai Matakuliah dan cinta tanah air serta Pengembang kepribadian pertahanan dan keamanan (MPK), yang bertugas nasional memberikan bekal dasar kepada mahasiswa tentang seperangkat pengetahuan mengenai : hubungan antara negara dengan warga negara dan pengetahuan pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN), terutama yang C. KEDUDUKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Dalam konteks Indonesia, pendidikan nasional adalah pendidikan yang
di selenggarakan oleh pemerintah negara Indonesia, dalam wilayah negara Indonesia yang di dasarkan pada Pancasila sebagai kepribadian bangsa, maka pendidikan di Indonesia tidak bisa di samakan dengan negara lain. Oleh karena itu, pendidikan nasional Indonesia berakar pada budaya bangsa yang berdasarkan pada pancasila (sebagai falsafah dan pandangan hidup) dan UUD 1945 (sebagai konstitusi negara). Yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,yang memiliki atribut, antara lain: Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa Berbudi pekerti yang luhur Berkepribadian, disiplin, kerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil, sehat jasmani dan rohani. D. KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL 1. Komponen ideologis (Pancasila), supaya pendidikan nasional yang memiliki karakteristik berbeda dengan pendidikan nasional dinegara lain yaitu sesuai dengan kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila. 2. Komponen Kostitusi (UUD 1945), sebagai sadaran konstitusi (hukum dasar) penyelenggaraan pendidikan nasional. 3. Komponen perundangan (UU Nomor 20 Tahun 2003), untuk memberikan aturan cara pendidikan nasional di Indonesia di lakukan. 4. Komponen Wawasan (Wawasan Nusantara), memiliki nilai fungsional yakni sebagai “wawasan nasional”, pendidikan nasional harus bersifat demokratis, adil dan merata ke seluruh penjuru tanah air. 5. Komponen peserta didik (warga negara Indonesia), layanan pendidikan harus diberikan kepada setiap warga Negara Indonesia (pasal 31 ayat 1 UUD 1945), sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah yang tidak bisa ditawar bahkan harus diartikan sebagai kebutuhan yang paling mendesak. 6. Komponen pelaksana pendidikan, pada tataran atas adalah Menteri Pendidikan Nasional yaitu sebagai bagian dari eksekutif, harus bisa mengambil kebijakan yang terbaik dalam bidang pendidikan dalam menangkap aspirasi yang telah tercantum dalam UUD 1945 dan yang terkonseptualkan dalam Rencana Pembangunan Nasional . Sebuah kebijakan pendidikan hendaknya diterapkan dengan memperhatikan beberapa pertimbangan antara lain: manusiawi, demokratis dan memperhatikan prinsip keadilan serta nondeskriminatif. Pada tataran atau lapangan terbawah adalah guru atau dosen yaitu sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional, terutama dalam membentuk manusia Indonesia yang cerdas, bermoral dan bereligius.
7. Komponen institutif (lembaga pendidikan), Institusi pendidikan
merupakan sebuah tempat di mana kegiatan pendidikan itu dilaksanakan. 8. Komponen instrumental (kurikulum pendidikan), kurikulum pendidikan menggambarkan rangkaian perjalanan kehidupan peserta didik mulai dari kemampuan awal sampai dengan kompetensi akhir yang didapat dalam mengikuti proses pembelajaran. isi kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar tidak merugikan output pendidikan nasional.Pendekatan-pendekatan materi dalam kurikulum pendidikan harus selalu berorientasi pada pertimbangan ‘kualitas’ ketimbang ‘kuantitasnya’. E. EKSITENSI PROGRAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM KERANGKA KURIKULUM
1. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan
a. PKN sebagai pendidikan nilai dan moral
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) bertujuan membentuk kepribadian warga negara yang baik seralas dengan jiwa dan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1995. PKN harus mampu membekali kompetensi peserta didik terhadap pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan. Nilai adalah harga atau penghargaan yang melekat pada suatu objek. Sedangkan kata moral sebagai sinonim dari akhlak, budi pekerti, atau susila. Moral juga dapat di artikan sebagai ajaran baik dan buruk tentang perbuatan atau kelakuan. b. PKN sebagai pendidikan untuk menjadi (educational for be coming) Eksistensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan untuk menjadi, berhadapan pada tiga masalah, yakni : sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral dan pendidikan budi pekerti. Ketiganya mengandung persoalan tersendiri bagi Pendidikan Kewarganegaraan, untuk bisa berkiprah dalam dunia pendidikan dan pengajaran dinegara kita. c. PKN sebagai wahana pengembangan daya nalar dan berfikir kritis peserta didik berfikir kritis adalah memberdayakan ketrampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Berfikir kritis juga merupakan kegiatan menilai, mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, dapat dibangun sebuah penalaran rasional peserta didik yang mampu terlibat aktif dalam proses-proses pengambilan keputusan baik dalam institusi pendidikan maupun dalam masyarakat. d. PKN sebagai laboratorium demokrasi dan pemberdayaan civil society : (1) PKN sebagai laboratorium demokrasi (2) PKN sebagai wahana pemberdayaan civil society 2. Kedudukan Pendidikan Kewarganegaraan Bersifat Sentral dalam ketentuan pasal 1 ayat (2) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945...”. Kedudukan Pendidikan Kewarganegaraan, dalam kerangka sistem pendidikan nasioal, menempati “posisi sentral”, jika dilihat dari landasan ideologis dan konstitusi yang digunakan, yaitu Pancasila dan UUD 1945. 3. Pendidikan Kewarganegaraan Memilik posisi Strategis dalam Kerangka Kurikulum Persekolahan pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu merefleksi fungsinya dalam kapasitas sebagai pendidikan nilai, moral, dan budi pekerti bangsa serta etika nasionbal bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan dipetakan berdasarkan embrio kepribadian bangsa Indonesia sebagai budi pekerti nasional. Dalam kaitan ini, maka target Pendidikan Kewarganegaraan adalah membangun pola pikir peserta didik yang mampu bersikap akomodatif serta memadu dalam keseimbangan guna menghindari terjadinya konflik dan disintegrasi bengsa terutama untuk menuju masyarakat madani yang dicita- citakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini. THANK YOU