Contoh:
lebih tinggi.
(2) Karena gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih
tinggi.
Kalimat di atas kedua-duanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran penulis apakah ia
mementingkan hubungan waktu atau sebab. Yang perlu diperhatikan adalah pilihan penggabungan itu harus
sesuai dengan konteks kalimat.
f) Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel sehingga untuk menyatakan hubungan
akibat, dan partikel agar atau supaya untuk menyatakan hubungan tujuan.
Contoh:
(1) Semua perintah telah dijalankan.
(2) Para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
Kalimat di atas digabungkan menjadi:
(1)Semua perintah telah dijalankan sehingga para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
(2)Semua perintah telah dijalankan agar para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
Penggunaan kata sehingga dan agar dalam kalimat di atas menghasilkan kalimat yang efektif.Perbedaan
kalimat (1) yang diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan pada kalimat (2),hubungan tujuan.
2. Kesejajaran Bentuk (Paralelisme)
Kesejajaran satuan dalam kalimat, menempatkan ide/ gagasan yang sama penting dan sama fungsinya
kedalam struktur/ bentuk gramatis. Jika sebuah gagasan (ide) dalam suatu kalimat dinyatakan dengan
frase (kelompok kata), maka gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan frase. Kesejajaran
(paralelisme) membantu memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan.
Contoh:
Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan
pengobatannya tidak ada yang tahu. Dalam kalimat di atas penggunaan yang sederajat ialah kata mengerikan
dengan berbahayadan kata pencegahan dengan pengobatannya. Oleh sebab itu, bentuk yang dipakai untuk
kata-kata yang sederajat dalam contoh kalimat di atas harus sama (paralel) sehingga kalimat itu kita tata
kembali menjadi:Penyakit Aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan sebab
pengecahan dan pengobatannya tak ada yang tahu.
3. Penekanan dalam Kalimat
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok.Inti pikiran ini oleh biasanya ingin ditekankan atau
ditonjolkan penulis atau pembicara. Menurut penekanan terhadap inti yang ingin diutarakan dalam kalimat
biasanya ditandai dengan nada suara, seperti memperlambat ucapan, meninggikan suara, pada bagian kalimat
yang dipentingkan.
Beberapa cara membentuk penekanan dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan atau awal kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap.
3. Melakukan pengulangan kata(repetisi).
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
5. Menggunakan partikel penekanan (penegasan).
4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ialah kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya
dianggap tidak diperlukan.Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata.Kehematan tidak
berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang manambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan.
Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan:
a) Pengulangan Subjek Kalimat.
Penulisan kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat.Pengulangan ini tidak
membuat kalimat itu menjadi lebih jelas.
Contoh:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan study tour karena mereka tahu masa ujian telah
dekat.
Direvisi menjadi:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena masa ujian telah dekat.
b) Hiponimi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hiponim adalah hubungan antara makna spesifik dan makna generik
atau antaranggota taksonomi.
Contoh:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon.
Direvisi menjadi:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon.
c) Pemakaian Kata Depan dari dan daripada
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain ke dan di. Penggunaan dari
dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat), asal(asal-usul).
Contoh :
Bu Ros berangkat dari Bandung pukul 06.30WIB.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan.
Dalam bahasa Indonesia kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal
dengan benda atau lainnya.
Contoh:
Sifat Muhammad Yamin lebih sukar dipahami daripada sifat Miswanto.
5. Kevariasian
Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran seseorang. Variasi dalam penulisan
pilihan kata (diksi) atau variasi dalam tutur kalimat yang tepat dan benar akan memberikan penekanan pada
bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak membosankan dan menjemukan dalam penulisan kalimat
diperlukan pola dan bentuk/struktur yang bervariasi.
a) Variasi Bentuk Pasif Persona
Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain dalam pengungkapan informasi.
b) Variasi Bentuk Aktif Pasif
Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat dengan memanfaatkan kalimat aktif lebih
dulu, kemudian diikuti oleh kalimat pasif, atau sebaliknya.
6. Kelogisan
Yang dimaksud kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kami persilahkan.
Kalimat tersebut tidak logis. Maka seharusnya:
Kepada Bapak Kepala Sekolah kami persilahkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat
kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan.
(efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
6.Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu.
Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7.Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk
membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel lah, -pun, dan kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.