Anda di halaman 1dari 27

KALIMAT EFEKTIF

KELOMPOK:7
AHMAD SYARIF NST
HERMANTRI S HABEAHAN
M.IQBAL
PENGERTIAN KALIMAT

Secara tradisional, kalimat diartikan sebagai


susunan kata yang teratur yang berisi pikiran
yang lengkap.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalimat


didefinisikan sebagai ujaran yang
mengungkapkan suatu konsep pikiran dan
perasaan, perkatan dan satuan bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri.
Sedangkan dalam kamus, istilah kalimat
didefinisikan sebagai bagian kecil terkecil ujaran
atau teks wacana yang mengungkapkan pikiran
yang utuh secara ketatabahasaan.

1). Dalam wujud lisan kalimat yang diiringi oleh


alunan titiknada disela oleh jeda, diakhiri oleh
intonasi selesai dan diakhiri oleh kesenyapan.
2). Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan
huruf besar atau capital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda Tanya atau seru, sementara itu
disertai pula didalamnya berbagai tanda baca.
PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Menurut Arifin dan Tasai


(1989:11) kalimat efektif adalah
kalimat yang memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali
gagasan pada pikiran pembaca atau
penulis. Kalimat efektif adalah
kalimat yang bukan hanya
memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan
sintaksis saja, tetapi juga harus
hidup, segar, mudah dipahami, serta
sanggup menimbulkan daya khayal
pada diri pembaca.
(Rahayu: 2007)
Atau kalimat efektif dapat
didefinisikan sebagai kalimat
yang secara tepat mewakili
pikiran dan keinginan penulis
yang disusun secara sadar
untuk mencapai daya
informasi yang diinginkan
penulis terhadap pembaca.
Agar kalimat yang dibuat dapat memberi informasi
kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan
penulis atau efektif, perlu diperhatikan beberapa
persyaratan lanjutan, selain persyaratan awal yang telah
dibicarakan pada ejaan dan tanda baca serta pilihan kata.
Persyaratan – persyaratan lanjutan yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:

1). Kesepadanan dan kesatuan antara struktur dan bahasa


dengan cara atau jalan pikiran yang logis dan masuk akal.
2). Kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai
3). Penekanan untuk mengemukakan ide pokok
4). Kehematan dalam mempergunakan kata
5). Kevariasian dalam struktur kalimat
2.3.1. Kesepadanan atau Kesatuan

Setiap kalimat yang baik terdiri dari unsur – unsur


kalimat yaitu subyek, obyek dan keterangan. Yang
dimaksudkan dengan kesepadanan adalah hubungan
timbal balik antara subyek dengan predikat, antara
predikat dengan obyek serta dengan keterangan –
keterangan yang menjelaskan unsur – unsur kalimat
tadi. Yang dimaksud dengan kesatuan adalah bahwa
setiap kalimat harus mengandung satu ide pokok atau
kesatuan dalam kalimat ialah kemampuan struktur
bahasa dalam mendukung gagasan ide yang
dikandung kalimat.
1). Subyek dan Predikat
Setiap kalimat harus mempunyai subyek dan predikat. Yang
dimaksud dengan subyek yaitu sesuatu yang menjadi inti
pembicaraan didalam kalimat. Sedangkan predikat adalah hal
yang menceritakan atau menjelaskan tentang inti kalimat
pembicaraan. Perhatikan contoh dibawah ini:

 Bangsa Indonesia menginginkan keamanan, kesejahteraan


serta kedamaian
 Kebudayaan daerah milik seluruh bangsa Indonesia
 Para mahasisa diharapkan mendaftarkan diri di secretariat
 Keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat
menguntungkan orang banyak
 Tahun ini merupakan tahun terakhirnya masa dinasnya sebagai
pegawai negeri
 Bagian kata yang dimiringkan disebut subyek, sedang bagian
lainnya disebut predikat yang dilengkapi dengan obyek dan
keterangan.
2). Ide Pokok
Dalam menyusun kalimat kita harus mengemukakan
ide pokok kalimat tersebut. Biasanya ide pokok kita
letakkan pada bagian depan kalimat. Jika seseorang
penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka
penulis harus menentukan bahwa kalimat yang
mengandung ide pokokharus menjadi induk kalimat.
Perhatikan contoh berikut ini:

 Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer


 Ia masih dalam tugas militer ketika ia ditembak mati

Ide pokok dalam kalimat pertama ialah “ ia


ditembak mati “. Ide pokok dalam kalimat kedua ialah “
ia masih dalam tugas militer “. Oleh sebab itu “ ia
ditembak mati “ menjadi induk kalimat dalam kalimat
(pertama), sedangkan “ ia masih dalam tugas militer “
menjadi induk kalimat (kedua).
3). Penggabungan dengan “yang”, “dan”
Seorang penulis sering menggabungkan dua kalimat atau
klausa menjadi satu kalimat. Jika dua kalimat digabungkan
dengan partikel dan, maka hasilnya kalimat majemuk setara.
Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel yang, maka akan
menghasilkan kalimat majemuk bertingkat, artinya kalimat itu
terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Perhatikanlah
contoh berikut ini:
 Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih
rendah
 Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan
tinggi.

Kalimat (pertama) dan (kedua) mengandung ide pokok


yang sama penting. Penggabungan yang efektif untuk kedua
kalimat diatas adalah dengan menggunakan partikel dan,
sehingga kalimat gabungan itu menjadi sebagai berikut:
masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih
rendah dan perbaikannya adalah tugas utama perguruan
tinggi
4). Penggabungan menyatakan “sebab” dan “waktu”
Dalam komposisi untuk mkencapai efektifitas komunikasi
perlu diperhatikan antara hubungan sebab dan hubungan waktu.
Hubungan sebab dinyatakan dengan mempergunakan kata karena,
sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata ketika. Kedua
kata ini sering dapat dipergunakan pada kalimat yang sama.

Perhatikan contoh - contoh berikut ini:


 Ketika banjir besar melanda kampong itu, penduduk melarikan diri
ke tempat – tempat yang lebih tinggi.
 Karena banjir besar melanda kampong itu, penduduk melarikan diri
ke tempat – tempat yang lebih tinggi.

Kalimat (pertama) dan kalimat kedua – duanya tepat.


Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran penulis apakah ia
mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Yang perlu
diperhatikan ialah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan
konteks kalimat.
5). Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan
Hubungan Tujuan
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan
partikel sehingga untuk menyatakan hubungan akibat dan partikel agar
atau supaya untuk menyatakan hubungan tujuan.

Perhatikan contoh berikut ini:


 Semua peraturan telah ditentukan
 Para mahasiswa tidak bertindak sendiri – sendiri

Kalimat (pertama) dan (kedua) digabungkan menjadi sebagai berikut:


 Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak
bertindak sendiri - sendiri
 Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak
bertindak sendiri – sendiri
 Penggunaan kata sehingga dan agar dalam contoh kalimat tersebut
menghasilkan kalimat efektif. Perbedaan hanya pada jalan sipenulis.
6). Penumpukan ide pokok
Kita sering menjumpai kalimat panjang. Kita pun kadang –
kadang cenderung untuk membuat kalimat panjang. Kalimat panjang
tidak selalu kurang jelas, tetapi kalimat yang terlalu panjang kadang –
kadang member kemungkinan penumpukan beberapa ide pokok.
Kalimat ini mengandung banyak anak kalimat, sehingga ide pokok
kalimat itu menjadi tidak jelas lagi.
Perhatikan contoh berikut ini:
 Kami sependapat dan terima kasih atas saran saudara B untuk
memberitahukan honor yang lebih banyak kepada para dosen KUTIP,
namun honornya sekarang ini tampaknya sudah paling optimal yang
dapat kami usahakan dikaitkan dengan keuangan pemerintah.

Kalimat diatas dapat dipecah menjadi beberapa kalimat sehingga tampak


jelas ide pokok yang dikandung dalam kalimat tersebut seperti berikut
ini:

Kami berterimakasih atas saran saudara B untuk memberi honor


yang lebih banyak kepada para dosen KUTIP. Saran itu kami setujui.
Tetapi tampaknya honor tersebut paling tinggi yang dapat kami
usahakan bila dikaitkan dengan kemampuan keuangan pemerintah.
7). Penggunaan kata terjemahan
Didalam bahasa Indonesia kata dimana dan yang mana dipakai
dalam kalimat Tanya. Kedua kata Tanya ini dipergunakan untuk
menanyakan tempat serta tentang sesuatu. Dalam tulisan – tulisan sering
kita jumpai pemakaian kata dimana, yang mana dan kata mana lainnya
yang dipakai bukan sebagai kata Tanya. Kata – kata itu merupakan kata
terjemahan (dari kata where, which) yang pemakaiannya didalam bahasa
Indonesia akan meluas. Kata – kata ini dipakai begitu saja sehingga
pemakaiannya menimbulkan kesimpangsiuran. Perhatikan contoh berikut
ini:

 Kota dimana saya pernah tinggal, sekarang sedang dilanda banjir.


 Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus cukup
mengandung zat – zat yang diperlukan oleh tubuh, agar mereka tetap
sehat.

Contoh dua kalimat diatas dapat diperbaiki seperti berikut ini:

 Kota, tempat saya pernah tinggal sekarang, sedang dilanda banjir.


 Manusia membutuhkan makanan yang cukup mengandung zat – zat yang
diperlukan oleh tubuh, agar tetap sehat.
2.3.2. Kesejajaran (Paralelisme)
Kesejajaran (paralelisme) didalam komposisi ialah penggunaan
bentuk – bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang
sama dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah pikiran dinyatakan
dengan kelompok kata (frase) didalam kalimat, maka pikiran –
pikiran yang lain yang sama harus dinyatakan pula dengan frase.
Jika satu gagasan dinyatakan dengan kata benda atau kata kerja
bentuk me, di, dan sebagainya. Kesejajaran bentuk – bentuk ini
memberi penjelasan dalam kalimatsecara keseluruhan.
Perhatikanlah contoh berikut ini:

 Apabila pelaksanaan pembangunan lima tahun kita jadikan


titik tolak, maka menonjollah beberapa masalah pokok yang minta
perhatian dan pemecahan reorganisasi administrasi departemen –
departemen. Ini yang pertama. Masalah pokok yang lain yang
menonjol ialah pemborosan dan penyelewengan. ketiga, karena
masalah pembangunan ekonomi yang kita jadikan titik tolak, maka
kita ingin juga mengemukakan factor lain. Yaitu bagaimana
memobilisasi potensi nasional secara maksimal dalam partisipasi
pembangunan ini.
Bila kita perhatikan fragmen diatas, maka
tampaklah bahwa reorganosasi administrasi,
pemborosan dan penyelewengan serta
memobilisasi potensi nasional merupakan
masalah pokok yang mempunyai hubungan
satu sama lain. Dengan mempergunakan
konstruksi yang sejajar ketiganya dapat
dihubungkan secara mesra. Ketiga gagasan itu
dinyatakan dalam bentuk kata benda.
Perhatikanlah contoh dibawah ini:
2.3.3. Penekanan dalam Kalimat
Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Inti pikiran ini
biasanya lain ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau
pembicara. Seorang pembicaranya biasanya akan memberi
penekanan pada bagian kalimat dengan memperlambat ucapan,
meninggikan suara dan lain sebagainya pada bagian kalimat tadi.
Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberi penekanan
dalam kalimat. Cara – cara ini akan dibicarakan satu per satu.
1). Posisi dalam Kalimat
Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat,
penulis dapat mengemukakan bagian itu pada bagian depan
kalimat. Cara ini disebut juga pengutamaaan bagian kalimat.
Perhatikan contoh – contoh berikut ini:
 Prof. Dr. Ahmad berpendapat, salah satu indicator yang
menunjukkan tidak efisiennya pertamina adalah rasio yang masih
timpang antara jumlah pegawai pertamina dengan produksi
minyaknya.
Kalimat diatas menunjukkan bahwa ide yang dipentingkan diletakkan
dibagian muka kalimat.
2). Urutan yang logis
Sebuah kalimat biasanya memberitahukan suatu kejadian atau
peristiwa. Kejadian atau peristiwa yang berurutan hendaknya diperhatikan
agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun
secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting
atau dengan mengganbarkan suatu proses. Perhatikan contoh berikut ini:
 Telekomunikasi cepat – vital dimaksudkan untuk keamanan, mobilitas
pembangunan dan persatuan
 Kehidupan anak muda itu susah, sulit dan tragis.

3). Pengulangan Kata


Pengulangan kata dalam sebuah kalimat kadang – kadang diperlukan
dengan maksud untuk memberi penegasan pada bagian ujaran yang
dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat
membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas. Perhatikan contoh berikut
ini:
 Didalam pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dengan
swasta, keseimbangan domestik dengan luar negeri, keseimbangan
perbankan dengan lembaga keuangan non bank dan sebagainya.
 Kalimat diatas lebih jelas maknanya dengan adanya pengulangan pada
bagian kalimat (kata) yang dianggap penting.
2.3.4. Kehematan
Unsur penting lain yang perlu diperhatikan dalam pembentukan
kalimat efektif adalah kehematan. Kehematan terkait dengan pemakaian
kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan.
Kehematan itu menyangkut soal gramatika dan makna kata. Kehematan
tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang menambah kejelasan
makna kalimat boleh dihilangkan. Unsur – unsur penghematan apa saja
yang harus diperhatikan dan dibicarakan satu per satu.
1). Pengulangan Subyek Kalimat
Penulis tanpa sadar sering mengulang subyek dalam satu kalimat.
Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas. Oleh
karena itu pengulangan bagian kalimat yang demikian tidak diperlukan.
 Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan
pemimpin perusahaan itu.
 Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki
ruangan

Kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi:


 Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin
perusahaan.
 Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki
ruangan.
2). Hiponim Dihindarkan
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang
lebih tinggi. Di dalam makna kata tersebut terkandung makna dasar kelompok makna kata
yang bersangkutan. Kata merah sudah mengandung makna kelompok warna. Kata
Desember sudah bermakna bulan.
Perhatikan contoh – contoh berikut ini:
 Rumah penduduk di kota besar terang menderang oleh cahaya lampu neon
Kalimat – kalimat tersebut diperbaiki dengan menghilangkan kata hari, lampu.

3). Pemakaian Kata Depan dari dan daripada


Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain ke dan
di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat)
dan asal (asal – usul). Perhatikan contoh – contoh berikut ini:
 Pak Ahmad berangkat dari Bandung pukul 07.30
 Perhiasan yang indah itu terbuat dari perak.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan. Disamping itu adapun
pemakaian kata dari yang tidak benar adalah sebagai berikut:
 Anak dari tetangga saya Senin ini dilantik menjadi dokter.

Dalam bahasa Indonesia kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan


sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal lainnya. Perhatikan contoh – contoh
berikut ini:
 Kalimat A lebih sukar dipahami daripada kalimat B
 Penjelasan di dalam buku catatan ke 2 mengenai cara menanam cengkeh lebih mudah
dipahami daripada yang terdapat didalam buku catatan ke 1.
2.3.5. Kevariasian
Kelincahan dalam penulisan tergambar oleh struktur kalimat yang
dipergunakan. Ada kalimat yang pendek, dan ada kalimat yang panjang. penulisan
yang mempergunakan kalimat dengan pola dan bentuk kalimat yang sama akan
menimbulkan kebosanan dan suasana menonton pada pembaca. Oleh karena itu
dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi. Kemungkinan
variasi kalimat akan anda pelajari pada bagian berikut ini.
1). Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu
dengan variasi pembukaan kalimat. Kita telah mempelajari pengutamaan kalimat
pada kegiatan terdahulu, yaitu dengan cara mengemukakan bagian yang dianggap
penting pada awal kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat
dimulai atau dibuka dengan cara:

 Frasa keterangan tempat atau waktu


 Frasa verbum, atau
 Partikel penghubung

Perhatikan contoh - contoh berikut:


 Gemuruh teriakan serempak penonton ketika penyerang tengah menyambar
umpan dan menembus jala kipper pada menit ke – 19.
 Dengan tabah dia menghadapi musibah yang berat itu.
2). Variasi dalam pola kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana monoton
yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subyek – predikat –
obyek dapat diubah menjadi predikat – obyek – subyek, atau yang lainnya.
Perhatikan contoh – contoh berikut yang menunjukkan susunan inversi
predikat – obyek – subyek, atau obyek – subyek – predikat, predikat –
subyek – obyek. Perhatikan contoh berikut ini:

 Dianggap hanya satu rentetan kesewenangan kepala desa peristiwa ini


oleh penduduk sugi waras
 Bagi orang banyak, terutama orang kota, peristiwa itu tentunya tidak akan
mungkin dapat dimengerti.

3). Variasi dalam jenis kalimat


Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pernyataan
dapat dinyatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah. Perhatikan
contoh – contoh berikut:

 Kita harus berhati – hati memakai bahan bakar dan energi didalam negeri
 Dapatkah kita melaksanakan pembangunan ini sesuai dngan program ?
2.3.6. Kelogisan

Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam


hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus
memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
 Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena
waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak
dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah
misalnya ;
 Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke
podium.
2.3.7. Kecermatan dalam pemilihan dan penggunaan kata

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak


menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.


b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa
atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus
ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.


 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan,
yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Struktur Kalimat Efektif

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki


kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan
adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat
yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan
apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk


yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang
pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi
yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu
harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah
dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis
surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat
lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama,


namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena
kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas
fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain
tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan
apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan


terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada
umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai
bahasa selalu berusaha menaati hukum yang sudah
dibiasakan.

Anda mungkin juga menyukai