Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

KALIMAT EFEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :

KELOMPOK 8

1. Mochammad Firdaus Siregar (10322201)


2. Muhammad Kemal Hakim (10322234)
3. Rivano Primawan (10322298)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNADARMA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
ditulis sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami bekerja keras dalam
penyusunan makalah ini dan meskipun mengalami kesulitan kami berusaha
mencapainya semaksimal mungkin.

Setelah menyelesaikan artikel ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kesalahan baik dalam struktur kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan
artikel ini. Akhir kata, semoga majalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi
bagi para pembaca

Depok, 29 Mei 2023

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah kalimat yang telah memenuhi syarat-syarat gramatikal mungkin
belum efektif. Efektivitas kalimat menuntut lebih dari syarat-syarat gramatikal
dan kelaziman pemakaian bahasa. Kalimat efektif bukan saja menyampaikan
pesan berita dan amanat yang sederhana, tetapi kalimat itu pun merakit peristiwa
gagasan ke dalam bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran yang utuh.
Penulis harus secara hati-hati mempergunakan segala kemampuan dan kekuatan
yang terdapat dalam bahasa dan menjalin ke dalam pikiran yang utuh, baik
pikiran yang sederhana maupun pikiran yang kompleks.
Kalimat efektif dapat dipergunakan dalam bentuk lisan dan tertulis. Tulisan
ini akan mengarah pada kalimat efektif dalam bentuk tulisan. Jadi, efektif dalam
penulisan. Penulisan yang dimaksud di sini ialah penulisan ilmiah dalam bentuk
karya ilmiah seperti makalah (paper dalam segala kemungkinan bentuknya),
laporan ilmiah, esai, kritik, skripsi, tesis, atau disertasi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diangkat yaitu mengenai Kalimat efektif
dan kalimat tidak efektif

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kalimat efektif dan kalimat tidak efektif
2. Untuk memenuhi tugas bahasa indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Susunan kalimat
yang efektif itu didukung oleh (1) kesepadanan dan kesatuan antara struktur
bahasa dan cara atau jalan pikiran yang logis, (2) kesejajaran bentuk bahasa yang
dipakai untuk tujuan-tujuan efektivitas tertentu, (3) penekanan pikiran utama
dalam kalimat, (4) kehematan dalam pilihan kata, dan (5) kevariasian dalam
penyusunan kalimat.
1. Kesepadanan dan Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah kemaksimalan struktur
bahasa mendukung gagasan yang dikandung. Pada umumnya dalam tulisan
terdapat pokok pikiran yang hendak disampaikan dan komentar tentang atau
terhadap pokok pikiran itu. Kesatuan dalam tulisan ialah perpautan antara
penataan kalimat dan jalan pikiran penulis. Apa yang hendak dikatakan
sebaiknya ditata dalam kalimat dengan cermat agar informasi dan maksud
penulis mencapai sasarannya. Untuk itu, perhatikan beberapa petunjuk berikut
ini.
1. Setiap kalimat mayor harus mempunyai ‘subjek’ dan ‘predikat’
Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak
mempunyai subjek atau predikat. Ada pula kalimat yang secara gramatikal
mempunyai subjek yang diantarkan oleh preposisi. Perhatikan kalimat-
kalimat di bawah ini.
a. Untuk rencana ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

4
b. Di dalam keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat
menguntungkan umum.
c. Pada tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai
pegawai negeri.
Kalimat-kalimat tersebut mempunyai subjek yang diantarkan oleh
preposisi yaitu untuk rencana ini, di dalam keputusan itu, dan pada tahun
ini. Jadi, kalimat-kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut.
1) Rencana ini memerlukan penelitian lebih lanjut.
2) Keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat
menguntungkan umum.
Tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai
pegawai negeri.
2. Ide pokok harus terdapat di dalam ‘induk kalimat’
Sering dijumpai ide pokok terdapat di dalam anak kalimat atau
klausa bergantung. Jika seorang penulis hendak menggabungkan dua
kalimat dan salah satu kalimat harus digantungkan pada yang lain, penulis
itu harus melihat dan memilih kalimat yang mengandung pikiran utama
menjadi induk kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
a. Ia ditembak mati ketika ia masih dalam tugas militer.
b. Ia masih dalam tugas militer ketika ia ditembak mati.
Ide pokok dalam kalimat (4) ialah ia ditembak mati sedangkan ide
pokok dalam kalimat (5) ialah ia masih dalam tugas militer. Karena itu,
dalam kalimat (4) ia ditembak mati menjadi induk kalimat dan dalam
kalimat (5) ia masih dalam tugas militer menjadi induk kalimat.
3. Perhatikanlah penggabungan kalimat dengan kata penghubung ‘dan’ dan
‘yang’
Sering seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat atau
klausa menjadi satu kalimat. Penggabungan itu akan menghasilkan satu

5
kalimat dengan dua klausa atau lebih. Kalimat itu akan disebut kalimat
dengan klausa setara atau kalimat dengan klausa bertingkat.
Jika dua kalimat digabungkan dengan kata penghubung dan,
hasilnya adalah satu kalimat dengan dua klausa setara dan sama penting.
Jika, dua kalimat itu digabungkan dengan kata penghubung yang, hasilnya
satu kalimat dengan klausa bertingkat. Dalam struktur demikian ada induk
kalimat dan anak kalimat. Ide pokok akan terdapat di dalam induk kalimat.
Karena itu, seorang penulis harus secara sadar menggabungkan dua
kalimat menjadi satu kalimat. Hal itu perlu dilakukan untuk mencapai
efektivitas kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
a. Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.
b. Perbaikannya adalah tugas utama Perguruan Tinggi.
c. Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah
yang perbaikannya adalah tugas utama Perguruan Tinggi.
Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah
dan perbaikannya adalah tugas utama Perguruan Tinggi.
Hasil penggabungan kalimat (6) dan (7) ialah kalimat (8) dan (9).
Penggabungan kalimat (8) dengan kat penghubung yang dan
menggabungkan kalimat (9) dengan kata penghubung dan. Karena dua
kalimat itu mengandung ide pokok yang sama penting, penggabungan (9)
itulah yang efektif dan bukan penggabungan (8).
4. Perhatikan penggabungan yang menyatakan ‘sebab’ dan ‘waktu’
Dalam penulisan untuk mencapai efektivitas komunikasi perlu
dibedakan dan diperhatikan dengan sadar perbedaan antara hubungan sebab
dan hubungan waktu. Hubungan sebab bagi seorang penulis mungkin
merupakan hubungan waktu bagi pembaca. Perhatikan contoh berikut ini.
a. Ketika banjir besar melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke
tempat-temapt yang lebih tinggi.

6
b. Karena banjir besar melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke
tempat-tempat yang lebih tinggi.
Kalimat (10) dan (11) tidak perlu diperbaiki. Hal itu bergantung pada
jalan pikiran seorang penulis apakah ia hendak mementingkan hubungan
waktu atau hubungan sebab. Yang perlu diperhatikan ialah pilihan
penggabungan itu harus sesuai dengan konteks.
a. Ketika ia masih kecil, ia dilarang bergaul dengan kami.
Kalimat (12) itu perlu diperbaiki karena secara umum hubungan itu lebih
menyatakan hubungan sebab.
b. Sebab ia masih kecil, ia dilarang bergaul dengan kami.
2. Kesejajaran
Kesejajaran dalam suatu tulisan ialah penggunaan bentuk-bentuk
bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dalam susunan serial.
Pikiran dan gagasan yang sama biasanya dinyatakan dengan sebuah frasa
dalam kalimat, maka pikiran-pikiran yang lain dan sama harus dinyatakan
pula dengan frasa. Jika satu gagasan dinyatakan dengan bentuk nomina, verba,
dan sebagainya, gagasan yang lain serial dan sama dinyatakan pula dengan
nomina, verba, dan sebagainya.Perhatikan contoh berikut ini.
Apabila pelaksanaan pembangunan lima tahun kita jadikan titik tolak,
maka menonjollah beberapa masalah pokok yag minta perhatian dan
pemecahan. Reorganisasi administrasi departemen-departemen adalah yang
pertama. Masalah pokok yang kedua yang menonjol ialah pemborosan dan
penyelewengan. Ketiga karena masalah pembangunan ekonomi yang kita
jadikan titik tolak, maka kita ingin juga mengemukakan faktor lain. Yaitu
bagaimana mobilisasi potensi nasional secara maksimal dalam partisipasi
pembangunan ini.
Jika kita perhatikan fragmen di atas tampak bahwa reorganisasi
administrasi, pemborosan dan penyelewengan, serta mobilisasi potensi
nasional merupakan masalah pokok yang mempunyai hubungan satu sama

7
lain. Dengan menggunakan konstruksi yang sejajar ketiganya dapat
dihubungkan dengan secara baik. Ketiga gagasan itu dinyatakan dalam bentuk
nomina.
3. Penekanan dalam kalimat
Untuk memberikan penekanan seorang penulis harus memberikan
posisi tertentu kepada bagian yang ditekankan. Perhatikan perubahan susunan
kalimat berikut ini.
1. Hanafi menjawab dengan tersenyum simpul.
2. Dengan tersenyum simpul Hanafi menjawab.
3. Dengan tersenyum simpul menjawab Hanafi.
4. Menjawab Hanafi dengan tersenyum simpul.
5. Hanafi dengan tersenyum simpul menjawab.
4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian
kata, frasa, atau bentuk-bentuk bahasa. Kehematan ini menyangkut soal gramatika
dan soal semantik atau makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang
perlu atau yang menambah nilai-nilai artistik boleh dihilangkan.
1. Hindari pengulangan subjek kalimat
Dalam penulisan seorang penulis sering mengulang satu subjek atau
dalam bentuk yang lain. Hal ini terjadi karena kalimat terlalu panjang
sehingga seorang penulis lupa atau tidak sadar bahwa subjek itu telah
disebutkan. Perhatikan contoh berikut ini. Tenaga ahli sangat kurang
jumlahnya untuk proyek ini.
Dalam kalimat (16) terjadi pengulangan subjek dengan bentuk anafora
–nya. Sebaiknya kalimat itu diperbaiki menjadi kalimat (16a) berikut ini.
Jumlah tenaga ahli sangat kurang untuk proyek ini.
2. Hindari penggunaan kata ‘hari, tanggal, bulan, tahun’

8
Demi kehematan kata hari, tanggal, bulan, dan tahun tidak perlu
ditulis dalam hubungan dengan waktu suatu peristiwa terjadi. Perhatikan
contoh berikut ini.
a. Ia lahir pada hari Senin tanggal 11 bulan Desember tahun 1956.
b. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun
1945. Kalimat (17) dan (18) diperbaiki menjadi kalimat (17a) dan (18a)
berikut ini.
c. Ia lahir pada Senin 11 Desember 1956.( Kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan 17 Agustus 1945.
5. Kevariasian
Kelincahan dalam penulisan tampak dalam struktur kalimat yang dipakai. Ada
kalimat yang pendek. Akan tetapi, penulisan yang mempergunakan kalimat-
kalimat yang pendek saja akan menimbulkan kebosanan dan monoton. Begitu
juga, kalimat yang panjang pun akan membuat pembaca kehilangan pegangan ide
pokok dan mungkin menimbulkan kelelahan pada pembaca. Jadi harus ada
variasi.
1. Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk membuka kalimat demi efektivitas
lewat variasi. Sebuah kalimat dibuka dengan (1) frasa keterangan tempat atau
waktu, (2) frasa verba, (3) klausa nonfinal (anak kalimat), dan sebagainya.
Prhatikan contoh berikut ini.
a. Obahorok, kepala suku dari lembah Balim, telah menawan hati saya.
b. Dengan gagah ia telah tampil di Jakarta, kota metropolitan yang angkuh
ini. Dengan perkasa dialah menghadap presidennya. Mang Usil dari
Kompas menganggap ini sebagai satu isyarat sederhana untuk
bertransmigrasi. Di hotelnya, ia bisa memesan nasi goeng, steak dan lain-
lain. Obahorok memilih menyantap tales.
2. Variasikan susunan kalimat ‘subjek-predikat-objek’

9
Demi efektivitas buatlah variasi dalam susunan kalimat. Pola dasar
subjek-predikat-objek tidak perlu selalu dipakai. Pakailah susunan inversi.
Perhatikan contoh beikut ini.
a. Oleh penduduk desa Sugihwaras peristiwa ini dianggap hanya rentetan
peristiwa kesewenang-wenangan Kepala Desa mereka.
b. Bagi orang banyak, terutama orang kota, peristiwa itu tentunya tidak
akan kunjung dapat dimengerti.
c. Dalam pengaduan mereka kepada DPR Pusat mereka membeberkan
peristiwa itu satu per satu.
6. Kepaduan (koherensi)
Yang dimaksud koherensi adalah hubungan yang padu antara unsur-unsur
pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata,
frasa, klausa, serta tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
a. Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
1. Kepada setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat
izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).
2. Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)
3. Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S-
P-O tidak berkaitan erat)
4. Yang saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi
anggaran daripada itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan frasa).
a. Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:
1. Setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin
mengemudi.
2. Rumah saya baru saja diperbaiki.
3. Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
4. Yang sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran
proyek itu.
7. Kelogisan

10
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide kalimat
masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang
sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah
kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda
baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak masuk akal
atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi
logika berbahasa berikut ini:
a. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambin tergolong anti
air).
b. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa
hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?).
c. Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, sepuluh
ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci
sehingga lemah dari segi logika).
d. Kepada Bapak Deka, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan
tempat tidak perlu dipersilahkan)).
e. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini
tepat pada waktunya. (berarti “moda cukuplah ucapan syukur kepada
Tuhan.

B. Kalimat Tidak Efektif


Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai
sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa
essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa
secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan
kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat
makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif.

11
Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan
mencoba membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis
kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:
1. Pleonastis. Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir
(berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu.
2. Salah pemilihan kata
4. Salah nalar
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
6. Kata depan yang tidak perlu
Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang
efektif, antara lain:
1. Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu
memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap
dan mendukung satu ide pokoknya
2. Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam
tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari
sudut maknanya
3. Kurang logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada
contoh berikut:
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam
itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam
hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan
hidupnya perlu akan zat putih telur.
4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa
keilmuan.

12
5. Konstruksi yang bermakna ganda.
Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah,
namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga
tergolong kalimat yang kurang efektif.
6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang
terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang
efektif.
7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu
akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu
kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa,
maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja,
benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar).
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi
dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.
Berikut ini 13 Sebab Ketidakefektifan Kalimat
Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
- Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)
- Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang
menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
- Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
- Pada era zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)
- Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)

13
2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :
 Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan
segera diubah. Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum
akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan
segera diubah.)
 Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal. Yang bersalah
harus dijatuhi hukuman setimpal.)
3. Penggunaan imbuhan yang kacau :
- Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku
yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya
- Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)
- Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI
mengajarkan juga apresiasi puisi.)
4. Kalimat tak selesai :
- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin
berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin
berinteraksi.)
- Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :
- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)

14
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci,
menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik,
menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya
mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok,
mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.
- Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.
(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)
- Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.
(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)
- tau  tahu - negri  negeri
- kepilih  terpilih - faham  paham
- ketinggal  tertinggal - himbau  imbau
- gimana  bagaimana - silahkan  silakan
- jaman  zaman - antri  antre
- trampil  terampil - disyahkan  disahkan
6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :
- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)
- Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu
bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu
bersih.)
- Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung
zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh.)
6. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
- Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)

15
- Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)
- Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan
musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)
7. Pilihan kata yang tidak tepat :
- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk
berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk
berbincang-bincang dengan masyarakat.)
- Bukunya ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)
1. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :
- Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk
memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.
Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang
gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan?
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk
memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis
dan pihak pemerintah.
- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang
dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang
busnya atau sopirnya?
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
1. Pengulangan kata yang tidak perlu :
- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)

16
- Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling
menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan
kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan
kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)
2. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :
- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)
- Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik
daripada orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik
daripada orang tuanya?)

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Efektivitas kalimat menuntut lebih dari syarat-syarat gramatikal dan
kelaziman pemakaian bahasa. Kalimat efektif bukan saja menyampaikan pesan
berita dan amanat yang sederhana, tetapi kalimat itupun merakit peristiwa
gagasan ke dalam bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran yang utuh.
Kalimat efektif dapat dipergunakan dalam bentuk lisan dan tertulis
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Susunan kalimat
yang efektif itu didukung oleh (1) kesepadanan dan kesatuan antara struktur
bahasa dan cara atau jalan pikiran yang logis, (2) kesejajaran bentuk bahasa yang
dipakai untuk tujuan-tujuan efektivitas tertentu, (3) penekanan pikiran utama
dalam kalimat, (4) kehematan dalam pilihan kata, dan (5) kevariasian dalam
penyusunan kalimat.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritikan
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah dimasa yang akan
dating.

18
DAFTAR PUSTAKA

Moeliono, Anton M. tanpa tahun. Diktat Kursus Karang-Mengarang


Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Karya
Parera, J.D. 1986. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga
Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Pusat Bahasa Depdiknas

iii
19

Anda mungkin juga menyukai