Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan manusia. Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian dan penerimaan inti atau gagasan yang disampaikan oleh manusia
dengan mengungkapkan bahasa yang baik. Komunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia terwujud secara efektif, apabila digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan
benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahaman orang lain sehingga
kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.

Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain,
ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili
gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggupmenimbulkan
gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan
oleh pembaca atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah
penggunaan kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai
dengan kaidah tata bahasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kalimat efektif?
2. Apa syarat kalimat efektif?
3. Apa hakikat kalimat efektif?
C. Tujuan
1. Dapat memahami mengenai konsep dasar penggunaan kalimat efektif.
2. Dapat mengetahui syarat-syarat kalimat efektif.
3. Dapat memahami jenis-jenis kalimat.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kalimat Efektif

Kalimat yang benar dan jelas dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.
Kalimat yang demikian disebut dengan kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara. Hal
ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya
informasi yang diinginkan penulis atau pembicara.
Razak (1988:2) mengemukakan kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mewakili
gagasan atau pikiran yang disampaikan oleh pengarang sehingga tergambar jelas dalam
pikiran pembaca, persis seperti yang disampaikannya.
Manaf (1999 : 118) memberikan definisi bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan pikiran atau perasaan penutur atau penulis secara lengkap dan akurat
dan dapat dipahami secara mudah dan tepat oleh penyimak atau pembaca
Pakar lain, Semi(1989 : 152) berpendapat bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
harus memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh dan meninggalkan kesan.
Selanjutnya, Gani ( 199 : 91) mengemukakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
memungkinkan : (a) pembaca mudah memahami dengan baik dan cepat pesan, berita, dan
amanat yang disampaikan, (b) pembaca tergerak oleh pesan, berita, dan amanat itu, dan (c)
pembaca berbuat sebagaimana pesan, berita, dan amanat tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif merupakan
kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun sedemikian rupa untuk mencapai daya
informasi dengan tepat dan baik. Melalui penggunaan kalimat efektif, pendengar / pembaca
akan mudah menerima dan memahami informasi sebagaimana yang dimaksudkan oleh
pembicara / penulis.

2
A. Pengertian Kalimat Efektif
1. Menurut Joko Kuncoro (1987).
Kalimat Efektif adalah kalimat yang mampu memenuhi persyaratan sebagai
berikut: “ jelas, ringkas, enak dibaca, dan sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa
“.
2. M. Atar Semi (1990).
Kalimat efektif: kalimat yang mampu memenuhi sasaran, menimbulkan pengaruh,
menimbulkan kesan dan menerbitkan selera pembaca.
3. E. Zainal Arifin (1978).
Kalimat Efektif:kalimat yang mampu menimbulkan kembali gagasan pada pikiran
pembaca, sesuai dengan yang dimaksud penulis.
B. Ciri-ciri Kalimat Efektif
1. Harus sesuai dengan tuntutan bahasa baku:
a. Pemakaian ejaan dan tanda baca dengan tepat.
b. Pemakaian kata/bahasa baku.
2. Pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa:
a. Mudah dipahami oleh pembaca.
b. Info yang diterima pembaca sama dengan yang dimaksud oleh penulis.
3. Ringkas:
a. Tidak berlebihan, sedikit kata dapat mengungkapkan banyak gagasan.
b. Tidak bertele-tele atau tidak berbelit-belit.
4. Adanya koherensi antar kalimat dan antar paragraf:
a. Adanya kesatuan ide/gagasan.
b. Tidak ada kata-kata sumbang.
5. Kalimat harus hidup:
Gunakan kata-kata yang bervariasi terutama :
a. Diksi.
b. Struktur kalimat.
c. Bentuk kalimat.
d. Panjang pendek kalimat.
e. Perumpaan dan perbandingan.
f. Gaya bahasa.
6. Tidak ada kata yang tidak berfungsi.
3
C. Bentuk-bentuk Kesalahan dalam Kalimat Efektif
Kalimat yang tidak efektif disebabkan oleh:
1. Kata-kata yang tidak berfungsi.
Contoh: Kepada para hadirin sekalian dipersilahkan duduk kembali!
2. Pengulangan subjek yang tidak perlu.
Contoh: Saya telah mengatakan persetujuan saya tentang keputusan itu.
Direvisi = Saya telah menyetujui keputusan itu.
3. Pemakaian kata ulang (pengulangan) yang salah.
Contoh: Direktur mengundang seluruh dosen-dosen jurusan gizi.
Direvisi = Direktur mengundang seluruh dosen jurusan gizi.
4. Kontruksi yang tidak parallel mencakup:
 Pemakaian bentuk-bentuk bahan yang sama dalam suatu susunan serial.
 Bila suatu ide/gagasan dinyatakan dalam bentuk frase gagasan lain yang
sederajat dinyatakan juga dalam bentuk frase.
 Bila suatu ide dinyatakan dalam bentuk me-kan, di-kan, pe-an, ke-an.
Gagasan lain yang sederajat dinyatakan dalam bentuk yang sama.
Contoh:
Penyakit AIDS berbahaya dan mengerikan sebab perawatan dan
caramengobatinya belum diketahui.
Direvisi = Penyakit AIDS membahayakan dan mengerikan sebab
perawatan dan pengobatannya belum diketahui.
5. Pengungkapan yang lemah ( kurang padu ).
Contoh:
Yang menjadi sebab kematiannya adalah penyakit jantung.
Direvisi = Penyebab kematiannya adalah penyakit jantung.

6. Ide/gagasan yang tidak logis/salah nalar.


Contoh:
Acara selanjutnya kata smabutan dari direktur Poltekkes Padang waktu dan tempat
kami persilahkan.
Direvisi = acara selanjutnya kata sambutan dari direktur Poltekkes Padang, kepada
Bapak Sunardi dipersilahkan.

4
7. Diksi yang kurang tepat.
Contoh:
Pengucapan teks Pancasila diikuti oleh segenap (seluruh) peserta upacara.

8. Kesalahan struktur.
Contoh:
Tubuh kita untuk menggantikan bagian-bagian yang rusa memerlukan zat-zat
makanan yang benar.
Direvisi = Kita memerlukan zat-zat makanan untuk menggantikan bagian-bagian
tubuh yang rusak.

9. Adanya unsur (kata) yang tertinggal / terlupa.


Contoh:
Pinjaman $ 250 juta diberikan Somalia.
Direvisi = pinjaman $ 250 juta diberikan kepada Somalia.
D. Syarat Kalimat Efektif
1. Koherensi.
Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau
kelompok kata) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah
tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat
yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada
yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal
jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat
hubungannya.
Hal-hal yang merusak koherensi :
a. Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola
kalimat.
b. Kesalahan menggunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.
c. Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak
tumpang tidih, atau hakekatnya mengandung kontradiksi.
d. Kesalahan menempatkan keterangan aspek (sudah, telah., akan, belum, dan
sebagainya) pada kata kerja tanggap.
2. Kesatuan

5
Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya,
kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah
dengan obyek, keterangan, dan unsur-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan,
dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan ciri keutuhan
kalimat.
Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi pagi.
3. Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase
atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut
soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah
kejelasan kalimat boleh dihilangkan.
Berikut unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:
a. Frase pada awal kalimat.
Contoh : sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit
perut, menurut para ahlibedah.
b. Pengurangan subyek kalimat.
Contoh: Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai
memasuki ruangan. (salah)
4. Keparalellan.
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu.Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan
me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-
juga.
Contoh:
- Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak
efektif).
- Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif).
- Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif).
- Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif).
- Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif).
5. Penekanan

6
Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya
dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada
bagian kalimat tadi.
Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :
a. Posisi dalam kalimat.
Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan
menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain
dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.
Contoh :
– Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut
pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara
jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak.
– Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan
produksi minyak adalah salah satu indikator yagn menunjukkan tidak
efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
b. Urutan yang logis.
Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa.
Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar
dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan
penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan
suatu proses.
Contoh :
– Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

6. Kevariasian.
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi
dalam teks.Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau
keterangan.Ada kalimat yang pendek dan panjang.
a. Cara memulai.

7
 Subyek pada awal kalimat.
Contoh:
– Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga
cara.
 Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik).
Contoh:
– Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
 Kata modal pada awal kalimat.
Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan
berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu tau sebaliknya dan yang
keras menjadi lembut atau sebaliknya.
Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah,
tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.
Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin,
barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya.
Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya,
sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya.
Contoh:

– Sering mereka belajar bersama-sama.

b. Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau
efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit.Akan sangat tidak
menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang
seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang.Dengan menggabung
beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa
hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami
sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.
c. Jenis kalimat.
Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam
wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi
untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang
bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini

8
tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau
kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan
memberikan penyegaran dalam karangan.
d. Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan
setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi
bervariasi.
e. Kalimat langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-
ucapan yang bersifat ekspresif.Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan
paragraf.Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah,
pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.
E. Jenis-jenis Kalimat.
Kalimat merupakan gabungan dari beberapa kata yang memiliki makna.Kalimat
memegang peranan penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, selain huruf, suku kata,
kata dan frase.Bagian dari sistem linguistik ini perlu dipahami lebih dalam agar dapat
membantu dalam pembelajaran.Pada konsepnya kalimat memiliki berbagai jenis. Berikut
jenis-jenis kalimat:
a. Berdasarkan Pengucapan.
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung.
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana
ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda
petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
- Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
- “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung.
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik
dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
- Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
9
- Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
b. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal).

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Tunggal.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang
terdiri dari satu subjek dan satu predikat.Kalimat tunggal merupakan kalimat
dasar sederhana.Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam
kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola
pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoriabernyanyi
. S P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Ikasangat rajin
. S P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh: Masalahnyaseribu satu.
. S P
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh : Saya siswa kelas VI.
 Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya.Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat
dikenali.Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan
kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore,
minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu,
dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.

10
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja,
selekas mungkin.

6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.


7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima
Sepatu Emas, David Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan
rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2. Kalimat Majemuk.
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang
salingberhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk
dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Kalimat Majemuk Setara (KMS).
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan
kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang
dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:
- Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
- Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan
olehkata tetapi, sedangkan, namun, melainkan.Kedua kalimat tersebut
menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:
- Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk
negara yang sudah maju.

11
- Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang
dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:
- Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
- Aku atau dia yang akan kamu pilih.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan
dengan kata bahkan.
Contoh:
- Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
- Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa
dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang
dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu
kejadian yang berurutan.
Contoh:
- Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD,
kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.

b. Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB).


Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas
dan satu suku kalimat yang tidak bebas.Kedua kalimat tersebut
memiliki pola hubungan yang tidak sederajat.Bagian yang memiliki
kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama
(induk kalimat).Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut
dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang
dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat: hingga, sehingga, maka
4. Syarat: jika, asalkan, apabila
5. Perlawanan: meskipun, walaupun
6. Pengandaian: andaikata, seandainya
12
7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
9. Pembatasan: kecuali, selain
10. Alat: dengan+ katabenda.
Misalnya: dengan tongkat
11. Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat
modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data
komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-
data komputer itu.
Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan
alat-alat modern.
c. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:
- Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung
pulang.
KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.
. Kami langsung pulang karena hari sudah malam.h
- Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena
tugasnyabelum selesai.
KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
.
c. Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri

13
dengan tanda seru (!) dalam penulisannya.Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat
perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
2. Kalimat Berita.
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan
sesuatu.Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan
dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun.Kalimat ini
mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalimat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu
informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan
tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan
intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana,
berapa, kapan.
Contoh:
- Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
- Kapan Becks kembali ke Inggris?
4. Kalimat Seruan.

14
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk
mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak.Kalimat seruan
biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan
menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:
- Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
- Bukan main, eloknya.

d. Berdasarkan Unsur Kalimat


Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu
buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat
lengkap.
Contoh :
- Mahasiswaberdiskusidi dalam kelas.
. S P K
- Ibumengenakankaos hijau dan celana hitam.
. S P O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena
hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan
saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah,
pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
- Hei, Kawan…
e. Berdasarkan Susunan Subjek – Predikat
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Versi
15
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya.
Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan
mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika
kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau
untuk penekanan atau ketegasan makna.

Contoh:

- Ambilkankoran di atas kursi itu!


. P S
- Sepakatkamiuntuk berkumpul di taman kota.
. S P K
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur
kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian inidilakukanmerekasejak 2 bulan yang lalu.
. S P O K
- Aku dan diabertemudi cafe ini.
. S P K
f. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan
diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan
(anak kalimat).Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh
penulisnya.Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah
bermakna lengkap.
Contoh;
- Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
- Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang
berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
16
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan
diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat.Kalimat belum dapat
dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya.Sebelum kalimat itu selesai,
terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu,
penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
 Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
 Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
3. Kalimat Yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini
memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun
kalimat yang simetri.
Contoh:
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik
berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang
dan dapat beribadat dengan leluasa.

g. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata
kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja
aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya
pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
 Mereka akan berangkat besok pagi.
 Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.Kalimat Aktif Transitif

17
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti
oleh objek penderita (O1).Predikat pada kalimat ini biasanya
berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat
pasif.
Contoh: Enimencucipiring.
S P O
2.Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak
dapatdiikuti oleh objek penderita (O). Predikat pada kalimat ini
biasanya berawaln ber-.Kalimat yang berawalan me- tidak
diikuti dengan O. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh:
Merekaberangkatminggu depan.
S P K
 Amelmenangis tersedu-sedudi kamar
S P K
3.Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena
disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
Diankehilanganpensil.
S P Pel.
 Soniselalu mengenderaisepeda motorke kampus.
. S P Pel K
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa
kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif.
Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
18
 PiringdicuciEni.
S P O
2. Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O)
melekat berdekatan dengan O tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat
pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan
awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja
kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan
kalimat baku.
Contoh:
 Kupukuladik.
O P S
 Sayasampaikanpesanmu.
. O P S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh : Bapak memancing ikan. (aktif)
. Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada
predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh : Aku harus mengerjakan PR. (aktif)

F. Unsur-unsur Kalimat Efektif

Menurut Gani ( 1999 : 92) membuat kalimat menjadi efektif bukanlah pekerjaan
mudah, sebab ada banyak hal yang harus diperhatikan. Hal-hal tersebut adalah (a) kebakuan
bahasa, (b) kelengkapan, (c) ketegasan, (d) kepaduan dan kesatuan, ( e) kepararelan, (f)
kehematan dan (g) kevariasian.

Pakar lain, Manaf (1999:199) menyatakan bahwa ada enam unsur yang membuat
kalimat menjadi efektif, yaitu apabila kalimat mempunyai (a) ketepatan pilihan kata, (b)
ketepatan tata bahasa,(c) kekompleksitasan dan struktur kalimat(efektifitas kalimat), (d)

19
kecukupan unsur kalimat, (e)unsur yang mubazir serta (f) ketepatan lafal (dalam bahasa
lisan).

1. Ketepatan Pilihan Kata

Pilihan kata yang tepat merupakan salah satu ciri kalimat efektif. Untuk
memilih kata yang tepat, diperlukan beberapa pertimbangan: (1) ketepatan konsep
yaitu konsep atau makna kognitif yang dikandung oleh kata harus secara tepat
menggambarkan gagasan yang diungkapkan oleh penutur atau penulis. (2) ketepatan
nilai rasa yaitu kehalusan dan kesopanan kata yang digunakan hendaknya sesuai
dengan sifat ujaran. Misalnya, jika kita akan mengungkapkan daya hidup manusia
yang baik, dapat digunakan kata meninggal , gugur, wafat, dan mangkat bukan mati
atau mampus. (3) ketepatan konteks yaitu kata yang digunakan dalam kalimat harus
sesuai dengan konteks situasi kalimat itu diujarkan

2. Ketepatan Tata Bahasa

Ketepatan tata bahasa merupakan syarat penting keefektifan sebuah kalimat,


ketepatan tata bahasa itu mencakup tata intrakata dan tata antarkata. Dalam
membentuk kalimat efektif, tata kata yang perlu diperhatikan adalah ketepatan kelas
katanya, ketepatan morfemnya, dan ketepatan penggabungan morfemnya.

Morfem itu mencakupi morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas
berupa kata yang bisa berdiri sendiri, sedangkan morfem terikat itu berupa afiks yang
mencakupi prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, dan konfiks. Penggunaan kelas kata,
penggunaan afiks, dan penggabungan afiks harus tepat, sehingga kalimat yang
terbentuk dapat secara mudah dan tepat diterima oleh penyimak atau pembaca.
Sebaliknya, kesalahan penerapan kaidah morfologis itu membuat kalimat tidak
efektif.

Ketepatan letak setiap unsur sangat berpengaruh terhadap keefektifan kalimat.


Unsur yang berupa fungsi sintaksis yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap dan
keterangan perlu ditata sedemikian rupa, sehingga kalimat itu dapat mengungkapkan
gagasan secara lengkap dan akurat. Penyusunan kalimat yang menyalahi kaidah tata

20
bahasa membuat kalimat sulit dipahami bahkan menimbulkan salah tafsir. Di samping
itu, penggunaan preposisi dan konjugasi juga sangat menentukan keefektifan kalimat.

3. Kompleksitas dan Struktur Kalimat

Kalimat yang terlalu kompleks atau terlalu panjang dan struktur yang berbelit-
belit mengakibatkan gagasan kalimat sulit dipahami. Struktur kalimat yang berbelit-
belit membuat pikiran penyimak atau pembaca tersita untuk mengotak-atik struktur
kalimat agar kalimat itu dapat dipahami. Akibatnya gagasan dalam kalimat itu
terlupakan atau tercecer, baik itu kalimat yang terlalu kompleks maupun strukturnya
berbelit-belit banyak menyita waktu, meletihkan dan membosankan penyimak atau
pembaca.

Struktur kalimat yang berbelit-belit umumnya disebabkan oleh penerapan tata


bahasa yang tidak tepat dan penempatan gagasan dalam kalimat yang tidak runtun.
Untuk mengatasi itu, kaidah morfologisdan sintaksis harus diperhatikan dalam
menyusun kalimat. Disamping itu, perlu ditata secara runtun gagasan pokok dan
gagasan penjelas dalam sebuah kalimat. Dengan kata lain, pola penempatan ide dalam
kalimat hendaknya runtundan padu.

4. Kecukupan Unsur Kalimat

Kecukupan unsur kalimat sangat berpengaruh terhadap keefektifan sebuah


kalimat, sehingga dapat dipahami secara mudah dan tepat. Sebaliknya kalimat yang
tidak cukup unsurnya cenderung akan sulit dipahami.

Manaf( 1999 : 130) mengemukakan bahwa cakupan unsur kalimat ini meliputi
kata, fungsi sintaksis, dan tanda baca. Kata itu mencakupi verba, nomina, adjektifa,
adverbial, dan kata tugas. Kata tugas itu mencakupi preposisi, konjungsi, pertikula,
dan artikula. Fungsi sintaksis itu mencakupi subjek, predikat, objek dan pelengkap.
Jadi, kalimat efektif harus memiliki struktur yang jelas tidak berbelit-belit, terurai
dalam kalimat sederhana dan mudah dimengerti pembaca. Kata-kata dalam kalimat
efektif harus ditulis secara runtun menurut aturan yang ditentukan sehingga
kesalahpahaman masyarakat pemakai bahasa dapat dihindari.

21
5. Unsur yang tidak mubazir

Kehadiran unsur yang mubazir dalam kalimat mengakibatkan kalimat tidak


efektif. Kehadiran unsur mubazir itu mengakibatkan struktur kalimat menjadi panjang.
Struktur kalimat yang panjang itu mengakibatkan gagasan kalimat tidak dapat segera
dipahami.

Suatu unsur kalimat dianggap mubazir apabila unsur itu ada tetapi tidak
mempunyai makna atau fungsi apapun. Dengan kata lain, tanpa kehadiran unsur itu
(mubazir) kalimat sudah jelas. Unsur mubazir itu terjadi biasanya disebabkan oleh unsur
itu disebutkan atau sudah dicakupi oleh unsur yang lain, karena unsur itu memberikan
informasi yang sama dan mempunyai fungsi yang sama, unsur itu sebaiknya dimunculkan
salah satu saja. Maka dari itu kalimat yang sudah jelas dengan hanya lima kata, jangan
ditambah lagi menjadi enam, karena kata itu aka mubazir, bisa jadi kalimat tersebut akan
menjadi lebih tidak jelas. Jadi hal yang paling dipantangkan dalam kalimat efektif adalah
pemborosan kata atau kata yang mubazir, misalnya terdapat dua buah kata yang
sebenarnya memiliki makana atau fungsi yang sama, seperti dalam para ibu-ibu karena
para sudah menunjukkan makna jamak.

6. Ketepatan Lafal

Lafal mempunayi peranan penting dalam bahasa lisan. Lafal yang tepat membuat
kalimat mudah dan dapat dipahami secara tepat. Sebaliknya, lafal yang tidak tepat
membuat kalimat sulit dipahami. Bahkan, kesalahan lafal juga dapat menimbulkan salah
tafsir, misalnya dalam kalimat, “Karena pengaruh TV banyak anak kampung yang
bergaya kota”.

Kalimat di atas tidak efektif karena lafal yang tidak tepat, kalimat tersebut tidak
efektif karena penggunaan vokal akhir terbuka diglotalkan, sehingga kata kota menjadi
kotak. Kekeliruan pelafalan itu biasanya terjadi disebabkan oleh bahasa ibu penutur.
Kesalahan lafal itu mengakibatkan perubahan makna kata yang sangat kontras sehingga
makna kalimat menjadi rancu, misalnya kafan dilafalkan menjadi kapan, teras ( e lemah)
dilafalkan menjadi teras ( e keras), atau folio dilafalkan menjadi polio,dan sebagainya.\

22
G. Definisi Subjek,Predikat dan Objek
1. Subjek

Subjek atau subyek adalah bagian klausa yang menandai apa yang dibicarakan oleh
pembicara. Bagian klausa yang lain selain subjek adalah predikat. Subjek tidak selalu
sama dengan pelaku atau aktor, terutama dalam kalimat pasif. Contoh: "Kamu ditangkap
polisi" dan "polisi menangkap kamu" memiliki pelaku/aktor yang sama, yaitu "polisi"
sedangkan subjeknya berbeda: "kamu" dan "polisi".

Definisi subjek adalah

· pokok pembicaraan; pokok bahasan;


· Ling bagian klausa yg menandai apa yg dikatakan oleh pembicara; pokok kalimat;
· pelaku: dl pengkajian itu manusia dapat berperan sbg -- di samping sbg objek
pengkajian;
· Mata pelajaran: bahasa Indonesia merupakan -- pokok di sekolah;
· Orang, tempat, atau benda yg diamati dl rangka pembuntutan sbg sasaran;

2. Predikat

Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara
tentang subjek. Pada beberapa bahasa, misalnya bahasa-bahasa dalam rumpun bahasa Indo-
Eropa, predikat harus mengandung unsur verba. Predikat dapat diikuti antara lain oleh objek
dan adverbia. Kata predikat berasal dari bahasa Latin praedicatum yang artinya ialah "apa
yang dibicarakan".

Definisi predikat adalah

seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit.
Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi:

1. Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk.

2. Menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan
dan menentukan kejelasan makna kalimat.

3. Menegaskan makna.

4. Membentuk kesatuan pikiran.

5. Sebagai sebutan.

23
3. Objek

Objek adalah sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan
dimaksudkan untuk sebuah aplikasi. Sebuah objek adalah sesuatu yang mempunyai keadaan,
prilaku, dan identitas. Keadaan dari objek adalah satu dari kondisi yang memungkinkan
dimana objek dapat muncul, dan dapat secara normal berubah berdasarkan waktu. Keadaan
dari objek diimplimentasikan dengan kelompok propertinya (disebut atribut), berisi dari nilai
property tersebut, ditambah ketehubungan objek yang mungkin dengan objek lainnya.
Perilaku menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan bereaksi terhadap permintaan dari
objek lainnya. Dipresentasikan dengan kelompok pesan yang direspons oleh objek (operasi
yang dilakukan oleh objek).

Definisi objek adalah

1 hal, perkara, atau orang yg menjadi pokok pembicaraan;

2 Kim benda, hal, dsb yg dijadikan sasaran untuk diteliti, diperhatikan, dsb: -- penelitian ini
adalah tata kehidupan suku terasing di Riau;

3 Ling nomina yg melengkapi verba transitif dl klausa, msl teh manis dl kalimat Kiki minum
teh manis;

4 hal atau benda yg menjadi sasaran usaha sambilan: berdagang kain menjadi salah satu --
orang- orang di kota itu;

5 Fis titik atau himpunan yg bertindak sbg sumber cahaya bagi suatu lensa, cermin, atau bagi
suatu sistem lensa;

4. Keterangan

Kata keterangan (Adverbia) adalah kata yang member keterangan padda kata sifat,
kata kerja,katabenda,atau,pada kalimat.
Kata keterangan ada yang berupa:
a. Kata dasar, contoh: mungkin, sudah.
b. Kata berimbuhan, contoh: seharusnya, sebenarnya.
c. Kata ulang, contoh: benar-benar, mati-matian, buru-buru.

Definisi keterangan adalah

24
v uraian dsb untuk menerangkan sesuatu; penjelasan: sebelum pameran dibuka, ketua panitia
memberikan ~ tt tujuan diadakannya pameran;
v sesuatu yg menjadi petunjuk, spt bukti, tanda; segala sesuatu yg sudah diketahui atau yg
menyebabkan tahu; segala alasan: saksi diminta memberikan ~ yg sejujur-jujurnya;
v Ling kata atau kelompok kata yg menerangkan (menentukan) kata atau bagian kalimat yg
lain: ~ tempat, ~ waktu;

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ciri-ciri Kalimat Efektif
1.Harus sesuai dengan tuntutan bahasa baku:
2.Pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa:.
3.Ringkas:
4.Adanya koherensi antar kalimat dan antar paragraf:
5.Kalimat harus hidup:
6.Tidak ada kata yang tidak berfungsi

Bentuk-bentuk Kesalahan dalam Kalimat Efektif


10. Kata-kata yang tidak berfungsi.
11. Pemakaian kata ulang (pengulangan) yang salah.
12. Pengungkapan yang lemah ( kurang padu ).
13. Ide/gagasan yang tidak logis/salah nalar.
14. Diksi yang kurang tepat.
15. Kesalahan struktur.
16. Adanya unsur (kata) yang tertinggal / terlupa

Unsur-unsur Kalimat Efektif


Ketepatan Pilihan Kata
Ketepatan Tata Bahasa
Kompleksitas dan Struktur Kalimat
Kecukupan Unsur Kalimat
Unsur yang Mubazir
Ketepatan Lafal

 Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).

B. Saran
Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa dan untuk menguasai suatu
keterampilan kita harus rajin berlatih begitu juga dengan keterampilan menulis. Agar
kita menguasai keterampilan menulis kita harus rajin berlatih menulis, karena menulis
mempunyai aturan (asas menulis yang baik dan benar). Penggunaan kalimat efektif
dalam menulis termasuk menulis pengalaman pribadi sangat kurang sekali. Penulis
lebih sering beranggapan bahwa menulis pengalaman pribadi tidak memerlukan/
membutuhkan tata cara menulis, karena penulis beranggapan bahwa menulis
pengalaman pribadi hanya dikonsumsi diri sendiri, jadi kalimat – kalimat yang
digunakan tidak sesuai EYD atau tidak efektif. Melalui pembelajaran ini diharapkan
penulis dapat menggunakan kalimat efektif dalam menulis pengalaman pribadi.
Karenapembelajaran ini secara langsung memberikan gambaran tentang apa itu
kalimat efektif dan bagaimana kalimat efektif dalam menulis pengalaman pribadi.

26
Daftar Pustaka

Mawardi.2011.Karya Tulis Ilmiah.Padang: Poltekkes Kemenkes Padang


Yulianti ,Upit.2012.Bahan Ajar STIKES PGRI.Padang : STIKES PGRI
http://lussychandra.blogspot.co.id/2014/04/definisi-dan-pengertian-sabjek-predikat.html

27

Anda mungkin juga menyukai