Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KETEPATAN PILIHAN KATA

Disusun Oleh : Neta Hariyani


NIM : 526080617017

STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM


PRODI DIII KEBIDANAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunianya serta taufik dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan Makalah Bahasa
Indonesia dengan Judul Ketepatan Pilihan Kata ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Saya berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai ketepatan dan kesesuaian kata dalam Bahasa Indonesia. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, oleh sebab itu saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
memperbaiki makalah yang saya buat dimasa akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan
berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik serta
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Batam, 11 Oktober 2019

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka hal itu

berarti semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan

yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak

gagasan, atau dengan kata lain, mereka yang luas kosa katanya, dapat dengan mudah dan

lancar mengadakan komunikasi dengan orang-orang lain. Betapa sering kita tidak

memahami orang-orang lain, hanya karena kita tidak cukup memiliki kata atau gagasannya,

atau karena orang yang diajak bicara tidak cukup memiliki gagasan atau kosa kata, sehingga

tidak sanggup mengungkapkan maksudnya secara jelas kepada kita.

Aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosa

kata. Sepanjang hari mahasiswa harus mengikuti perkuliahan, mengerjakan soal ujian,

menulis karya-karya tulis ataupun skripsi. Kemudian ketika waktu istirahat, ia harus

bertukar pikiran dengan kawan mahasiswa lainnya atau berkonsultasi dengan para dosen.

Malam harinya, ia harus membuka kembali bahan-bahan kuliah baik itu dari catatannya

maupun buku-buku yang dianjurkan. Dengan aktivitas itu, kata beserta gagasannya banyak

yang masuk ke dalam benaknya. Sering sekali mahasiswa dalam menghadapi soal ujian ia

mengetahui gagasannya, tetapi ia tidak mengetahui kata atau istilahnya begitupun

sebaliknya. Maka dari itu, kata dan gagasan sama pentingnya. Karena tidak dapat disangkal

bahwa penguasaan kosa kata bagian yang sangat penting dalam dunia perguruan tinggi

dengan begitu seseorang dapat menyampaikan pikiran secara sederhana dan langsung.

Sehingga ketepatan pilihan kata sangat diperlukan supaya tidak menimbulkan kesalahan
respon atau tanggapan oranglain ketika kita menyampaikan kata atau gagasan yang ada di

dalam pikiran masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pilihan kata (diksi)?

2. Apa sajakah fungsi diksi?

3. Bagaimana saja persyaratan untuk ketepatan diksi?

4. Apa jenis-jenis diksi?

5. Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam menulis diksi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari pilihan kata (diksi).

2. Untuk mengetahui fungsi dari diksi tersebut.

3. Untuk mengetahui dan memahami berbagai persyaratan untuk ketepatan diksi.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari diksi tersebut.

5. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam menulis diksi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu

untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila

tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah

sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam

arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan

yang nilai rasa masyarakat pemakainya.

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi

oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui,

memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat

mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara

efektif kepada pembaca atau pendengarnya.

2.2 Fungsi diksi

Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,

pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain:

a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal,

b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat,

c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar,

d. Mencegah perbedaan penafsiran,

e. Mencegah salah pemahaman


f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi, dan

g. Memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas.

2.3 Persyaratan Ketepatan Diksi

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama

pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis

atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin

memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan

salah paham. Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut persyaratan

yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai

dengan tuntutan komunikasi.

Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah:

1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi

Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi

ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna.

Contoh :

a. Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)

Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)

b. Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan

masyarakat.

Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata perkerjaan membanting

sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan.

Kata membanting tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna

konotatif.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,

tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau

kemiripan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat

tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata

yang bersinonim akan menghidupkan Bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa

seseorang segingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini

pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakan

sesuai dengan kebutuhan dan situai yang dihadapinya. Kita ambil contoh kata cerdas dan

kata cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.

Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna

konotatif suatu kata.

Contoh:

Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?

Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama

ini memberatkan pengusaha.

3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya

Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, makna

akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham.

Contoh:

bahwa-bawah-bawa

interferensi-inferensi

Intensif– insensif
Karton– kartun

Korporasi–koperasi

4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri (jika

pemahaman belum dapat dipastikan) serta hindari kata-kata ciptaan sendiri

Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam

masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama tampak dari pertambahan jumlah kata

baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru

seenaknya. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karena dipakai oleh orang-orang

terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya menerima kata itu, maka

kata itu lama-kelamaan akan menjadi milik masyarakat.

Contoh:

Modern-canggih (secara subjektif)

Modern: terbaru atau muktahir (menurut kamus)

Canggih: banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual

(menurut kamus)

5. Waspada terhadap penggunaan istilah asing dan akhirannya

Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang

mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan: favorable-favorit, idiom-

idiomatik, progress-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya. Kata-kata atau istilah-istilah

asing boleh dipakai (mungkin kita pilih) dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Lebih cocok karena notasinya, misalnya:

kritik - kecaman profesional - bayaran

asimilasi - persenyawaan aposisi - gelaran


dianalisis - diolah

b. Lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya, misalnya:

eksekusi - pelaksanaan hukuman mati

imunisasi - pengebalan terhadap penyakit

inovasi - perubahan secara baru

kontrasepsi - alat pencegah kehamilan

mutasi - perpindahan tugas kepagawaian

c. Bersifat internasional, misalnya:

matematika - ilmu pasti oksigen - zat asam

hidrogen - zat air valensi - martabat

fisiologi - ilmu faal predikat -sebutan

Contoh akhiran asing:

Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.

Koordinir seharusnya koordinasi.

6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat atau kata

kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis

Contoh:

Pasangan yang salah Pasangan yang benar


antara...dengan... antara...dan...
tidak...melainkan... tidak...tetapi...
baik.... ataupun... baik...maupun...
bukan...tetapi... bukan...melainkan...
Ingat terhadap... Ingat akan...
Mengharap akan... Mengharap...
Membahayakan bagi Berbahaya bagi...
sesuatu...

7. Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat

Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang
luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu kepada
pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret. Kata-kata umum (Generik) ialah kata-
kata yang luas ruang lingkupnya, sedangkan kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit
ruang lingkupnya. Makin umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan.
Sebaliknya, makin khusus, mikin jelas dan tepat. Karena itu, untuk mengefektifkan
penuturan lebih tepat dipakai kata-kata khusus dari pada kata-kata umum.

Contoh :

Kata umum: melihat

Kata khusus: melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi,

menonton (wayang), memandang (gunung sawah, laut, dan lain-lain), menatap (gambar).

8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal

Macam-macam perubahan makna yaitu

a. Generalisasi (Perluasan Arti)

Generalisasi atau pergeseran makna meluas adalah pergeseran makna sebuah

kata dari makna yang khusus atau sempit ke makna yang lebih luas atau lebih

umum. Bisa juga diartikan sebagai suatu proses perubahan makna yang dialami

sebuah kata yang tadinya mengandung suatau makna yang khusus, tetapi

kemudian meluas sehingga meliputi sebuah kelas makna yang lebih umum.

Yang merupakan generalisasi misalnya saja bapak, ibu, saudara, kakak, adik,

puta, putri dan lain sebagainya.

Contoh:
(a) Bapakku berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat.

(b) Apakah Bapak wali kelas kami?.

Pada kalimat (a) kata bapak yaitu orang tua laki-laki yang mempunyai

hubungan darah. Sebaliknya, kata bapak pada kalimat (b) bermakna orang

yang lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi meskipun tidak mempunyai

hubungan darah.

(c) Kata berlayar dipakai dengan pengertian bergerak dilaut dengan

menggunakan layar. Sekarang setindakan yang mengarungi lautan atau

perairan dengan menggunakan alat apa saja.

b. Spesialisasi (Penyempitan Arti)

Spesialisasi atau penyempitan arti sebuah kata adalah perubahan makna dari

yang lebih umum atau luas ke makna yang lebih khusus atau sempit. Atau bisa

juga diartikan sebagai sebuah proses yang dialami sebuah kata dimana makna

yang lama lebih luas cakupannya dari makna yang baru. Beberapa kata

spesialisasi yaitu nasib, madrasah dan lain sebagainya.

Contoh :

(a) Setiap orang sudah punya garis nasib yang berbeda-beda.

(b) Nasib membawanya menjadi seorang gelandangan.

Kata nasib pada kalimat (a) artinya untung malang, baik buruk. Sebaliknya kata

nasib pada kalimat (b) yaitu malang atau buruk.

(c) Kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut sebuah cendekiawan. Sekarang

dipakai untuk gelar universitas.


c. Ameliorasi (Peninggian Makna)

Ameliorasi adalah suatu proses perubahan makna, dimana arti yang baru

dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Beberapa kata

ameliorasi yaitu asisten rumah tangga, mengandung, tunawisma, pramuniaga,

seni, narapidana dan lain sebagainya.

Contoh:

(a) Jangan membuang air seni di sekitar tempat ini!

(b) Sejak masih sekolah Pak Nugroho menekuni seni lukis.

Kata seni pada kalimat (a) artinya air kencing sedangkan seni pada kalimat (b)

artinya ciptaan yang bernilai.

(c) Pramuniaga di toko buku itu ramah-ramah.

d. Peyorasi (Penurunan Makna)

Peyorasi adalah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru

dirasakan lebih rendah atau kurang baik nilainya daripada makna sebelumnya.

Peyorasi ini merupakan kebalikan dari ameliorasi. Misalnya, bunting, bini,

gelandangan dan lain-lain.

Contoh:

(a) Kak Asti bunting lima bulan.

Kata bunting dianggap lebih rendah nilainya daripada kata hamil. Mempunyai

makna yang sama yaitu mengandung anak dalam perut.

(b) Bang Jupri dan bininya sudah pindah rumah sejak sebulan yang lalu.

Kata bini dianggap lebih rendah nilainya daripada istri.

(c) Di kota besar ditemukan banyak gelandangan.

Kata gelandangan dianggap lebih rendah nilainya daripada tunawisma.


e. Metafora

Metafora adalah perubahan makna karena perbedaan sifat dua objek.

Contoh: matahari (sang surya), putri malam (untuk bulan), pulau (empu laut).

f. Metonimi

Metonimi sebagai suatu proses perubahan makna terjadi karena hubungan yang

erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama,

dan dapat diklasifikasi menurut tempat atau waktu, hubungan isi dan kulit, dan

antara sebab dan akibat.

Contoh:

Kata kota tadinya berati susunan batu yang dibuat mengelilingi sebuah tempat

pemukiman sebagai pertahanan dari luar. Sekarang tempat pemukiman itu

disebut kota, walaupun sudah tidak ada susunan batunya lagi.

9. Pemakaian Kata Indria

Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah penggunaan

istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang diserap oleh panca indra,

yaitu serapan indria penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Tetapi sering

kali terjadi hubungan antara indria dengan indria yang lain dirasakan begitu rapatnya,

sehingga kata yang sebenarnya dikenakan kepada suatu indria dikenakan pula pada indria

lainnya. Gejala semacam ini disebut sinestesia.

Contoh: wajahnya manis sekali.

Suaranya manis kedengarannya.

Kata-kata yang lazim dipakai untuk menyatakan penyerapan itu yaitu:


Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, dan kasar,

Perasa : pedas, pahit, asam, dan manis,

Pencium : basi, busuk, anyer dan tengik,

Pendengaran : dengung, derung, ringkik, lengking, kicau, dan

Penglihatan : kabur, mengkilat, kemerah-merahan, dan seri.

Karena kata-kata indria melukiskan suatu sifat yang khas dari penyerapan panca indria,

maka pemakaiannya harus tepat.

10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat

Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep atau gagasan, sedangkan kata konkret

mempunyai referensi objek yang diamati seperti dilihat, didengar, disarakan, diraba, atau

dibau. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami dari pada kata-kata abstrak. Karena itu,

dalam karangan sebaiknya dipakai kata konkret sebanyak-banyaknya agar isi karangan itu

menjadi lebih jelas.

Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indra disebut kata konkret, seperti

meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah

diserap panca indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata

abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan

secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu

diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samara

dan tidak cermat. Kata-kata konkrit dapat lebih efektif jika dipakai dalam karangan narasi

atau deskripsi sebab dapat merangsang panca indra. Kata-kata abstrak sering dipakai untuk

mengungkapkan gagasan atau ide-ide yang rumit.


Contoh :

Kata abstrak: Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.

Kata konkret: APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.

2.4 Jenis-Jenis Diksi

Jenis diksi menurut Keraf, (1996: 89-108) adalah sebagai berikut.

a. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk pada

konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi utama

suatu kata, sebagai lawan dari pada konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu.

Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya.

Contoh:

Rumah itu luasnya 250 meter persegi.

Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu.

Kursi-kursi paling depan di kelasku ditempati oleh anak-anak perempuan.

b. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau

nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya

bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau

definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya.

Contoh makna konotasi:

Rumah itu luas sekali.

Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.

Pemilu legislatif yang lazimnya digunakan untuk memperebutkan kursi-kursi parlemen

baru saja berlangsung.


c. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar

digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan panca indera manusia.

Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide yang

cenderung lebih kompleks dan rumit. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas,

dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran

(kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk

menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus. Contoh dari kata abstrak adalah

kata “pendidikan” atau kata “pembodohan”. Tentu saja orang tidak akan dapat

menggunakan indra untuk bisa menyentuh entitasnya. Lazimnya, kata-kata yang

bersifat abstrak wujudnya adalah kata-kata yang berimbuhan atau berafiks.

d. Kata konkret adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau diindera

secara langsung oleh satu atau lebih dari panca indera. Kata-kata konkret menunjuk

kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkret digunakan

untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata

yang lain.

Contoh kata konkrit: meja, kursi, rumah, mobil dsb.

e. Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas, kata-kata

umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan.

Contoh kata umum: binatang, tumbuh-tumbuhan, penjahat, kendaraan, dan melihat.

f. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan pengarahan yang

khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus.

Contoh kata khusus: Yamaha, nokia, kerapu, kakak tua,sedan.

g. Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-

tulisan ilmiah.
Contoh: analogi, formasi, konservatif, fragmen, kontemporer.

h. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik

oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan.

Contoh kata popular: bukti, rasa kecewa, maju, gelandangan.

i. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam

bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya.

Contoh jargon: sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten),

dok (dokter), prof (professor).

j. Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun secara khas,

bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga merupakan kata-

kata yang tinggi atau murni.

Contoh kata slang: mana tahan, eh ketemu lagi, unyu-unyu, cabi.

k. Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan

bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.

Contoh kata asing: computer, cyber, internet, go public.

l. Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud atau

struktur bahasa Indonesia.

Contoh kata serapan: ekologi, ekosistem, motivasi, music, energi.

m. Kata baku dan non-baku

Kata baku adalah sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa

indonesia dalam penggunaannya. Suatu ragam penggunaan bahasa yang dilembagakan

dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi.
Fungsi Bahasa Baku :

1. Fungsi pemersatu, karena bahasa merupakan wahana dan pengungkap kebudayaan

nasional.

2. Fungsi Penanda kepribadian, indonesia membedakan dirinya dengan menggunakan

bahasa indonesia sebagai identitas bangsa.

3. Fungsi Penambah wibawa, gengsi yang lekat pada bahasa Indonesia baku

menambahkan wibawa pada setiap orang yang dapat menguasai bahasa dengan mahir.

4. Fungsi Kerangka acuan, merupakan ukuran tentang tepat atau tak tepat pemakaian

bahasa dalam situasi tertentu.

Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah mengenai kata dalam

bahasa indonesia. Dalam artikata, kata tak baku adalah kata tidak resmi. Suatu ragam

penggunaan bahasa yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang

dari aturan bahasa baku. Dipakai dalam situasi tidak resmi.

Contoh Kata Baku dan Tidak Baku

BAKU TIDAK BAKU

Kemarin Kemaren

Zaman Jaman
Ijazah Ijasah
Februari Pebruari
2.5 Hal yang Perlu Diperhatikan

Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok,

yakni: masalah makna dan relasi makna.

Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.

Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu:
a. Makna Leksikal dan makna Gramatikal

- Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil

observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.

Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan

timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).

- Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa

makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia,

menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,”

menjadi buku-buku yang bermakna “‘ banyak buku.”

b. Makna Referensial dan Nonreferensial

- Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya

referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di

luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai

referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen.

Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna

nonreferensial).

c. Makna Denotatif dan Konotatif

- Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang

dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya

yang lebih kecil & ukuran badannya normal.

- Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi

yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan

kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral,

artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang

mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

d. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

- Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari

konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual

“sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.

- Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan

dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh:

Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani

/ paham komunis.

e. Makna Kata dan Makna Istilah

- Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor

dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas

kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna

orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air

yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.

- Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna

istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan

tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang

hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.

f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa

- Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata,

frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik

unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.


Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna

hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari

kayu.

- Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim

juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama

lazim digunakan dalam peribahasa.

g. Makna Kias dan Lugas

- Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya.

Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.

- Kata lugas lazimnya menunjuk pada kata yang bersifat langsung dalam

menggambarkan konsep kebahasaan. Kata-kata lugas itu berarti kata-kata yang

bersifat tembak langsung (to the point), tegas, lurus, apa adanya, dan merupakan

kata-kata yang cenderung bersahaja. Namun, kegunaannya sangat ditentukan oleh

maksud atau tujuan dari pemanfaatan bntuk kebahasaan trsebut. Contoh “relokasi”

kata lugasnya “penggusuran” dan “pekerja seks komersial” kata lugasnya

“pelacur”.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu

untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih

kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan

konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa

masyarakat pemakainya. Diksi memiliki fungsi, jenis, dan juga persyaratan serta hal-hal

yang perlu diperhatikan sebelum menulis ketepatan pilihan kata (diksi) supaya seseorang

dapat lebih efektif mengungkapkan gagasannya kepada oranglain.

3.2 Saran

Setelah mengetahui dan memahami ketepatan pilihan kata (diksi) tersebut,

diharapkan mahasiswa sebagai calon pendidik dapat mengungkapkan gagasannya secara

lebih baik lagi dan juga lebih efektif supaya peserta didiknya dapat mengetahui maksud dan

tujuan dari pembelajaran yang disampaikan oleh para pendidik tersebut. Semoga dengan

materi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Artati, Y. Budi. 2010. PR Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 1. Klaten: PT
Intan Pariwara.
Artati, Y. Budi dan Ika Febrianti. 2011. PR Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Klaten:
PT Intan Pariwara.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lestari, Fitriani. 2015. Diksi atau Pilihan Kata.
Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan BAHASA INDONESIA untuk Karang-Mengarang. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai