Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunianya serta taufik dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan Makalah Bahasa
Indonesia dengan Judul Ketepatan Pilihan Kata ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Saya berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai ketepatan dan kesesuaian kata dalam Bahasa Indonesia. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, oleh sebab itu saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
memperbaiki makalah yang saya buat dimasa akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan
berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik serta
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
Bila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka hal itu
berarti semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan
yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak
gagasan, atau dengan kata lain, mereka yang luas kosa katanya, dapat dengan mudah dan
lancar mengadakan komunikasi dengan orang-orang lain. Betapa sering kita tidak
memahami orang-orang lain, hanya karena kita tidak cukup memiliki kata atau gagasannya,
atau karena orang yang diajak bicara tidak cukup memiliki gagasan atau kosa kata, sehingga
Aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosa
kata. Sepanjang hari mahasiswa harus mengikuti perkuliahan, mengerjakan soal ujian,
menulis karya-karya tulis ataupun skripsi. Kemudian ketika waktu istirahat, ia harus
bertukar pikiran dengan kawan mahasiswa lainnya atau berkonsultasi dengan para dosen.
Malam harinya, ia harus membuka kembali bahan-bahan kuliah baik itu dari catatannya
maupun buku-buku yang dianjurkan. Dengan aktivitas itu, kata beserta gagasannya banyak
yang masuk ke dalam benaknya. Sering sekali mahasiswa dalam menghadapi soal ujian ia
sebaliknya. Maka dari itu, kata dan gagasan sama pentingnya. Karena tidak dapat disangkal
bahwa penguasaan kosa kata bagian yang sangat penting dalam dunia perguruan tinggi
dengan begitu seseorang dapat menyampaikan pikiran secara sederhana dan langsung.
Sehingga ketepatan pilihan kata sangat diperlukan supaya tidak menimbulkan kesalahan
respon atau tanggapan oranglain ketika kita menyampaikan kata atau gagasan yang ada di
1.3 Tujuan
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu
untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila
tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah
sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam
arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi
memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat
pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain:
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis
atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin
memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan
salah paham. Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut persyaratan
yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi
Contoh :
b. Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan
masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata perkerjaan membanting
sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan.
Kata membanting tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna
konotatif.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,
tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat
tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata
seseorang segingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini
pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakan
sesuai dengan kebutuhan dan situai yang dihadapinya. Kita ambil contoh kata cerdas dan
kata cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna
Contoh:
Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama
Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, makna
Contoh:
bahwa-bawah-bawa
interferensi-inferensi
Intensif– insensif
Karton– kartun
Korporasi–koperasi
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri (jika
baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru
seenaknya. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karena dipakai oleh orang-orang
terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya menerima kata itu, maka
Contoh:
(menurut kamus)
asing boleh dipakai (mungkin kita pilih) dengan pertimbangan sebagai berikut:
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat atau kata
Contoh:
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang
luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu kepada
pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret. Kata-kata umum (Generik) ialah kata-
kata yang luas ruang lingkupnya, sedangkan kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit
ruang lingkupnya. Makin umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan.
Sebaliknya, makin khusus, mikin jelas dan tepat. Karena itu, untuk mengefektifkan
penuturan lebih tepat dipakai kata-kata khusus dari pada kata-kata umum.
Contoh :
menonton (wayang), memandang (gunung sawah, laut, dan lain-lain), menatap (gambar).
8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal
kata dari makna yang khusus atau sempit ke makna yang lebih luas atau lebih
umum. Bisa juga diartikan sebagai suatu proses perubahan makna yang dialami
sebuah kata yang tadinya mengandung suatau makna yang khusus, tetapi
kemudian meluas sehingga meliputi sebuah kelas makna yang lebih umum.
Yang merupakan generalisasi misalnya saja bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
Contoh:
(a) Bapakku berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat.
Pada kalimat (a) kata bapak yaitu orang tua laki-laki yang mempunyai
hubungan darah. Sebaliknya, kata bapak pada kalimat (b) bermakna orang
yang lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi meskipun tidak mempunyai
hubungan darah.
Spesialisasi atau penyempitan arti sebuah kata adalah perubahan makna dari
yang lebih umum atau luas ke makna yang lebih khusus atau sempit. Atau bisa
juga diartikan sebagai sebuah proses yang dialami sebuah kata dimana makna
yang lama lebih luas cakupannya dari makna yang baru. Beberapa kata
Contoh :
Kata nasib pada kalimat (a) artinya untung malang, baik buruk. Sebaliknya kata
(c) Kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut sebuah cendekiawan. Sekarang
Ameliorasi adalah suatu proses perubahan makna, dimana arti yang baru
dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Beberapa kata
Contoh:
Kata seni pada kalimat (a) artinya air kencing sedangkan seni pada kalimat (b)
dirasakan lebih rendah atau kurang baik nilainya daripada makna sebelumnya.
Contoh:
Kata bunting dianggap lebih rendah nilainya daripada kata hamil. Mempunyai
(b) Bang Jupri dan bininya sudah pindah rumah sejak sebulan yang lalu.
Contoh: matahari (sang surya), putri malam (untuk bulan), pulau (empu laut).
f. Metonimi
Metonimi sebagai suatu proses perubahan makna terjadi karena hubungan yang
erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama,
dan dapat diklasifikasi menurut tempat atau waktu, hubungan isi dan kulit, dan
Contoh:
Kata kota tadinya berati susunan batu yang dibuat mengelilingi sebuah tempat
Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah penggunaan
yaitu serapan indria penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Tetapi sering
kali terjadi hubungan antara indria dengan indria yang lain dirasakan begitu rapatnya,
sehingga kata yang sebenarnya dikenakan kepada suatu indria dikenakan pula pada indria
Karena kata-kata indria melukiskan suatu sifat yang khas dari penyerapan panca indria,
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep atau gagasan, sedangkan kata konkret
mempunyai referensi objek yang diamati seperti dilihat, didengar, disarakan, diraba, atau
dibau. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami dari pada kata-kata abstrak. Karena itu,
dalam karangan sebaiknya dipakai kata konkret sebanyak-banyaknya agar isi karangan itu
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indra disebut kata konkret, seperti
meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah
diserap panca indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata
abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan
secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu
diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samara
dan tidak cermat. Kata-kata konkrit dapat lebih efektif jika dipakai dalam karangan narasi
atau deskripsi sebab dapat merangsang panca indra. Kata-kata abstrak sering dipakai untuk
Kata abstrak: Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
a. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk pada
konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi utama
suatu kata, sebagai lawan dari pada konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu.
Contoh:
b. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau
nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya
bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau
definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya.
digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan panca indera manusia.
Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide yang
cenderung lebih kompleks dan rumit. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas,
menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus. Contoh dari kata abstrak adalah
kata “pendidikan” atau kata “pembodohan”. Tentu saja orang tidak akan dapat
d. Kata konkret adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau diindera
secara langsung oleh satu atau lebih dari panca indera. Kata-kata konkret menunjuk
kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkret digunakan
untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata
yang lain.
e. Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas, kata-kata
umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan.
f. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan pengarahan yang
khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus.
g. Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-
tulisan ilmiah.
Contoh: analogi, formasi, konservatif, fragmen, kontemporer.
h. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik
i. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam
Contoh jargon: sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten),
j. Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun secara khas,
bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga merupakan kata-
k. Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan
l. Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud atau
Kata baku adalah sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi.
Fungsi Bahasa Baku :
nasional.
3. Fungsi Penambah wibawa, gengsi yang lekat pada bahasa Indonesia baku
menambahkan wibawa pada setiap orang yang dapat menguasai bahasa dengan mahir.
4. Fungsi Kerangka acuan, merupakan ukuran tentang tepat atau tak tepat pemakaian
Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah mengenai kata dalam
bahasa indonesia. Dalam artikata, kata tak baku adalah kata tidak resmi. Suatu ragam
penggunaan bahasa yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang
Kemarin Kemaren
Zaman Jaman
Ijazah Ijasah
Februari Pebruari
2.5 Hal yang Perlu Diperhatikan
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok,
Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu:
a. Makna Leksikal dan makna Gramatikal
- Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil
referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di
luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai
Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna
nonreferensial).
- Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang
dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya
- Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan
kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral,
artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang
- Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari
konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual
- Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh:
Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani
/ paham komunis.
- Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor
dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas
kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna
orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air
- Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna
istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan
tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang
hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
- Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata,
frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik
hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari
kayu.
juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama
- Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya.
- Kata lugas lazimnya menunjuk pada kata yang bersifat langsung dalam
bersifat tembak langsung (to the point), tegas, lurus, apa adanya, dan merupakan
maksud atau tujuan dari pemanfaatan bntuk kebahasaan trsebut. Contoh “relokasi”
“pelacur”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu
untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih
kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan
konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa
masyarakat pemakainya. Diksi memiliki fungsi, jenis, dan juga persyaratan serta hal-hal
yang perlu diperhatikan sebelum menulis ketepatan pilihan kata (diksi) supaya seseorang
3.2 Saran
lebih baik lagi dan juga lebih efektif supaya peserta didiknya dapat mengetahui maksud dan
tujuan dari pembelajaran yang disampaikan oleh para pendidik tersebut. Semoga dengan
Artati, Y. Budi. 2010. PR Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 1. Klaten: PT
Intan Pariwara.
Artati, Y. Budi dan Ika Febrianti. 2011. PR Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Klaten:
PT Intan Pariwara.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lestari, Fitriani. 2015. Diksi atau Pilihan Kata.
Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan BAHASA INDONESIA untuk Karang-Mengarang. Jakarta:
Erlangga.