Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Oleh :
1. Gong Martua
2. Nanda Mulia Riski
i
DAFTAR ISI
BAB IPENDAHULUAN
A. Kesimpulan ........................................................................................8
B. Saran...................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau
diksi. Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa
Indonesia yang baik dan yang benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan
maupun tulisan, sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa,
paragraf, dan wacana.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-
memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap
makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya
digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis
(jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca
mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi, gaya
bahasa, ungkapan, kata kajian, kata popular, kata sapaan dan kata serapan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Diksi ( Pilihan Kata ) ?
2. Apa saja fungsi Diksi ( Pilihan Kata ) ?
3. Bagaimana relasi makna ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Moeliono, Anton M. 1982 “Diksi atau Pilihan Kata:Suatu Spesifikasi di dalam kosa
kata” Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid III. Nomor 3. Jakarta: Bharata. Hal. 34
2
ada apabila seseorang mempunyai bendaharaan kata yang memadai, seakan-akan
ia memiliki senarai (daftar) kata. Senarai kata itu dipilih satu kata yang paling
tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang
cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi
kata.
Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat,
melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai
dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan
nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan
analisis dan pertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan
mampus ,wafat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan, dan lain
sebagainya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan.
Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya.
Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat
dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan
pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.
1. Kata dari dan daripada
Contoh :
- Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)
- Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu (keterangan sebab)
- Buku itu ditulis dari pengalamanya selama di Jerman (menyatakan alasan)
2. Kata pada dan kepada
Contoh :
- Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
- Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)
3. Kata di dan ke
Contoh :
- Atika sedang berada di luar kota (fungsi kata depan di)
3
- Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar (keterangan
waktu)
4. Kata dan dan dengan
Contoh :
- Ayah dan Ibu pergi ke Jakarta kemarin
- Ibu memotong kue dengan pisau
5. Kata antar dan antara
Contoh :
- Kabar ibu belum pasti,antara benar dan tidak (menyataan pemilihan)
- Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu)
B. Fungsi Diksi
2. Kata yang disampaikan menjadi lebih jelas sehingga terasa tepat dan
sesuai dalam konteks penggunaannya
4. Diksi yang bagus dan sesuai dapat digunakan untuk memperindah kalimat
sehingga cerita yang dibuat bisa lebih runtut dengan mendeskripsikan
karakter tokoh, latar dan waktu, serta alur cerita
2
Sugono, Dendy, 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Jakarta. Hal. 45
4
5. Untuk menggambarkan ekspresi terhadap ide dan gagasan yang akan
disampaikan
C. Relasi Makna
Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan
bahasa dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat berupa kata, frase,
kalimat, dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan,
ketercakupan, kegandaan atau kelebihan makna.3
1. Sinonim
Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan
kesamaan makna dan bersifat dua arah. Misalnya, antara kata betul dengan
kata benar; antara kata hamil dengan frase duduk perut. Ketidaksamaan
makna yang bersinonim disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor waktu. Umpamanya kata hulubalang yang bersifat klasik dengan
kata komandan yang tidak cocok untuk koteks klasik.
b. Factor tempat atau wilayah. Misalnya kata saya yang bisa digunakan di
mana saja, sedngkan beta hanya cocok digunakan untuk wilayah Indonesia
bagian timur.
c. Faktor keformalan. Misalya kata uang yang dapat digunakan dalam rangka
formal dan tidak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak
formal.
d. Faktor sosial. Umpamanya kata saya yang dapat digunakan oleh siapa saja
dan kepada siapa saja, sedangkan kata aku hanya digunakan terhadap
orang yang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda
atau lebih rendah kedudukan sosialnya.
3
Amran, Tasai. 2010 Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta :CV Akademika Pressindo.
Hal. 67
5
e. Faktor bidang kegiatan. Misalnya, kata matahari yang biasa digunakan
dalam kegiatan apa saja, sedangkan kata surya hanya cocok digunakan
pada ragam khusus terutama sastra.
f. Faktor nuansa makna. Misalnya kata-kata melihat, melirik, menonton,
meninjau yang masing-masing memiliki makna yang tidak sama.
2. Antonim
Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua ujaran
yang menyatakan kebalikan. Misalnya kata hidup berlawanan dengan kata
mati. Dilihat dari sifat hubungannya, antonim dibagi menjadi:
a. Antonim yang bersifat mutlak. Umpamanya, kata hidup berantonim
secara mutlak dengan kata mati.
b. Antonim yang bersifat relatif atau bergradasi. Umpamanya kata besar dan
kecil berantonim secara relatif.
c. Antonim yang bersifat rasional. Umpamanya kata membeli dan menjual,
karena munculnya yang satu harus disertai dengan yang lain.
d. Antonim yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama dan bintara
berantonim berantonim secara hierarkial karena kedua satuan ujaran yang
berantonim itu berada dalam satu garis jenjang.
e. Antonim majemuk adalah satuan ujaran yang memiliki pasangan antonim
lebih dari satu. Umpamanya dengan kata berdiri dapat berantonim dengan
kata duduk, tidur, tiarap, jongkok, dan bersila.
3. Polisemi
Polisemi adalah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari
satu. Umpamanya, kata kepala yang setidaknya mempunyai makna (1) bagian
tubuh manusia, sesuai dalam kalimat kepalanya luka kena pecahan kaca, (2)
ketua atau pimpinan, seperti dalam kalimat kepala kantor itu bukan paman
saya.
4. Homonimi
Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya
“kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing
6
merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Umpamanya, antara kata
pacar yang bermakna ‘inai’ dan kata pacar yang bermakna ‘kekasih’.
Pada kasus homonimi ini ada dua istilah lain yang biasa dibicarakan, yaitu
homofoni dan homografi.
5. Homofoni adalah adanya kesamaan bunyi (fon) antara dua satuan ujaran
tanpa memperhatikan ejaan. Contoh yang ada hanyalah kata bank ‘lembaga
‘keuangan’ dengan kata bang yang bermakna ‘kakak laki-laki’. Homografi
adalah mengacu pada bentuk ujaran yang sama ejaannya tetapi ucapan dan
maknanya tidak sama. Contohnya kata teras yang maknanya ‘inti’ dan kata
teras yang maknanya ‘bagian serambi rumah’. Perbedaan polisemi dan
homonimi adalah kalau polisemi merupakan bentuk ujaran yang maknanya
lebih dari satu, sedangkan homonimi bentuk ujaran yang “kebetulan”
bentuknya sama, namun maknanya berbeda.
6. Hiponimi
Hiponim adalah kata khusus sedangkan hipernim adalah kata umum.
Contohnya kata burung merupakan hipernim, sedangkan hiponimnya adalah
merpati, tekukur, perkutut, balam, dan kepodang.
7. Ambiguiti Atau Ketaksaan
Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna
akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Misalnya, bentuk buku sejarah baru
dapat ditafsirkan maknanya menjadi (1) buku sejarah itu baru terbit, atau (2)
buku itu memuat sejarah zaman baru. Homonimi adalah dua buah bentuk atau
lebih yang kebetulan bentuknya sama, sedangkan ambiguiti adalah sebuah
bentuk dengan dua tafsiran makna atau lebih.
8. Redundansi
Redundansi adalah berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental dalam
suatu bentuk ujaran. Umpamanya kalimat bola itu ditendang oleh Dika tidak
akan berbeda maknanya bila dikatakan bola itu ditendang Dika. Penggunaan
kata oleh inilah yang dianggap redundansi, berlebih-lebihan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam
menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga
merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat dibaca
serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat
apa yang ingin disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan.
Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan
kata–kata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan
makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi
mempunyai persamaan yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di
hasil karya tulisannya dengan maksud agar pembaca dapat memahami maksud
dan tujuan penulis.
B. Saran
Dengan mempelajari diksi diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki
ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang
disampaikan mudah dipahami dengan baik.
8
DAFTAR PUSTAKA