Disusun Oleh :
1. Nurhalimah Lubis
2. Khadijah Lubis
Dosen Pengampu:
Wahyu Fitriana Defi, M.Pd
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini terutama semua anggota kelompok yang telah mencurahkan segala tenaga,
materi, waktu dan pikirannya dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan,baik dari segi pembahasan maupun cara penulisannya.
Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Oleh karena itu,kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan saat ini sudah menjadi kebutuhan. Sebagaimana kebutuhan
lainnya maka manusia tentunya berupaya memenuhi kebutuhan pendidikan
tersebut. Banyak orang tua yang menyiapkan dana pendidikan dari sejak dini
untuk pendidikan anak –anak mereka. Pada awal tahun pelajaran orang tua
menyiapkan semua kebutuhan anak – anak meraka untuk masuk sekolah, mulai
dari menyapkan seragam sekolah, buku, sepatu bahkan uang pangkal masuk
sekolah karena pada sekolah tertentu ada uang pangkal berupa uang bangunan.
Sistem pendidikan nasional telah di tentukan oleh pemerintah dan dituangkan
dalam undang-undang dan peraturan pemerintah, semuanya adalah untuk
mencapai kemajuan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya di tentukan oleh sumber daya
manusia saja melaikan juga di tentukan oleh pembiayaan pendidikan itu sendiri.
Pembiayaan pendidikan bukan saja tanggung jawab pemerintah semata malainkan
tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah, orang tua dan masyarakat. Jika
pembiayaan pendidikan hanya berasal dari salah satu pihak saja maka pendidikan
yang berlangsung tidak optimal. Karena pendidikan yang berkualitas
membutuhkan biaya yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana maksud pendidikan sebagai suatu system?
2. Bagaimana konsep biaya dalam pendidikan?
3. Apa saja model-model pembiayaan pendidikan ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Atmaja, RM dkk. 2016. Analisis Penetapan Standar Biaya Pendidikan Pada SMA
Negeri 2 Kuala Kabupaten Nagan Raya. Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala. Volume 4, No. 1, Februari 2016 - 1 28. Hal. 40
2
berinteraksi satu sama lain yang harus berfungsi sebagi satu kesatuan yang utuh
untuk mencapai tujuan khusus yang telah di tetapkan sebelumnya.
3
efisien. Permasalahan pendanaan pendidikan erat kaitannya dengan keperluan
operasionalisasi penyelenggaraan pendidikan. Biaya tersebut, antara lain: 1) biaya
operasional pendidik dan tenaga kependidikan (gaji dan honor/insentif/tunjangan);
2) proses pembelajaran dan penilaian; 3) pengadaan, perawatan, dan
perbaikan/perawatan saranaprasarana pendidikan; dan 4) manajemen. Fungsi
pembiayaan tidak dapat terpisahkan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Oleh karena itu, pembiayaan menjadi masalah sentraldalam pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan yang harus disikapi dan dicar ikan berbagai alternatif
solusinya. Ketidakmampuan lembaga penyelenggara pendidikan untuk
menyediakan pendanaan pendidikan akan menghambat proses operasionalisasi
penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Namun demikian, bukan jaminan
manakala tersedia biaya pendidikan yang memadai akan menjamin
penyelenggaraan pendidikan berhasil lebih baik. Dalam memahami permasalahan
pembiayaan pendidikan di Indonesia, per lu memahami permasalahan apa saja
yang timbulserta alternatif penyelesaiannya. Berdasarkan uraian klasifikasi biaya
pendidikan, maka jelaslah bahwa biaya pendidikan memiliki pengertian yang
luas.3
Hal ini sebagaimana dipertegas oleh Anwar (1991) bahwa hampir segala
pengeluaran yang bersangkutan dengan penyelenggaraan pendidikan dianggap
sebagai biaya. Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan dalam melakukan
klasifikasi biaya pendidikan untuk mencapai tujuan yang dituju semua pihak yaitu
kesuksesan pelaksanaan pendidikan.Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal(Sulistyoningrum, 2010). Biaya
investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan
modal kerja tetap. Lebih lanjut, biaya personal meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud meliputi: a) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
3
Kompri. 2016. Manajemen Pendidikan Komponen-Komponen Elementer Kemajuan
Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hal. 44
4
tunjangan yang melekat pada gaji; b) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai;
dan c) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya (Sulistyoningrum, 2010).
Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu
dikaji atau dianalisis yaitu :
a. biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost)
b. dan biaya satuan per siswa (unit cost).4
Kategori Biaya Pendidikan
a. Biaya Langsung dan Tidak Langsung
Direct cost (biaya langsung) yaitu biaya yang langsung berproses dalam
produksi pendidikan di mana biaya pendidikan ini secara langsung dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Biaya langsung terdiri atas biaya yang
dikeluarkan unyuk pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar peserta didik,
berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru,
baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun peserta didik itu
sendiri (Fattah, 2009 : 23)
Indirect cost (biaya tidak langsung) adalah pengeluaran yang tidak secara
langsung mendukung proses pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan
tersebut terjadi di sekolah, meliputi biaya hidup, transportasi, biaya jajan, biaya
kesehatan, dan biaya-biaya lainnya.
b. Biaya Masyarakat Dan Biaya Pribadi
Biaya masyarakat dapat dikatakan sebagai biaya publik, yaitu
sejumlahbiaya yang harus dibayar oleh masyarakat untuk pendidikan, baik
melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian
digunakan untuk membiayai pendidikan. Biaya pribadi adalah biaya yang
dikeluarkan oleh keluarga untuk membiayai sekolah anaknya dalam bentuk uang
sekolah, uang kuliah, pembelian buku, dan dana hidup siswa.5
4
Fattah Nanang, DR,(2006). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdkarya. Hal. 49
5
Seperti yangdikatakan oleh John S. Mrophet, pada dasarnya pembiayaan
diklasifikasikan menjadi dua model, yaitu:
a. Flat Grand Model
Flat Grand Model menggunakan system distribusi dana, semua distrik
atau Kabupaten/kota menerima jumlah dana yang sama untuk setiap
muridnya tidak memperlihatkan perbedaan kemampuan daerah. Daerah
yang sumber dayanya kaya raya dan daerah yang sumber daya alamnya
tidak mendukung (miskin), untuk membiayai program pendidikan setiap
menerima dana dengan jumlah yang sama dan dihitung biaya per siswa
dalam 1 (satu) tahun yang direfleksikan sebagai kebutuhan yang bervariasi
dalam unit biaya yang diberikan kepada sekolah.
b. Equalization Model
Equalization Model ini bertitik tolak pada ability to pay (kemampuan
membayar) masyarakat. Masyarakat yang miskin tentu perlu menerima
bantuan dana lebih serius dibanding dengan masyarakat yang incomenya
lebih tinggi. Karena itu sekolah miskin akan memperoleh kesempatan
sejajar dengan sekolah lainnya, artinya setiap daerah akan menerima
jumlah dana yang berbeda tiap tahun tergantung bagaimana membagi
sesuai kepada kemampuan daerah. Daerah miskin akan mereima 5 per mil
ditambah 7 per mil dana dasar daerah.
Menurut Lunenburg dan Ornstein (2000) model flat grant ini adalah
model bantuan negara untuk sekolah di daerah – daerah berdasarkan
penggalian jumlah tertentu menurut jumlah yang dipertimbangkan. Model ini
5
Johns, L.R & L.F Morphet, The Economics Financing and Education: A System
Approach , (New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs, 1975). Hal. 33
6
merupakan model pembiayaan pendidikan paling kuno, sederhana, dan metode
keuangan sekolah yang paling tidak memadai. Bantuan negara untuk sekolah
di daerah – daerah setempat berdasarkan pengalian jumlah tertentu menurut
jumlah yang dipertimbangkan.
6
Sumantri, M. dan Yatimah, D . 2017. Pengantar Pendidikan. Banten : Universitas
Terbuka. Hal. 44
7
setempat dalam proposi yang terbalik pada kemampuan pembayaran pajak
setempat.
5. Model persamaan persentase (precentage equalizing)
Menurut Jones (1985) pada model ini, sumbangan – sumbangan
negara dibagikan padasekolah daerah-daerah setempat dalam proposi yang
terbalik sesuai kemampuan pembayaran pajak setempat. Sumbangan lebih
banyak disediakan untuk tiap murid, guru, atau kebutuhan yang lain yang
dibagikan ke daerah-daerah yang kurang makmur daripada yang lebih
makmur.
6. Model perencanaan persamaan kemampuan (power equalizing plan)
Menurut Lunenburg dan Ornstein (2000), model ini merupakan suatu
rencana negara dengan membayar sebagian kecil pengeluaran sekolah
setempat dalam perbandingan inverse untuk daerah yang makmur (kaya).
7. Model pendanaan negara sepenuhnya (full state funding model)
Model pendanaan negara sepenuhnya adalah semua pendanaan
sekolah akan dikumpulkan di tingkat negara dan didistribusikan ke sekolah
distrik dengan dasar yang sama. Model ini merupakan rencana yang
dirancang untuk mengeliminasi perbedaan lokal dalam hal pembelanjaan dan
perpajakan.7
8. Model sumber pembiayaan (the resource-cost model)
Model ini menyediakan suatu proses penentuan bagaimanakah
pembiayaan pendidikan yang memadai agar didapatkan bantuan financial
yang mencerminkan kebutuhan yang mana kondisi ekonomi masyarakatnya
berbeda setiap daerah.
9. Model surat bukti/ penerimaan (models choice and voucher plans)
Menurut Lunenburg dan Ornstein (2000) model surat bukti adalah
suatu pendekatan yang dilakukan negara dengan memberikan banyak pilihan
bagi sekolah dan orangtua di tempat anak mereka bersekolah. Ada dua prinsip
dasar model ini, yaitu anak dari setiap keluarga adalah pusat kesatuan
7
Kurniadi,D. dan Machali, I . 2016. Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan . Jojakarta : Ar-Ruzz Media. Hal. 99
8
mendasar dalam menentukan bantuan anggaran pendidikan dan bantuan dapat
digunakan dalam sekolah – sekolah umum atau sekolah kejuruan.
10. Model rencana bobot siswa (weighted student plan)
Menurut Lunenburg dan Ornstein (2000) , model ini adalah siswa-
siswa dipertimbangkan dalam proporsi sifat – sifat yang khusus (contohnya
cacat atau merugikan) atau siswa program khusus (contoh kejuruan atau
siswa yang pandai dua bahasa) untuk menentukan biaya pengajaran per siswa.
11. Pendanaan berbasis anak (child-based funding/ CBF)
Menurut Jones (1985), perencanaan pendanaan berbasis anak yang
diterapkan untuk sekolah negeri dan sekolah swasta juga akan meningkatkan
isu akan perundang – undangan, tetapi lebih kurang secara substansinya ada.
Bantuan nyata berupa tanggungan secara menyeluruh atau kredit pajak untuk
membantu anak-anak sekolah.
9
pendidikan. Demikian juga hasil temuan penelitian Yahya (2003) menjelaskan
bahwa gambaran umum yang terungkap belum ada suatu standar biaya per
siswa (unit cost) maupun per sekolah (total cost) yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam menentukan berapa besar dana yang harus diperoleh dari pemerintah.
BAB III
PENUTUP
10
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
11
Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Volume 4, No. 1, Februari
2016 - 1 28
Johns, L.R & L.F Morphet, The Economics Financing and Education: A System
Approach , (New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs, 1975)
Saat, S,. 2015. Faktor – Faktor Determinan Dalam Pendidikan. Jurnal Al-Ta’dib
Vol. 8 No. 2, Juli – Desember 2015.
12