Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

MANAJEMEN PENDIDIKAN
PENGERTIAN PENGELOLAAN BIAYA PENDIDIKAN DAN
JENIS–JENIS BIAYA PENDIDIKAN

Dosen pengampu:
Sarmila, S.Pd,M.Pd
Disusun oleh :
Pratiwi 1902040038
Fajerianti 1902040039

MATEMATIKA 4B

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian Pengelolaan Biaya
Pendidikan Dan Jenis-Jenis Biaya Pendidikan” tepat pada wakutnya. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW., keluarga, sahabat dan
pengikut beliau hingga akhir zaman.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
dikemudian hari. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Palopo, 05 MEI 2021

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................
BAB I PENDUHULUAN.....................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................................
A. Kajian Pustaka..................................................................................................................................................
1. Konsep Pengelolaan Biaya Pendidikan.........................................................................................................
a. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan.......................................................................................
b. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Pendidikan...................................................................................
c. Pentingya Pengelolaan Biaya Pendidikan.................................................................................................
d. Fungsi dan Manfaat Pengelolaan Biaya Pendidikan.................................................................................
2. Jenis-jenis Pengelolaan Biaya Pendidikan.....................................................................................................
b. Jenis-jenis Biaya Pendidikan......................................................................................................................
c. Sumber Dana Pendidikan...........................................................................................................................
B. Kajian Kritis......................................................................................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................................


A. Kesimpulan.......................................................................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................................

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang

Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Kenyataannya, tidak semua orang dapat memperoleh pendidikan yang
wajar karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Kondisi inilah yang mendorong
terbentukya aturan tentang pendidikan dalam amandemen UUD 1945.  Pendidikan sebagai
salah satu elemen yang sangat penting dalam mencetak generasi penerus bangsa juga masih
jauh dari yang diharapkan. Seharusnya pendidikan merupakan hak bagi seluruh rakyat
Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD RI Tahun 1945 bahwa tujuan
Negara yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Hal ini memiliki konsekuensi bahwa
Negara harus menyelenggarakan dan memfasilitasi seluruh rakyat Indonesia untuk
memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupannya.
Sekolah sebagai satuan pendidikan memiliki tenaga yang terdiri dari kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif, laboran, pustakawan, dan teknisi sumber
belajar, sarana  dan prasarana yang meliputi tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan,
lapangan olahraga, serta biaya yang  mencakup biaya investasi. Biaya untuk personil antara
lain untuk kesejahteraan dan pengembangan  profesi, sedangkan untuk  biaya  nonpersonil
berupa pengadaan bahan dan ATK, pemeliharaan, dan kegiatan pembelajaran..
Pengelolaan pendidikan adalah bagian terintegrasi dari pembangunan sumber daya
manusia (SDM), dimulai dari mendidik anak usia 7-12 tahun s/d 20-30 tahun, bahkan ada
pendidikan seumur hidup. Karena pembangunan pendidikan adalah sumber energi, maka visi
administrator dan para pengambil kebijakan pendidikan yang tajam menjadi persyaratan
penting untuk membangun potensi SDM secara keseluruhan sehingga menjadikan manusia
memiliki kemampuan yang berkualitas. Pemahaman administrator pendidikan untuk
menjawab bagaimana dasar penentuan dan pemilihan biaya yang berhubungan dengan guru,
jangka waktu penentuan biaya pendidikan, dan apa yang berhubungan dengan perkiraan
keuangan yang dibutuhkan adalah penting (Sagala, 2005: 196).
Mengingat pentingnya peran pembiayaan dan keuangan dalam proses pembelajaran,
maka tidak dapat dihindari adanya tata kelola keuangan yang baik dalam penyelenggaraan
pendidikan. Tata kelola keuangan ini selanjutnya disebut sebagai manajemen
pembiayaan/keuangan. Banyak sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan belajar
mengajar secara optimal, hanya karena masalah keuangan, baik untuk menggaji guru maupun

1
untuk mengadakan sarana dan prasarana pembelajaran. Dalam hal ini, maupun tuntutan
reformasi adalah pendidikan yang murah dan berkualitas, namun pendidikan yang berkualitas
senantiasa memerlukan dana yang cukup banyak.
Standar pembiayaan sebagai salah satu Standar Nasional Pendidikan yang berpengaruh
terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional. Uraian Standar Pembiayaan Pendidikan
dapat ditelusuri dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (PP RI SNP). “Pada Bab IX pasal 62 dari PP tersebut
disebutkan bahwa Standar  Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan telah menegaskan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat. Agar penyelenggaraan
penddiikan disekolah dapat berjalan dengan baik, maka harus ada ketersediaan dana yang
mencukupi. Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan dana dikhawatirkan akan
menghambat proses penyelenggaraan pendidikan. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat harus menyadari serta melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam
hal pembiayaan pendidikan agar dapat terselenggara dengan baik.
1.2 Tujuan
1.2.1. Dapat mengetahui konsep pengelolaan pendidikan
1.2.2. Dapat mengetahui jenis-jenis pengelolaan biaya pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka
1. Konsep Pengelolaan Biaya Pendidikan
a. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Menurut Suparlan (2015:41), Mary Parker Follet telah mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
bermakna bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk secara sinergi mencapai tujuan organisasi. Dalam definisi operasionalnya,
Ricky W. Griffin menjelaskan bahwa manajemen tidak lain adalah “satu proses
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
pengoordinasian (coordinating), dan pengontrolan (controlling) sumber daya untuk
mencapai sasaran (goal’s) secara efektif dan efisien”.
Menurut Fatah (2012:96-97), biaya pendidikan adalah nilai rupiah yang
digunakan untuk kegiatan pendidikan yang terdiri dari seluruh sumber daya. Menurut
Permendiknas No. 69 tahun 2009, yang termasuk kedalam biaya pendidikan, antara
lain sebagai berikut:
a.    Biaya Alat Tulis Sekolah (ATS)
Biaya alat tulis sekolah adalah biaya untuk pengadaan alat tulis sekolah yang
dibutuhkan untuk pengelolaan sekolah dan proses belajar.
b.    Biaya Bahan dan Alat Habis Pakai (AHP)
Biaya alat dan bahan habis pakai adalah biaya untuk pengadaan alat-alat dan
bahan-bahan praktikum IPA, alat-alat dan bahan praktikum IPS, alat-alat dan
bahan-bahan praktikum komputer, alat-alat dan bahan-bahan praktikum
keterampilan, alat-alat dan bahan-bahan olahraga, alat-alat dan bahan-bahan
kebersihan, alat-alat dan bahan-bahan kesehatan dan keselamatan, tinta stempel,
toner/tinta printer, dan lain-lain, yang habis dipakai dalam waktu satu tahun atau
kurang.
c.    Biaya Pemeliharaan dan perbaikan ringan
Biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan adalah biaya untuk memelihara dan
memperbaiki sarana dan prasarana sekolah/madrasah untuk mempertahankan
kualitas sarana dan prasarana sekolah/madrasah agar layak digunakan sebagai
tempat belajar dan mengajar.
d.   Biaya daya dan jasa
3
Biaya daya dan jasa adalah biaya untuk membayar langganan daya dan jasa
yang mendukung kegiatan belajar dan mengajar di sekolah/madrasah seperti listrik,
telepon, air, dan lain-lain.
e.    Biaya transportasi/perjalanan dinas
Biaya transportasi/perjalanan dinas adalah biaya untuk berbagai keperluan
perjalanan dinas pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik didalam kota
maupun diluar kota.
Menurut Gaffar (1989) dalam Mulyasa (2014:19-20) mengemukakan bahwa
manajemen pendidikan mengandung arti sebagai proses kerja sama yang sistematik,
sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan
dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang.
Menurut Masditou (2017:119), Pembiayaan pendidikan merupakan salah
satu sistem yang sentral dalam pendidikan, pembiayaan bagian dari pada pendukung
penyelenggaraan pendidikan karena menyangkut tentang pembiayaan operasional
penyelenggaraan pendidikan dari hal yang terkecil sampai kepada pembiayaan
operasional yang besar. Penggunaan pembiayaan pendidikan diorientasikan kepada
pembiayaan operasional pendidikan yang mendukung pada peningkatan mutu
pendidikan yang tepat sasaran dengan memenuhi sistem tata kelola manajemen
keuangan sekolah harus dipahami dalam pelaksanaan pembiayaan pendidikan.
Menurut Masditou (2017:121), Manajemen sebagai suatu disiplin keilmuan
yang secara singkat diartikan sebagai proses yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi tidak dapat
dipisahkan dari pengelolaan keuangan madrasah/sekolah. Mengingat pentingnya
peran pembiayaan dan keuangan dalam proses pembelajaran, maka tidak dapat
dihindari adanya tata kelola keuangan yang baik dalam penyelenggaraan pendidikan.
Tata kelola keuangan ini selanjutnya disebut sebagai manajemen
pembiayaan/keuangan.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Repulik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Pungutan Dan Sumbangan Biaya Pendidikan Pada
Satuan Pendidikan Dasar Pasal 1 ayat 5 “Biaya pendidikan adalah sumber daya
keuangan yang disediakan dan/atau diperlukan untuk biaya satuan pendidikan, biaya

4
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, serta biaya pribadi peserta didik sesuai
peraturan perundang-undangan”.
Menurut Akdon, dkk (2015:23), pembiayaan pendidikan merupakan aktivitas
yang berkenaan dengan perolehan dana (pendapatan) yang diterima dan bagaimana
penggunaan dana tersebut dipergunakan untuk membiayaai seluruh program
pendidikan yang telah ditetapkan.
Menurut Pasrizal (2014:14) Manajemen biaya adalah suatu aktifitas pengelolaan
biaya dan dapat berfungsi sebagai alat perencanaan, keputusan, dan kontrol dengan
demikian kegiatan dapat dilakukan secara maksimal, efektif, dan efisien dalam
mencapai tujuan baik itu lembaga yang bersifat profit maupun non profit. Untuk
mencapai keberhasilan dengan daya saing tinggi, lembaga pendidikan perlu
memfokuskan perhatian pada informasi sumber biaya atau yang lain yang memiliki
waktu lebih panjang dan berkelanjutan.
Cost management is the process, which is necessary to ensure that the planned
development of a design and procurement of a project is such that the price for its
construction provides value for money (VFM) and is within the limits anticipated by
the client. Cost control has to be exercised before any commitment is made. To do
otherwise sees cost control become a procedure of cost monitoring only. Pre-contract
financial control therefore should be a proper mix between design-cost control and
cost monitoring but with the emphasis on positive cost control rather than passive
monitoring. An essential tool for financial control is the cost plan. (Potts.2008:46-47)

Terjemahan :
Manajemen biaya adalah proses, yang diperlukan untuk memastikan bahwa
rencana pengembangan desain dan pengadaan proyek sedemikian rupa sehingga harga
untuk konstruksinya menyediakan nilai uang (VFM) dan dalam batas yang
diantisipasi oleh klien. Pengendalian biaya harus dilakukan sebelum komitmen dibuat.
Untuk melakukan sebaliknya melihat pengendalian biaya menjadi prosedur
pemantauan biaya saja. Oleh karena itu, pengendalian keuangan pra-kontrak harus
merupakan perpaduan yang tepat antara pengendalian biaya desain dan pemantauan
biaya tetapi dengan penekanan pada pengendalian biaya positif daripada pemantauan
pasif. Alat penting untuk pengendalian keuangan adalah rencana biaya. (Potts.2008:
46-47)

5
Menurut Marini (2014:37-39), manajemen finansial adalah sebuah sistem yang
mempelajari berbagai sumber pendapatan dan pengeluaran. Manajemen finansial
menentukan prioritas dan memenuhi pengeluaran yang mendapatkan prioritas.
Manajemen finansial juga menjamin kegunaan yang efisien dari sumber daya finansial
untuk pengelolaan sumber daya manusia dan material dalam usaha memenuhi tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Manajemen finansial adalah tindakan manajemen kinerja dihubungkan dengan
aspek finansial sekolah dengan tujuan utama untuk mencapai pendidikan yang efektif
yang dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki kewenangan. Pengelolaan biaya
sekolah dan sumber daya secara efektif membutuhkan:
1.    Visi yang jelas kemana sekolah akan ditujukan, berdasarkan falsafah khusus dan
serangkaian nilai tertentu.
2.    Fokus pada hasil yang diperoleh dengan menyesuaikan pencapaian dan biaya yang
dikeluarkan
3.    Pendekatan kritikal dan analitis terhadap isu dan masalah, serta kemampuan untuk
berpikir.
According to Pandey (2004) in Olaoye (2016:29), opines that for the
effective execution of the finance functions, certain other functions have to be
routinely performed. The concern procedures and systems, and involve a lot of
paper work and time. They do not require specialized skills of finance. Some of the
important routine finance functions are:
a.      Supervision of cash receipts and payments and safeguarding cash balances.
b.      Custody and safeguarding of securities, insurance policy documents and other
valuable papers.
c.       Taking care of the mechanical details of new outside financing.
d.      Record keeping and reporting.
The finance manager in the modern enterprises is mainly involved in the
managerial finance functions, the routine finance functions are carried out by
executives at lower levels.
Terjemahan:
Menurut Pandey (2004) dalam Olaoye (2016:29), berpendapat bahwa untuk
pelaksanaan fungsi keuangan yang efektif, fungsi-fungsi tertentu lainnya harus
dilakukan secara rutin. Prosedur dan sistem perhatian, dan melibatkan banyak kertas

6
kerja dan waktu. Mereka tidak memerlukan keterampilan khusus keuangan. Beberapa
fungsi keuangan rutin yang penting adalah:
a.       Pengawasan penerimaan dan pembayaran kas dan menjaga saldo kas.
b.      Penitipan dan pengamanan sekuritas, dokumen polis asuransi dan dokumen
berharga lainnya.
c.       Merawat rincian mekanis dari pembiayaan luar baru.
d.      Pencatatan dan pelaporan.
               Manajer keuangan di perusahaan modern terutama terlibat dalam fungsi-
fungsi keuangan manajerial, fungsi keuangan rutin dilakukan oleh eksekutif di
tingkat yang lebih rendah.

b. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Pendidikan


Menurut Choiriyah (2014:96-99), dalam sudut pandang mikro, manajemen
keuangan di lembaga pendidikan perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-
undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas
masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan
efisiensi.
a.              Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen
berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga
pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya
keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu
keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan
pertanggung jawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak
yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat
diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan
pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah.
Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik
antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa
jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk

7
apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua
siswa terhadap sekolah.
b.             Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena
kualitas performancenya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan
yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan
berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah
ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang
secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang
tua, masyarakat dan pemerintah.
c.              Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Garner (2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena
sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada
kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Effectiveness
”characterized by qualitative outcomes”. Efektivitas lebih menekankan pada
kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip
efektivitas jika kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk
membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan
dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

d.             Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency
”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau
antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu,
biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal:
1.    Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya: Kegiatan dapat
dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-
kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
2.    Dilihat dari segi hasil : kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan
penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-
banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.

8
Menurut Wijaya (2009:86-87), Keadilan dalam prinsip-prinsip
manajemen keuangan pendidikan berarti besarnya pendanaan pendidikan
(Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat) disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing. Sedangkan prinsip-prinsip khusus meliputi
efektivitas, kecukupan, dan keberlanjutan. Manajemen keuangan sekolah
dapat dikatakan efektif apabila kepala sekolah dapat mengatur keuangan
untuk membiayai aktivitas sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah
yang bersangkutan serta hasil kualitatifnya sesuai dengan rencana sekolah
yang telah ditetapkan. Prinsip kecukupan berarti pendanaan pendidikan
cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi
Standar Nasional Pendidikan. Prinsip keberlanjutan berarti pendanaan
pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan
layanan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
Menurut Kurniady (2011:43), Upaya dalam mengembangkan model
pengelolaan pembiayaan sekolah dasar, perlu ditetapkan prinsip-prinsip yang menjadi
pedoman bertindak dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan. Berikut ini prinsip-
prinsip model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar berdasarkan kebutuhan belajar:
(1)     Obyektivitas, pengelolaan pembiayaan sekolah dasar merujuk pada program atau
kegiatan yang menjadi beban biaya dalam melaksanakan PBM.
(2)     Kesatuan usaha, penggunaan dana tidak boleh dicampurkan dengan kepentingan
pribadi pengelola sekolah yang tidak mendukung kebutuhan belajar peserta didik.
(3)     Tarif harga, pengeluaran dana harus dicatat berdasarkan tarif harga yang
sesungguhnya saat itu berlaku.
(4)     Transparan, penerimaan dan pengeluaran dana dilakukan secara mendetail dan
terbuka.
(5)     Kondisi sekolah, pengelolaan pembiayaan yang dilakukan sekolah perlu
memperhatikan lingkungan internal dan eksternal sekolah.
(6)     Akuntabel, penggunaan dana oleh sekolah harus dapat dipertangungjawabkan dan
wajar.
c. Pentingnya Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan
Menurut Mulyasa (2014:47-48), dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan
dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen dan keuangan
dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan
9
terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar disekolah bersama
komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah
memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan dan
pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini
penting, terutama dalam rangka MBS, yang memberikan kewenangan kepada sekolah
untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan
masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan
pada masalah keterbatasaan dana, apalagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini.
Menurut Azhari dan Kurniady (2016:27), biaya pendidikan merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan. Untuk mencapai mutu
sekolah yang baik, biaya pendidikan harus dikelola dengan optimal. Oleh karena itu,
tahapan pada manajemen pembiayaan pendidikan perlu diperhatikan. Pada dasarnya
tujuan manajemen pembiayaan pendidikan adalah mencapai mutu sekolah yang
diharapkan. Pada setiap proses tahapan manajemen pembiayaan perhatian utamanya
adalah pencapaian visi dan misi sekolah. Tahapan manajemen pembiayaan pendidikan
melalui tahapan perencanaan pembiayaan pendidikan, tahapan pelaksanaan
pembiayaan, dan pengawasan pembiayaan pendidikan. Permasalahan yang terjadi
dalam lembaga pendidikan terkait dengan manajemen pembiayaan pendidikan antara
lain adalah sumber dana yang terbatas, pembiayaan program yang tersendat, tidak
mendukung visi, misi dan kebijakan sebagaimana tertulis dalam rencana strategis
lembaga pendidikan. Di satu sisi lembaga pendidikan perlu dikelola dengan baik
(good governance), sehingga menjadi lembaga pendidikan yang bersih dari berbagai
penyimpangan yang dapat merugikan pendidikan.
Menurut Masditou (2017:121-123), banyak sekolah yang tidak dapat melakukan
kegiatan belajar mengajar secara optimal, hanya karena masalah keuangan, baik untuk
menggaji guru maupun untuk mengadakan sarana dan prasarana pembelajaran. Dalam
hal ini, maupun tuntutan reformasi adalah pendidikan yang murah dan berkualitas,
namun pendidikan yang berkualitas senantiasa memerlukan dana yang cukup banyak.
Tanpa pembiayaan, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan baik.
“Pembiayaan dan keuangan merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan, merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya
kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran bersama komponen yang lain”.
Komponen keuangan dan pembiayaan pendidikan, terutama di madrasah/sekolah,
10
selayaknya dikelola secara efektif. Pembiayaan pendidikan yang ada di
madrasah/sekolah diatur, direncanakan dan dipergunakan secara baik dan tepat pada
sasaran kebutuhan, dapat bermanfaat secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.
“pembiayaan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan yang direncanakan, dikelola
serta diorganisir secara baik dan tepat sasaran akan menunjang terselenggaranya
proses pembelajaran yang efektif serta dapat memenuhi kebutuhan
madrasah/sekolah”. Pengelolaan terhadap pembiayaan pendidikan membutuhkan
adanya actual manajemen yang baik, dengan demikian pendidikan yang
diselenggarakan harus berkaitan erat dengan suatu manajemen pendidikan.
Financial management in education is the most vital realm, the effective dealing
of which ensures the promotion of education quality achieved by the provision of
resources. Educational expenditures are considered as investment, which forms one
of the tangible inputs. Cost-benefit analysis can be used to identify school
effectiveness. Proper ratio of expenditures can be maintained by keeping a balance
between spending on teachers and instructional processes as well as expenditures on
management and pupils. Effective supervision of educational expenditures ensures
control over both overspending and money lapsing. The financial category includes
revenues, grants, expenditures and use of funds. (Yunas.2014:51)
Terjemahan :
Manajemen keuangan dalam pendidikan adalah bidang yang paling penting,
transaksi yang efektif yang menjamin promosi kualitas pendidikan yang dicapai oleh
penyediaan sumber daya. Belanja pendidikan dianggap sebagai investasi, yang
membentuk salah satu input nyata. Analisis biaya-manfaat dapat digunakan untuk
mengidentifikasi efektivitas sekolah. Rasio pengeluaran yang tepat dapat
dipertahankan dengan menjaga keseimbangan antara pengeluaran untuk guru dan
proses pembelajaran serta pengeluaran untuk manajemen dan murid. Pengawasan
yang efektif atas pengeluaran pendidikan memastikan kontrol atas pengeluaran yang
terlalu banyak dan uang yang hilang. Kategori keuangan termasuk pendapatan, hibah,
pengeluaran dan penggunaan dana. (Yunas.2014:51)
Menurut Haq (2017:30), tanpa suatu program yang baik sulit kiranya tujuan
pendidikan akan tercapai. Oleh karena itu, pengelolaan harus disusun guna memenuhi
tuntutan, kebutuhan, harapan dan penentuan arah kebijakan sekolah dalam mencapai
tujuan pendidikan. Pengelolaan kerja sekolah merupakan penjabaran tugas dan
pelaksanaan kebijakan Depdiknas yang di sesuaikan dengan kondisi obyektif. Dalam
11
pelaksanaannya setiap kegiatan mengacu pada pengelolaan yang ada sehingga proses
dan pelaksanaan aktifitas di sekolah lebih terukur, terpantau dan terkendali.
Pengelolaan pendidikan berfungsi sebagai acuan bagi sekolah dalam mengukur,
mengevaluasi dan merevisi kegiatan-kegiatan yang dianggap perlu. Selain itu
pengelolaan pendidikan bertujuan sebagai upaya sekolah dalam mendukung dan
menjabarkan wajib belajar 9 tahun.
Cost function analysis can provide valuable information for addressing
important public policy questions related to the structure and financial of K–12
school systems. It can be used to evaluate the potential benefits from major
institutional design changes such as school district consolidations, expansions of
charter schools, or the introduction of vouchers. Cost function analyses have been
used to suggest appropriate adjustments to school funding formulas for differences in
the educational environment or student demographics. (Gronberg,dkk. 2011:193)
Terjemahan :
Analisis fungsi biaya dapat memberikan informasi yang berharga untuk
menangani pertanyaan-pertanyaan kebijakan publik yang penting terkait dengan
struktur dan pembiayaan sistem sekolah K-12. Ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi manfaat potensial dari perubahan desain kelembagaan utama seperti
konsolidasi distrik sekolah, perluasan sekolah piagam, atau pengenalan voucher.
Analisis fungsi biaya telah digunakan untuk menyarankan penyesuaian yang tepat
untuk formula pendanaan sekolah untuk perbedaan dalam lingkungan pendidikan atau
demografi siswa. (Gronberg, dkk. 2011: 193)
d.  Fungsi dan Manfaat Pengelolaan Biaya Pendidikan
Menurut Mulyasa (2014 :168), fungsi dana dalam MBS pada dasarnya untuk
menunjang penyediaan sarana dan prasarana, seperti tanah, bangunan, laboratorium,
perpustakaan, media belajar, operasi pengajaran, pelayanan administrasi dan sebagainya.
Dana pendidikan sebenarnya tidak selalu aktual dengan uang (red cost), tetapi segala
sesuatu pengorbanan yang diberikan untuk setiap aktivitas dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan pendidikan.

Menurut Nurdin dan Sibaweh (2015:203-205), pembiayaan pembangunan


pendidikan disusun dalam rangka melaksanakan ketentuan perundangan serta kebijakan
pemerintah dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Pembiayaan pendidikan dalam kurun
waktu 2010-2014, disusun dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

12
a.       Memperjelaskan Pemihakan terhadap Masyarakat Miskin
Pemihakan terhadap masyarakat miskin dilakukan untuk menghilangkan berbagai
hambatan biaya (cost barrier) bagi peserta didik untuk dapat mengikuti dan
menamatkan pendidikan dasar pada sekolah, madrasah, atau melalui jalur pendidikan
nonformal. Hambatan biaya tersebut terdiri atas tiga jenis pembiayaan pendidikan
yang selama ini dibebankan kepada orang tua peserta didik, yaitu biaya operasi
satuan pendidikan, biaya pribadi, dan biaya investasi. Dengan semakin kecilnya
hambatan biaya dapat mengikuti pendidikan paling tidak menamatkan pendidikan
dasar sembilan tahun.

b.      Penguat dan Desentralisasi dan Otonomi Pendidikan


Fungsi dan tujuan pembiayaan pendidikan dalam kerangka desentralisasi dan
otonomi pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan dan penyelenggaraan urusan pendidikan. Seperti ditetapkan dalam UU
No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; sektor pendidikan adalah salah satu
yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah. Depdiknas akan membantu provinsi
dan kabupaten/kota dalam pembiayaan pembangunan sector pendidikan melalui pola
pendanaan DAK, dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan pembiayaan bersama untuk
mengatasi; kekurangan kemampuan pembiayaan bagi sektor pembangunan
pendidikan, sampai tercapainya kondisi pemerintah daerah mampu memenuhi
kebutuhan pembiayaan pendidikan sesuai standar nasional pendidikan melalui
peningkatan PAD, dan/atau peningkatan alokasi DAU.

c.       Insentif dan Disinsentif bagi peningkatan Akses, Mutu, dan Tata Kelola
Pembiayaan pendidikan harus mampu menjadi insentif dan disinsentif bagi upaya
peningkatan akses, mutu, dan tata kelola. Kapasitas pemerintah daerah dan satuan
pendidikan dalam mengelola sumber-sumber daya pendidikan sangat menentukan
kebrhasilan peningkatan akses, mutu, dan tata kelola akan dilakukan oleh pemerintah
pusat untuk mendorong tumbuhnya prakarsa, kreativitas, dan aktivitas pemerintah
daerah dan satuan pendidikan dalam meningkatkan akses, mutu, dan tata kelola.
Insentif dan disinsentif diberikan dalam bentuk hibah (block grant) berdasarkan
kriteria peningkatan akses, mutu, dan tata kelola pendidikan dengan
menggunakan indikator-indikator yang mengacu pada standar nasional pendidikan.

Menurut Wijaya (2009 : 88), peran dan fungsi manajemen keuangan sekolah
adalah menyediakan berbagai informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan,
agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi pada suatu entitas pendidikan

13
(Bastian, 2007). Berbagai informasi keuangan tersebut dapat digunakan oleh
stakeholders sekolah dengan perannya masing-masing meliputi sebagai berikut:
1.      Kepala sekolah
Kepala sekolah memanfaatkan data-data keuangan sekolah untuk menyusun
rencana sekolah yang dipimpinnya, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam
usahanya untuk mencapai tujuan sekolah, serta melakukan tindakan korektif yang
diperlukan. Keputusan yang diambil oleh kepala sekolah berdasarkan data-data
keuangan sekolah adalah menentukan peralatan pendidikan apa yang sebaiknya
dibeli, berapa persediaan alat tulis kantor (ATK) yang harus disiapkan, dan
sebagainya.
2.      Guru dan karyawan sekolah
Guru dan karyawan sekolah merupakan kelompok yang tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas di sekolahnya. Ini berarti bahwa kelompok
tersebut juga tertarik dengan informasi tentang penilaian kemampuan sekolah
dalam memberikan imbal jasa, manfaat pensiun, dan peluang kerja.
3.      Kreditur
Kreditur atau pemberi pinjaman tertarik dengan informasi mengenai keuangan
sekolah sehingga dapat memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo. Hal tersebut berlaku apabila sekolah tersebut
memerlukan bantuan dari kreditur.
4.      Orang tua siswa
Orang tua siswa tertarik dengan informasi mengenai kelangsungan hidup sekolah,
terutama perjanjian jangka panjang sekolah serta tingkat ketergantungan sekolah.
5.      Pemasok
Pemasok (supplier) tertarik dengan informasi mengenai kemungkinan jumlah
hutang sekolah yang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
6.      Pemerintah
Pemerintah (termasuk lembaga-lembaga yang berada dibawah otoritasnya)
tertarik dengan informasi mengenai alokasi sumber daya serta aktivitas sekolah.
Informasi tersebut dibutuhkan untuk mengatur aktivitas sekolah, menetapkan
anggaran, dan sebagai dasar penyusunan anggaran untuk tahun berikutnya.
7.      Masyarakat
Sekolah dapat mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai cara. Laporan
keuangan sekolah dapat membantu masyarakat dengan cara menyediakan
14
informasi tentang kecenderungan dan perkembangan terakhir terkait pengelolaan
keuangan
Menurut Bafadal (2004) dalam Wijaya (2009) , fungsi dari manajemen
keuangan sekolah meliputi kegiatan-kegiatan (1) perencanaan anggaran tahunan, yaitu
penyusunan secara komprehensif dan realistis mengenai rencana pendapatan dan
pembelanjaan satu tahun sekolah; (2) pengadaan anggaran, yaitu segala upaya yang
dilakukan oleh sekolah untuk mendapat masukan dana dari sumber-sumber keuangan
sekolah; (3) pendistribusian anggaran, yaitu penyaluran anggaran sekolah kepada unit-
unit tertentu di sekolah; (4) pelaksanaan anggaran, di mana setiap personel sekolah
menggunakan seluruh anggaran yang terdistribusikan kepada dirinya untuk
melaksanakan tugasnya; (5) pembukuan keuangan, yaitu keseluruhan pencatatan
secara teratur mengenai perubahanperubahan yang terjadi atas penghasilan dan
kekayaan sekolah; dan (6) pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan, yaitu
kegiatan pemeriksaan seluruh pelaksanaan anggaran sekolah- sekolah beserta
rangkaian aktivitasnya.
Menurut Akdon,dkk(2015:91-92), manfaat yang dapat dipetik dari keterlibatan
orang tua dalam kegiatan program sekolah mencakup manfaat bagi siswa sebagai peserta
didik, orang tua, dan sekolah sendiri. Berdasarkan hasil penelitian Manitoba, Amerika
Serikat tahun 1994 diperinci manfaat sebagai berikut.

1.    Manfaat bagi siswa termasuk:


a)    Memperbaiki hasil akademik (improved academic performance);
b)   Memperbaiki perilaku siswa disekolah (improved school behavior);
c)    Meningkatkan motivasi belajar (greater academic motivation);
d)   Menurunkan angka putus sekolah (lower dropouts rates).

2.    Manfaat bagi orang tua siswa, termasuk:


a)    Meningkatkan rasa kepuasan, harga diri, dan percaya diri orang tua:
b)   Munculnya gagasan baru untuk menolong anaknya belajar sebagai hasil bekerja di
lingkungan sekolah:
c)    Menambah pengetahuan tentang perkembangan anak:
d)   Memperkuat jaringan kerja social:
e)    Memperluas kesempatan untuk terlibat dengan masyarakat dan jaringan kerja
lainnnya;
f)    Meningkatkan pengawasan terhadap lingkungannya;
g)   Hubungan yang baik dengan sekolah.

15
3.    Manfaat bagi guru dan sekolah, termasuk:
a)    Sekolah berpengalaman lebih baik dengan orang tua dan hubungan masyarakat
seperti adanya dukungan dan penghargaan dari masyarakat;
b)   Sekolah dapat mefasilitas guru-gurunya dengan lingkungan kerja yang lebih baik;
c)    Sekolah menerima bantuan dari luar untuk melaksanakan program-program
hariannya, dari bantuan tutorial hingga usaha peningkatan dana sekolah;
d)   Sekolah dapat mengalami program akademik dan social yang lebih efektif;
e)    Sekolah dapat menghemat dana dengan meningkatkan keterlibatan orang tua.

Menurut Susiana, dkk (2016 : 22-23),  akhir dari semua proses pengelolaan


pembiayaan pendidikan diharapkan dapat memberikan manfaat (Benefit) baik manfaat
jangka pendek maupun jangka panjang, manfaat ekonomis dan non ekonomis, dan
manfaat individu maupun manfaat sosial,  misalnya hasil belajar siswa sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik yaitu memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap
dan kecakapan dasar untuk tumbuh dan berkembang secara total, serta dapat melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Manfaat bagi mandrasah bisa berupa
bertambahnya nilai investasi madrasah dan jumlah siswa yang masuk semakin meningkat.

Menurut Budaya (52-53), untuk itu memang seharusnya dikembangkan pola


hubungan yang baik antara masyarakat dan sekolah, dengan adanya hubungan yang baik
tersebut, maka sekolah bisa memenuhi keinginan  masyarakat yang pada timbal baliknya
masyarakat akan membantu dan berpartisipasi dalam pembiayaan pendidikan. Temuan
penelitian ini juga menjelaskan hal tersebut, dimana masyarakat dalam hal ini diwakili
oleh komite sekolah dalam penyusunan RAPBS sekolah menyetujui seberapa banyak
dana yang akan diserap dari masyarakat. Lebih jauh Sudrajat (2010) menjelaskan bahwa
hubungan dengan masyarakat yang baik akan membawa manfaat bagi sekolah sebagai
berikut :

1)   Masyarakat atau orang tua murid dan stakeholders lainnya akan mengerti dengan
jelas tentang visi, misi, tujuan dan program kerja sekolah, kemajuan sekolah beserta
masalah-masalah yang dihadapi sekolah secara lengkap, jelas dan akurat.
2)   Masyarakat atau orang tua murid dan stakeholders lainnya akan mengetahui
persoalan-persolan yang dihadapi atau mungkin dihadapi sekolah dalam mencapai
tujuan yang diinginkan sekolah. Dengan demikian mereka dapat melihat secara jelas
dimana mereka dapat berpartisipasi untuk membantu sekolah.
3)   Sekolah akan mengenal secara mendalam latar belakang, keinginan dan harapan-
harapan masyarakat terhadap sekolah. Pengenalan harapan masyarakat dan orang tua

16
murid terhadap sekolah, khususnya sekolah merupakan unsur penting guna
menumbuhkan dukungan yang kuat dari masyarakat. Apabila hal ini tercipta, maka
sikap apatis, acuh tak acuh dan masa bodoh masyarakat akan hilang. Yang menjadi
pertanyaan adalah, sudahkah sekolah mengenal harapan masyarakat? Atau sekarang
justru sekolah memaksakan harapannya kepada masyarakat! Coba kita analisis kondisi
tersebut berdasarkan pengalaman dan penglihatan selama ini dalam praktek
penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Apabila kita belum melakukan hal
tersebut, maka sudah saatnya mulai sekarang sekolah berbenah diri untuk membangun
kemitraan dengan masyarakat/ stakeholders untuk kemajuan sekolah.

According to Cameroon (2012:15-16), Schools are the primary focus and


ensuring that they receive an appropriate amount of funds and materials is basic to
good governance (World Bank 2007). The Center supports schools in three ways,
namely, through infrastructure development, adequate supply of essential school
items, and financing. Teacher workforce and salary payments: Teachers’ salary
payments constitute one of the largest items of expenditure in the education sector.
Encouraging the commitment and motivation of teachers is related to adequate
remuneration and regular salary payments. Favoritism is defined as the recruitment
of one’s friends and known individuals without vetting against established criteria or
standards. Nepotism is the recruitment of one’s relatives (Hallak and Poisson 2005),
again outside the established vetting process.
Terjemahan :
Menurut Cameroon (2012:15-16), Sekolah adalah fokus utama dan memastikan
bahwa mereka menerima sejumlah dana dan materi yang tepat adalah dasar untuk
pemerintahan yang baik (World Bank 2007). Pusat ini mendukung sekolah dalam tiga
cara, yaitu, melalui pembangunan infrastruktur, persediaan barang-barang sekolah
dasar yang memadai, dan pembiayaan. Tenaga kerja guru dan pembayaran gaji:
Pembayaran gaji guru merupakan salah satu item pengeluaran terbesar
di sektor pendidikan. Mendorong komitmen dan motivasi guru terkait dengan
remunerasi dan pembayaran gaji rutin yang memadai. Favoritisme didefinisikan
sebagai perekrutan teman seseorang dan individu yang dikenal tanpa pemeriksaan
terhadap kriteria atau standar yang ditetapkan. Nepotisme adalah perekrutan saudara
seseorang (Hallak dan Poisson 2005), sekali lagi di luar proses pemeriksaan yang
sudah ada.

17
2. Jenis-Jenis Pengelolaan Biaya pendidikan
a. Jenis-jenis Biaya Pendidikan
Menurut Akdon,dkk (2015:14-15) menyatakan bahwa berdasarkan beberapa
pendapat, maka pada umumnya terdapat empat kategori biaya, yaitu biaya langsung
(direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost), biaya pribadi (private cost), dan
biaya sosial (social cost).
1)      Biaya langsung adalah biaya yang langsung menyentuh aspek dan proses
pendidikan, misalnya gaji guru dan pegawai, pengadaan fasilitas belajar, ATK,
buku rujukan guru, dan buku pegangan siswa.
2)      Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh siswa, orang tua, atau
masyarakat untuk menunjang keperluan yang tidak langsung seperti biaya hidup,
pakaian, kesehatan, gizi, transportasi, pemondokan dan biaya kesempatan yang
hilang selama pendidikan. Biaya tidak langsung memiliki sifat kepentingan dan
tempat pengeluaran yang berbeda serta dikeluarkan dalam waktu yang tidak
terbatas dan jenis pengeluaran yang tidak pasti.
3)      Biaya pribadi adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk membiayai
sekolah anaknya, didalamnya termasuk biaya kesempatan yang hilang ( forgone
opportunities). Biaya ini meliputi uang sekolah, ongkos, dan pengeluaran lainnya
yang dibayar secara pribadi.
4)      Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyakat untuk membiayai
sekolah, termasuk di dalamnya biaya yang dikeluarkan oleh keluarga secara
perorangan (biaya pribadi). Namun, tidak semua biaya sosial dapat dimasukkan
ke dalam biaya pribadi.

According to Owolabi (2006) in Efanga and Idante (2014: 86),defines that


educational cost as all forms of resources used up in the process of providing
education for an individual or for a group of individual. This cost is made up of both
direct and indirect costs. Direct cost is the monetary value of all tangible and
intangible resources invested in education. It is necessary to define educational costs
in term of the total opportunity costs.
Terjemahan :
Menurut Owolabi (2006) dalam Efanga and Idante (2014: 86), mendefinisikan
biaya pendidikan sebagai semua bentuk sumber daya digunakan dalam proses
memberikan pendidikan untuk individu atau untuk sekelompok individu. Biaya ini

18
terdiri dari keduanya biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung adalah nilai
moneter dari semua sumber daya berwujud dan tidak berwujud diinvestasikan dalam
pendidikan. Penting untuk menentukan biaya pendidikan dalam hal peluang total
biaya.

According to Mbipon (2010) in Efanga and Idante (2014: 86),averred that it is


the responsibility of parents and guardians to care for the youths of the community, in
the process of undergoing formal education. These consist of expenditures on tuition
fees, clothes, books, transportation and accommodation. The decision to go to school
is personally costly to the student. The student foregoes the opportunity to work and
contribute to family income earnings.

Terjemahan :
Mbipon (2010)  dalam Efanga dan Idante (2014:86), menegaskan bahwa biaya
pribadi adalah tanggung jawab orang tua dan wali untuk merawat para pemuda
masyarakat, dalam proses menjalani pendidikan formal. Ini terdiri dari pengeluaran
biaya kuliah, pakaian, buku, transportasi dan akomodasi. Keputusan untuk pergi ke
sekolah adalah secara pribadi mahal untuk siswa. Pelajar mengungguli kesempatan
untuk bekerja dan berkontribusi pendapatan pendapatan keluarga.

Social costs of education are those costs that individual student do not bear
personally. They are the costs born by the society, represented by the cost incurred by
the federal, state and local governments in the process of providing education for
citizens. Education possesses many characteristics of a public good which makes it to
generate considerable externalities. Similarly, the benefits that accrue to the
individual are private, but some other benefits also accrue to the whole economy in
terms of additional to the human capital stock plus other people who will be feeding
from his future income (Edame, 2008) in (Efanga and Idante,2014: 86).

Terjemahan:
Biaya sosial pendidikan adalah biaya yang tidak dimiliki oleh siswa secara
pribadi. Mereka adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat, diwakili oleh biaya
yang dikeluarkan oleh pemerintah federal, negara bagian dan lokal dalam proses

19
memberikan pendidikan bagi warga negara. Pendidikan memiliki banyak karakteristik
dari barang publik yang membuatnya menghasilkan eksternalitas yang cukup besar.
Demikian pula, manfaat yang diperoleh individu adalah pribadi, tetapi beberapa
manfaat lain juga diperoleh ke seluruh ekonomi dalam hal tambahan untuk stok modal
manusia ditambah orang lain yang akan memberi makan dari pendapatan masa
depannya (Edame,2008) dalam (Efanga dan Idante,2014:86).

Menurut Fatah (2012:17-20) menyatakan bahwa struktur biaya pemdidikan terdiri


dari : (a) biaya satuan pendidikan, (b) biaya personal , dan (c) biaya penyelenggaraan dan
pengelolaan satuan pendidikan. Rincian-rincian tersebut dapat diuraikan dalam paparan
berikut:
A.  Biaya satuan pendidikan, meliputi :
1.    Biaya Investasi, meliputi :
1)   Biaya investasi lahan pendidikan.
2)   Biaya investasi selain lahan pendidikan.
2.    Biaya operasi, meliputi :
1)   Biaya personalia.
2)   Biaya non-personalia.
a.    Beasiswa.
b.    Beasiswa prestasi.
c.    Bantuan biaya pendidikan.
B.  Biaya penyelenggaraan dan pengeloaan satuan pendidikan, meliputi:
1.    Biaya investasi, meliputi :
1)   Biaya investasi lahan pendidikan.
2)   Biaya investasi selain lahan pendidikan.
2.    Biaya operasi, meliputi :
1)   Biaya personalia.
2)   Biaya non-personalia.
C.  Biaya personal, meliputi :
v  Biaya personalia (pegawai), meliputi:
1.    Biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri dari :
a.  Gaji pokok
b.  Tunjangan yang melekat pada gaji
c.  Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan

20
d. Tujuan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen
e.  Tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan dosen
f.   Tunjangan profesi bagi guru dan dosen
g.  Tunjangan khusus bagi guru dan dosen
h.  Maslahat tambahan bagi guru dan dosen
i.    Tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabaatan profesor (guru besar)
2.    Biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan satuan pendidikan, terdiri dari :
a.    Gaji pokok
b.    Tunjangan yang melekat pada gaji
c.    Tunjangan struktural bagi pejabat struktural
d.   Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional
v   Biaya non-personalia(bukan pegawai), meliputi:
1.    Biaya bukan pegawai terdiri dari :
a.  Alat Tulis Sekolah (ATS), bahan dan lat habis pakai
b.  Rapat-rapat
c.  Transportasi/perjalanaan dinas
d. Penilaian
e.  Daya dan jasa
f.   Pemeliharaan sarana dan prasarana
g.  Pendukung pembinaan siswa
2.    Asumsi-asumsi dalam penentuan standar biaya satuan sekolah :
a.  Bentuk satuan pendidikan
b.  Jumlah siswa
c.  Jumlah guru
d. Jumlah tenaga kependidikan
e.  Biaya pegawai
f.   Biaya bukan pegawai
3.    Biaya diberikan berdasarkan asumsi kebutuhan setahun yang meliputi :
a.    Pembinaan siswa
1)        Pramuka
2)        Kesenian
3)        Olahraga
4)        Bahasa asing
5)        Lomba/promosi kompetensi siswa (lks/pks)
21
6)        Palang merah remaja (PMR)
7)        POKJAR dan PSR (Pekan Seni Remaja)
8)        Kegiatan kerohanian
9)        Perjuangan hari besar nasional
10)    Widyawisata anak
b.    Penyelenggaraan pembelajaran
1)        ATS, bahan dan alat habis pakai teori
2)        ATS, bahan dan alat habis pakai praktik
3)        Pemeliharaan dan perbaikan ringan ;
·         Pemeliharaan gedung (Ruang kelas, laboratorium dan lain-lain)
·         Pemeliharaan peralatan dan perabotan sekolah
·         Perbaikan gedung (Ruang kelas, laboratorium dan lain-lain)
·         Perbaikan peralatan dan perabotan sekolah
c.    Penyelenggaraan Non-pembelajaran
1)        ATS, bahan dan alat perbaikan ringan
2)        Pemeliharaan dan perbaikan ringan;
·         Pemeliharaan gedung (Ruang kelas, laboratorium dan lain-lain)
·         Pemeliharaan peralatan dan perabotan sekolah
·         Perbaikan gedung (Ruang kelas, laboratorium dan lain-lain)
·         Perbaikan peralatan dan perabotan sekolah
d.   Daya dan jasa
1)    Listrik
2)    Telpon
3)    Internet
4)    Air bersih, gas dan lainnya
e.    Pengelolaan
1)    Perjalanan dinas
2)    Rapat-rapat
3)    Evaluasi dan lainnya.
Menurut Fatah (2012:21-23) menyatakan bahwa standar biaya satuan berdasarkan
jenjang Pendidikan, yaitu:
1.      Biaya satuan SD (Sekolah Dasar)
Secara umum, biaya satuan SD cenderung sama dengan biaya satuan SD
hasil studi Bank Dunia, baik dari sisi komponen biaya yang dibutuhkan maupun
22
biaya satuan untuk masing-masing komponen tersebut. Dengan demikian standar
biaya satuan SD dengan asumsi satu SD terdiri dari 6 rombel (rombongan belajar)
dalam tabel berikut.
Tabel 1 Standar Biaya Satuan Operasional Non –Personalia
SD/MI Untuk 6 Rombel

Deskripsi Jumlah (Rp)


Standar biaya operasional non-personalia per satuan 73.861.000
pendidikan
Biaya operasional non- personalia per rombel 12.310.000
Biaya operasional non-personalia per peserta didik 440.000

2.      Biaya satuan SMP (Sekolah Menengah Pertama)


Hasil studi satuan SMP memiliki perbedaan yang signifikan dengan hasil
studi biaya satuan SMP dari Bank Dunia. Perbedaan yang mencolok terdapat
pada jumlah siswa per rombel, total jumlah siswa per sekolah, serta komponen
bahan dan alat habis pakai untuk kegiatan praktikum, baik praktikum  IPA, IPS,
komputer, bahasa, maupun keterampilan. Tabel berikut berisi deskripsi standar
satuan biaya SMP/MTs.

Tabel 2. Standar Biaya Satuan Operasional Non-personalia


SMP/MTs untuk 3 Rombel

Deskripsi Jumlah (Rp)


Standar biaya operasional non-personalia per satuan 76.643.520
pendidikan
Biaya operasional non- personalia per rombel 25.547.840
Biaya operasional non-personalia per peserta didik 793.300

3.      Biaya Satuan SMA (Sekolah Menengah Atas)


Satuan biaya operasional non-personalia dikelompokkan menjadi biaya
umum dan biaya berdasarkan jurusan (Spesifikasi). Biaya umum (general)
merupakan satuan biaya rata-rata untuk semua jurusan (disini tanpa ada
pemisahan jurusan) sedangkan biaya berdasarkan jurusan, dibedakan
berdasarkan jurusan yang ada di SMA, seperti : IPA, IPS, dan bahasa dengan
asumsi bahwa SMA/MA memiliki 3 rombongan belajar dengan hanya memiliki

23
satu jurusan. Berikut deskripsi standar biaya satuan untuk masing-masing
jurusan.

Tabel 3.1 Standar Biaya Satuan Operasional Non-Operasional


SMA/MA untuk 3 Rombel

Deskripsi Jumlah (Rp)


Standar biaya operasional non-personalia per satuan 174.112.000
pendidikan
Biaya operasional non- personalia per rombel 58.037.000
Biaya operasional non-personalia per peserta didik 1.814.000

Tabel 3.2 Standar Biaya Satuan Operasional Non-Operasional


SMA/MA untuk 3 Rombel (Jurusan IPA)

Deskripsi Jumlah (Rp)


Standar biaya operasional non-personalia per satuan 103.688.000
pendidikan
Biaya operasional non- personalia per rombel 34.556.000
Biaya operasional non-personalia per peserta didik 1.079.875

Tabel 3.3 Standar Biaya Satuan Operasional Non-Operasional


SMA/MA untuk 3 Rombel (Jurusan IPS)

Deskripsi Jumlah (Rp)


Standar biaya operasional non-personalia per satuan 100.816.800
pendidikan
Biaya operasional non- personalia per rombel 33.605.600
Biaya operasional non-personalia per peserta didik 1.050.175
Tabel 3.4 Standar Biaya Satuan Operasional Non-Operasional
SMA/MA untuk 3 Rombel (Jurusan Bahasa)

Deskripsi Jumlah (Rp)


Standar biaya operasional non-personalia per satuan 96.416.800
pendidikan
Biaya operasional non- personalia per rombel 32.138933
Biaya operasional non-personalia per peserta didik 1.004.343

Menurut  Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan BAB IX Standar Pembiayaan Pasal 62 ayat :

24
1.    Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan
biaya personal.
2.    Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal
kerja tetap.
3.    Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk ctu mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan.
4.    Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a.    Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji,
b.    Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
c.    Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
5.    Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usulan BSNP.
Menurut Sulistyoningrum (2010) dalam Ferdi (2013:569), pembiayaan pendidikan
terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Lebih lanjut,
biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik
untuk ctu mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi
satuan pendidikan sebagaimanadimaksud meliputi:
a)    Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada
gaji;
b)   Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai; dan
c)    Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya
Menurut PP No 48 Tahun 2008 dalam Pasrizal (2014: 17-18), ada tiga jenis biaya
pendidikan, yaitu:

25
1.    Biaya Satuan Pendidikan, adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan.
Biaya satuan pendidikan terdiri dari biaya investasi adalah biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
Biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. Bantuan biaya
pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang
tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya; beasiswa adalah bantuan
dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.
2.    Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, adalah biaya
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh Pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau penyelenggara/satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat.
Biaya penyelenggaraan dan atau pengelolaan pendidikan, antara lain terdiri
dari bantuan/ hibah pemerintah, di mana dana itu harus dikelola berdasarkan pada
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas. Misalnya dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) atau Biaya Operasional Pendidikan (BOP). Terdapat
dua hal penting dalam konsep biaya di sekolah, yaitu biaya pendidikan secara
keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa. Biaya satuan di tingkat sekolah
merupakan jumlah keseluruhan biaya pendidikan tingkat sekolah dalam kurun
waktu satu tahun pelajaran dan berasal dari orang tua, masyarakat, dan pemerintah.
3.     Biaya Pribadi Peserta Didik, adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk ctu mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
Biaya pribadi peserta didik merupakan biaya sekolah yang berasal dari siswa
(orang tua sendiri). Dukungan biaya pribadi sangat mempengaruhi kelancaran dan
kesuksesan pendidikan siswa tersebut. Kemampuan masing-masing pribadi
berbeda-beda, sehingga besaran biaya pribadi peserta didik juga bervariasi. Secara
umum, siswa dalam level pendidikan wajib belajar sembilan tahun akan
memerlukan biaya pribadi tersebut, seperti biaya pendaftaran, uang pangkal, biaya
baju seragam, biaya kegiatan satu tahun, dan biaya buku untuk satu tahun.

b.       Sumber Dana Pendidikan

26
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2012 Tentang Pungutan Dan Sumbangan Biaya Pendidikan Pada Satuan
Pendidikan Dasar :
Pasal 3
Pendanaan pendidikan bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pasal 4
(1)          Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan.
(2)          Prinsip keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berarti bahwa besarnya
pendanaan pendidikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
(3)          Prinsip kecukupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berarti bahwa pendanaan
pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi
Standar Nasional Pendidikan.
(4)          Prinsip keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berarti bahwa
pendanaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan
layanan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 5
Sumber biaya pendidikan pada satuan pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah:
a.    Anggaran pendapatan dan belanja negara;
b.    Anggaran pendapatan dan belanja daerah;
c.    Sumbangan dari peserta didik atau orang tua/walinya;
d.   Sumbangan dari pemangku kepentingan pendidikan dasar di luar peserta didik atau
orang tua/walinya;
e.    Bantuan lembaga lainnya yang tidak mengikat;
f.     Bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
sumber lain yang sah.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Pasal 47 Tentang Sumber Pendanaan Pendidikan


dalam Masditou (2017:130)  yaitu:
Ayat (1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,
dan keberlanjutan.

27
Ayat (2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang
ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ayat (3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

1.      Pembiayaan pendidikan dari Pemerintah Pusat


Menurut Masditou (2017:130), Sistem pendidikan di Indonesia memperlihatkan
bahwa biaya sekolah masih dibebankan sebagian besar kepada pemerintah. Karena itu,
jumlah anggaran pendidikan di tengah perkembangan ekonomi kita yang kurang baik
sangatlah minim, terlebih lagi kurang seriusnya pemerintah dalam mencurahkan
perhatiannya terhadap pendidikan yang belum memandangnya sebagai sektor ekonomi
prioritas. Kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam mengatasi minimnya dana
pendidikan kita adalah dengan membolehkan sekolah-sekolah negeri menggalang dana
dari masyarakat, yang berasal dari oranrg tua atau berupa sumbangan dari masyarakat
dan dunia usaha lainnya.

Menurut Matin dalam Masditou (2017:131)  menjelaskan bahwa sumber dana dari


pemrintah pusat adalah berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) baik
untuk membiayai kegiatan rutin yang tercantum dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK)
maupun untuk membiayai kegiatan pembangunan yang tercantum dalam Daftar Isian
Proyek (DIP). Disamping itu, pada tingkat sekolah terdapat dana dari pemerintah pusat
berupa Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang jumlahnya ditentukan oleh karakteristik
siswa dan jenjang sekolah. Sumber dana dari pemerintah daerah adalah berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) baik APBD Provinsi maupun
Tingkat Kabupaten/Kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung kegiatan-
kegiatan bidang pendidikan yang ada di daerah yang bersangkutan bak untuk kegiatan
rutin maupun kegiatan pembangunan. Dana dari pemerintah daerah diwujudkan berupa
Biaya Operasional Pendidikan (BOP) yang jumlahnya ditentukan berdasarkan
kesanggupan keuangan pemerintah daerah bersangkutan.

BOS merupakan suatu program pemerintah untuk membantu penyediaan


pendanaan biaya operasional nonpersonalia sekolah. Program Bantuan Operasional
Sekolah dikomandani oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang mana dalam
pelaksanaannya, penyaluran dan pengelolaan dana BOS wajib berpedoman pada Buku
Petunjuk Teknis Penggunaan dana BOS yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dan Kementerian Agama sebagai kementerian teknis yang

28
bertanggungjawab dalam pelaksanaan dan pengelolaan program BOS
(Mulyono,2015:170) dalam (Widyatmoko dan Suyatmini, 2017: 154)

Dalam pelaksanaannya, pengelolaan dana BOS wajib berpedoman pada Buku


Petunjuk Teknis Penggunaan dana BOS yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan sebagai kementerian teknis yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan dan pengelolaan program BOS. Dalam rangka implementasi penerapan
MBS di sekolah, dana BOS diharapkan dapat dikelola secara transparan dan akuntabel.
Pengelolaan dana BOS secara transparan artinya dalam pengelolaan dana BOS diketahui
oleh stakeholder sekolah. Pengelolaan dana BOS secara akuntabel artinya dalam
pengelolaan dana BOS, sekolah dapat mempertanggungjawabkan penggunaan dana
BOS kepada pemerintah maupun masyarakat. Pentingnya transparansi dan akuntabilitas
penggunaan dana BOS kepada publik merupakan salah satu wujud kontrol dari
masyarakat. Masyarakat merupakan komponen yang berperan penting dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Pelaksanaan transparasi dan akuntabilitas dalam keuangan sekolah dan
penggunaan dana BOS belum berjalan dengan baik. Masih banyak sekolah yang tidak
ingin laporan penggunaan dana BOS diketahui oleh masyarakat. Sekolah berusaha
mereduksi keterlibatan komite sekolah dan orang tua murid dengan sekadar berperan
serta dalam rapat, menandatangani pengesahan Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah
(APBS), dan pertanggungjawaban sesuai dengan tata kelola sekolah. Masih rendahnya
tingkat transparansi dan akuntabilitas, pengelolaan dana BOS oleh sekolah ditandai
dengan tidak dipublikasikan atau belum pernah dilakukan audit oleh Akuntan Publik
terkait dana BOS (Widyatmoko dan Suyatmini, 2017: 154-155).

Menurut Fitri (2014: 35), dalam perencanaan penggunaan dana BOS, hal
utama dilakukan adalah menyusun RAPBS. RAPBS merupakan rencana perolehan
pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber pendapatan serta susunan program
kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta beberapa kegiatan
lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran. Dengan
demikian, RAPBS berisi ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya,baik
rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan, dan jumlah nominalnya dalam
satu tahun anggaran. Penyusunan RAPBS perlu memerhatikan asas anggaran antara
lain asas kecermatan, asas terinci, asas keseluruhan, asas keterbukaan, asas periodik,
dan asas pembebanan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaan keuangan mengacu

29
kepada perencanaan yang telah ditetapkan. Mekanisme yang ditempuh di dalam
pelaksanaan kegiatan harus benar, efektif dan efisien.
Oleh sebab itu, penggunaan anggaran memerhatikan asas umum
pengeluaran negara, yaitu manfaat penggunaan uang negara minimal harus sama
apabila uang tersebut dipergunakan langsung oleh masyarakat. Penggunaan dana
BOS merupakan pelaksanaan dari RAPBS dana BOS yang sudah disusun.
Penggunaan dana BOS ini harus mengacu dan berpedoman kepada RAPBS yang
sudah dibuat baik menyangkut mata anggaran maupun besar anggarannya.
Penggunaan dana BOS sepenuhnya menjadi tanggung jawab lembaga yang
kegiatannya mencakup pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang serta pelaporan
keuangan, sehingga memudahkan proses pengawasan atas penggunaan dana.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan Program BOS,
masing-masing pengelola program di tiap tingkatan (Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Sekolah) diwajibkan untuk melaporkan hasil kegiatannya kepada
pihak terkait. Secara umum, hal-hal yang dilaporkan oleh pelaksana program adalah
yang berkaitan dengan statistic penerima bantuan, penyaluran, penyerapan,
pemanfaatan dana, pertanggungjawaban keuangan serta hasil monitoring evaluasi
dan pengaduan masalah.

Menurut Permendikbud RI No 1 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Juknis Teknis


BOS (2018 :25-26), Perhitungan jumlah BOS untuk sekolah dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut.
a.             Sekolah dengan jumlah peserta didik 60 atau lebih penghitungan jumlah BOS
sebagai berikut:

1.             SD sebesar Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah) dikalikan jumlah peserta
didik;
2.             SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dikalikan jumlah peserta didik;
3.             SMA sebesar Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu rupiah) dikalikan
jumlah peserta didik;
4.             SMK sebesar Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu rupiah) dikalikan
jumlah peserta didik; dan

30
5.             SDLB/SMPLB/SMALB/SLB Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dikalikan
jumlah peserta didik.

b.             Sekolah dengan jumlah peserta didik kurang dari 60:


·         Penerima kebijakan alokasi minimal
1.         SD sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp800.000,00 (delapan ratus ribu
rupiah);
2.         SMP/SMP Sekolah Terintegrasi/SMP Satap sebesar 60 (enam puluh)
dikalikan Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah); dan
3.         SDLB/SMPLB/SMALB/SLB sebesar 60 (enam puluh) dikalikan
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).

·         Bukan penerima kebijakan alokasi minimal


1.         SD sebesar Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah) dikalikan jumlah peserta
didik;
2.         SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
dikalikan jumlah peserta didik;
3.         SMA/Sekolah Terintegrasi/SMA Satap Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus
ribu rupiah) dikalikan jumlah peserta didik;
4.         SMK Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu rupiah) dikalikan jumlah
peserta didik; dan
5.         SDLB/SMPLB/SMALB/SLB Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dikalikan
jumlah peserta didik.
.
2.      Pembiayaan Pendidikan dari Orang Tua Siswa
Menurut Matin dalam Masditou (2017:132)  juga menguraikan jenis-jenis
pemiayaan pendidikan yang berasal dari orang tua siswa antara lain:
1.    Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP)
SPP adalah kewajiban orang tua dalam membiyai penyelenggaraan pendidikan
anak-anaknya yang dibayar berdasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan dan
diatur oleh yayasan atau penyelenggaraan pendidikan untuk sekolah/madrasah
swasta.
2.    Sumbangan Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (SBP3)

31
BP3 adalah organisasi persatuan orang tua siswa atau Persatuan Orang Tua Murid
dan Guru (PMOG) yang diharapkan dapat membantu penyelenggaraan pendidikan
bagi sekolah/madrasah.
3.    Sumbangan Lain-lain
Selain kedua jenis biaya diatas, ada juga sumbangan dari orang tua siswa yang
bersifat incidental, baik berupa uang maupun barang misalnya biaya praktikum,
keterampilan, kegiatan ekstra kurikuler, peralatan laboratorium, pembangunan
pagar sekolah, peralatan pelajaran dan lain-lain.

4.    Komite Sekolah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu satuan
pendidikan, baik jalur sekolah maupun luar sekolah, atau beberapa satuan
pendidikan yang sama di satu kompleks yang sama. Nama Komite Sekolah
merupakan nama generik Artinya, bahwa nama badan disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah,
Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan Sekolah, Majelis
Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lainnya yang disepakati.
Dengan demikian, organisasi yang ada tersebut dapat memperluas fungsi, peran,
dan keanggotaannya sesuai dengan panduan ini atau melebur menjadi organisasi
baru, yang bernama Komite Sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002).
Peleburan BP3 atau bentuk-bentuk organisasi lain yang ada di sekolah,
kewenangannya akan berkembang sesuai kebutuhan dalam wadah Komite
Sekolah (Zulkifli,2015:107).

Menurut Zulkifli (2015 :108) Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai


berikut:
a)      Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
b)      Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia
usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu.
c)      Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat

3.      Sumbangan Dari Pihak Lain

32
Menurut Matin dalam Masditou (2017:133)  menjelaskan bahwa sumbangan
dana dari masyarakat lain diluar penyelenggaraan dan orang tua siswa dapat berupa
sumbangan yang tidak mengikat baik dari perseorangan maupun dari yayasan-
yayasan atau perusahaan-perusahaan yang ada di dalam maupun di luar negeri yang
mempunyai perhatian besar dan berkepentingan terhadap pengembangan bidang
pendidikan dan kebudayaan. Sumber dana bantuan dari luar negeri adalah berupa
pinjaman (loan) dan hibah (grant) dari negara-negara asing atau dari badan-badan
yang berada di luar negeri yang digunakan untuk membantuk menunjang perwujudan
pelaksanaan program-program pembangunan pendidikan di indonesia khususnya
untuk kelancaran pelaksanaan program pendidikan yang diselenggarakan oleh swasta
(sekolah swasta).

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


44 Tahun 2012 Tentang Pungutan Dan Sumbangan Biaya Pendidikan Pada
Satuan Pendidikan Dasar, Pasal 6 menjelaskan bahwa sumber biaya pendidikan
pada satuan pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat:
a.       Bantuan dari penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan;
b.      Pungutan, dan/atau sumbangan dari peserta didik atau orang tua/walinya;
c.       Bantuan dari masyarakat di luar peserta didik atau orang tua/walinya;
d.      Bantuan Pemerintah;
e.       Bantuan pemerintah daerah;
f.       Bantuan pihak asing yang tidak mengikat;
g.      Bantuan lembaga lain yang tidak mengikat;
h.      Hasil usaha penyelenggara atau satuan pendidikan; dan/atau
i.        Sumber lain yang sah.

Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2012 tentang pengutan dan


Sumbangan Biaya Pendidikan Pada Satuan Pendidian Dasar Pasal 12 ayat (1)
masyarakat diluar penyelenggara dan satuan pendidikan dasar yang didirikan
masyarakat, serta peserta didik atau orang tua/walinya dapat memberikan sumbangan
pendidikan kepada satuan pendidikan dasar, (2) Satuan pendidikan dasar dapat
menerima sumbangan, (3) Sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan untuk memenuhi kekurangan biaya satuan pendidikan.

33
According to Msoroka (2010),  the Tanzania Education and Training
policy (TEP) 1995 states clearly the following issues regarding the financing of
education :
1.  Financing education and training shall be shared between government,
communities, parents and end-users.
2. Govermentshall provide incentives to individuals, communities and NGOs to
establish and develop pre-primary, primary,secondary,vocainal , teacher
education government tertiary and higher education institutions.
3. The provision of education and training shall be included as an area of
investment in the investment promotion act.
4. Government shall give incentives to local design, productions, procurement and
distribution of education equipment and materials.
5. School and tuition fees. In both government and non-government education and
training instructions, shaal be based on the actual unit cost of providing
educations and training at each level.
6. School and tuition fess non-government education and training institutions shall
be proposed by the respective owners and mangers of these institutions and
approved by the government.
7. School and tuition fees shall be collected and retained for use by the relevant
education and training institutions themselves.

Terjemahan :
Menurut Msoroka (2010), Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Tanzania
(TEP) 1995 menyatakan dengan jelas isu-isu berikut mengenai pembiayaan
pendidikan:
1. Pembiayaan pendidikan dan pelatihan harus dibagi antara pemerintah,
masyarakat, orang tua dan pengguna akhir.
2. Pemerintah menyediakan insentif bagi individu, masyarakat dan LSM untuk
membangun dan mengembangkan pendidikan guru pra-sekolah dasar,
menengah, ctua, dan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi.
3. Penyediaan pendidikan dan pelatihan harus dimasukkan sebagai bidang investasi
dalam tindakan promosi investasi.
4. Pemerintah akan memberikan insentif untuk desain lokal, produksi, pengadaan
dan distribusi peralatan dan bahan pendidikan.

34
5. Biaya sekolah dan biaya sekolah. Baik dalam instruksi pendidikan dan pelatihan
pemerintah maupun non-pemerintah, shaal didasarkan pada biaya satuan aktual
dalam menyediakan pendidikan dan pelatihan di setiap tingkat.
6. Sekolah dan biaya pendidikan lembaga pendidikan dan pelatihan non-
pemerintah akan diusulkan oleh pemilik dan pengelola masing-masing lembaga
ini dan disetujui oleh pemerintah.
7. Biaya sekolah dan biaya sekolah harus dikumpulkan dan disimpan untuk
digunakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan yang bersangkutan.

B.         Kajian Kritis
Manajemen Pembiayaan Pendidikan merupakan suatu aktivitas pengelolaan biaya yang
berkenaan dengan perolehan dana (pendapatan) yang diterima dan bagaimana penggunaan
dana tersebut dipergunakan untuk membiayaai seluruh program pendidikan yang telah
ditetapkan. Biaya pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
pelaksanaan pendidikan. Untuk mencapai mutu sekolah yang baik, biaya pendidikan harus
dikelola dengan optimal. Pada dasarnya tujuan manajemen pembiayaan pendidikan adalah
mencapai mutu sekolah yang diharapkan.
Pada setiap proses tahapan manajemen pembiayaan perhatian utamanya adalah
pencapaian visi dan misi sekolah. pembiayaan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan
yang direncanakan, dikelola serta diorganisir secara baik dan tepat sasaran akan menunjang
terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif serta dapat memenuhi kebutuhan
madrasah/sekolah. Dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 mengelola dana di
lembaga pendidikan perlu memperhatikan sejumlah prinsip, yaitu prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik.
Fungsi dan manfaat pengelolaan biaya pendidikan menjadi tolak ukur dalam rangka
penilaian peningkatan mutu pendidikan nasional. Pengelolaan biaya pendidikan memberikan
informasi perihal bidang keuangan baik itu meliputi penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan, maupun mengevaluasi kemajuan sekolah serta laporan anggaran pengeluaran
lainnya yang bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan. Tidak hanya pihak sekolah saja,
siswa beserta orang tua pun akan ikut merasakan manfaat dari pengelolaan biaya pendidikan.
Siswa akan merasa lebih semangat belajar seiring dengan peningkatan sarana dan prasarana
sekolah. Begitu pula hal yang dirasakan oleh orang tua, mereka akan merasa puas dan
senang  jika pengelolaan biaya pendidikan tersebut dilaksanakan dengan baik dan

35
transparansi. Hal ini akan menambah kepercayaan diri bagi orang tua untuk menyekolahkan
anaknya di sekolah yang bersangkutan.
Jenis-jenis biaya pendidikan secara umum terbagi menjadi 4 kategori, yaitu biaya
langsung adalah biaya yang langsung dikeluarkan untuk segala proses dan kegiatan
pendidikan yang berupa gaji guru dan pengadaan sarana belajar serta pengadaan alat-alat
pelajaran , biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung oleh
siswa, guru dan masyarakat untuk keperluan pendidikan, biaya pribadi adalah biaya yang
dikeluarkan oleh keluarga siswa untuk memenuhi kebutuhan pribadi siswa tersebut dan biaya
sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga, masyarakat maupun pemerintah untuk
memenuhi keperluan sekolah dengan cara memberikan beasiswa ataupun bantuan sarana dan
prasarana. Sedangkan berdasarkan jenis pembiayaan pendidikan terdiri dari biaya investasi
yang berupa biaya penyediaan sarana dan prasarana, biaya personal yang berupa biaya yang
harus dikeluarkan oleh siswa agar bisa mengikuti kegiatan pembelajaran secara berkelanjutan
dan biaya operasi yang berupa gaji pendidik, tenaga kependidikan beserta tunjangan, bahan
pendidikan habis pakai dan biaya tak terduga.

Sumber dana Pendidikan berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dari
masyarakat. Dana dari pemerintah pusat berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
Disamping itu, pada tingkat sekolah terdapat dana dari pemerintah pusat berupa Biaya
Operasional Sekolah (BOS) yang jumlahnya ditentukan oleh karakteristik siswa dan jenjang
sekolah. Sumber dana dari pemerintah daerah adalah berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) baik APBD Provinsi maupun Tingkat Kabupaten/Kota. Dana dari APBD
digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan bidang pendidikan yang ada di daerah yang
bersangkutan bak untuk kegiatan rutin maupun kegiatan pembangunan. Dana dari pemerintah
daerah diwujudkan berupa Biaya Operasional Pendidikan (BOP) yang jumlahnya ditentukan
berdasarkan kesanggupan keuangan pemerintah daerah bersangkutan. Pembiayaan yang
bersumber dari masyarakat terdiri dari orang tua siswa dan sumbangan dari pihak lain.
Pembiayaan dari orang tua terdiri dari SPP, SBP3, dan sumbangan-sumbangan lain yang semua
telah dirangkap menjadi komite sekolah. Sumbangan dari pihak lain dapat berupa pinjaman dan
hibah baik sumbangan dari perusahaan dalam negeri maupun luar negeri. Dana dari perusahaan
luar negeri digunakan untuk membantuk menunjang perwujudan pelaksanaan program-program
pembangunan pendidikan diatualkan khususnya untuk kelancaran pelaksanaan program
pendidikan yang diselenggarakan oleh swasta (sekolah swasta).

36
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari kajian teori yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Manajemen pembiayaan pendidikan adalah suatu aktivitas pengelolaan biaya pendidikan
yang berkenaan dengan perolehan dana yang diterima dan bagaimana penggunaan dana
tersebut digunakan untuk membiayai seluruh program pendidikan. Oleh sebab itu, diperlukan
pengelolaan biaya pendidikan yang baik agar baiya pendidikan tersebut digunakan tepat pada
sasaran.
2.      Jenis-jenis biaya pendidikan dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu baiya langsung, baiya tidak
langsung, biaya pribadi dan biaya sosial. Berdasarkan jenjang pendidikannya biaya
pendidikan terbagi menjadi 3 yaitu biaya satuan SD, SMP dan SMA. Adapun sumber biaya
pendidikan berasal dari pemerintah pusat seperti dana Bantuan Operasi Sekolah (BOS),
pemerintah daerah seperti Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dan masyarakat.

B.   Saran
Dalam mengelolan biaya pendidikan sebaiknya lembaga pendidikan menerapkan prinsip-
prinsip pengelolaan pendidikan mulai dari tahap perencanaan, penggunaan biaya pendidikan,
pengawasan serta pertanggungjawaban atas biaya pendidikan

37
DAFTAR PUSTAKA

Akdon, dkk. 2015. Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.


Azhari, Ulpha Lisni dan Dedy Achmad Kurniady. 2016.  Manajemen Pembiayaan Pendidikan,
Fasilitas Pembelajaran, Dan Mutu Sekolah.  Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. XXIII
No.2.
Budaya. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar yang Efektif.
            Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ISSN: 1410-8771.   
            Volume. 18, Nomor 1.
Cameroon.2012.Governance And Management In The Education Sector. Africa : Africa Region.
Choiriyah, Ngismatul. 2014. Menejemen Sumber Daya Anggaran Keuangan Pendidikan. Jurnal Studi
Agama Dan Masyarakat. Vol 8, Nomor 1, Juni 2014.
Efanga, S. I and Idante, G. D. 2014. Educational Costs and demand for private secondary schools in
akwa ibom state, Nigeria, British. Jurnal of Education. Vol. 2 No. 2. ISSN: 2054-6351
Fatah, Nanang. 2012. Standar Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Ferdi W.P. 2013. Pembiayaan pendidikan suatu kajian teoritis financing of education a theoritical
study. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol 19. Nomor 4, Desember 2013.

Fitri, Afrilliana. 2014.  Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Dasar
Negeri Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi. Jurnal Administrasi
Pendidikan. Vol. 2 No. 1
Gronerg, Timothy J,dkk.2011. The Impact Of Facilities On The Cost Of Education. National Tax
Journal, 64 (1).
Haq, Muhammad Faishal.2017. Analisis Standar Pengelolaan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Evaluasi, Vol.1, No.1.
Kurniady,  Dedy Achmad. 2011. Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar Di Kabupaten Bandung.
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1.
Marini, Arita. 2014. Manajemen Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Masditou. 2017. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Menuju Pendidikan yang bermutu. Jurnal
ANSIRU PAI Vol. 1 No. 2.
Mulyasa. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Msoroka,M. 2010. Financing Education in Tanzania : Policy Transformations, Achievement and
Challeges.  Germany : Grin

38

Anda mungkin juga menyukai