Dosen Pengampu:
Dr. Murniati AR, M.Pd
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
M. Fakhri
Irma Suriyani
Syarifah Nargis
Cut Defa Putri Yonasda
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, kesempatan,
beserta salam yang tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan sosok
yang amat mulia dan menjadi panutan bagi setiap muslim serta telah membuat perubahan
besar di dunia.
Ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Murniati AR, M.Pd selaku dosen
pengampu dalam proses penyusunan makalah ini dan telah memberikan bimbingan dan
Meskipun makalah ini telah disusun dengan baik, namun pasti ada kekurangan
dan komentar yang konstruktif dari seluruh pembaca, untuk itu mohon adanya kritikan
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Penulis sangat
berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua dalam rangka menambah wawasan
dan pengetahuan serta menjadi suatu amal kebaikan dan semoga bermanfaat dalam misi
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta perilaku seseorang atau sekelompok masyarakat guna
pendidikan bagi semua orang (education for all). Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang
memadai bagi semua orang secara berkualitas, maka dibutuhkan pengeluaran atau yang disebut
dengan investasi atau biaya pendidikan. Mulyono (dalam Arwildayanto, dkk 2017:49)
menjelaskan bahwa dalam upaya setiap pencapaian tujuan pendidikan baik bersifat kuantitatif
maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peran yang sangat menentukan. Oleh karena itu,
pendidikan tanda didukung biaya yang memadai, proses pendidikan di lembaga pendidikan tidak
akan berjalan sesuai harapan. Hal senada dijelaskan Al Kadri (dalam Arwildayanto, dkk
2017:49) bahwa hampir dapat dipastikan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa
dukungan biaya yang memadai. Untuk itu dalam pengelolaan pendidikan instrument biaya
menjadi urat nadi organisasi/institusi/lembaga pendidikan yang perlu dikelola dengan baik dan
menyeluruh (holistik).
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya di tentukan oleh sumber daya manusia saja
melaikan juga di tentukan oleh pembiayaan pendidikan itu sendiri. Pembiayaan pendidikan
bukan saja tanggung jawab pemerintah semata malainkan tanggung jawab semua pihak, baik
pemerintah, orang tua dan masyarakat. Jika pembiayaan pendidikan hanya berasal dari salah satu
2
pihak saja maka pendidikan yang berlangsung tidak optimal. Karena pendidikan yang berkualitas
Masalah paling krusial yang dihadapi pendidikan adalah masalah pembiayaan karena
berkaitan dengan saran-prasarana dan sumber belajar. Banyak sekolah yang tidak dapat
melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal karena menghadapi masalah keuangan, baik
untuk menggaji guru maupun mengadakan sarana dan prasarana pembelajaran. Dalam kaitan ini,
meskipun tututan reformasi adalah pendidikan yang murah dan berkualitas, pendidikan yang
Biaya merupakan elemen yang sangat penting walaupun bukan satu-satunya komponene
pendidikan, ketika sampai pada tahap operasional dan terbentur adanya keterbatasan biaya,
perencanaan yang bagus tersebut tidak berarti dan program pendidikan yang direncanakan sulit
terealisasikan.
tanggung jawab utama berupa keputusan penting menyangkut investasi dan pembiayaan. Jika hal
ini dihubungkan dengan prinsip manajemen, aktivitas perolehan dan penggunaan dana dimaksud
harus dilakukan secara efektif dan efisien. Dalam kaitan ini, terkandung berbagai fungsi
manajemen, yaitu fungsi perencanaan, pengarahan, dan pengendalian dalam menggunakan dan
rendah masih sederhana. Sebaliknya, pengelolaan pembiayaan pada lembaga pendidikan yang
3
daya dukung masyarakatnya besar, cenderung lebih rumit. Hal ini karena sekolah/madrasah
harus mampu menampung berbagai kegiatan yang semakin banyak dituntut oleh masyarakatnya.
Tuntutan pengelolaan biaya pendidikan saat ini harus memenuhi prinsip keadilan, efisiensi,
menjadikan satu tuntunan dalam segala bentuk penyelenggaraan manajemen, tidak terkecuali
dalam pengelolaan biaya pendidikan. Oleh karena itu, tata kelola biaya pendidikan perlu
mendapat perhatian karena komponen ini pada lembaga penyelenggaraan pendidikan merupakan
dengan komponen lainnya. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan memerlukan biaya sehingga komponen ini perlu dikelola sebaik-baiknya agar dana
yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal, efektif, dan efisien untuk menunjang tercapainya
tujuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2. Untuk mengetahui apa-apa sajakah kategori dan klasifikasi dari biaya pendidikan.
pendidikan.
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Nanang Fattah (dalam Syukri, Sitompul, dan Banurea; 2020:2) pembiayaan
pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan
pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan, buku pelajaran, alat tulis
pendidikan.
Menurut Levin (dalam Masditou, 2017:125) pembiayaan sekolah adalah proses dimana
pendapatan dan sumber daya yang tersedia digunakan untuk memformulasikan dan
berbeda-beda. Tergantung dari kondisi masing-masing negara seperti kondisi geografis, tingkat
Sementara itu, menurut Rusdiana dan Wardija (2013:2) bahwa manajemen pembiayaan
pendidikan adalah rangkaian aktivitas yang mengatur keuangan sekolah mulai dari dari
sekolah. Hal senada dijelaskan oleh Arwildayanto, Lamatenggo, dan Sumar (2017:2) bahwa
manajemen keuangan pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam
dan pelaporan uang yang dimiliki oleh suatu institusi (organisasi), termasuk di dalamnya
pendidikan, mengelola uang yang ada, menyiapkan dan melaksanakan instrumen adminsitratif
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diartikan bahwa pembiayaan sekolah adalah
aktivitas memproses pendapatan (input) yang tersedia, kemudian digunakan untuk belanja
lembaga pendidikan. Kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu
Manajemen pembiayaan pendidikan adalah aktivitas mengatur keuangan sekolah melalui fungsi-
tata kelola keuangan sekolah yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan.
Untuk itu, pembiayaan yang tepat sasaran harus diawali dengan perencanaan pendidikan yang
baik. Perencanaan pendidikan adalah usaha melihat ke masa depan dalam menentukan kebijakan,
prioritas, dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan yang ada dalam bidang
ekonomi, sosial, dan politik untuk mengembangkan potensi sistem pendidikan nasional,
7
memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut (Sedarmayanti,
Menurut Supriyadi (2010:4) dalam teori dan praktis biaya pendidikan baik pada tananan
1) Biaya langsung
pendidikan yang dikeluarkan secara langsung. Biaya tidak langsung merupakan biaya
2) Biaya pribadi
Biaya pribadi merupakan pengeluaran yang berasal dari keluarga peserta didik untuk
penyelenggaraan pendidikan, sedangkan biaya sosial adalah biaya yang berasal dari
3) Biaya Rutin
Biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu terus menerus contohnya gaji pendidik,
biaya operasional dan perawatanbangunan sekolah dan perabot sekolah contohnya air,
listrik dll.
pada satuan pendidikan, mulai dari tahapan dan alur dalam mengelola, penganggaran, serta
akuntabilitas dalam menggunakan biaya. Pada standar pembiayaan pendidikan ada tiga jenis
biaya, yakni :
8
dan lain-lainnya.
2. Biaya personal, yaitu pembiayaan pendidikan dikeluarkan oleh siswa guna dapat ikut
3. Biaya operasional, yaitu gaji guru dan tenaga kependidikan serta tunjangan, alat
habis dipakai, serta biaya operasional tidak langsung yakni air, alat komunikasi,
pemeliharaan alat, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan biaya
lain-lainnya.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu adanya standar pembiayaan minimal yang
ditentukan berdasarkan perhitungan semua biaya personal, yaitu gaji, tunjangan, ATK,
Dalam membedakan faktor-faktor kemahalan dan keunikan pada daerah, perlu adanya
indeks yang mengukur biaya di tiap-tiap daerah. Standar pembiayaan ini digunakan sebagai tolak
ukur kelayakan sekolah mengenai pembiayaan, serta dapat menjadi suatu pertimbangan terhadap
terhadap analisa keuangan memerlukan keahlian pemahaman perhitungan keuangan banyak yang
tidak dipahami.
menjadi landasan standar pembiayaan pendidikan. Bagian Standar Pembiayaan Bab IX PP SNP,
pembiayaan pendidikan meliputi biaya investasi, biaya operasional, serta biaya pribadi. Biaya
penyediaan sarana dan prasarana, serta pertumbuhan SDM dan modal kerja tetap, semuanya
Gaji untuk guru dan tenaga pendidik, dan semua tunjangan gaji, bahan/fasilitas yang
dapat dikonsumsi, ini termasuk kepada biaya operasional secara langsung dan biaya operasional
pendidikan yang tidak langsung meliputi: listrik, air, komunikasi, perbaikan peralatan dan
perlengkapan, upah lembur, transportasi, konsumsi, pajak, dan asuransi, baik itu operasional
langsung maupun tidak langsung adalah contoh biaya operasional unit atau satuan pendidikan.
Biaya pribadi termasuk biaya pendidikan yang harus dibayarkan oleh siswa/orang tua agar dapat
pribadi. Penyediaan peralatan pendidikan, serta pertumbuhan SDM dan modal kerja tetap
termasuk kepada contoh biaya investasi. Pengeluaran pribadi termasuk biaya pendidikan yang
Rancangan biaya kegiatan program kerja tahunan, termasuk biaya investasi, administrasi,
dan personil, menjadi dasar pembiayaan sekolah. Orang tua, masyarakat, pemerintah, dan
donatur dapat berkontribusi untuk pendanaan sekolah. Dalam menggunakan biaya wajib
Anggaran biaya pendidikan terdiri atas sisi anggaran penerimaan dan anggaran
pengeluaran. Menurut Nanang Fattah, anggaran penerimaan adalah pendapatan ynag diperoleh
setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Adapun
anggaran pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan
10
a. Pelaksanaan pelajaran
d. Kesejahteraan pegawai
e. Administrasi
g. Pendataan
2. Biaya Operasional
meliputi :
a. Gaji pendidikan dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada
gaji
personal, yaitu belanja pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peeserta didikuntuk mengikuti
keluaran pendidikan karena secara langsung, biaya tersebut berpengaruh terhadap kapasitas
3. Biaya Produksi
Seperti bidang usaha lainnya, lembaga pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan
Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan hal penting yang perlu dikaji atau analisis
adalah biaya satuan per peserta didik (unit cost). Biaya satuan di tingkat satuan pendidikan
merupakan agregate biaya pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah,
orangtua, dan masyarakat yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam satu
tahun pelajaran.
Besarnya biaya pendidikan pada satuan pendidikan berpengaruh terhadap kualitas proses
pembelajaran pada satuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fattah (2004), yaitu :
a. Hubungan positif dan kontribusi yang signifikan antara biaya dan kualitas belajar
mengajar
b. Hubungan positif dan kontribusi yang signifikan dengan mutu hasil belajar
c. Hubungan positif dan kontribusi yang signifikan antara mutu proses belajar mengajar
Indonesia 1945 (Amandemen IV) pasal menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang; negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
Diperkuat lagi dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional lebih lanjut telah mengatur beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan
yaitu pada Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas
tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Di samping itu disebutkan pula bahwa setiap
peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi
peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
Pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 menyatakan bahwa setiap warga negara yang
berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan Pemerintah
Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya, wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Ketentuan mengenai wajib
13
belajar sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
PP. Pendanaan Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip
Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan
serta dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan, serta manajemen
dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana penyelenggaraan pendidikan
Daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis,
subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13 menyatakan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan
Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan
Pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan Bab IX Pasal 62 Ayat (1) s/d (5) tentang
ruang lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum tentang Standar Pembiayaan pada Pasal 1
tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu standar pembiayaan pada Pasal 1 adalah mencakup
standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku
selama satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal‖.
1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi
kerja tetap.
3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada
gaji.
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
menyatakan bahwa SPM bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan atau
acuan bagi penyelenggaraan pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom.
Penyusunan SPM bidang Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu kepada Peraturan
Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi
sebagai Daerah Otonom mengisyaratkan adanya hak dan kewenangan Pemerintah Pusat untuk
membuat kebijakan tentang perencanaan nasional dan standarisasi nasional. Dalam rangka
053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang SPM yang diharapkan dapat digunakan sebagai
merupakan hasil revisi dari Kepmen sebelumnya sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam
sistem dan manajemen pendidikan nasional. Pada Kepmen ini pendidikan nonformal,
kepemudaan, olahraga, dan Pendidikan Usia Dini lebih ditonjolkan. Pendidikan nonformal
seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan ketrampilan
dan bermata pencaharian, kelompok bermain, pendidikan kepemudaan dan olahraga secara
modifikasi dan gabungan dari berbagai model pembiayaan pendidikan di Negara lain di dunia.
Model-model pembiayaan pendidikan itu pada prinsipnya memiliki dua sisi yaitu sisi
16
pengalokasian dan sisi penghasilan (Armida, dalam hidayat dan rusdiana, 2022:56). Sisi
pengalokasian biaya pendidikan ditentukan dari penerimaan atau perolehan biaya, yang
besarannya ditentukan dari dana yang diterima oleh lembaga pendidikan yang bersumber dari
pemerintah, orang tua dan masyarakat (Fattah, dalam hidayat dan rusdiana, 2022:57). Dimensi
alokasi biaya pendidikan juga terkait dengan target populasi yang disesuaikan dengan program
layanan pendidikan, kelengkapan untuk mencapai layanan pendidikan. Perhitungan unit biaya
masing-masing program yang dibiayai, ditentukan oleh kemampuan pemerintah lokal dan usaha
yang disepakati Negara bagian (Model Amerika Serikat). Sedangkan sisi penghasilan (revenue)
merupakan persentase dari penghasilan yang ditetapkan dari berbagai sumber seperti Negara
bagian, pemerintah pusat dan pemerintah lokal (Kabupaten dan Kota). Tipe pajak yang
ditetapkan (levy) oleh pemerintah merupakan penghasilan yang dialokasikan untuk mendukung
sekolah menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. (Mulyono, dalam hidayat dan rusdiana,
2022:57)
Lebih lanjut John dan Morphet (dalam hidayat dan rusdiana, 2022:57) menjelaskan
1. Flat grant model (model dana bantuan murni). Model ini memberikan kesan bahwa
akan menerima jumlah uang yang sama setiap murid pada masing-masing sekolah
memiliki sumber daya alamnya berlimpah (kaya) maupun yang tidak mendukung
(miskin). Model ini mirip dengan bantuan operasional sekolah (BOS) yang
2. Power equalization model (model persamaan kemampuan). Model ini bertitik tolak
masyarakat yang miskin tentu perlu menerima bantuan dana yang lebih serius
dibandingkan dengan masyarakat yang income-nya lebih tinggi. Karena itu sekolah
miskin akan memperoleh kesempatan sejajar dengan sekolah lainnya, artinya setiap
daerah akan menerima jumlah dana yang berbeda tiap tahun tergantung bagaimana
miskin akan menerima 5 per mil ditambah dengan 7 per mil dana dasar daerah. Model
ini juga menghendaki distrik yang kaya membayar pajak sekolah yang dikumpulkan
kembali ke negara. Selanjutnya negara menggunakan uang dari sekolah distrik yang
kaya itu untuk meningkatkan bantuan sekolah pada distrik yang miskin.
Pengalokasian biaya pendidikan menurut Thomas H. Jones (dalam hidayat dan rusdiana,
pemerintah Amerika Serikat saat ini, terdiri dari 6 model, antara lain :
1) Model Dana Bantuan Murni (Flat Grant Model) merupakan tipe bantuan
pendidikan pada Negara bagian tanpa mempertimbangkan jumlah uang yang berhasil
dikumpulkan dari pajak lokal atau pembagian anya daerah, jumlah bantuan sama rata
untuk semua siswa. Sehingga setiap sekolah mendapatkan bantuan sejumlah dana
yang sama, dihitung per siswa atau per unit pendanaan lainnya. Sebagaimana
penjelasan terdahulu, Model ini memberikan kesan bantuan pendidikan dengan sistem
ini membagi rata, sekolah yang jumlah siswanya banyak akan mendapatkan
pembiayaan (uang) lebih besar. Model Dana Bantuan Murni (Flat grant model) dalam
18
siswa. Sedangkan kekurangan dari model ini, antara lain: a) pemerintah tidak
pendanaan pendidikan ditanggung Negara Sepenuhnya (full state funding). Model ini
pemerintah federal dalam hal pembelanjaan dan perpajakan. Pendanaan sekolah akan
dikumpulkan di tingkat negara dan diberikan ke sekolah distrik dengan dasar yang
sama. Asas keadilan tentang perlakuan terhadap siswa dan pembayar pajak, serta
penerusnya.
3) Model Landasan Perencanaan (The Foundation Plan Model) ini ditekankan pada
patokan tarif pajak property minimum dan tingkat pembelanjaan untuk setiap distrik
sekolah lokal di Negara-negara bagian (federal). The foundation plan Model bantuan
pembiayaan pendidikan ini dari Negara tanpa mempertimbangkan kekayaan & pajak
masing-masing daerah. Negara dapat memberikan dana kepada daerah yang miskin
lebih banyak untuk setiap siswanya dibandingkan dengan daerah yang makmur.
19
Tujuan model ini adalah untuk menjaga sekolah dari kehancuran lebih parah pada
daerah- daerah yang miskin. Perilaku lain yang muncul dari penggunaan model
4) Model Perencanaan Pokok Jaminan Pajak (Guaranteed Tax Base Plan) model ini
merupakan matching plan, dimana persentase tertentu dari total biaya pendidikan
yang diinginkan oleh setiap distrik sekolah. Bantuan negara menjadi berbeda antara
apa yang diterima daerah per siswa dengan jaminan negara per siswa. Pembagian
persentasenya sangat tinggi di sekolah distrik yang miskin, dan rendah di sekolah
pemerintah Amerika Serikat sejak tahun 1920-an. Model ini merupakan kelanjutan
dari bentuk Guaranteed Tax Base, dimana negara menjamin untuk memadukan
sumber-sumber negara dan match berada pada suatu rasio variabel dana yang
diperlukan pada tiap murid & guru ke daerah-daerah yang kurang makmur. Jumlah
pendidikan yang berbeda, antara lain the resources cost model, models of choice and voucher
plans, weight student plan, historic funding, bidding model, discretion model (Thamrin
Abdullah, dalam hidayat dan rusdiana, 2022:59). Formulasi model pembiayaan pendidikan
masing-masing model ini tentunya berbeda satu sama lainnya, sebagai berikut :
a. Model Sumber Pembiayaan (The Resources Cost Model) yang dikembangkan oleh
mencerminkan kebutuhan berbeda dari kondisi ekonomi di setiap daerah. Model ini
suatu daerah.
bukti penerimaan dana untuk bersekolah melalui sistem voucher yang mencerminkan
subsidi langsung kepada pihak yang membutuhkan yaitu murid dan orang tua peserta
didik. Indonesia tahun 2004 pernah memberlakukan cara pembiayaan berupa voucher
c. Model Rencana Bobot Siswa (Weight Student Plan) merupakan model pembiayaan
siswa yang cacat (disabilitas), siswa program kejuruan atau siswa yang pandai dua
bahasa (akselerasi).
21
incrementalism, dimana biaya yang diterima satu sekolah mengacu pada penerimaan
e. Model Berdasarkan Usulan (Bidding Model) ini sekolah mengajukan usulan pada
sumber dana dengan berbagai acuan, kemudian sumber dana meneliti usulan yang
komponen-komponen apa yang perlu dibantu berdasarkan prioritas pada suatu tempat
Model pembiayaan pendidikan yang telah dijelaskan di atas memberi gambaran ada
Indonesia sulit merujuk kepada salah satu model pembiayaan seperti: pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan orang tua serta masyarakat secara ideal harus memberi biaya untuk
pendidikan. Di era otonomi daerah dan otonomi pendidikan persoalan pendanaan pembiayaan
pendidikan telah mengalami perubahan yang mendasar setelah melihat ada berbagai model
pembiayaan, misalnya tanggung jawab dan sumber biaya pendidikan ditanggung secara
bersamasama oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat berdasarkan prinsip keadilan,
pembiayaan, dan pengelolaan mempunyai tiga fungsi yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
22
evaluasi. Dalam penelitian ini yang akan dibahas yaitu perencanaan pembiayaan pendidikan,
datang diarahkan untuk tercapainya tujuan- tujuan dengan sarana yang optimal.
rumusan tujuan yang jelas, sebuah lembaga akan menggunakan sumber daya yang
secara tidak efektif. Kedua, merumuskan keadaan saat ini, pemahaman akan kondisi
sekarang dari tujuan yang hendak dicapai sangat penting, karena tujuan dan rencana
mengukur kemampuan dalam mencapai tujuan, oleh karena itu perlu dipahami
serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tahap akhir dalam proses perencanaan
pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,
oleh semua komponen yang terlibat, dan menghasilkan sebuah Rencana Anggaran
atau kegiatan pengurusan keuangan. Hal-hal yang perlu dibukukan dalam keuangan
prosedur pengelolaan yang selaras dengan kesepakatan yang telah disepakati, baik
berupa :
proses untuk memberikan kualitas yaitu nilai dari kegiatan pendidikan yang telah
melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut, ada
1. Memfokuskan evaluasi
2. Mendesain evaluasi
3. Mengumpulkan informasi
4. Menganalisis informasi
Evaluasi pembiayaan pendidikan merupakan alat untuk mengukur dari melihat hasil
rencana yang dicanangkan pada planning. Memberikan imbalan kepada staff sesuai
kegiatan mengukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan
metode dan alat bantu tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Mengamati tingkat
kurangnya, apakah kegiatan itu telah berjalan di atas rel yang sebenarnya dan tidak
menyimpang dari perencanaan atau tujuan yang telah ditetapkan. Sedang mengamati
dilakukan itu apakah merupakan cara yang terbaik atau paling tidak untuk mencapai
25
hasil yang sebesar besarnya dengan resiko yang sekecil-kecilnya, yang berarti apakah
cara kerja tertentu yang sudah dipergunakan mampu memberi hasil yang maksimal.
26
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
mahal karena pendidikan adalah investasi. Human Capital yang berupa kemampuan dan
kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja
memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan keterampilan dan
kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang sangat tinggi terhadap
tanggungjawab kita bersama, termasuk dalam hal pembiayaan. Peran masyarakat untuk
menyokong biaya pendidikan sangat penting diantaranya dengan menabung yang bermanfaat
Biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran baik yang berupa uang maupun bukan uang
sebagai ungkapan rasa tanggung jawab semua pihak (masyarakat, orang tua, dan pemerintah)
terhadap pembangunan pendidikan agar tujuan pendidikan yang dicita-citakan tercapai secara
efektif dan efisien, yang harus terus digali dari berbagai sumber, dipelihara, dikonsolidasikan,
DAFTAR PUSTAKA
Mimbar Pendidikan.
: Widya Padjadjaran
Fattah, N. (2004). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah.
(Konsep dan Prinsip Tata Kelola Biaya Pendidikan), Bandung : CV PUSTAKA SETIA
CENDEKIA MANDIRI
Rusdiana & Wardija. (2013). Manajemen Keuangan Sekolah (konsep, prinsip, dan
Syukri, M., Sitompul, I., & Banurea, O. K. (2020). Manajemen Pembiayaan Pendidikan.