Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DIMENSI-DIMENSI MANUSIA DAN IMPLIKASINYA


DALAM PENDIDIKAN

“Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Landasan
Kependidikan”

Dosen Pengampu: Dr. Khairuddin, M.Pd

Di Susun Oleh:

Fakhri
2209200050007
Reni Elfiana
2209200050001
Irma Suryani
2209200050013

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sederhana dengan judul “Dimensi-Dimensi Manusia
dan Implikasinya dalam Pendidikan”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman referensi dalam pengkajian tema serupa.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah
Landasan Kependidikan yaitu bapak Dr. Khairuddin, M.Pd yang telah
memberikan bimbingan dan masukannya selama proses pembelajaran
berlangsung.
Makalah ini kami akui pasti terdapat beberapa kekurangan, oleh karena
itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Lebih dan
kurang kami ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, 30 Agustus 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4


A. Hakikat Manusia dalam Pendidikan ..................................................... 4
B. Hakikat Pendidikan ............................................................................ 10
C. Dimensi-Dimensi Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan ......... 12

BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 17


DAFTAR KEPUSTAKAAN ............................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang
mempunyai keistimewaan dan kemampuan dalam banyak hal, sehingga membuat
manusia dapat mempelajari banyak hal dengan mudah. Sedangkan pendidikan
bagi manusia bertujuan sebagai proses untuk memberikan manusia berbagai
macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Karena melalui adanya
pendidikan berkaitan erat dengan bagaimana manusia dipandang dalam hidup.
Hakikat manusia dari sisi penciptaannya merupakan makhluk yang sempurna
karena dibekali dengan akal. Manusia yang berakal akan selalu berpikir tentang
kelangsungan hidupnya dan generasinya.
Secara umum pendidikan merupakan suatu pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekolah. Proses pendidikan juga berlangsung
sepanjang hidup manusia selama setiap saat, mulai dari manusia dilahirkan hingga
akhir hidupnya di dunia. Pendidikan merupakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan situasi hidup yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan
individu, baik pengaruh positif ataupun pengaruh negatif.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam keseluruhan
aspek kehidupan manusia, hal itu disebabkan karena pendidikan berpengaruh
langsung terhadap perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Manusia
membutuhkan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Fungsi pendidikan
adalah mengupayakan penumbuhan potensi dasar yang dimiliki manusia dengan
memelihara, mengembangkan dan meningkatkan budaya dan lingkungan, serta
membantu manusia dalam mengoptimalkan hasil interaksi potensi yang
dimilikinya dengan budaya yang berkembang sehingga tercipta kepribadian yang
utama.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Ketentuan Umum Pasal 1 yang
menjalaskan mengenai makna pendidikan yang berbunyi “Pendidikan adalah

1
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
Tujuan pendidikan tidak jauh berbeda dengan tujuan hidup yang bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu agar dapat
menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negara. Sedangkan tujuan
pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional yaitu untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Konsep yang dilahirkan dalam pendidikan dibagi ke dalam dua hal yaitu
long-life education dan pendidikan alam. Long-life education merupakan
pendidikan seumur hidup yang bermakna bahwa pendidikan adalah bagian dari
kehidupan itu sendiri. Pendidikan adalah hidup, pengalaman belajar dapat
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hayat. Pendidikan
merupakan segala sesuatu dalam kehidupan yang berpengaruh terhadap
terbentuknya pemikiran dan cara bertindak suatu individu. Pendidikan alam
merupakan suatu pandangan yang meyakinkan bahwa alam kehidupan dengan
ruang dan lingkungannya yang berisi berbagai macam benda-benda dan
melahirkan pengalaman-pengalaman yang merupakan tempat pendidikan bagi tiap
manusia. Pengalaman akan ruang dan waktu adalah pengalaman pendidikan yang
baik bagi semua manusia. (Nurani Soyomukti, 2015:22).
Pada dasarnya pendidikan melakukan pengembangan terhadap setiap
dimensi manusia. Sedangkan pengembangan dapat dikatakan utuh apabila
terlaksananya dimensi-dimensi manusia terhadap pendidikan agar dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Dimensi-dimensi manusia tersebut diuraikan
kedalam beberapa macam yaitu dimensi keindividualan, dimensi kesosialan,
dimensi kesusilaan, dimensi keberagaman dan dimensi kesejarahan.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan
masalah yaitu:
1. Apa Hakikat Manusia dalam Pendidikan?
2. Bagaimana Hakikat Pendidikan?
3. Apa Saja Dimensi-Dimensi Manusia dan Bagaimana Implikasinya dalam
Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pada penulisan
makalah ini yaitu untuk:
1. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia dalam Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Hakikat Pendidikan.
3. Untuk Mengetahui Dimensi-Dimensi Manusia dan Implikasinya dalam
Pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan makalah yang telah diuraikan diatas, maka
manfaat penulisan makalah ini yaitu:
1. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan materi
atau referensi mengenai dimensi-dimensi manusia dan implikasinya dalam
pendidikan.
2. Bagi pihak lain, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan atau
pertimbangan yang dapat digunakan sebagai referensi atau bahan
penelitian lebih lanjut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia dalam Pendidikan


1. Makna Hakikat
Kata hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti inti sari atau
dasar; kenyataan yang sebenarnya (sesungguhnya). Menurut W.J.S.
Poerwadarminta dalam Abd. Rahman (2021:119) Dalam kamus bahasa Indonesia,
hakikat diartikan sebagai kebenaran atau kenyataan. Hakikat juga disebut sebagai
Lubb yang mempunyai arti dalam atau saripati, mungkin juga dapat diartikan
sebagai inti atau esensi.
Secara terminologis, hakikat adalah kemampuan seseorang dalam
merasakan kedekatan dan kehadiran Allah di dalam syari'at itu, sehingga hakikat
adalah aspek yang paling penting dalam setiap amal, inti dan rahasia dari syari'at
yang merupakan tujuan perjalanan orang shalih. Hakikat juga dapat diartikan
sebagai sebuah afirmasi (penegasan) akan eksistensi wujud, baik yang diperoleh
melalui penyingkapam dan penglihatan langsung mengalami kondisi-kondisi
spiritual, atau mengafirmasi akan ketunggalan Tuhan. Tokoh sufi lainnya, Ahmad
Sirhindi, mendefinisikan hakikat sebagai persepsi akan realitas dalam pengalaman
mistik. (Abd. Rahman, 2021:119)
2. Eksistensi Hakikat Manusia
Manusia didefinisikan sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia, yang
diciptakan oleh Tuhan dengan sebaik-baik ciptaannya yang paling sempurna dan
paling mulia. Manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan fitrah atau suci,
tidak berdosa, sebagaimana dalam Islam dikatakan bahwa "Semua anak dilahirkan
dalam keadaan suci, orangtuanyalah yang menjadikan dia majusi atau nasrani”.
Hal ini berarti bahwa semua manusia secara fitrahnya adalah makhluk yang
bersih, suci, benar, dan luhur, serta menolak hal-hal yang salah, yang tidak
berguna, dan tidak terpuji. Oleh sebab itu, fitrah manusia yang baik ini perlu
dipelihara dan dikembangkan dalam hidupnya agar tetap terjaga dan terpelihara
sifat kefitrahan tersebut. (Syafril dan Zulhendri Zen, 2017:13)

4
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk monodualis. Artinya manusia
yang nampaknya satu sebenarnya terdiri dari dua unsur yaitu unsur jiwa dan unsur
raga, yang merupakan dua kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebutan manusia
tetap diberikan selama kedua unsur tersebut belum berpisah, artinya jiwa tetap ada
dalam raga dan raga tetap ada pada jiwa. Manusia dikenal pula sebagai makhluk
alternatif, juga dinilai sebagai makhluk potensial yang dapat berkembang dan
dikembangkan. Dimaksud sebagai makhluk alternatif adalah karena manusia
dianugerahkan kemampuan untuk menentukan arah dan pilihan hidupnya.
Semuanya itu menjadi mungkin, karena manusia dianugerahkan oleh Allah swt.
sejumlah potensi yang berpeluang untuk dikembangkan, dan sekaligus mampu
untuk menjadikan dirinya sebagai makhluk yang berperadaban.
Keberadaan manusia dari sejak dari kelahirannya terus mengalanmi
perubahan-perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Manusia yang
merupakan makhluk hidup dengan akal budi memiliki potensi untuk terus
melakukan pengembangan. Salah satu bentuk pengembangan manusia, yaitu
melalui pendidikan. Pada sisi lain, manusia merupakan makhluk yang bergelut
secara intens dengan pendidikan. Itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal
educandum dan animal educandus secara sekaligus yaitu sebagai makhluk yang
dididik dan makhluk yang mendidik. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk
yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap
orang lain maupun terhadap dirinya sendiri.
S.Sumantri dalam Mahmudi (2022:1) menyimpulkan bahwa pengertian
hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang
manusia dan makna eksistensi manusia di dunia; atau pengertian hakikat manusia
berkenaan dengan "prinsip adanya" manusia. Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa hakikat manusia adalah konsep dasar manusia dengan dimensi yang
sesungguhnya, baik unsur jasmani dan unsur rohani dengan segala potensi atau
karateristik khas yang dimiliki manusia itu sendiri.
Prayitno (2009) dalam Husamah (2019:8-9) secara sistematis
mengemukakan beberapa pandangan para ahli mengenai hakikat manusia dengan

5
merujuk dari pandangan-pandangan para ahli mulai dari pandangan yang paling
lama sampai pada pandangan yang paling baru.
a) Plato menjelaskan manusia pada hakikatnya ditandai oleh adanya
kesatuan antara apa yang ada pada dirinya, yaitu pikiran, kehendak, dan
nafsu.
b) Descarten menjelaskan manusia terdiri dari unsur dualistik, jiwa dan
badan. Jiwa tidak bersifat bendawi, abadi dan tidak dapat mati,
sedangkan badan bersifat bendawi dapat sirna dan menjadi sasaran
filsafat fisika. Antara badan dan jiwa terdapat pertentangan yang
berkelanjutan tak terjembatani; badan dan jiwa itu masing-masing
mewujudkan diri dalam berbagai hal sendiri-sendiri. Namun demikian,
manusia adalah jiwanya.
c) Adler menjelaskan manusia tidak semata-mata bertujuan memuaskan
dorongan-dorongan dirinya, tetapi juga termotivasi untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial dan pemenuhan kebutuhan dalam mencapai
segala sesuatu. Tingkah laku individu ditentukan oleh lingkungan,
pembawaan, dan individu itu sendiri.
d) Rogers menjelaskan manusia adalah makhluk rasional,
tersosialisasikan, dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Dalam
kondisi yang memungkinkan, manusia akan mampu mengarahkan diri
sendiri, maju, dan menjadi individu yang positif dan konstruktif.
e) Glasser menjelaskan bahwa tindakan manusia didorong untuk
memenuhi kebutuhan dasar (baik psikologikal maupun fisiologikal),
yang sama untuk semua orang. Kebutuhan fisologikal adalah segala
sesuatu untuk mempertahankan kesadaran organisme, sedangkan
kebutuhan psikologikal terarah untuk mencintai dan dicintai, serta
berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Sinergi antara pemikiran keyakinan teologi spiritual, ilmiah intelektual dan
emosional, manusia diciptakan dari tanah, hidup, berkembang biak, mencari
nafkah, membangun di atas tanah, dan akhirnya meninggal dikubur di dalam

6
tanah serta luluh menjadi tanah. Hal tersebut berdasarkan sebagaimana dijelaskan
dalam beberapa dalil dalam Al-Qur’an
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu
pemakmurnya...”(Qs Hûd [11]: 61)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati
tanah”. (Qs al-Mu'minûn [23]: 12)
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-
gunung dan Kami tumbuhkan segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami
telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup dan (Kami
menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi
rezeki padanya”. (Qs al-Hijr [151]: 19-20)
Berdasarkan Referensi dari dalil diatas menjelaskan tanah atau bumi yang
dimaksudkan dalam konteks kajian ini ialah permukaan, lapisan bumi bagian
paling atas atau daratan. Dari keterangan ayat-ayat di atas, menjelaskan bahwa
adanya proses ekosistem antara manusia yang berasal dari tanah dengan tanah
sebagai tempat manusia dan makhluk hidup lainnya melangsungkan hidup dan
kehidupannya. (Herman Khaeron 2019:55)
3. Hakikat Manusia dalam Pendidikan
Menurut Eliana Siregar dalam Abd. Rahman (2022:2), pengertian hakikat
manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Allah SWT. Hakikat manusia dapat diartikan sebagai seperangkat
gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi
manusia di dunia; atau pengertian hakikat manusia berkenaan dengan "prinsip
adanya" manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa hakikat manusia
adalah konsep dasar manusia dengan dimensi yang sesungguhnya, baik unsur
jasmani dan unsur rohani dengan segala potensi atau karateristik khas yang
dimiliki manusia itu sendiri.
Menurut Ayu dan Junaidah dalam Muhammad Alqadri Burga (2019: 24).
Lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan pendidikan
karena lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan negatif terhadap

7
pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, sikap, akhlak, serta perasaan
keberagamaannya.
Menurut Saat dalam Muhammad Alqadri Burga (2019: 24) Lingkungan
pendidikan pada dasarnya dibagi menjadi tiga macam yang dikenal degan tripusat
pendidikan, yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pertama, keluarga merupakan lingkungan yang paling banyak
mempengaruhi kondisi psikologi dan spiritual anak. Oleh karena itu, cara, bentuk,
dan isi pendidikan dalam keluarga sebagai upaya optimalisasi fitrah sangat
mempengaruhi perkembangan watak, budi pekerti, dan kepribadian anak sebagai
modal interaksi pada lingkup masyarakat yang lebih luas.
Kedua, sekolah sebagai follow up dari pendidikan keluarga karena
memberikan pendidikan kepada anak yang tidak didapatkan dalam keluarga.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari guru (pendidik) dan
siswa (peserta didik). Pendidik hendaknya dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung berkembangnya potensi peserta didik, karena seorang peserta didik
akan selalu mengikuti apa yang sudah diajarkan dan bahkan mengikuti apapun
yang dilakukan oleh pendidik. Hal ini menuntut adanya sifat keteladanan yang
baik pada figur seorang pendidik.
Ketiga, masyarakat merupakan tempat pergaulan sesama manusia dan
lapangan pendidikan yang luas. Dengan demikian, dalam pergaulan sehari-hari
antara seseorang dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, atau anggota
masyarakat yang lain mengandung gejala-gejala pendidikan (interaksi edukatif).
Para tokoh tersebut dituntut dalam pergaulannya memberi pengaruh positif,
menuju kepada tujuan yang mencakup nilai-nilai yang tinggi atau luhur, sehingga
anak tetap berada pada garis-garis fitrah yang telah dianugerahkan Allah
Kepadanya. (Muhammad Alqadri Burga, 2019:24)
Keberadaan dan sifat hakikat manusia senantiasa menarik untuk dipelajari
dan digali dari berbagai macam sudut pandang disiplin ilmu. Sebab manusia
merupakan makhluk hidup dengan banyak aspek yang melingkupinya menjadi
kajian ilmu yang tidak mudah mengering terus-menerus menjadi sumber kajian.
Sedangkan kajian terhadap keberadaan dan sifat hakikat manusia akan

8
memberikan pengertian dan kesadaran tentang hakikat manusia dan hal tersebut
dapat menjadi pegangan hidup manusia.
Menurut Abdul Rahmat dalam Mahmudi (2022:3-4), hakikat manusia
dapat ditinjau dari keragaman pandangan, antara lain.
1. Perspektif Filsafat
Menurut filsuf Plato, manusia adalah makhluk berakal dan akal
manusia berfungsi mengarahkan budi.
2. Perspektif Antropologi
Manusia tergolong primata yang paling sempurna jasmani dan
rohani, sehingga tidak tertutup kemungkinan melahirkan perilaku dalam
berbagai bentuk lain implikasinya.
3. Perspektif Psikologi Modern
Menurut aliran Behaviorisme, manusia adalah makhluk netral.
Ketika manusia dilahirkan,pada dasarnya tidak membawa bakat apa-apa.
Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus dalam lingkungannya.
4. Perspektif Psikologi Humanistik
Manusia pada dasarnya mempunyai potensi yang baik dan
kemampuan yang tak terhingga serta memiliki otoritas atas kehidupannya
sendiri. Manusia memiliki kualitas insani yang unik yaitu kemampuan
abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreativitas, kebebasan
kehendak, tanggung jawab, aktualisasi diri, sikap etis dan estetika.
5. Perspektif pendidikan
Manusia adalah homo educatif. Ketidakberdayaan manusia ketika
lahir menjadi peluang bahwa manusia adalah makhluk yang dapat dididik.
6. Perspektif Sosiologi
Manusia adalah homo sosio yaitu makhluk bermasyarakat. (Mahmudi,
2022:2-3)

9
B. Hakikat Pendidikan
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia telah diatur melalui Undang-
Undang (UU). Sejak Undang-undang (UU) No. 4 Tahun 1950, melalui UU No. 2
Tahun 1989 dan terakhir UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, penyelenggara Negara Nampak telah berusaha untuk menterjemahkan
amanat yang tertulis dalam UUD 1945 tersebut. Upaya mencerdaskan kehidupan
melalui diusahakannya dan diselenggarakannya satu sistem pendidikan nasional,
sebagai terbukti dari rumusan tujuan pendidikan nasional yang hakekatnya
menggambarkan karakteristik manusia Indonesia yang terdidik yang selalu
meliputi dimensi karakter, kepribadian, di samping kecerdasan yang bila tercapai
akan melahirkan generasi muda yang mampu mendukung terwujudnya
masyarakat bangsa Indonesia yang cerdas kehidupannya.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 1 Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Fungsi dan tujuan pendidikan UU RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal
3 yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Abdul Kodir dalam Cindy Priscilla dan Deddy Yusuf Yudhyarta (2021:66)
mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia merupakan
implementasi dari empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO. Empat
pilar tersebut yaitu: (1) Learning to know (belajar mengetahui); (2) Learning to do
(belajar melakukan sesuatu); (3) Learning to live together (belajar hidup

10
bersama); dan (4) Learning to be (belajar menjadi sesuatu). Sebagaimana yang
dijelaskan pada gambar dibawah.

Pendidikan secara fungsional memainkan peran utama dalam perubahan


keberadaan atau kehidupan manusia terutama dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan. Potensi manusia berupa akal yang baik digunakan untuk berpikir,
bernalar dan memecahkan suatu masalah dalam kehidupan, tentunya membuat
manusia untuk membuat dan menemukan solusi yang tepat dalam menangani
masalah tersebut. Dari hal tersebut indikasi yang nyata dari akal manusia dalam
memperoleh informasi setiap saat, manusia memiliki komponen yang tepat dalam
memperoleh informasi dari seseorang yang digunakan sebagai sumber perspektif
informasi kepada masyarakat luas khususnya sistem pendidikan. Pendidikan
berarti bimbingan manusia dewasa kepada anak-anak, orang-orang yang lebih tua
kepada yang lebih muda dan sebaliknya untuk dapat memberikan arahan,
pengajaran, peningkatan moral dan pelatihan intelektual sesama manusia baik itu
secara individu dan kelompok. (Ayu Lika Rahmadani & Ghufran Hasyim
Achmad, 2022:1805).

11
C. Dimensi-Dimensi Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan
Dimensi-dimensi manusia diuraikan kedalam beberapa dimensi,
diantaranya yaitu: dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi
kesusilaan, dimensi keberagamaan dan dimensi Kesejarahan. Dimensi-dimensi
tersebut sebagaimana diuraikan oleh Tirtarahardja dan La Sulo (1985) dalam
Rahmat Hidayat dan Abdillah (2019:8).
1. Dimensi Keindividualan
Dimensi manusia sebagai makhluk individu dalam pendidikan yaitu
melalui proses pendidikanlah manusia mendapatkan berbagai pengalaman dan
perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga dengan demikian
manusia dapat mengembangkan potensi memenuhi segala kebutuhannya dalam
hidup. (Mahmudi, 2022:15)
Manusia sebagai makhluk individual dimaksudkan sebagai orang seorang
yang utuh yang terdiri dari kesatuan fisik dan psikis. Keberadaan manusia sebagai
individual bersifat unik (unique), artinya berbeda antara satu dari yang lainnya.
Setiap manusia sama mempunyai mata, telinga, kaki, dan anggota tubuh lainnya,
namun tidak ada yang persis sama bentuknya. Demikian juga manusia memiliki
perasaan, pikiran, kata hati, dan unsur psikis lainnya, namun tidak ada dua
manusia yang persis sama di muka bumi ini, karena setiap orang kelak akan
diminta pertanggungjawaban atas sikap perilakunya. Kesadaran manusia akan
dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia.
Kesadaran terhadap diri sendiri mencakup pengertian yang sangat luas, di
antaranya kesadaran akan adanya diri di antara realitas, self respect, self narcisme,
egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan orang lain, dan
kesadaran terhadap potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar dari selfrealisasi.
Makin manusia sadar akan dirinya sendiri, maka ia akan makin sadar terhadap
lingkungannya karena manusia bagian dari lingkungannya.
Antarhubungan dan antaraksi pribadi akan melahirkan konsekuensi hak
dan kewajiban. Manusia sebagai individu memiliki hak sebagai kodrat alami atau
sebagai anugerah Tuhan kepadanya. Hak asasi sebagai pribadi terutama hak

12
hidup, hak kemerdekaan, dan hak memiliki. Konsekuensi dari adanya hak, maka
manusia pun menyadari kewajiban-kewajiban dantanggung jawab moral.
Manusia memerlukan perawatan dan pendidikan dari manusia lain di
lingkungannya. Ketergantungannya terhadap orang lain yang disebut sebagai
pendidik adalah dalam proses pembinaannya untuk dapat mandiri. Sehubungan
dengan itu, Langeveld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk
mandiri yang sangat kuat, meskipun di sisi lain pada anak terdapat rasa tidak
berdaya, sehingga memerlukan pihak lain (pendidik) yang dapat dijadikan tempat
bergantung untuk memberikan perlindungan dan bimbingan. Potensi-potensi yang
dimiliki anak perlu ditumbuhkembangkan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab
tanpa dibina melalui pendidikan, benih-benih potensial yang bersifat individual
yang memungkinkan terbentuknya kepribadian yang unik menjadi sia-sia. Dengan
kata lain, kepribadian seseorang tidak akan terbentuk dengan semestinya,
sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai
miliknya.
Fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk
membentuk kepribadiannya, atau menemukan kepribadiannya sendiri.
Pemahaman pendidik yang tepat terhadap karakteristik peserta didiknya secara
individual sangat diperlukan dalam proses pendidikan.Sebab setiap individu
memiliki latar belakang dan kebutuhan yang berbeda yang menuntut pelayanan
pendidikan yang berbeda juga. Suasana pendidikan yang kondusif yang
menyenangkan, yang merangsang rasa ingin tahu yang lebih kuat, memungkinkan
peserta didik merasa bergairah, memiliki percaya diri yang positif, dan dapat
mengembangkan kreativitasnya secara optimal. Oleh sebab itu, seorang pendidik
harus mampu menciptakan dan memelihara suasana tersebut dengan memilih dan
memvariasikan pendekatan pelajarannya sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Pelayanan pendidikan yang tepat tentu akan melahirkan individu-individu
yang memiliki kepribadian yang mantap. (Syafril dan Zulhendri Zen, 2017:14-15)

13
2. Dimensi Kesosialan
Manusia adalah makhluk yang tidak mungkin dapat berdiri sendiri dan selalu
memerlukan interaksi dengan manusia lain, saling menerima dan memberi
seseorang. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus mengarahkan pada
pengembangan manusia sebagai makhluk sosial adalah membentuk manusia yang
dapat bekerja sama dengan orang lain dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial sekitarnya.
Dimensi manusia sebagai makhluk sosial dalam pendidikan yaitu melalui
pendidikan dapat terbentuknya perwujudannya manusia sebagai makhluk sosial di
dalam lingkungan baik itu lingkungan pendidikan maupun lingkungan
masyarakat. Terutama hal tersebut dapat dilihat pada kenyataan bahwa tidak ada
manusia yang mampu hidup tanpa bantuan orang lain. (Mahmudi, 2022:13-15)
Peranan manusia sebagai makhluk sosıal karena di dalam dirinya terdapat
dorongan agar saling berhubungan dengan masyarakat yang lain. Manusia
memiliki kebutuhan untuk hidup secara kelompok dengan masyarakat dan
berteman dengan manusia lain. (Elok Nawangsih dan Ghufran Hasyim Achmad,
2022:3043). Manusia sebagai makhluk sosial telah dijelaskan dalam Al-qur'an
surah Al-Hujurat ayat 13) yang berisi:
"Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu
berbengsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kami di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa, sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti”.
3. Dimensi Kesusilaan
Dimensi atau aspek yang tidak kalah pentingnya dalam kehidupan
manusia adalah pengembangan manusia sebagai makhluk susila, karena hanya
manusia yang memiliki kesadaran dalam menghayati dan mematuhi norma dan
nilai-nilai dalam kehidupannya, karena dengan akal manusia dapat menetapkan
dan memilih norma yang baik dan buruk untuk diterapkan sebagai pola perilaku
kehidupannya. Sebab dengan pendidikan akan dapat diusahakan terbinanya
manusia-manusia pendukung nilai-nilai moral, norma, kaidah dan norma susila

14
yang dijunjung masyarakat, ataupun norma agama serta terinternalisasi nilai-nilai
luhur dalam kehidupannya.
Dimensi manusia dalam kesusilaan dalam pendidikan dapat dilihat melalui
pendidikan manusia sebagai pendidikan yang mampu mengusahakan anak didik
supaya menjadi manusia pendukung norma agama, kaidah dan nilai-nilai susila.
(Mahmudi, 2022:13-15)
4. Dimensi Keberagamaan
Manusia adalah makhluk yang religius, yang mengakui bahwa ada suatu
Dzat yang menguasai alam beserta isinya, yang dipuja, dan disembahnya yang
disebut llahi, yaitu Tuhan. Manusia pada dasarnya tunduk dan patuh kepada
Tuhan, kepada ajaran-ajaran yang disampaikan melalui kitab suci-Nya. Dalam
Islam dikatakan pada saat roh ditiupkan ke rahim ibu, maka pada saat itu ia
berjanjí akan menghambakan diri kepada-Nya. Lalu, kesempatan berada di
permukaan bumi ini adalah untuk membuktikan janjinya. Allah berfirman bahwa
tidaklah diakui seseorang itu beriman sebelum keimanannya diuji selama berada
di muka bumi. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya kini dan
untuk masa yang akan datang. Agama merupakan sandaran vertikal dalam
kehidupan manusia. Agar manusia menjadi nmakhluk yang tunduk dan patuh
kepada Tuhannya, maka perlu diberikan pendidikan agama sejak dini.
Penanggung jawab utama dan pertama dalam pendidikan agama ini adalah
orangtua. Pada mulanya anak akan meniru-niru perilaku orangtuanya dalam
menjalankan agama, kemudian secara perlahan orang tua perlu memberikan
pemahaman tentang peranan agama dalam kehidupan manusia. Pendidikan agama
tidak hanya tanggung jawab guru agama, tetapi merupakan tanggung jawab semua
guru di sekolah dan tanggung jawab setiap orang untuk saling menasihati pada
kebenaran terhadap semua-nya. (Syafril dan Zulhendri Zen, 2017:18)
5. Dimensi Kesejarahaan
Dimensi di dalam pendidikan pada dasarnya melakukan pengembangan
terhadap setiap dimensi manusia. Sedangkan pengembangan dikatakan utuh
apabila terlaksananya dimensi-dimensi manusia terhadap pendidikan dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.

15
Dimensi kesejarahan ini bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah
makhluk historis, makhluk yang mampu menghayati hidup dimasa lampau, masa
kini, dan mampu membuat rencana-rencana kegiatan-kegiatan di masa yang akan
datang. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang menyejarah.
Pengembangan semua potensi atau dimensi kemanusiaan itu dilakukan melalui
dan dengan pendidikan. Atas dasar inilah maka antara pendidikan dan hakikat
manusia ada kaitannya. Dengan dan melalui pendidikan, semua potensi atau
dimensi kemanusiaan dapat berkembang secara optimal. Arah pengembangan
yang baik dan benar yakni ke arah pengembangan yang utuh dan komprehensif.
(Hidayat, Rahmat dan Abdillah, 2019:10)

16
BAB III
KESIMPULAN

1. Hakikat manusia dari sisi penciptaannya merupakan makhluk yang


sempurna karena dibekali dengan akal. Manusia yang berakal akan selalu
berpikir tentang kelangsungan hidupnya dan generasinya. Dalam hal ini
lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan
pendidikan karena lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan
negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa, sikap, akhlak, serta
perasaan keberagamaannya.
2. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Adapun tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia
merupakan implementasi dari empat pilar pendidikan yang dicanangkan
UNESCO. Empat pilar tersebut yaitu: (1) Learning to know (belajar
mengetahui); (2) Learning to do (belajar melakukan sesuatu); (3)Learning
to live together(belajar hidup bersama); dan (4) Learning to be(belajar
menjadi sesuatu).
3. Dimensi-dimensi manusia diuraikan kedalam beberapa dimensi, diantaranya
yaitu: dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan,
dimensi keberagamaan dan dimensi Kesejarahan.
a. Dimensi keindividualan, dalam Pendidikan manusiasebagai makhluk
individual mendapatkanberbagai pengalaman dan perkembangan
kognitif, afektif dan psikomotorikmelalui Pendidikan.
b. Dimensi kesosialan, melalui Pendidikan dapatterbentukperwujudannya
manusia sebagai makhluk sosial, dapat dilihat padakenyataan bahwa
tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa bantuan orang lain.
c. Dimensi kesusilaan, manusia dalam kesusilaan dalam pendidikan dapat
dilihat melalui pendidikan manusia sebagai pendidikan yang mampu
mengusahakan anak didik supaya menjadi manusia pendukung norma
agama, kaidah dan nilai-nilai susila.

17
d. Dimensi keberagaman, Manusia adalah makhluk yang religius, yang
mengakui bahwa adasuatu Dzat yang menguasai alam beserta isinya,
yang dipuja, dan disembahnya yang disebut llahi, yaitu Tuhan. Agar
manusia menjadi nmakhluk yang tundukdan patuh kepada Tuhannya,
maka perlu diberikan pendidikan agamasejak dini. Penanggung jawab
utama dan pertama dalam pendidikanagama ini adalah orangtua.
e. Dimensi kesejarahan, manusia adalah makhluk yang menyejarah.
Pengembangan semua potensi atau dimensi kemanusiaan itu dilakukan
melalui dan dengan pendidikan. Dengan dan melalui pendidikan, semua
potensi atau dimensi kemanusiaan dapat berkembang secara optimal.

18
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bulga, Muhammad Alqadri. 2019. Hakikat Manusia sebagai Makhluk Pedagogik.


Al-Musannif: Jurnal Pendidikan Islam dan Keguruan. Vol 1 No 1.
Hidayat, Rahmat dan Abdillah. 2019. Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori, dan
Aplikasinya”. Medan: Penerbit LPPPI.
Husamah, dkk. 2019. Pengantar Pendidikan. Malang: Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang.
Khaeron, Herman. 2019. Islam, Manusia, dan Lingkungan. Bandung: Penerbit
Nuansa Cendekia.
Mahmudi. 2022. Ilmu Pendidikan Mengupas Komponen Pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Deepublish.
Nawangsih, Elok dan Ghufran Hasyim Achmad. 2022. Hakikat Manusia dalam
Konteks Pendidikan Islam. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol 4 No 2.
Priscilla, Cindy dan Deddy Yusuf Yudhyarta. 2021. Implementasi Pilar-Pilar
Pendidikan UNESCO. Asatiza: Jurnal Pendidikan.Vol 2 No 1.
Rahmadani, Ayu Lika dan Ghufran Hasyim Achmad. (2022). Pemikiran
Pendidikan lkhwan Al-Shafa Tentang Religius-Rasional dan Relevansi di
Era Modern. Edukatif: Jurnal lImu Pendidikan. Vol 4 No 2.
Rahman, Abd. 2021. Hakikat Ilmu Tasawuf. Sulawesi Selatan: CV. Kaaffah
Learning Center.
Syafril dan Zulhendri Zen. 2017. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Penerbit
Kencana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

19

Anda mungkin juga menyukai