Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP HAKIKAT PENDIDIKAN

DOSEN: DR. H. MASYKUR H. MANSYUR, DRS, MM.

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

❖ PUTRI LAILIYATUL AZIZAH (2110631110170)


❖ RAHMAWATI ISTIQOMAH (2110631110176)
❖ REGINAS WERI LARAS MITA (2110631110178)
❖ SYELLEN EDWID NIVACINDERA (2110631110198)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM / 1E

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatNya maka kami
dapat meyelesaikan penyusunan makalah dasar–dasar Pendidikan “Konsep Hakikat
Pendidikan”.

Penulisan makalah adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah dasar–dasar Pendidikan.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Karawang, 04 Oktober 2021


Daftar Isi

Daftar Isi........................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN...........................................................2

1.1 Latar Belakang...................................................................2

1.2 Rumusan Masalah............................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................3

1.4 Manfaat Penulisan……………………………………......3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................4

2.1 Pengertian Hakikat Pendidikan ..........................................4

2.2 Faktor Pengaruh Hakikat Pendidikan…………………….7

2.3 Hakikat Pendidikan Mneurut Pandangan Islam….…...….10

BAB III PENUTUP.......................................................................12

3.1 Kesimpulan.........................................................................12

3.2 Saran...................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................13

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia
dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi
apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Sejak dahulu dari
generasi ke generasi, walaupun berawal dari sesuatu yang sederhana, sesungguhnya
pendidikan sudah ada. Pengetahuan, pemahaman dan pengalaman tentang pendidikan
senantiasa perlu dipersegar dan diperkaya, mengingat ilmu, konsep tentang pendidikan
adalah hasil pemikiran manusia yang bersifat dinamis, berubah – ubah karena pengaruh
situasi dan kondisi kehidupan umat manusia pada umumnya. konsep pendidikan selalu
mengalami perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan peradaban umat manusia di
dunia dalam berbagai aspek kehidupan.

Pemahaman yang baik tentang hakikat pendidikan akan memperkaya wawasan dan
memantapkan kepercayaan diri si pendidik karena si pendidik memiliki pegangan yang
kuat dalam melakukan berbagai upaya pendidikan. Menyadari peran penting pendidikan,
maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami terlebih dahulu konsep
dan hakikat pendidikan. Pemahaman tentang konsep dan hakikat pendidikan akan
menyebabkan kita memahami peran, mendudukkannya, dan menilai pendidikan secara
proporsional.

1.2 Rumusan Masalah

Dari permasalahan di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam makalah ini
adalah Apakah konsep dan hakikat pendidikan yang sesungguhnya?

2
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberi pemahaman
kepada pembaca mengenai konsep dan hakikat pendidikan serta hal – hal yang
terkandung didalamnya.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami konsep dan hakikat pendidikan

2. Dapat mendorong keinginan pembaca untuk mengetahui lebih banyak dan


mendalam tentang konsep dan hakikat pendidikan

3. Memperkaya wawasan dan memantapkan kepercayaan diri pembaca karena


pembaca akan memliki pegangan yang kuat dalam melakukan berbagai upaya
pendidikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hakikat Pendidikan

Hakikat Pendidikan adalah pendidikan untuk manusia dan dapat diperoleh selama
manusia lahir hingga dewasa. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Achmad Munib, 2004: 142).

Hal di atas menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya yang terencana, yang
dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi yang
dimiliki oleh setiap peserta didik tentu berbeda–beda, yang nantinya adalah tugas seorang
pendidik untuk mampu melihat dan mengasah potensi–potensi yang dimiliki peserta
didiknya sehingga mampu berkembang menjadi manusia berguna bagi masyarakat,
bangsa dan negara.

Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik, manusia–


manusia yang lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian
yang lebih baik. Tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan tujuan
pendidikan di negara lainnya, sesuai dengan dasar negara, falsafah hidup bangsa, dan
ideologi negara tersebut.

Di Indonesia dikenal istilah Pendidikan Nasional, adapun yang dimaksud dengan


pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang–Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai–nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

4
Sedangkan tujuan dari pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum di dalam UU
No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Berikut adalah skema mengenai hakekat pendidikan seperti tergambar di bawah ini:

Dari uraian dan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hakekat pendidikan adalah
pendidikan untuk manusia dan dapat diperoleh selama manusia lahir hingga dewasa.

1. Manusia mengusahakan proses yang terus menerus. Manusia melakukan


rekonstruksi pengalaman dan sekaligus merupakan proses pertumbuhan yang
mengarah ke pertumbuhan selanjutnya. Hal ini disebut proses of continues
reconstruction of expressi.

5
2. Relevansi tersebut merupakan tuntutan sejak kecil, remaja, hingga dewasa. Masa
relevansi juga sejak di pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, dan masa dunia
kerja. Masa relevansi itu terus menerus secara kontinuitas.

3. Masa penyesuaian diri adalah masa fleksibilitas luwes yang disesuaikan dengan
kebutuhan diri pada masanya. Artinya manusia harus bisa dan mampu serta mau
menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, desa, kota. Manusia juga harus menyesuaikan diri dengan segala
situasinya, berpendidikan ataukah kurang perpendidikan, miskin atau kaya. Di
samping itu juga ia harus menyesuaikan diri dengan tempat atau penyesuaiakan
diri secara geografis.

4. Cita-cita manusia itu harus sesuai dengan tanggung jawab manusia dan
pendidikannya, baik pendidikan formal maupun pendidikan
masyaraka/lingkungan.

5. Manusaia memiliki upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui


bimbingan pengajaran agar menguasai kemampuan sesuai dengan peran yang
harus dimainkan manusia.

Hal seperti di atas adalah juga seperti yang dijelaskan Ki Hadjar Dewantara, bahwa nilai
yang diraih adalah manusia yang utuh lahir dan batinnya yaitu manusia yang cerdas, sehat
dan berbudi pekerti luhur.

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Batas-batas pendidikan :

6
a. Batas-batas pendidikan pada peserta didik adalah Peserta didik sebagai manusia dapat
memiliki perbedaan, dalam kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak, ketahanan,
semangat, dan sebagainya.

b. Batas-batas pendidikan pada pendidik adalah Sebagai manusia biasa, pendidik


memiliki keterbatasan-keterbatasan. Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah
keterbatasan itu dapat ditolerir atau tidak. Keterbatasan yang dapat ditolerir ialah apabila
keterbatasan itu menyebabkan tidak dapat terwujudnya interaksi antara pendidik dan
peserta didik, misalnya pendidik yang sangat ditakuti oleh peserta didik sehingga tidak
mungkin peserta didik datang berhadapan dengannya. Pendidik yang tidak tahu apa yang
akan menjadi isi interaksi dengan peserta didik, akan menjadikan kekosongan dan
kebingungan dalam interaksi. Serta pendidik yang bermoral, termasuk yang tidak dapat
ditolerir, karena pendidikan pada dasarnya adalah usaha yang dilandasi moral.

c. Batas-batas pendidikan dalam lingkungan dan sarana pendidikan adalah


Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat menentukan kualitas
dan berlangsungnya usaha pendidikan.

2.2 Faktor Pengaruh Hakikat Pendidikan

Ada dua macam faktor yang dapat mempengaruhi pendidikan orang dewasa, yaitu
faktor internal yang berasal dari dalam diri individu peserta didik dan faktor eksternal
dari luar diri mereka. a. Faktor Internal Faktor internal menyangkut:

1) Faktor fisiologis, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu,
yang dibedakan menjadi dua macam yakni tonus jasmani yang pada umumnya sangat
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang, terutama peserta didik usia lanjut. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajarnya. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal.

7
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
mempengaruhi hasil belajar.

2) Faktor psikologis, adalah keadaan psikologis sesorang yang dapat mempengaruhi


proses belajar. Belajar lebih banyak berhubungan dengan aktivitas jiwa. Dengan kata
lain, faktor-faktor psikis memang memiliki peran yang sangat menentukan dalam
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan peserta didik, motivasi, minat, sikap dan bakat.

b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktorfaktor yang berasal dari luar individu
dan dapat mempengaruhi belajar individu, antara lain:

1) Faktor lingkungan sosial sekolah (guru, administrasi, teman-teman sekelas).

2) Faktor lingkungan sosial masyarakat (tempat tinggal peserta didik).

3) Faktor lingkungan sosial keluarga (ketegangan di dalam keluarga, sifat-sifat orangtua,


pengelolaan keluarga). Permasalahan yang terjadi di dalam keluarga orang dewasa sangat
berpengaruh terhadap aktivitas belajar. Orang dewasa yang sedang dirundung masalah
dengan pasangannya, orangtuanya, mertuanya atau anakanaknya akan mengalami
gangguan psikis sehingga mengganggu konsentrasi mereka dalam belajar.

4) Faktor lingkungan non sosial meliputi: a) Faktor lingkungan alamiah, yaitu keadaan
alam yang tidak bisa ditolak dan dihindari oleh peserta didik, misalnya kondisi udara yang
segar, cahaya, dan sejenisnya.

b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar (gedung tempat belajar). Orang dewasa
memerlukan tempat belajar yang baik, nyaman dan aman. Jika dibandingkan dengan
peserta didik anak-anak dan remaja, orang dewasa lebih kritis dalam menilai kondisi
gedung atau tempat belajar mereka.

c) Alat-alat belajar, ini meliputi ketersediaan dan kelengkapan alat belajar seperti buku

8
dan instrumen pembelajaran yang diusahakan oleh masingmasing peserta didik maupun
disediakan sekolah/guru.

d) Kurikulum kurikulum; pendidikan orang dewasa hendaknya disesuaikan dengan


kebutuhan dan kapasitas setiap individu.

e) Peraturan institusi/sekolah yang mengekang.

f) Metode belajar.

g) Materi pelajaran atau bahan yang akan diajarkan tidak sesuai dengan usia, kebutuhan,
metode, dan kondisi peserta didik.

Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa pendidikan di sekolah dan masyarakat adalah
faktor pendidikan yang saling mempengaruhi. Keduanya mempunyai timbal balik yang
tidak dapat dipisahkan. Seorang anak didik setelah mendapat pendidikan di keluarganya
akan segera berlanjut untuk mencari ilmu di sekolah. Dalam lingkungan yang baru peserta
didik diberi berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya sendiri maupun
orang lain. Setelah itu ia akan beranjak ke lingkungan berikutnya, yaitu masyarakat
disinilah sebagai tempat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat ketika melakukan
pendidikan di sekolah. Terkadang seorang anak didik tidak bisa diterima oleh masyarakat
karena pendidikan yang diberikan disekolah tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
masyarakat, sehingga peserta didik tersebut hanya bisa menjadi penonton tanpa terlibat
secara langsung dalam masyarakat. Tetapi ketika pendidikan yang diterima di sekolah
tepat sebagaimana yang butuhkan masyarakat, maka akan bermanfaat dalam masyarakat.
Faktor pendidikan dan hubungan timbal balik pendidikan (formal) berperanan penting
dalam mencetak generasi yang siap terjun ke tengah masyarakat. Sebagian masyarakat
menganggap bahwa pendidikan mahal dan hanya menghabiskan uang Disinilah perlunya
pendekatan dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan pentingnya pendidikan bagi anak-
anak. Perencanaan pendidikan yang baik akan menghasilkan output yang berkualitas.

9
2.3 Hakikat Pendidikan Menurut Pandangan Islam

Dalam kehidupan manusia, pendidikan sangatlah penting guna membawa manusia


mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam memandang pendidikan sangatlah
penting bagi manusia, karena sesungguhnya dengan pendidikan manusia akan mampu
menyadari fitrahnya sebagai makhluk ciptaan Allah. Manusia sebagai orang yang
berusaha menyadari fitrahnya dan berusaha untuk mengembangkan potensi dirinya,
dalam dunia pendidikan dinamakan peserta didik. Dan dalam Islam peserta didik adalah
orang yang mulia dihadapan Allah dan mempunyai keutamaan yaitu: terhindar dari
kutukan Allah, menempati posisi terbaik, dan dihargai dan disanjung oleh malaikat dan
dilindungi dengan sayapnya.

Pendidikan dalam Islam dikenal dengan berbagai istilah, diantaranya: at-tarbiyah, at-
ta’lim dan at-ta’dib. Setiap istilah tersebut memiliki makna tersendiri yang berbeda satu
sama lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan teks dan konteks. At-
tarbiyah diturunkan dari akar kata ar-rabb yang oleh sebagian ahli diartikan sebagai tuan,
pemilik, memperbaiki, merawat, dan memperindah. Menurut Muhammad Jamaluddin al-
Qosimi (1979) dalam Rois Mahfud (2011) at-tarbiyah berarti proses penyampaian
sesuatu sampai pada batas kesempurnaan yang dilakukan secara tahap demi tahap.

Tarbiyah juga dimaknai sebagai proses penanaman etika yang dimulai pada jiwa anak
yang sedang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasehat, sehingga ia memiliki
potensi-potensi dan kompetensi-kompetensi jiwa yang mantap, yang dapat membuahkan
sifat-sifat bijak, baik, cinta akan kreasi, dan berguna bagitanah airnya.

Atiyah al-Abrasy (1993) mengatakan tarbiyah berarti upaya mempersiapkan individu


untuk kehidupan yang benar, sempurna, kebahagiaan hidup, cinta tanah air, kekuatan
raga,

10
kesempurnaan etika, sistematik dalam berpikir, tajam, berperasaan, giat dalam berkreasi,
toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis, dan bahasa
lisan, dan terampil berkreativitas.

Sementara term ta’lim merupakan bagian kecil dari tarbiyah al-aqliyah yang bertujuan
memperoleh pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya mengacu pada domain
kognitif. Sebaliknya at-tarbiyah tidak hanya mengacu domain kognitif, akan tetapi juga
domain afektif dan psikomotorik (Muhaimin: 1993). Sedangkan istilah ta’dib menurut
Daud (1987) berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berasngsur-angsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa untuk membimbing manusia ke arah
pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanann wujud
dan keberadaannya.

Dari makna tersebut di atas maka pengertian pendidikan dalam konsep Islam dapat
dikatakan bahwa pendidikan merupakan upaya transformasi pengetahuan dalam diri
individu agar dia tidak hanya memiliki kreativitas, tetapi juga memiliki kesadaran
ketuhanan (transendental). Kandungan konsep tersebut menegaskan adanya penekanan
makna pendidikan pada aspek-aspek atau kepentingan-kepentingan yang bersifat
pragmatis.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada hakikatnya, pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Antara praktik dan teori pendidikan
dalam pelaksanaannya perlu kesinambungan, teori pendidikan dijadikan sebagai
pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan itu. Dalam konsep pendidikan terdiri
dari orang dewasa sebagai pendidik, orang yang belum dewasa sebagai objek yang
dididik, bimbingan sebagai proses, serta kedewasaan sebagai tujuan pendidikan.
Pendidikan hanya dikenakan kepada manusia dan akan terus berlangsung sepanjang
hayat. Dalam mencapai tujaun pendidikan itu sendiri, pendidikan berkedudukan sebagai
proses pengembangan kepribadian sebagai transformasi nilai-nilai. Pendidikan bersifat
dinamis menuju arah yang positif bersama unsur-unsurnya dan dipengaruhi faktor-faktor
tertentu.

3.2 Saran

Sebagai pribadi kita perlu lebih memahami siapa kita, apa dan siapa manusia itu. Kita
perlu lebih banyak belajar agar hidup kita bisa lebih berkualitas sebagai seorang manusia.
Selanjutnya sebagai calon guru atau insan pendidikan kita wajib memiliki dan
mengaktualisasikan kegelisahankegelisahan intelektual dan profesi guru atas
ketimpangan kondisi ideal dan realita pendidikan dengan senantiasa menggali tahu
hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan agar dalam menjalankan tugas dan kewajiban
kita tidak asal-asalan apa lagi menyimpang dari yang seharusnya sehingga dari rahim
pendidikan kita akan terlahir generasi-generasi dengan pondasi spiritual, intelektual,
mental dan moral yang kokoh guna menahkodai membawa arah kapal negeri ini menuju
masa depan yang baldatun thoyyibatun wa rabbun gafuur.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.silabus.web.id/hakikat-pendidikan/

http://planetmatematika.blogspot.com/2011/10/konsep-dan-hakikat-pendidikan.html

http://journal.ustjogja.ac.id/download/PENGANTAR%20ILMU%20PENDIDIKAN.pdf

https://www.google.com/search?q=faktor+pengaruh+konsep+hakikat+pendidikan&sxsr
f=AOaemvKVVedcRg2xreus8U1qdhkqXKWvvw:1633344901268&ei=hd1aYcbmD87
8rQGP44aYDw&start=10&sa=N&ved=2ahUKEwiGvYr1y7DzAhVOfisKHY-
xAfM4FBDy0wN6BAgGED0&biw=1280&bih=609&dpr=1.5

https://www.riaumandiri.co/read/detail/38855/pendidikan-perspektif-islam.html

13

Anda mungkin juga menyukai