Anda di halaman 1dari 28

1

MAKALAH PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN


``Pentingnya Pendidikan karakter dan Solusi Menagatasi Masalah Karakter Anak
Bangsa``

Oleh :
N. You Elisa H
18507006

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2022

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena hanya dengan rahmat-Nyalah
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Makalah ini disajikan sesederhana mungkin untuk
memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dengan adanya makalah ini Mahasiswa diharapkan dapat melestarikan dan menerapkan
nilai-nilai luhur pendidikan yang berkarakter untuk memajukan Negara Indonesia dengan
terciptanya generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter. Sehingga kita Mahasiswa akan
mampu menjadi pribadi yang cerdas, intensif, mandiri, dan berbudi luhur. Sehingga diharapkan
Mahasiswa bisa menjadi generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa ini menjadi lebih
baik dan lebih maju. Amin.

Tondano, 24 Juni 2022

                

Penyusun

2
3

DAFTAR ISI

KataPengantar .........................................................................................................2
Daftar Isi ..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
a Latar Belakang..................................................................................................4
b.    Rumusan Masalah.............................................................................................5
c.    Tujuan................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
a.    Definisi Pendidikan dan Pendidikan Karakter..................................................6
b.    Kondisi Kualitas Pendidikan di Indonesia......................................................10
c.    Faktor yang mempengaruhi Kualitas Pendidikan di Indonesia.......................14
d. Pentingnya Pendidikan Karakter Terhadap Pendidikan Indonesia.................16
BAB III PENUTUP
a.    Kesimpulan......................................................................................................22
b.    Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

3
4

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu
bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis
(hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini
mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk
ditingkatkan. Melihat masyarakat Indonesia sendiri juga lemah sekali dalam penguasaan soft
skill. Untuk itu penulis menulis makalah ini, agar pembaca tahu betapa pentingnya pendidikan
karakter bagi semua orang, khususnya bangsa Indonesia sendiri.

4
5

B.    RUMUSAN MASALAH


1.    Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan pendidikan karakter?
2.    Bagaimanakah kualitas pendidikan di Indonesia pada saat ini?
3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia?
4. Pentingkah pendidikan karakter ditanamakan demi meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia?

C.    TUJUAN
1.    Mengetahui pengertian pendidikan dan pendidikan karakter
2.    Mengetahui kualitas pendidikan di Indonesia
3.    Mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia
4. Mengetahui pengaruh dari pendidikan karakter terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.

5
6

BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER

a.Pengertian Pendidikan
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan
mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau
perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), Pendidikan diartikan sebagai proses
pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi

6
7

mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang
berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah
diperolehnya.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

b.Pengertian Pendidikan Karakter


Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character
education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas,
maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja,
kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain
sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena
itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap
moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini
dapat dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan,
keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini
merupakan bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.

7
8

Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli


1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat
dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat,
dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona.
Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja
untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-
nilai etika yang inti.
2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun negara.
3. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut
adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan
“mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon
sesuatu (Kertajaya, 2010).
4. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi

8
9

Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau
moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap
(Dali Gulo, 1982: p.29).

c. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter


Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin,
Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan,Cinta tanah
air,Menghargai prestasi,Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai,Gemar membaca, Peduli
lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.
Lebih jelas tentang nilai-nilai pendidikan karakter dapat di lihat pada bagan dibawah ini
nilai-nilai pendidikan karakter

d. Nilai Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan
generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga
untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the
deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita
secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan
karakter secara optimal.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat
tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan, metode
pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.

9
10

B.   KONDISI KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA


Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting
dimana para "Nation Builders" Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing
di kancah global. Seiring dengan derasnya tantangan global, tantangan dunia pendidikan pun
menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong para siswa mendapatkan prestasi terbaik.
Namun, dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan
dengan mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru
yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya akses
pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi
untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di perkotaan.
Menurut pegiat pendidikan Indonesia, Anies Baswedan keterbatasan akses pendidikan di
daerah menjadi pangkal derasnya arus urbanisasi. "Yang menjadi persoalan, di Jabodetabek
jumlahnya sudah proporsional, tapi jangan kita hanya bicara urban. Justru di luar urban itu kita
punya masalah dan itu yang menyebabkan migrasi ke Jakarta," ujar Anies. Secara tidak
langsung, masyarakat Indonesia didorong untuk melakukan urbanisasi karena keterbatasan
fasilitas di daerah. Ia menilai akses pendidikan harus dibuka seluas-luasnya untuk seluruh
masyarakat dengan penyediaan fasilitas yang mendukung program tersebut. "Kalau sekolah
hanya di ibukota kecamatan, maka yang jauh kan jadi nggak bisa sekolah," tandasnya.
Selain itu, jumlah guru yang sesuai dengan kualifikasi saat ini dinilai masih belum merata
di daerah. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Hamid
Muhammad saat ini banyak sekolah dasar (SD) di Indonesia kekurangan tenaga guru. Jumlahnya
diperkirakan mencapai 112 ribu guru.
Untuk mengatasinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan
bekerja sama dengan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, dalam
hal distribusi guru di daerah-daerah supaya lebih merata. "Jika manajemen guru bisa ditangani
lebih optimal, tidak parsial, maka bisa dipindahkan ke kabupaten atau daerah yang berdekatan,"
ungkap Hamid.
Kemudian, untuk meningkatkan kualitas para guru, Kemendikbud akan meningkatkan
kualifikasi guru melalui beasiswa S-1 bagi guru SD dan SMP. Hamid menjelaskan, jumlah guru

10
11

SD di sekolah negeri dan swasta sekitar 1.850 ribu guru. Dari jumlah tersebut, hanya 60 persen
guru yang sudah memenuhi kualifikasi dengan gelar S-1, sedangkan 40 persen lainnya belum
memenuhi kualifikasi. Tiap tahunnya, Kemendikbud juga menyiapkan beasiswa untuk 100 ribu
calon guru guna menempuh pendidikan S-1 melalui bantuan beasiswa S-1 untuk guru SD dan
SMP. Di dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120
negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global
Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan (Education
Development Index, EDI), Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara pada 2011.
Di sisi lain, kasus putus sekolah anak – anak usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi
"Berdasarkan data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun
tidak dapat melanjutkan pendidikan, Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor ekonomi;
anak – anak terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga; dan pernikahan di usia dini,”
menurut Sekretaris Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng, Sc di
Jakarta. Dalam laporan terbaru Program Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati
posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka 0,629.
Dengan angka itu Indonesia tertinggal dari dua negara tetangga ASEAN yaitu Malaysia
(peringkat 64) dan Singapura (18), sedangkan IPM di kawasan Asia Pasifik adalah 0,683.

"Kita harus menyelesaikan permasalahan pendidikan ini, karena kepemilikan atas


pengetahuan adalah kunci seseorang mencapai kesejahteraan," menurut figur pendidikan
Indonesia, Anies Baswedan. Dalam perkembangan pendidikan Indonesia, pemerintah telah
melaksanakan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan guna menghadapi
persaingan bebas dunia yang akan segera berlaku dengan terwujudnya komunitas ASEAN pada
tahun 2015 mendatang.
Untuk meringankan beban serta memperkokoh dasar pendidikan pada siswa Indonesia,
Kemdikbud memastikan akan sepenuhnya memberlakukan Kurikulum 2013 mulai tahun 2014,
bahkan sudah menyiapkan anggaran untuk mendukung operasional kurikulum tersebut. "Sudah
siap dan tahun depan hampir semua (sekolah) bisa melaksanakan Kurikulum 2013," ujar Wakil
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Musliar Kasim.
Kurikulum 2013 merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
berfokus pada penguasaan pengetahuan yang kontekstual sesuai daerah dan lingkungan masing-

11
12

masing. Kurikulum tersebut menitikberatkan penilaian siswa pada tiga hal: sikap (jujur, santun,
disiplin), keterampilan (melalui tugas praktek/ proyek sekolah), dan pengetahuan keilmuan. Pada
tingkat dasar seperti SD, kurikulum ini lebih fokus pada pembentukan sikap dan keterampilan
hidup, sedangkan keilmuannya lebih 'ringan' daripada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pada tingkat lanjutan seperti SMP dan SMA, porsi penguasaan keilmuan lebih
ditingkatkan karena pribadi murid dianggap sudah terbentuk pada tingkat dasar. Menurut
Musliar, kurikulum baru akan diterapkan pada siswa SD kelas 1, 2, 4 dan 5; siswa SMP kelas 8
dan 9; serta siswa SMA kelas 10 dan 11. Pemerintah tidak akan mencetak buku bahan ajar.
Seperti pelaksanaan pada tahun sebelumnya, Kemendikbud akan mengunggah buku bahan ajar
ke dalam situs internet.

Kemendikbud akan menetapkan harga eceran tertinggi atas buku yang ditargetkan akan
beredar bebas tersebut. Kurikulum 2013 sendiri sebenarnya sudah dilaksanakan sejak
pertengahan tahun 2013 di sejumlah sekolah yang telah diseleksi, meski sempat dikritik karena
pelaksanaannya terkesan dipaksakan.
Sebagai lembaga bantuan internasional yang bekerja di sektor pembangunan sosial-
ekonomi, USAID Indonesia memberikan penekanan besar pada pengembangan kualitas
pendidikan melalui sejumlah program yang berjalan sekarang salah satunya adalah melalui
program beasiswa S2 USAID-PRESTASI. Pada tahun ini, USAID -PRESTASI memberikan
beasiswa S2 kepada 31 profesional Indonesia. Program ini dibuka untuk umum dan diharapkan
dapat mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya masing –
masing yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi positif di lingkungan kerja mereka
masing – masing setelah merekakembali ke Tanah Air.

12
13

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PENDIDIKAN

1. Mahalnya biaya pendidikan

Untuk yang satu ini tanpa saya jabarkan tentu semuanya telah paham akan hal ini.

2. Sarana dan prasarana

Di beberapa tempat masih banyak gedung sekolah yang kurang layak pakai
dikarenakan berbagai bencana maupun usia bangunan yang cukup tua sehingga
menurunkan semangat dalam belajar. Bahkan penanganan pemerintah untuk menindak
lanjuti hal ini pun dirasa kurang tanggap.

3. Kesejahteraan pendidik

Banyak dari para guru yang mengeluhkan bahwa penghargaan terhadap pahlawan
tanpa tanda jasa ini begitu kurang, bahkan sebagian dari tenaga pendidik tersebut
memiliki sambilan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

4. Kualitas Pendidik

Hal ini merupakan imbas dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap peran tenaga
pendidik. Bahkan beberapa tenaga pendidik ada yang melakukan kekerasan, pelecehan
seksual dan tindakan-tindakan kriminal lainnya.

5. Kurang Minat belajar

Indikator : Mahasiswa yang jadi panutan bagi tingkat dibawahnya ternyata masih
begitu banyak yang tidak mengetahui seberapa besar tanggung jawab yang harus
dipangkunya, dalam pendidikannya tanpa disadari telah banyak menghabiskan uang
pajak rakyat. Coba kita bayangkan berapa besar uang untuk pembangunan kampus,
perbaikan serta dana pengembangan mahasiswa yang dikucurkan pemerintah. Nah hal

13
14

tersebut tentu harus dijawab dengan prestasi minimal lulus tepat waktu agar para anak
bangsa yang lain dapat menikmati fasilitas tersebut, tapi nyatanya dapat dipastikan
bahwa di setiap PT baik negeri maupun swasta banyak sekali mahasiswa yang
lulusnya tertunda bahkan banyak juga yang terpaksa didrop out oleh pihak Universitas.

6. Pendidikan kurang merata

Beberapa kawasan di Indonesia masih banyak daerah yang pendidikannya tertinggal.


Hal ini harus segera diatasi agar potensi SDM yang kompeten dapat merata di seluruh
penjuru Indonesia, dengan demikian mempercepat pembangunan sektor-sektor penting
di kawasan tersebut.Dan yang paling essential adalah

7. Merosotnya nilai karakter pada sumber daya manusia Indonesia

Saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada permasalahan melemahnya karakter


nasional. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai persoalan bangsa yang gejalanya mulai
nampak perlahan-lahan semenjak beberapa dekade terakhir. Jika tidak segera diatasi
persoalan ini dapat mengancam eksistensi dan keamanan bangsa Indonesia. Beberapa
permasalahan akut yang sedang dihadapi bangsa Indonesia antara lain, lemahnya
kepemimpinan nasional, lemahnya semangat juang (fighting spirit) generasi muda,
tingginya tingkat korupsi dan krisis identitas. Dampak yang ditimbulkan dari
permasalahan ini bermacam-macam, misalnya ancaman disintegrasi, lemahnya daya
saing Indonesia di tingkat internasional, terpuruknya image Indonesia di mata dunia.

Berbagai persoalan bangsa itu membawa pertanyaan: bagaimanakah pendidikan di


Indonesia diselenggrakan sehingga menghasilkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang secara umum belum siap bersaing di era liberalisasi? Peran pendidikan di
Indonesia hanya parsial dengan penekanan pada pengembangan aspek kognitif
sehingga hasil pendidikan tidak memiliki korelasi dengan sikap maupun perilaku
peserta didik. Pendidikan dianggap tidak memberikan kontribusi signifikan pada
pembentukan karakter bangsa sesuai dengan core values.

14
15

D. PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP PENDIDIKAN


INDONESIA

Pendidikan karakter menjadi kunci terpenting kebangkitan Bangsa Indonesia dari


keterpurukan untuk menyongsong datangnya peradaban baru.Di Indonesia, akhir-akhir
ini menjadi isu yang sangat hangat sejak Pendidikan Karakter dicanangkan oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada saat Peringatan Hari Pendidikan
Nasional, pada tanggal 2 mei 2010 lalu.Tekad Pemerintah tersebut bertujuan untuk
mengembangkan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
sistem pendidikan Nasional yang harus didukung secara serius.

Karakter bangsa dapat dibentuk dari program-program pendidikan atau dalam


proses pembelajaran yang ada di dalam kelas.Akan tetapi, apabila pendidikan memang
bermaksud serius untuk membentuk suatu karakter generasi bangsa, ada banyak hal
yang harus dilakukan, dan dibutuhkan penyadaran terhadap para pendidik dan juga
terhadap pelaksana kebijakan pendidikan.Jika kita pahami arti dari Pendidikan secara
luas, pendidikan sebagai proses penyadaran, pencerdasan dan pembangunan mental atau
karakter, tentu bukan hanya identik dengan sekolah.Akan tetapi, berkaitan dengan
proses kebudayaan yang secara umum sedang berjalan, dan juga memliki kemampuan
untuk mengarahkan kesadaran,membentuk cara pandang, dan juga membangun karakter
generasi muda.Artinya, karakter yang menyangkut cara pandang dan kebiasaan siswa,
remaja, dan juga kaum muda secara umum sedikit sekali yang dibentuk dalam ruang
kelas atau sekolah, akan tetapi lebih banyak dibentuk oleh proses sosial yang juga tak
dapat dilepaskan dari proses ideoogi dan tatanan material-ekonomi yang sedang
berjalan.

15
16

Mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai


Pancasila pada diri peserta didik melalui Pendidikan hati, otak, dan fisik.Pendidikan
adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta
didik.Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan
generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
di masa depan.

Keberlangsungan tersebut dapat ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter


yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa.Oleh karena itu, pendidikan merupakan
proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses
pengembangan budaya karakter bangsa untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dan bangsa di masa mendatang.

Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik
mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses interalisasi, dan penghayatan nilai-
nilai menjadi kepribadian dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan
masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang
bermartabat.

Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa,dan pendidikan yang telah


dikemukakan diatas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri
peserta didik sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakter diri, yang
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat,
dan warga Negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.Atas dasar pemikiran
itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi
keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang.

Perkembangan tersebut harus dilakukan melalui perencanaan yang baik,


pendekatan yang sesuai, dengan metode belajar serta pembelajaran yang efektif.Sesuai
dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama
sekolah oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin

16
17

sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
budaya sekolah.

Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa adalah perkembangan potensi


peserta didik agar menjadi berperilaku baik, dan bagi peseta didik yang telah memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa, untuk memperkuat
pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam perkembangan potensi peserta
didik yang bermartabat, dan juga untuk menyaring budaya bangsa sendiri dengan
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.

Strategi-Strategi dalam Pendidikan Karakter

Strategi Pendidikan Karakter yang akan dibahas adalah Strategi Pendidikan


Karakter melalui Multiple Talent Aproach (Multiple Intelligent).Strategi Pendidikan
Karakter ini memiliki tujuan yaitu untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik
yang manifestasi pengembangan potensi akan membangun Self Concept yang
menunjang kesehatan mental.

Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan


bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimilikinya.Ada banyak cara
untuk menjadi cerdas, dan cara ini biasanya ditandai dengan prestasi akademik yang
diperoleh disekolahnya dan anak didik tersebut mengikuti tes intelengensia.Cara
tersebut misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisik atau
kemamuan motorik atau lewat cara sosial-emosional.

Menurut Gardner (1999), manusia itu sedikitnya memiliki 9 kecerdasan.Kecerdasan manusia, saat ini
tak hanya dapat diukur dari kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan
bahasa.Ada banyak kecerdasan lain yang dapat diidentifikasi di dalam diri
manusia.Sedangkan menurut Howard Gardner (1999) yang menjelaskan 9 kecerdasan
ganda, apabila dipahami dengan baik, akan membuat semua orang tua memandang

17
18

potensi anak lebih positif.Terlebih lagi, para orang tua (guru) dapat menyiapkan sebuah
lingkungan yang menyenangkan dan memperdayakan di sekolah.Konsep Multiple
Intelligence mengajarkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka
ingin ketahui.Bagi Orangtua atau guru , yang dibutuhkan adalah kreativitas dan
kepekaan untuk mengasah anak tersebut.Baik guru atau Orang tua juga harus berpikir
terbuka, keluar dari paradigma tradisional.

Kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap.Keceradasan bagaikan


sekumpulan keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.Kecerdasan
adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk menciptakan
masalah baru untuk dipecahkan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga
dalam suatu kebudayaan masyarakat.Melalui pengenalan Multiple Intellegence, kita
dapat mempelajari kekuatan atau kelemahan anak dan dapat memberikan mereka
peluang untuk belajar melalui kelebihan mereka, tujuannya adalah agar anak memiliki
kesempatan untuk mengeksplorasi dunia

Tujuan Pendidikan Karakter Bangsa

Perkembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pengertian Pendidikan


Budaya dan Karakter Bangsa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya
pendidikan di Indonesia.Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan Nasional
Berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peseta didik agar menjadi manusia yag beriman,dan bertakwa
kepaa Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.tujuan
Pendidikan Nasional merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang
harus dikembangkan oleh setiap satuan Pendidikan.Oleh karena itu, rumusan tujuan
Pendidikan Nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan budaya dan

18
19

karakter bangsa perlu dikemukakkan pengertian istilah budaya, karakter bangsa, dan
pendidikan.Tujuan Pendidikan Pendidikan Karakter Bangsa diantaranya adalah sebagai
berikut :

o Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga


Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
o Mengembangkan Kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter bangsa
o Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa
o Mengembangkan kemampuan pesrta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan dan
o Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman,jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa merupakan Nilai-nilai yang


dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dan diidentifikasi dari
sumber-sumber Agama, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama,
maka kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama
dan kepercayaan.Secara politis, kehidupan kenegaraan didasari pada nilai yang berasal
dari agama.Dan sumber yang kedua adalah Pancasila, Pancasila : Negara kesatuan
Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan yang disebut dengan Pancasila.Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD
1945 dan dijabarkan lebih lanjut lagi dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD
1945.Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang
mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan untuk mempersiapkan peserta


didik menjadi Warga Negara yang lebih baik, yaitu Warga Negara yang memiliki

19
20

kemampuan, kemauan,dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai


Warga Negara.Budaya sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak disadari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat
tersebut.Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap
suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat tersebut.Posisi
budaya yang demikian penting dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Problematika Pendidikan Karakter

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan,
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cerdas,
kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab (Kemdiknas, 2010).
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka setiap jenjang pendidikan harus
diselenggarakan pendidikan budaya dan karakter secara terprogram dan sistematis, dengan
mengintegrasikan muatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, untuk menghasilkan insan
Indonesia yang cerdas dan kompetitif.

Panduan pelaksanaan pendidikan karakter yang diterbitkan oleh Balitbang Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Kemdiknas (2011, hal. 5) menyatakan bahwa pembangunan karakter yang merupakan
upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai
Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya
kemandirian bangsa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi
permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai

20
21

salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana
pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan
nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila.”

Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang diamanatkan dalam
RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan
secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program
Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional
Pendidikan Karakter (2010): pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan,
memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.

Menurut Thomas Lickona dalam (Marzuki, 2012), secara terminologis karakter adalah “  A
reliable inner dispotion to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya Lickona
menambahkan , “Character so conveived has three interrelated parts, moral knowing, moral
feeling, and moral behaviour”. Artinya karakter yang baik harus meliputi pengetahuan kebaikan,
lalu menumbuhkan komitmen (niat) terhadap kebaikan dan pada akhirnya melakukan kebaikan
itu sendiri. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang
baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang
baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta
didik. Hal ini juga ditunjang oleh penelitian Sartono (2011, hal. 8) bahwa ada 4 pilar dasar nilai
moral pendidikan karakter yaitu: olah pikir (intelectual development), olah hati (spiritual and

21
22

emotional development), olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development), dan olah
rasa dan karsa (affective and creativity development).

Atas dasar apa yang telah diungkapkan di atas, pendidikan karakter bukan hanya sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah
usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu
bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Nilai-nilai
tersebut harus ditumbuhkembangkan pada setiap peserta didik hingga berkembang menjadi
budaya sekolah (school culture).

Pendidikan karakter bersumber dari beberapa hal. Menurut Sartono (2011, hal. 9) pendidikan
karakter bersumber dari Agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, 
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

 Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Strategi pelaksanaan pendidikan karakter dibuat mulai dari pemerintah pusat sampai ke tataran
keluarga. Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter harus mendapatkan 
dukungan dari semua pihak. Strategi yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan pendidikan
karakter dimulai dari pemerintah pusat (top-down) dengan kebijakannya tentang pelaksanaan
pendidikan karakter, strategi dari pengalaman praktisi (bottom-up) seperti yang dilakukan
beberapa lembaga yang konsen dengan perbaikan karakter bangsa, misalnya: The ESQ   way
165, dan melalui strategi revitalisasi program penunjang pendidikan karakter yang terintegrasi
dalam kegiatan ko-kurikulur dan ekstrakurikuler seperti, pramuka, PMR, kantin kejujuran, dan
lain-lain. Ketiga strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang saling menguatkan, yaitu: top
down  yang lebih bersifat intervensi, bottom up yang lebih bersifat penggalian best practice dan
habituasi, serta revitalisasi program. Dan hendaknya ketiga strategi tersebut dilaksanakan secara
terintegrasi dalam keempat pilar penting pendidikan karakter di sekolah sebagaimana yang
dituangkan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter, (Kemdiknas, 2010), yaitu: kegiatan
pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan
ekstrakurikuler.

22
23

Marzuki (2012, hal. 42) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pendidikan karakter di
sekolah merupakan bagian dari reformasi pendidikan, maka reformasi pendidikan karakter bisa
diibaratkan sebagai pohon yang memiliki empat bagian penting, yaitu  akar, batang, cabang, dan
daun. Akar reformasi adalah landasan filosofis (pijakan) pelaksanaan pendidikan karakter harus
jelas dan dipahami oleh masyarakat. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
di Sekolah penyelenggara dan pelaku pendidikan. Batang reformasi berupa mandat dari
pemerintah selaku penanggung jawab penyelenggara pendidikan nasional. Dalam hal ini standar
dan tujuan dilaksanakannya pendidikan karakter harus jelas, transparan, dan akuntabel. Cabang
reformasi berupa manajemen pengelolaan pendidikan karakter, pemberdayaan guru, dan
pengelola pendidikan harus ditingkatkan. Sedang daun reformasi adalah adanya keterlibatan
orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang didukung
pula dengan budaya dan kebiasaan hidup masyarakat yang kondusif yang sekaligus menjadi
teladan bagi peserta didik dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari.

 
Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Karakter

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan/sekolah dapat tercapai


dengan keterlibatan semua warga sekolah, keluarga, dan anggota masyarakat. Bahkan Wening
(2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Pendidikan nilai merupakan implementasi
pendidikan karakter yang diperoleh dari lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media
massa. Keluarga merupakan lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter yang pertama
yang harus terlebih dahulu diberdayakan, sedangkan pendidikan karakter di sekolah ditekankan
pada penanaman moral, nilai-nilai estetika, budi pekerti yang luhur. Di samping itu lingkungan
masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter atau watak seseorang. Mengingat
keberhasilan pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh keluarga, sekolah, dan lingkungan
masyarakat, keberadaan contoh (role model) sangat berarti. Misalnya orang tua, guru, dan
para public figur harus menjadi contoh langsung bagi anak atau peserta didik.

Peran guru sebagai role model di sekolah sangat berpengaruh terhadap efektifitas penerapan
pendidikan karakter. Pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas diperlukan dalam situasi dan
kondisi bangsa yang masih dilanda krisis multidimensi. Sehingga kehadiran pendidik

23
24

sebagai key actor in the learning process, yang profesional serta memiliki karakter kuat dan
cerdas, karena melalui pendidik yang memiliki karakter kuat dan cerdas akan tercipta sumber
daya manusia yang merupakan pencerminan bangsa yang berkarakter kuat dan cerdas, serta
bermoral luhur (Pendidikan, 2012). Efektifitas penanaman nilai-nilai budi pekerti juga sangat
dipengaruhi oleh ketepatan pendekatan yang dipilih guru, misalnya  Pendekatan klarifikasi nilai
(values clarification approach)(Zubaedi, 2009, hal. 23). Pendekatan ini memberi penekanan
pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri untuk
meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini sangat efektif
untuk pendidikan di alam demokrasi. Disisi lain  keberhasilan pendidikan karakter salah satunya
adalah menghapus dikotomi bahwa karakter adalah tanggung jawab guru agama dan guru
kewarganegaraan. Sesungguhnya keberhasilan pendidikan karakter  merupakan tanggung jawab
bersama sehingga semua guru harus membangun sinergi antar mata pelajaran (Zubaedi, 2009,
hal. 23). Mulyasa (2011) memiliki pendapat yang senada bahwa pengintegrasian pendidikan
karakter melalui proses pembelajaran semua mata pelajaran, merupakan model yang banyak
diterapkan. Model ini ditempuh dengan paradigma bahwa semua guru adalah pendidik karakter
(character educator). Artinya guru adalah contoh nyata bagi anak didik dalam menerapkan nilai-
nilai karakter yang diajarkan.

Pelaksanaan pendidikan karakter tidak semudah mendesain pendidikan karakter itu sendiri.
Sebagai contoh,  pendidikan karakter di sekolah menanamkan nilai-nilai disiplin, jujur, dan
toleran sehingga pendidikan karakter menjadi salah satu solusi kultural untuk mengurangi
korupsi, namun di luar sekolah, stuktur masyarakat menampilkan sosok pemimpin yang korup,
tidak jujur, terjadi ketidakadilan. Di sinilah letak tidak efektifnya pendidikan budaya dan
karakter yang ditanamkan kepada anak. Sugeng Bayu Wahyono,  sosiolog, dosen FIP UNY pada
Diskusi Media Forum UNY bertema “Korupsi dan Pendidikan Karakter” (2011) mengatakan
kalau pendidikan karakter ingin berhasil, masalah struktural harus diperbaiki dulu, karena
masalah korupsi bukan hanya masalah kultural tapi juga masalah strukrural. Sehingga Beliau
menawarkan alternatif pendidikan kritis sebagai solusi memberantas korupsi. Pendidikan kritis
merupakan arena menanamkan kesadaran bahwa terdapat penindasan struktur yang membuat
tiadanya pembebasan dan pencerahan. Dalam pendidikan kritis, peserta didik akan bersifat kritis
terhadap struktur yang menindas, baik yang menindas dunia ide maupun praktik sosial, politik,
ekonomi, dan praktik kebudayaan. Penerapan pendidikan kritis bukan hanya di sekolah-sekolah,

24
25

tetapi disemua lembaga sosial, sehingga  akan terciptanya “critical mass”, suatu masa atau rakyat
yang kritis terhadap segala bentuk struktul yang menindas. Hanya dengan menciptakan massa
yang kritis yang akan mampu menciptakan bangsa dan berkarakter, seperti disiplin tinggi, jujur,
toleran dan yang paling penting adalah mandiri.

Presiden SBY dalam (Dewangga, 2012) menyampaikan pidatonya pada peringatan Hari
Pendidikan Nasional bahwa pendidikan karakter mempunyai fungsi strategis bagi kemajuan
bangsa, harus ada komitmen untuk menjalankan pendidikan karakter sebagai bagian dari jati diri
bangsa. Komitmen yang harus dijalankan mengacu kepada 5 nilai karakter bangsa untuk menjadi
manusia unggul, yaitu :

1) Manusia Indonesia yang bermoral, berakhlak dan berperilaku baik;


2) Mencapai masyarakat yang cerdas dan rasional;
3) Manusia Indonesia ke depan menjadi manusia yang inovatif dan terus mengejar
kemajuan;
4) Memperkuat semangat “Harus Bisa”, yang terus mencari solusi dalam setiap kesulitan;
5) Manusia Indonesia haruslah menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa,Negara dan
tanah airnya.
 

25
26

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa kategori yaitu:
Bangsa Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan
karakter melalui sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena anak usia
SMP sangat cocok untuk diberi pembelajaran tentang pendidikan karakter.
Guru adalah orang tua para siswa. Karenanya, Rosulullah melarang para orangtua (guru)
mendoakan keburukan bagi anak-didiknya. Mendoakan keburukan kepada anak merupakan hal
yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak dan masa depannya.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.
Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau masa
depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila pendidikan
karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi bangsa ini,

negara kita akansemakinketinggalan.

B.    SARAN.
Pemerintah harus selalu memantau atau mengawasi dunia pendidikan, karena dari dari
dunia pendidikan Negara bisa maju dan karena dunia pendidikan juga Negara bisa hancur, bila
pendidikan sudah disalah gunakan.
Selain mengajar, seorang guru atau orang tua juga harus mendo’akan anak atau muridnya
supaya menjadi lebih baik, bukan mendo’akan keburukan bagi anak didiknya.
Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik di dalam
menjalani masa-masa belajarnya, karena jika tidak semua pembelajaran yang di jalani anak didik
akan sia-sia. Semoga karya tulis dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca.

26
27

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 1975. Pelayanan Bimbingan Di Sekolah. Jakarta : Ghalia Indonesia.

A.R, Tatang Hidayat. 2009. Inspiring Word. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Amin, M. Maswardi. 2011. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta : Badouse Media.

http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/

http://www.pendidikankarakter.com/peran-pola-asuh-dalam-membentuk-karakter-anak/

http://www.pendidikankarakter.com/membangun-karakter-sejak-pendidikan-anak-usia-dini/
Dewangga, T. A. (2012, Agustus 03). Pendidikan Karakter untuk Membangun Manusia
Indonesia yang Unggul. Dipetik November 15, 2012, dari http://www.setkab.go.id.
Kemdiknas. (2010). Desain Induk pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional.
Kemdiknas, B. P. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemdiknas.
Kemdiknas, D. P. (2010). Konsep Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Direktorat
PSMP Kemdiknas.
Kompas. (2012, Desember). Dipetik Desember 6, 2012, dari
www. http://internasional.kompas.com.
Marzuki. (2012). Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah. Jurnal
pendidikan Karakter , 34.
Mulyasa. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Pendidikan, M. (2012, Desember 3). Pendidik yang Berkarakter Kuat dan Cerdas. Dipetik
November 15, 2012, dari http://www.blog.tp.ac.id.
Sartono. (2011). Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Makalah Disertasi , 6.

27
28

UNY, B. (2011, September 6). Pendidikan Karakter Berhasil Bila Masalah Struktural


Diperbaiki. Dipetik November 1, 2012, dari http://www.uny.ac.id.
Wening, S. (2012). Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Nilai. Jurnal Pendidikan
Karakter , 64.
Zubaedi. (2009). Pendidikan Berbasis asyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zuriah, N. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam perspektif Perubahan. Jakarta :
Bumi Aksara.

28

Anda mungkin juga menyukai