Oleh :
N. You Elisa H
18507006
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena hanya dengan rahmat-Nyalah
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Makalah ini disajikan sesederhana mungkin untuk
memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dengan adanya makalah ini Mahasiswa diharapkan dapat melestarikan dan menerapkan
nilai-nilai luhur pendidikan yang berkarakter untuk memajukan Negara Indonesia dengan
terciptanya generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter. Sehingga kita Mahasiswa akan
mampu menjadi pribadi yang cerdas, intensif, mandiri, dan berbudi luhur. Sehingga diharapkan
Mahasiswa bisa menjadi generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa ini menjadi lebih
baik dan lebih maju. Amin.
Penyusun
2
3
DAFTAR ISI
KataPengantar .........................................................................................................2
Daftar Isi ..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
a Latar Belakang..................................................................................................4
b. Rumusan Masalah.............................................................................................5
c. Tujuan................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
a. Definisi Pendidikan dan Pendidikan Karakter..................................................6
b. Kondisi Kualitas Pendidikan di Indonesia......................................................10
c. Faktor yang mempengaruhi Kualitas Pendidikan di Indonesia.......................14
d. Pentingnya Pendidikan Karakter Terhadap Pendidikan Indonesia.................16
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan......................................................................................................22
b. Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu
bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis
(hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini
mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk
ditingkatkan. Melihat masyarakat Indonesia sendiri juga lemah sekali dalam penguasaan soft
skill. Untuk itu penulis menulis makalah ini, agar pembaca tahu betapa pentingnya pendidikan
karakter bagi semua orang, khususnya bangsa Indonesia sendiri.
4
5
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pendidikan dan pendidikan karakter
2. Mengetahui kualitas pendidikan di Indonesia
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia
4. Mengetahui pengaruh dari pendidikan karakter terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
a.Pengertian Pendidikan
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan
mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau
perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), Pendidikan diartikan sebagai proses
pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi
6
7
mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang
berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah
diperolehnya.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
7
8
8
9
Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau
moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap
(Dali Gulo, 1982: p.29).
9
10
10
11
SD di sekolah negeri dan swasta sekitar 1.850 ribu guru. Dari jumlah tersebut, hanya 60 persen
guru yang sudah memenuhi kualifikasi dengan gelar S-1, sedangkan 40 persen lainnya belum
memenuhi kualifikasi. Tiap tahunnya, Kemendikbud juga menyiapkan beasiswa untuk 100 ribu
calon guru guna menempuh pendidikan S-1 melalui bantuan beasiswa S-1 untuk guru SD dan
SMP. Di dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120
negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global
Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan (Education
Development Index, EDI), Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara pada 2011.
Di sisi lain, kasus putus sekolah anak – anak usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi
"Berdasarkan data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun
tidak dapat melanjutkan pendidikan, Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor ekonomi;
anak – anak terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga; dan pernikahan di usia dini,”
menurut Sekretaris Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng, Sc di
Jakarta. Dalam laporan terbaru Program Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati
posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka 0,629.
Dengan angka itu Indonesia tertinggal dari dua negara tetangga ASEAN yaitu Malaysia
(peringkat 64) dan Singapura (18), sedangkan IPM di kawasan Asia Pasifik adalah 0,683.
11
12
masing. Kurikulum tersebut menitikberatkan penilaian siswa pada tiga hal: sikap (jujur, santun,
disiplin), keterampilan (melalui tugas praktek/ proyek sekolah), dan pengetahuan keilmuan. Pada
tingkat dasar seperti SD, kurikulum ini lebih fokus pada pembentukan sikap dan keterampilan
hidup, sedangkan keilmuannya lebih 'ringan' daripada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pada tingkat lanjutan seperti SMP dan SMA, porsi penguasaan keilmuan lebih
ditingkatkan karena pribadi murid dianggap sudah terbentuk pada tingkat dasar. Menurut
Musliar, kurikulum baru akan diterapkan pada siswa SD kelas 1, 2, 4 dan 5; siswa SMP kelas 8
dan 9; serta siswa SMA kelas 10 dan 11. Pemerintah tidak akan mencetak buku bahan ajar.
Seperti pelaksanaan pada tahun sebelumnya, Kemendikbud akan mengunggah buku bahan ajar
ke dalam situs internet.
Kemendikbud akan menetapkan harga eceran tertinggi atas buku yang ditargetkan akan
beredar bebas tersebut. Kurikulum 2013 sendiri sebenarnya sudah dilaksanakan sejak
pertengahan tahun 2013 di sejumlah sekolah yang telah diseleksi, meski sempat dikritik karena
pelaksanaannya terkesan dipaksakan.
Sebagai lembaga bantuan internasional yang bekerja di sektor pembangunan sosial-
ekonomi, USAID Indonesia memberikan penekanan besar pada pengembangan kualitas
pendidikan melalui sejumlah program yang berjalan sekarang salah satunya adalah melalui
program beasiswa S2 USAID-PRESTASI. Pada tahun ini, USAID -PRESTASI memberikan
beasiswa S2 kepada 31 profesional Indonesia. Program ini dibuka untuk umum dan diharapkan
dapat mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya masing –
masing yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi positif di lingkungan kerja mereka
masing – masing setelah merekakembali ke Tanah Air.
12
13
Untuk yang satu ini tanpa saya jabarkan tentu semuanya telah paham akan hal ini.
Di beberapa tempat masih banyak gedung sekolah yang kurang layak pakai
dikarenakan berbagai bencana maupun usia bangunan yang cukup tua sehingga
menurunkan semangat dalam belajar. Bahkan penanganan pemerintah untuk menindak
lanjuti hal ini pun dirasa kurang tanggap.
3. Kesejahteraan pendidik
Banyak dari para guru yang mengeluhkan bahwa penghargaan terhadap pahlawan
tanpa tanda jasa ini begitu kurang, bahkan sebagian dari tenaga pendidik tersebut
memiliki sambilan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
4. Kualitas Pendidik
Hal ini merupakan imbas dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap peran tenaga
pendidik. Bahkan beberapa tenaga pendidik ada yang melakukan kekerasan, pelecehan
seksual dan tindakan-tindakan kriminal lainnya.
Indikator : Mahasiswa yang jadi panutan bagi tingkat dibawahnya ternyata masih
begitu banyak yang tidak mengetahui seberapa besar tanggung jawab yang harus
dipangkunya, dalam pendidikannya tanpa disadari telah banyak menghabiskan uang
pajak rakyat. Coba kita bayangkan berapa besar uang untuk pembangunan kampus,
perbaikan serta dana pengembangan mahasiswa yang dikucurkan pemerintah. Nah hal
13
14
tersebut tentu harus dijawab dengan prestasi minimal lulus tepat waktu agar para anak
bangsa yang lain dapat menikmati fasilitas tersebut, tapi nyatanya dapat dipastikan
bahwa di setiap PT baik negeri maupun swasta banyak sekali mahasiswa yang
lulusnya tertunda bahkan banyak juga yang terpaksa didrop out oleh pihak Universitas.
14
15
15
16
Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik
mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses interalisasi, dan penghayatan nilai-
nilai menjadi kepribadian dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan
masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang
bermartabat.
16
17
sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
budaya sekolah.
Menurut Gardner (1999), manusia itu sedikitnya memiliki 9 kecerdasan.Kecerdasan manusia, saat ini
tak hanya dapat diukur dari kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan
bahasa.Ada banyak kecerdasan lain yang dapat diidentifikasi di dalam diri
manusia.Sedangkan menurut Howard Gardner (1999) yang menjelaskan 9 kecerdasan
ganda, apabila dipahami dengan baik, akan membuat semua orang tua memandang
17
18
potensi anak lebih positif.Terlebih lagi, para orang tua (guru) dapat menyiapkan sebuah
lingkungan yang menyenangkan dan memperdayakan di sekolah.Konsep Multiple
Intelligence mengajarkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka
ingin ketahui.Bagi Orangtua atau guru , yang dibutuhkan adalah kreativitas dan
kepekaan untuk mengasah anak tersebut.Baik guru atau Orang tua juga harus berpikir
terbuka, keluar dari paradigma tradisional.
18
19
karakter bangsa perlu dikemukakkan pengertian istilah budaya, karakter bangsa, dan
pendidikan.Tujuan Pendidikan Pendidikan Karakter Bangsa diantaranya adalah sebagai
berikut :
19
20
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan,
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cerdas,
kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab (Kemdiknas, 2010).
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka setiap jenjang pendidikan harus
diselenggarakan pendidikan budaya dan karakter secara terprogram dan sistematis, dengan
mengintegrasikan muatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, untuk menghasilkan insan
Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Panduan pelaksanaan pendidikan karakter yang diterbitkan oleh Balitbang Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Kemdiknas (2011, hal. 5) menyatakan bahwa pembangunan karakter yang merupakan
upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai
Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya
kemandirian bangsa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi
permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai
20
21
salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana
pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan
nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila.”
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang diamanatkan dalam
RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan
secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program
Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional
Pendidikan Karakter (2010): pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan,
memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.
Menurut Thomas Lickona dalam (Marzuki, 2012), secara terminologis karakter adalah “ A
reliable inner dispotion to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya Lickona
menambahkan , “Character so conveived has three interrelated parts, moral knowing, moral
feeling, and moral behaviour”. Artinya karakter yang baik harus meliputi pengetahuan kebaikan,
lalu menumbuhkan komitmen (niat) terhadap kebaikan dan pada akhirnya melakukan kebaikan
itu sendiri. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang
baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang
baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta
didik. Hal ini juga ditunjang oleh penelitian Sartono (2011, hal. 8) bahwa ada 4 pilar dasar nilai
moral pendidikan karakter yaitu: olah pikir (intelectual development), olah hati (spiritual and
21
22
emotional development), olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development), dan olah
rasa dan karsa (affective and creativity development).
Atas dasar apa yang telah diungkapkan di atas, pendidikan karakter bukan hanya sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah
usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu
bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Nilai-nilai
tersebut harus ditumbuhkembangkan pada setiap peserta didik hingga berkembang menjadi
budaya sekolah (school culture).
Pendidikan karakter bersumber dari beberapa hal. Menurut Sartono (2011, hal. 9) pendidikan
karakter bersumber dari Agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter dibuat mulai dari pemerintah pusat sampai ke tataran
keluarga. Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter harus mendapatkan
dukungan dari semua pihak. Strategi yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan pendidikan
karakter dimulai dari pemerintah pusat (top-down) dengan kebijakannya tentang pelaksanaan
pendidikan karakter, strategi dari pengalaman praktisi (bottom-up) seperti yang dilakukan
beberapa lembaga yang konsen dengan perbaikan karakter bangsa, misalnya: The ESQ way
165, dan melalui strategi revitalisasi program penunjang pendidikan karakter yang terintegrasi
dalam kegiatan ko-kurikulur dan ekstrakurikuler seperti, pramuka, PMR, kantin kejujuran, dan
lain-lain. Ketiga strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang saling menguatkan, yaitu: top
down yang lebih bersifat intervensi, bottom up yang lebih bersifat penggalian best practice dan
habituasi, serta revitalisasi program. Dan hendaknya ketiga strategi tersebut dilaksanakan secara
terintegrasi dalam keempat pilar penting pendidikan karakter di sekolah sebagaimana yang
dituangkan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter, (Kemdiknas, 2010), yaitu: kegiatan
pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan
ekstrakurikuler.
22
23
Marzuki (2012, hal. 42) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pendidikan karakter di
sekolah merupakan bagian dari reformasi pendidikan, maka reformasi pendidikan karakter bisa
diibaratkan sebagai pohon yang memiliki empat bagian penting, yaitu akar, batang, cabang, dan
daun. Akar reformasi adalah landasan filosofis (pijakan) pelaksanaan pendidikan karakter harus
jelas dan dipahami oleh masyarakat. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
di Sekolah penyelenggara dan pelaku pendidikan. Batang reformasi berupa mandat dari
pemerintah selaku penanggung jawab penyelenggara pendidikan nasional. Dalam hal ini standar
dan tujuan dilaksanakannya pendidikan karakter harus jelas, transparan, dan akuntabel. Cabang
reformasi berupa manajemen pengelolaan pendidikan karakter, pemberdayaan guru, dan
pengelola pendidikan harus ditingkatkan. Sedang daun reformasi adalah adanya keterlibatan
orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang didukung
pula dengan budaya dan kebiasaan hidup masyarakat yang kondusif yang sekaligus menjadi
teladan bagi peserta didik dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari.
Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Karakter
Peran guru sebagai role model di sekolah sangat berpengaruh terhadap efektifitas penerapan
pendidikan karakter. Pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas diperlukan dalam situasi dan
kondisi bangsa yang masih dilanda krisis multidimensi. Sehingga kehadiran pendidik
23
24
sebagai key actor in the learning process, yang profesional serta memiliki karakter kuat dan
cerdas, karena melalui pendidik yang memiliki karakter kuat dan cerdas akan tercipta sumber
daya manusia yang merupakan pencerminan bangsa yang berkarakter kuat dan cerdas, serta
bermoral luhur (Pendidikan, 2012). Efektifitas penanaman nilai-nilai budi pekerti juga sangat
dipengaruhi oleh ketepatan pendekatan yang dipilih guru, misalnya Pendekatan klarifikasi nilai
(values clarification approach)(Zubaedi, 2009, hal. 23). Pendekatan ini memberi penekanan
pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri untuk
meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini sangat efektif
untuk pendidikan di alam demokrasi. Disisi lain keberhasilan pendidikan karakter salah satunya
adalah menghapus dikotomi bahwa karakter adalah tanggung jawab guru agama dan guru
kewarganegaraan. Sesungguhnya keberhasilan pendidikan karakter merupakan tanggung jawab
bersama sehingga semua guru harus membangun sinergi antar mata pelajaran (Zubaedi, 2009,
hal. 23). Mulyasa (2011) memiliki pendapat yang senada bahwa pengintegrasian pendidikan
karakter melalui proses pembelajaran semua mata pelajaran, merupakan model yang banyak
diterapkan. Model ini ditempuh dengan paradigma bahwa semua guru adalah pendidik karakter
(character educator). Artinya guru adalah contoh nyata bagi anak didik dalam menerapkan nilai-
nilai karakter yang diajarkan.
Pelaksanaan pendidikan karakter tidak semudah mendesain pendidikan karakter itu sendiri.
Sebagai contoh, pendidikan karakter di sekolah menanamkan nilai-nilai disiplin, jujur, dan
toleran sehingga pendidikan karakter menjadi salah satu solusi kultural untuk mengurangi
korupsi, namun di luar sekolah, stuktur masyarakat menampilkan sosok pemimpin yang korup,
tidak jujur, terjadi ketidakadilan. Di sinilah letak tidak efektifnya pendidikan budaya dan
karakter yang ditanamkan kepada anak. Sugeng Bayu Wahyono, sosiolog, dosen FIP UNY pada
Diskusi Media Forum UNY bertema “Korupsi dan Pendidikan Karakter” (2011) mengatakan
kalau pendidikan karakter ingin berhasil, masalah struktural harus diperbaiki dulu, karena
masalah korupsi bukan hanya masalah kultural tapi juga masalah strukrural. Sehingga Beliau
menawarkan alternatif pendidikan kritis sebagai solusi memberantas korupsi. Pendidikan kritis
merupakan arena menanamkan kesadaran bahwa terdapat penindasan struktur yang membuat
tiadanya pembebasan dan pencerahan. Dalam pendidikan kritis, peserta didik akan bersifat kritis
terhadap struktur yang menindas, baik yang menindas dunia ide maupun praktik sosial, politik,
ekonomi, dan praktik kebudayaan. Penerapan pendidikan kritis bukan hanya di sekolah-sekolah,
24
25
tetapi disemua lembaga sosial, sehingga akan terciptanya “critical mass”, suatu masa atau rakyat
yang kritis terhadap segala bentuk struktul yang menindas. Hanya dengan menciptakan massa
yang kritis yang akan mampu menciptakan bangsa dan berkarakter, seperti disiplin tinggi, jujur,
toleran dan yang paling penting adalah mandiri.
Presiden SBY dalam (Dewangga, 2012) menyampaikan pidatonya pada peringatan Hari
Pendidikan Nasional bahwa pendidikan karakter mempunyai fungsi strategis bagi kemajuan
bangsa, harus ada komitmen untuk menjalankan pendidikan karakter sebagai bagian dari jati diri
bangsa. Komitmen yang harus dijalankan mengacu kepada 5 nilai karakter bangsa untuk menjadi
manusia unggul, yaitu :
25
26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa kategori yaitu:
Bangsa Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan
karakter melalui sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena anak usia
SMP sangat cocok untuk diberi pembelajaran tentang pendidikan karakter.
Guru adalah orang tua para siswa. Karenanya, Rosulullah melarang para orangtua (guru)
mendoakan keburukan bagi anak-didiknya. Mendoakan keburukan kepada anak merupakan hal
yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak dan masa depannya.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.
Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau masa
depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila pendidikan
karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi bangsa ini,
B. SARAN.
Pemerintah harus selalu memantau atau mengawasi dunia pendidikan, karena dari dari
dunia pendidikan Negara bisa maju dan karena dunia pendidikan juga Negara bisa hancur, bila
pendidikan sudah disalah gunakan.
Selain mengajar, seorang guru atau orang tua juga harus mendo’akan anak atau muridnya
supaya menjadi lebih baik, bukan mendo’akan keburukan bagi anak didiknya.
Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik di dalam
menjalani masa-masa belajarnya, karena jika tidak semua pembelajaran yang di jalani anak didik
akan sia-sia. Semoga karya tulis dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pola-asuh-dalam-membentuk-karakter-anak/
http://www.pendidikankarakter.com/membangun-karakter-sejak-pendidikan-anak-usia-dini/
Dewangga, T. A. (2012, Agustus 03). Pendidikan Karakter untuk Membangun Manusia
Indonesia yang Unggul. Dipetik November 15, 2012, dari http://www.setkab.go.id.
Kemdiknas. (2010). Desain Induk pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional.
Kemdiknas, B. P. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemdiknas.
Kemdiknas, D. P. (2010). Konsep Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Direktorat
PSMP Kemdiknas.
Kompas. (2012, Desember). Dipetik Desember 6, 2012, dari
www. http://internasional.kompas.com.
Marzuki. (2012). Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah. Jurnal
pendidikan Karakter , 34.
Mulyasa. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Pendidikan, M. (2012, Desember 3). Pendidik yang Berkarakter Kuat dan Cerdas. Dipetik
November 15, 2012, dari http://www.blog.tp.ac.id.
Sartono. (2011). Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Makalah Disertasi , 6.
27
28
28