Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ Langkah-Langkah Pengembangan Karakter di Dalam Diri, Keluarga, dan Bangsa“

Tugas Ini Disususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Karakter dan Anti Korupsi
Dosen Pengampu : Bpk. Kamarudin, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 4


Kelas C PJKR

Anggota :

Dealy Cintia Wulur A42119153


Mulyawan Kalade A42119155
Budi Agung A42119185

PROGRAM STUDI PEND. JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari doesen
pengampu, Bapak Kamarudin, S.Pd., M.Pd pada bidang studi mata kuliah Pendidikan Karakter
dan Anti Korupsi, Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pengembangan karakter bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesemournaan makalah ini.

Palu, 22 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………...…………………………..…..

Daftar Isi …………………………………………..………………………………..….

BAB I Pendahulian ……………………………….………………………………..….

A. Latar belakang …………………………...…………………………………..…


B. Rumusan masalah …………………..…………………………………………..
C. Tujuan ………………………………………………………………………..….

BAB II Pembahasan .………………………………………………………………….

A. Pengembangan karakter di dalam diri


B. Pengembangan karakter dalam keluarga.
C. Pengembangan karakter bangsa.

BAB III Penutup ………..…………………………………………………………..…

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………..

Daftar pustaka ……………………………………………………………………..….


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan Indonesia, pendidikan karakter merupakan peran penting dalam
kemajuan moral suatu bangsa. Pendidikan harus mampu dalam mengembangkan kualitas
karakter anak bangsa. Senada dengan yang telah dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara
dalam undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dapat dikatakan,
UU No. 20 Tahun 2003 terihlami dari konsep pendidikan ala Ki Haja Dewantoro.

Dalam kehidupan seseorang karakter merupakan hal yang tidak terpisahkan. Karakter
adalah watak, tabiat, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan dan cara
pandang, berpikir, bersikap dan bertindak (Puskur,2010). Karakter terbentuk dari
kebiasaan. Kebiasaan dari saat anak-anak biasanya bertahan sampai maasa remaja. Orang
tua bisa mempengaruhi baik atau buruk pembentukan kebiasaan anak-anak mereka
(Lickona,2012:50). Pemikiran merupakan pembentuk karakter yang dapat memberikan
pendapat mengenai banyak hal yang membuat seseorang merasa nyaman dan menjadikan
hal tersebut sebagai karakter dan pembiasaannya. Karakter merupakan kualtas moral dan
mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
Potensi karakterbaik dari manusia sebelum manusia di lahirkan tetapi potensi tersebut
harus dibina pendidikan sejak usia dini.

Pembenrukan karakter merupakan penerapan yang tidak dapat dinegosiasi lagi.


Pendidikan karakter merupakan pembentukan yang terus berlanjut secara sistematis
dalam kehidupan anak menuju pendewasaan. Pembentukan karakter mendorong
seseorang tumbuh dengan karakter yang baik dan mendorong untuk melakukan segala hal
dengan baik. Masyarakat juga berperan dalam pembentukan karakter anak melalui orang
tua dan lingkungannya.

B. Rumusan masalah
- Membangun pengembangan karakter di dalam diri.
- Membangun pengembangan karakter dalam keluarga.
- Membangun pengembangan karakter bangsa.

C. Tujuan
- Untuk mengetahui pengembangan karakter di dalam diri;
- Untuk mengetahui pengembangan karakter dalam keluarga.
- Untuk mengetahui pengembangan karakter bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengembangan karakter dalam diri.

Dengan mengetahui adanya karakter seorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi


dirinya terhadap orang lain, terhadap tugas-tugas yang telah dipercayakan
kepadanya dalam situasi-situasi yang lainnya.
Karakter seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan
lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak,
akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya
dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Seiring dengan perkembangan
zaman yang disertai dengan berkembangnya tehnologi informasi telah
mengakibatkan pergeseran nilai dan banyak prilaku menyimpang yang terjadi
pada anak-anak, sehingga orangtua dan lembaga pendidikan serta lingkungan
masyarakat perlu memberikan perhatian serius dalam membangun pendidikan
karakter anak.

Membangun pendidikan karakter anak harus dimulai sejak dalam kandungan dan
sejak usia dini, karena usia dini adalah usia emas. Pengembangan karakter di
dalam diri perlu di latih sejak dini, dimana anak belajar memahami lingkungan
dan perasaan terhadap orang lain. Sehingga pendewasaan tiba seseorang dapat
memastikan dirinya menempatkan emosi, karakter dan jiwanya dengan baik
sesuai yang diharapkan. Dukungan serta rangsangan belajar yang baik dan efektif
dapat memberikan energi positif dan karakter yang baik dalam kehidupannya.
Sehingga menjadika seseorang yang dapat diandalkan dan memiliki karakter yang
penuh dengan tanggung jawab.

B. Pengembangan karakter dalam keluarga

Secara etimologis keluarga berasal dari bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan
"warga" yang berarti "anggota”, keluarga adalah kelompok manusia yang terdiri
dari anggota-anggota keluarga, anggota tersebut dapat pula banyak atau berasal
dari lingkungan keluarga terdekat yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga
sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari sejumlah individu, memiliki
hubungan darah antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di
antara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut
Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua
pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan di dalam perannya masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan.

Pendidikan dalam keluarga dapat berperan dalam bentuk kepribadian anak yang
berkarakter dewasa dalam berpikir dan berperilaku. Hal tersebut juga dikarenakan
orang tua dalam keluarga berperan penuh dalam mendidik dan memberi harapan
agar anak dapat memiliki kepribadian dan karakter yang positif untuk hidup
dalam masyarakat kelak. Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama dalam
pembentukan karakter anak.

Mengarahlan perilaku anak untuk membentuk karakter yang positif dan dapat
mengarahkan agar dapat bisa perpikir dan berperilaku secara dewasa tidaklah
mudah. Perlu adanya pantauan dan pengawasan dari orang tua secara efektif dan
berkala. Efektik yaitu dilakukan secara tepat dan dengan waktu yang sesuai
dengan sifat dasar anak, dan berkalah yaitu secara terus menerus. Dapat diketahui
bahwa dalam menerapkan pendidikan karakter bukanlah menjadi perintah atau
larangan sebagai perintah atau senjata utama dalam mendidik anak, tetapi lebih
kepada bagaimana ruang oirang tua seharusnya dalam melakukan panduan dan
bimbingan kepada remaja, pertintah dan larangan memang diperlukan dalam
membentuk karakter anak tetapi bukan sebagai pokok atau sesuatu yang
diandalkan, namun keseimabangan kebahagiaan dan aspek lain perlu dalam
mengembangkan kualitas karakter anak.

C. Pengembangan karakter bangsa

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia
Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena
itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan
pendidikan karakter bangsa. Watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
adalah karakter bangsa Indonesia yang diidealkan oleh Undang-Undang
Sisdiknas.

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan


Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan
yang berkembang saat ini. Saat ini budaya dan karakter bangsa menjadia sorotan
tajam masyarakat. Mengamati mengenai persoalan mengenai karakter yang tidak
mencapai hal yang diharapkan. Untuk mencapai karakter yang diharapkan,
diperlukan individu-individu yang memiliki karakter. Oleh karena itu, dalam
upaya pembangunan karakyer bangsa di perlukan upaya sungguh-sungguh untuk
membangun karakter individu. Yaitu hati, pikiran, olahraga, olah rasa dan karsa.
Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan. Olah pikir
berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan
secara kritis, kreatif dan inovatif. Olahraga berkenaan dengan proes persepsi,
kesiapan, peniruan dan manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai
sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang
tercermin dalam kepedulian, citra dan penciptaan kebaruan. Nilai-nilai karakter
bangsa yang dipaparkan di atas didukung oleh Michele Borba (2008) dengan
menggunakan istilah kecerdasan moral dan karakter.

Tujuh kebajikan utama dalam membangun kecerdasan moral dan karakter bangsa
yang kuat:
a. Empati, memahami dan merasakan kesedihan/ penderitaan orang lain
b. Nurani, merasakan dan menerapkan cara berprilaku yang manusiawi
c. Kontrol diri, mengendalikan pikiran dan tindakan agar dapat menahan
dorongan dari dalam atau mencegah dorongan dari luar sehingga dapat
bertindak benar
d. Rasa hormat, menghargai orang lain dengan berlaku baik dan sopan
e. Kebaikan hati, menunjukkan kepedulian terhadap kehidupan dan perasaan
orang lain
f. Toleransi, menghormati martabat dan menghargai hak semua orang meskipun
keyakinan berbeda antara satu dan yang lain
g. Keadilan, berpikir terbuka, tidak berat sebelah, bertindak adil/ berpihak pada
yang benar.
Dengan demikian, nilai-nilai karakter bangsa yang perlu ditransformasikan
kepada peserta didik sedini mungkin ada 9, sebagai berikut.

1. Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Jujur yaitu memiliki sikap dan sifat yang luhur sebagai warga negara dan
merupakan suatu keniscayaan. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya
keselarasan dan keharmonisan hubungan antar warga negara dengan negara,
memiliki misi dalam mengentaskan kemiskinan dan dalam meningkatkan
kesejahteraan bersama.
3. Adil adalah menempatkan sesuatu secara proporsional. Tujuan yang baik tidak
akan diwujudkan dengan cara-cara yang tidak adil. Penggunaan cara-cara
yang tidak adil adalah bentuk pelanggaran hak asasi dari orang yang
diperlakukan tidak adil.
4. Rasa hormat dan tanggung jawab terhadap sesama warga negara terutama
dalam konteks adanya pluralitas masyarakat Indonesia yang terdiri dari
berbagai etnis, suku, ras, keyakinan/agama, dan ideologi politik (komitmen
bersatu),turut bertanggung jawab menjaga keharmonisan hubungan antar etnis
serta keteraturan dan ketertiban negara yang berdiri di atas dasar pluralitas
tersebut (Bhineka Tunggal Ika).
5. Sikap kritis terhadap kenyataan empiris (realitas sosial, budaya, dan politik)
maupun terhadap kenyataan supra empiris atau metafisik (agama, mitologi,
kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditunjukkan pada diri sendiri.
6. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap pemahaman terhadap
pendapat yang berbeda.
7. Sikap terbuka didasarkan atas kesadaran akan pluralis- me dan keterbatasan
diri yang akan melahirkan kemam- puan dalam menahan diri, tidak
secepatnya menjatuh- kan penilaian atau pilihan.
8. Rasional yaitu memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan secara
bebas dan logis.Ini merupakan hal yang harus dilakukan. Keputusan-
keputusan yang di-ambil secara rasional akan melahirkan sikap yang tegas dan
pemikiran yang logis.
9. Cerdas dan arif yakni memiliki Inteligensi jamak. Inteligensi merupakan
kemampuan untuk memecahkan persoalan dan dapat menghasilkan produk
dalam suatu seting yang bermacam-macam dalam situasi yang nyata.
Intelegensi seseorang bukan hanya diukur dengan tes tertulis, melainkan lebih
tepat diukur melalui cara bagaimana orang itu memecahkan persoalan dalam
kehidupan yang nyata secara cerdas dan bijak (arif).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan karakter merupakan wadah pembentukan karakter yang dilakukan dan di


terapkan diawali dengan lingkungan keluarga, diri sendiri, dan bangsa Negara.
Pendidikan karakter diharapkan dapat memebrikan sumbangsih terbesar bagi anak dan
dunia pendidikan sebagai pendidik generasi bangsa yang berakhlak mulia, memerlukan
dedikasi dan waktu serta proses yang panjang dan berkala dalam mebentuk kebiasaan
baik. Dukungan semua pihak dalam melakukan dan menerapkan karakter yang baik demi
masa depan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

- Hadi, Abdul.2017.Urgensi Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini.Sintesa.18(1).20


- Aryyandika, Ageng.Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Untuk Membentuk
Kepribadian Remaja yang Dewasa Dalam Berpikir dan Berperilaku.Universitas
Sebelas Maret. http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article. (22 Februari 2021)
- http://pilardemokrasi.com/krisis-karakter-merupakan-refleksi-krisis-pendidikan(22
Februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai