Percobaan V
Daerah Fotik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum
Pengetahuan Lingkungan dengan baik.
Dengan adanya pembuatan laporan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan lengkap praktikum
pengetahuan lingkungan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III METODOLOGI 5
3.1 Waktu dan Tempat 5
3.2 Alat dan Bahan 5
3.3 Prosedur Kerja 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7
8.1 Hasil Pengamatan 7
8.2 Pembahasan 7
BAB V PENUTUP 9
5.1 Kesimpulan 9
5.2 Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Untuk mengetahui tingkat penyinaran cahaya matahari (transparansi) pada daerah
profundal
2. Untuk mengetahu faktor yang mempengaruhi daerah profundal.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laut merupakan bagian terbesar dari luas kepulauan Indonesia sebesar 90%.
Selain sebagai alat pemersatu yang menghubungkan berbagaipulau di Indonesia, laut juga
merupakan sumber perikanan yang berpotensial tinggi. Dalam penangkapan ikan terdapat
penggunaan berbagai pengetahuan dasar (basic sciences) serta pengetahuan terapan
(applied scienes) seperti: fisika, biologi, ekologi, oceanografi, meteorlogi dan
klimatologi, elektronika, mesin dan lain-lain (Ayodhyoa, 1981 dalam Loupatty, 2012).
Lingkungan lautan berbeda dari lingkungan darat. Perbedaan prinsip terletak pada
susunan kimia dari airnya. Air laut mengandung kira-kira 3,5 % mineral atau 35 ‰.
Mineral yang larut dalam air laut dinamakan garam, oleh karena itu kadar mineral air laut
disebut kadar garam atau salinitas. Faktor-faktor iklim di lautan tidak begitu penting
seperti di daratan. Suhu permukaan air sangat berbeda-beda. Penyebaran suhu permukaan
ini sangat mempengaruhi penyebaran organisme yang hidup di permukaan laut atau di
dekat pantai. Permukaan air laut, jumlah energi cahaya untuk organisme autotrof adalah
paling banyak kemudian semakin ke dalam semakin berkurang. Kekeruhan air ini
mempengaruhi kecepatan berkurangnya energi sebab air jernih dapat ditembus oleh
cahaya matahari lebih dalam daripada air yang keruh. Aliran air laut mempengaruhi juga
suhu dan kadar garam di setiap tempat dalam lautan dan sebaliknya aliran ini dipengaruhi
oleh pola angin dan oleh perputaran bumi.(triatmodjo,1999 dalam Andarini,2015).
Penetrasi cahaya diukur dengan menggunakan Secchi diks, dimana pada saat
pengambilan data menggunakan Secchi diks diambil nilai kedalaman cahaya yang masuk
kedalam perairan yaitu pada saat terlihat samar-samar. Penetrasi cahaya juga disebut
dengan iluminasi cahaya dimana intensitas penerangan atau kekuatan penerangan adalah
flux cahaya yang jatuh pada permukaan. Selanjutnya Yami (1987) menyatakan bahwa
3
iluminasi suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari
sumber cahaya tersebut dan nilainya akan lebih berkurang apabila nilai tersebut
memasuki air karena mengalami pemudaran (Kurniawan,2017).
Perubahan terhadap kualitas perairan erat kaitannya dengan potensi perairan
ditinjau dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu
perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan. Fitoplankton
merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas
dan tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton juga merupakan penyumbang oksigen
terbesar di dalam perairan karena peranan fitoplankton sebagai pengikat awal energi
matahari (Mustofa,2015).
Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun
CO2.Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam
telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi
dengan cara perlahan.Tingkat pH lebih kecil dari 4,8 dan lebih besar dari 9,2 sudah dapat
dianggap tercemar (Sary, 2006). Pada konsentrasi yang besar CO2 juga masuk kedalam
perairan sehingga mengakibatkan perubahan parameterkualitas air khususnya pH air dan
sistem karbonat. Pengasaman laut,mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme
laut termasuk di dalamnya organisme yang mengalami proses pengapuran pada siklus
hidupnya, seperti Hal imeda sp. Hal imeda sp merupakan jenis makroalga yang
mengandung kadar kalsium, dimana pada siklus hidupnya terdapat proses pengapuran
yang mampu menenggelamkan CO2 dalam perairan (Soemarwoto, 2001 dalam
Awaluddin, 2014).
4
BAB III
METODOLOGI
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini sebagai berikut.
- Meteran
- Alat tulis
- Cakram Secchi
- Salinometer
- Lembar kerja
- Ph indikator
- Tali nilon
5
4. Kemudian menarik secara pelan-pelan sampai pertama kali kelihatan.
5. Menandai tali sampai batas permukaan air, kemudian mengukur kedalaman air
dengan menggunakan meteran.
6. Melakukan pula pengukuran salinitas air dengan menggunakan salinometer, dan
tingkat keasaman air dengan menggunakan Ph indikator
7. Kemudian melakukan pengambilan sampel plankton pada daerah pengukuran
transparansi dengan menggunakan jala plankton.
8. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam table hasil pengamatan.
6
BAB IV
4.2 Pembahasan
Daerah fotik adalah suatu daerah perairan yang masih bisa ditembus cahaya
matahari. Daerah fotik juga merupakan wilayah epelagic yang mendapatkan cahaya.
Daerah fotik memiliki kedalaman yang beragam tergantung pada kejernihan airnya.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu salinometer, ph indikator,
cakram secchi dan meteran. Salinometer adalah alat yang berfungsi untuk mengukur
salinitas dengan cara mengukur kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Cara
kerja alat ini, yaitu dengan cara mengambil sampel air pada alat tersebut kemudian
dilakukan pembacaan skala yang terdapat pada angka. Salinometer yang dilengkapi
jarum penunjuk salinitas di dalamnya. Pada praktikum ini salinitas air diperoleh 30 ‰.
Kemudian untuk mengukur ph atau keasamaan air digunakan ph meter atau ph
indicator. Dimana jika ph lebih dari 7, maka airnya bersifat basa, jika ph kurang dari 7
maka airnya bersifat asam dan jika ph sama dengan 7 maka airnya bersifat netral. Pada
praktikum ini, keasamaan airnya diperoleh kurang dari 7 atau sama dengan 6 maka air
bersifat asam.
Kedalaman air diukur denggan menggunakan cakram secchi dan meteran. Cakram
secchi adalah sebuah alat yang memiliki fungsi untuk mengukur kecerahan perairan dan
7
mengatur tingkat penetrasi cahaya ke dalam perairan. Cakram secchi diturunkan ke daam
air secara perlahan menggunakan pengikat sampai pengamat tidak melihat bayangan
secchi. Saat bayangan cakram secchi sudah tidak tampak, tali ditahan atau berhenti
diturunkan dan ditandai kemudian diukur. Selanjutnya secara perlahan cakram diangkat
kembali sampai bayangannya tampak kembali. Kedalaman air dimana cakram tidak
tampak dan tampak oleh penglihatan. Pada praktikum ini kedalaman airnya diperoleh
50cm.
Adapun kendala yang ada praktikum ini, yaitu keruhnya air sehingga
menghambat cahaya ke dalam air dan hasil pengukuran tidak maksimal.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat dibandingkan dengan
literatur yang ada, dimana hasilnya adalah sama. Kesamaannya terdapat pada keasamaan
air yaitu bersifat asam.
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sebaiknya saat pertemuan praktikum materi yang dibahas sebaiknya harus lebih
mendalam agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang lebih disamping pengetahuan
dasar dari materi tersebut. Lebih teiliti dan berhati-hati saat melakukan praktikum agar
data yang didapat lebih tepat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Grace Loupatty (2012) “Analisis Warna Cahaya Lampu Terhadap Hasil Tangkapan Ikan”,
Jurnal Barekeng, Vol.6, No. 1, Hal. 47
Nanda Ulfa Natiqoh, Eva Utami, Kurniawan (2017) “Perbandingan Hasil Tangkapan Ikan
Teri (Srolephorus sp.), Bagan Tancap Menggunakan Lampu Celup Dalam Air
Dan Dalam Lampu Di Atas Permukaan Air Di Perairan Rebo Kabupaten Bangka”,
Jurnal Sumberdaya Perairan, Vol.11, No.2
Arif Mustofa (2015) “Kandungan Nitrat dan Pospat Sebagai Faktor Tingkat Kesuburan
Perairan Pantai”, Jurnal Disprotek, Vol.6, No. 1, Hal. 13
Ria Andarini (2015) “Kualitas Air di Kepulauan Padang Tikar Kubu Raya, Kalimantan
Barat”, Jurnal Ekologi Perairan, Hal. 2
Nita Rukminasari, Nadiarti & Khaerul Awaluddin (2014) “Pengaruh Derajat Keasaman
(Ph) Air Laut Terhadap Konsentrasi Kalsium Dan Laju Pertumbuhan Halimeda
sp.”, Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, Vol. 24, No. 1, Hal. 28
10
LAMPIRAN
11