Anda di halaman 1dari 11

AB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osmosis sering diasalah pahami oleh mahasiswa.Sebagai sala satu contoh misalnya

konsep yang menerangkan bahwa osmosis adalah peristiwa yang merupakan kebalikan dari

peristiwa difusi. Kesalahan terjadi ketika memahami bahwa osmosis adalah pergerakan atau

perpindahan molekul dari konsentrasi rendah ( hipotonis ) menuju larutan dengan konsentrasi

tinggi ( hipertonis ) melalui membrane semipermeabel semata.pada pemahaman seperti initidak

memperhatikan molekul mana yang bergerak? jika diperhatikanbahwa yang mengalami

pergerakan adalah molekul pelarut (air) maka tidak akan terjadi kesalahan dalam memahami

konsep sederhana ini. Dengan demikian baik difusi maupun osmosis sama sama bergerak,

berpindah untuk meniadakan gradient konsentrasi sehingga pada ahir proses akan didapatkan

kondisi larutan yang seimbang (isotonis). Dalam praktikum ini kita akan memanfaatkan

membrane semipermeabel alami yang dimiliki oleh telur. Berikutnya cara untuk mengatahui

peristiwa osmosis adalah dengan melakukan pengamatan pada telur, pertama telur di lubangi

kedua ujung kutubnya, kemudian sala satu ujung dilubangi hingga cangkang dan selaputnya

pecah, sebaliknya ujung berlawanan dilubangi hingga selaputnya, masukan sedotan pada ujung

yang telah dilubangi cangkang dan selaputnya dan tetesi dengan lilin hingga tidak terdapat

rongga untuk keluarnya udara. Selanjutnya rendam telur dalam beker gelas dengan air

secukupnya dan amati perisiwa osmosis pada sedotan tersebut. Sebelumnya sedotan diberikan

skala agar dapat menghitung osmosis yang terjadi ( cm/ menit ).

1.2 Tujuan

Melihat proses osmosis dengan menggunakan membrane dari telur ayam.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Osmosis dan Tekanan Osmosis


Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan kepada suatu larutan untuk mencegah
mengalirnya molekul air dari suatu pelarut ke dalam larutan. Peristiwa osmosis merupakan
difusi air yaitu migrasi molekul air (dari konsentrasi lebih rendah, yaitu pelarut) menuju suatu
larutan yang konsentrasinya lebih tinggi. Suatu sel bisa mengalami kondisi hipertonik ataupun
hipotonik sehingga menghasilkan sel yang krenasi atau plasmolisis karena adanya osmosis tadi
(Tjahjadarmawan, 2013).
Perkembangan Konsep Modern Struktur Membran: Model Mosaik Cair.
Model dari Danielli dan Davson menarik perhatian luas dan memberikan konsep yang penting
untuk semua penelitian yang menyangkut struktur membran sampai tahun 1960an. Selama
periode tahun ini, berbagai macam penelitian menemukan bahwa fosfolipid dan protein
merupakan penyusun membran yang terpenting. Fakta penting dikemukakan oleh J.D. Robertson
dari Universitas Duke, yang mana memperhatikan keseragaman pada membran sel di bawah
mikroskop elektron. Berdasarkan penelitiannya, Robertson mengusulkan pada konsep
membrannya bahwa semua membran tersusun atas struktur yang sama.
Penelitian tahun 1960 dimulai untuk menyatakan ketidakselarasan dengan model Danielli dan
Davson. Pada tahun 1966, S. J. Singer menemukan bahwa pada protein membran terindikasi
terdapat lebih dari 30 persen ikatan asam amino yang tersusun dalam alfa heliks. Dengan
demikian, perbandingan protein membran secara umum adalah bahwa (protein) bentuk gulungan
lebih sedikit daripada penyebaran dalam lapisan yang hanya memiliki satu asam amino seperti
model yang diusulkan oleh Danielli dan Davson. Singer mencatatkan bahwa total isi (bentuk)
alfa heliks pada membran pada kenyataannya adalah jenis protein dengan bentuk bulatan yang
lebih sedikit daripada bentuk datar. Bagaimanapun juga, protein dengan bentuk bulatan terlihat
tidak cocok dengan model Danielli dan Davson karena penyebaran protein dalam bentuk ini pada
dua sisi dari lapisan akan membangun struktur yang lebih tebal daripada ukuran sebenarnya yang
diamati pada membrane (Faisal, 2010).
Lebih jauh, masalah pada model Danielli dan Davson datang dari pengamatan yang
dilakukan Singer bahwa protein membran yang tak terlipat, pada intinya lapisan dua dimensi
pada kedua sisi membran pasti akan mengalami degradasi asam amino hidrofob yang mana
menyusun protein membran dalam medium cair pada permukaan sel. Kondisi ini sangat berbeda,
karena banyak sekali energi yang harus dikeluarkan untuk mempertahankan gugus hidrofob
dalam lingkungan yang bersifat hidrofil. Energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan protein
pada lapisan yang tersebar secara tipis akan menjadi tinggi, pada kenyataannya bahwa membran
akan menjadi tidak stabil dan tak sama untuk meninggalkan bagian yang tak rusak selama
beberapa saat (Faisal, 2010).
Pengamatan pada keaadan fosfolipid yang sebenarnya dalam air terpisah merupakan
salah satu masalah. Pengamatan membuat persoalan ini menjadi jelas bahwa tidak perlu
menerima (pernyataan) bahwa fosfolipid mesti dibungkus oleh protein untuk menurunkan
tegangan permukaanyan ketika fosfolipid ini berada dalam air. Zat yang digunakan oleh Danielli
dan Davson pada percobaan mereka sepenuhnya murni minyak yang memiliki karakteristik
hidrofob. Zat jenis ini mengumpul dalam bentuk bulatan ketika berada dalam air. Ketika bentuk
bulatan terdegradasi kemungkinan terkecil, daerah permukaan berda di sekitar molekul air,
bulatan ini melawan perubahan bentuk yang lebih datar. Perlawanan terhadap perubahan bentuk
terlihat pada tegangan permukaan yang relatif lebih tinggi dari tetes-tetes minyak di air. Tetes-
tetes fosfolipid sebaliknya dapat mengisi susunan dwilapis yang mana keseluruhan permukaan
yang terdegradasi bersifat hidrofil. Ini mengakibatkan mereka (fosfolipid) untuk melakukan
berbagai bentuk dalam air dan menurunkan tegangan permukaan fosfolipid dengan tidak
diperlukannya protein pembungkus permukaan. Dengan demikian, seperti yang biasa terjadi
dalam penelitian, Danielli dan Davson memberikan kesimpulan yang direvisi bahwa protein
sangat penting pada struktur membrane (Faisal, 2010).
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang
lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh
pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan
konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya
pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih
pekat sebanding dengan tekanan turgor (Faisal, 2010).
Menurut Ramansyah (2012), berikut adalah contoh osmosis:
1. Masuk dan naiknya air mineral dalam tubuh pepohonan merupakan prosesosmosis.
Air dalam tanah memiliki kandungan solvent lebih besar (hypotonic)dibanding dalam pembuluh,
sehingga air masuk menuju xylem/sel tanaman.
2. Jika sel tanaman diletakkan dalam kondisi hypertonic
(solut tinggi atau solventrendah), maka sel akan menyusut (ter-plasmolisis) karena cairan sel kel
uarmenuju larutan hypertonic.
3. Ikan air tawar yang ditempatkan di air laut akan mengalami penyusutan volumetubuh.
4.
Air laut adalah hypertonic bagi sel tubuh manusia, sehingga minum air lautjustru menyebabkan d
ehidrasi.
5. Kentang yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengalami penyusutan.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Ramansyah, 2012).
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap
air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang
diam dari solid atau fluida (Ramansyah, 2012).
Transpor aktif adalah pengangkutan lintas membran dengan menggunakan energi ATP,
melibatkan pertukaran ion Na+ dan K+ (pompa ion) serta protein kontraspor yang akan
mengangkut ion Na+ bersama melekul lain seperti asam amino dan gula. Arahnya dari
daerah berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Misal perpindahan air dari korteks ke stele
(Ramansyah, 2012).
Endositosis adalah proses pemasukan zat ke dalam sel. Proses ini tergolong transpor aktif
karena melawan kadar gradien (darikonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi) dan memerlukan
energi sel. Endositosis terbagi dua, yaitu :
fagositosis (pemasukan zat padat) dan pinositosis (permasukan zat cair). Contoh endositosis
adalah sel darah putih yang memakan bakteri penyakit. Sel tersebut membungkus bakteri dan
menangkapnya dalam suatu vakuola makanan yang selanjutnya dicerna oleh lisosom
(Ramansyah, 2012).
Eksositosis adalah proses pengeluaran zat dari dalam sel. Proses ini juga tergolong
transpor aktif karena melawan kadar gradien (dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi) dan
memerlukan energi sel. Contoh eksositosis adalah proses pengeluaran zat dari dalam sel - sel
kelenjar pada peristiwa sekresi. Cairan enzim itu dimasukkan ke dalam vakuola. Vakuola itu
menuju ke tepi sel, kemudian membran plasma akan membuka dan keluarlah enzim tersebut dari
dalam sel (Ramansyah, 2012).
Alam membandingkan dua larutan yang konsentrasi zat terlarutnya berbeda, larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi disebut sebagai hipertonik. Larutan dengan
konsentrasi zat yang lebih rendah disebut sebagai hipotonik larutan-larutan dengan konsetrasi zat
terlarut yang sama disebut sebagai isotonik (Campbell, 2003).
Setiap sel dibatasi oleh membrane yang berperan sebagai jalur lalu lintas sejumlah
substansi yang masuk dan keluar sel. Hal ini akan menetukan apakah sebuah sel berada dalam
keadaan homeostasis atau tidak. Homeostasis adalah kemampuan sel untuk memperoleh
lingkungan internal yang stabil melalui pengaturan lintasan zat cair melalui membrane sel
(Adnan dkk., 2011).
Menurut Wulangi (1993), permeabilitas membrane plasma tergantung pada :
a. Ukuran sel, molekul berukuran besar tidak dapat menembus membrane plasma. Molekul air dan
asam amino berukuran kecil dengan mudah dapat menebus membrane plasma, tetapi kebanyakan
protein yang merupakan gabungan darii banyak asama amino tergolong molekul besar dan tidak
dapat menembus membrane plasma.
b. Kelarutan dalam lemak, substansi yang larut dalam lemak dapat menembus membrane plasma
dengan lebih mudah dibandingkan dengan substansi lain.
c. Muatan ion, zat yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan membrane plasma akan
ditarik kearah membrane plasma sehingga lebih mudah menembus membrane plasma
d. Ada / tidaknya molekul pengangkut.

2.2 Larutan Cuka


Asam asetat, asam etanoal atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat
paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam
produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai
pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak
air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta
ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun
dari sumber hayati.
2.3 Larutan Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di
bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air
yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk
mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari
berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang
dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5 2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam
tubuh dan membantu proses metabolisme. Di dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk
transportasi zat zat makanan dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis zat yang
diperlukan tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh
darah yang ada disekitar alveoli.
2.4 Larutan Sirup
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi
(sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop
adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirop adalah larutan pekat gula atau
gula lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan
jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam
jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga
dapat meningkatkn kelarutan obat (Anonim, 1978).
2.5 Telur

Kulit telur mengandung kalsium karbonat (CaCO3 ). telur ayam atau telur burung adalah
sebuah sel di mana yang disebut sel adalah vitellusnya. Jika diperhatikan ini adalah ukuran sel
yang sangat besar, itulah sebabnya, ukuran rata-rata dari sel sangat sukar ditentukan. Sesuai
dengan fungsinya maka bentuk sel itu menunjukkan variasi yang bermacam-macam. Pada
umumnya bentuk sel pada tumbuhan adalah segi empat memanjang atau segi enam, misalnya
sel-sel epidermis, sel-sel parenkim. Di samping itu pada bagian kayu sel-selnya berbentuk
serabut (sklerenkim) dan bulat (kolenkim).

2.6 Faktor Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Osmosis


1. Ukuran molekul yang meresap: Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat lubang membran
akan meresap dengan lebih mudah.
2. Keterlarutan lipid: Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih cepat
daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid.
3. Luas permukaan membran: Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membrsn
yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar.
4. Ketebalan membran: Kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang dengan jarak yang harus
dilaluinya. Berbanding dengan satu membran yang tebal, kadar resapan memlaui satu membran
yang nipis adalah lebih cepat.
5. Suhu: Pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan akan menjadi lebih cepat pada
suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang rendah.

BAB III
METODE PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah :
Hari/tanggal: Kamis/ 29 Oktober 2015
Waktu : 10.00-12:00 WIT
Tempat : Laboratorium Agroklimatologi
Fakultas Pertanian, Universitas Papua, Manokwari.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini antara lain :
Telur segar
Cuka putih
Sirup lecy
Air
Bolpen permanent
Gelas piala 250 ml
3 buah botol bekas selai lengkap dengan penutupnya
3.3 Cara Kerja
1. Tuliskan label pada 3 botol selai (cuka, sirup, air), tuliskan nama kelompok. Gunakan
gelas piala untuk mengukur 200 ml untuk setiap cuka, sirup dan air, lalu masukan setiap telur
pada botol selai. Masukan cairan cuka, sirup dan air.
2. Setiap hari (selama 4 hari ) dilakukan pengamatan terhadap volume cairan dan kondisi
telur.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel (lampiran)
4.2 Pembahasan
Osmosis adalah perpindahan pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat melalui
selaput semipermeabel. Selaput semipermeabel adalah selaput yang hanya dapat dilewati oleh
partikel-partikel tertentu. Sedangkan tekanan osmosis adalah tekanan yang diperlukan untuk
menghentikan aliran pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat.
Dari tabel dapat diketahui bahwa konsentrasi larutan mempengaruhi proses osmosis pada
telur, hal ini terbukti pada perubahan diameter masing-masing telur yang semakin membesar, dan
tekstur masing-masing telur yang awalnya keras menjadi kenyal. Bau masing-masing telur yang
awalnya tidak berbau menjadi bau dan tidak berbau. Volume larutan yang semula disamakan 200
ml, pada hari akhir setelah percobaan menjadi berubah pada masing-masing telur. Warna pada
maing-masing telur yang awalnya coklat menjadi putih, agak coklat dan coklat kehitaman. Pada
percobaan ini masing-masing telur direndam dalam larutan cuka, larutan sirup dan air. Ketika
telur dimasukan kedalam masing-masing larutan, posisi telur pada asam cuka dan sirup berada
diatas atau terapung sedangkan posisi telur pada air berada di dasar botol selai. Telur dapat
mengapung pada asam cuka dan sirup kemungkinan disebabkan karena massa jenis pada kedua
larutan tersebut lebih besar daripada massa jenis telur. Sedangkan pada air massa jenis telur lebih
besar dari air sehingga menyebabkan telur berada di dasar botol selai.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa adanya perubahan
pada bentuk dan tekstur telur, telur menjadi membesar dan cangkangnya menjadi lunak. Telur
menjadi membesar karena adanya peristiwa osmosis yaitu mengalirnya zat cair dalam larutan
(asam cuka) pada cangkang telur sehingga melalui membran semi permeabel (selaput kulit dari
telur) dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Cangkang telur menjadi lunak karena
cangkang telur mengandung Kalsium Karbonat (CaCO3) yang karena molekul tersebut dapat
membuat cangkangnya itu keras dan cuka mengandung asam asetat (CH3COOH) yang mampu
membuat cangkang nya menjadi lunak. Jadi ketika cuka bercampur dengan telur maka asam
asetat cuka akan melarutkan cangkang telur dan telur akan menjadi elastik atau lunak. Telur akan
berubah menjadi kenyal seperti jelly. Karena sifat glukosa (sirup) kental, kekentalan sirup
mempengaruhi besar telur, sehingga telur menjadi mengecil dan juga telur berubah warna
menjadi warna merah karena pengaruh warna sirup yang merah. Larutan asam cuka yang ada di
dalam telur perlahan keluar ke larutan glukosa yang menyebabkan glokosa menjadi mencair
yang sebelumnya kental.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Proses naiknya cairan yang terdapat dalam telur dapat diartikan sebagai proses osmosis karna
dilihat dari pengertiannya osmosis merupakan proses perpindahan molekul air dari kosentrasi
rendah ke kosentrasi tinggi melalui membrane semi permiabel.
2. Cairan yang terdapat dalam telur dapat naik ke atas karena air yang merupakan pelarut yang
memilki konsentrasi rendah (hipotonik) akan berpindah ke cairan telur yang memiliki
konsentrasi tinggi (hipertonik) melewati selaput membrane telur yang selektif permeable dengan
melawan gradient konsentrasi melalui proses osmoregulasi. Maka air tersebut yang
mengakibatkan tekanan pada cairan telur tersebut naik dari konsentrasi rendah sampai tinggi.

5.2 Saran

1. Disarankan kepada asisten dan pihak laboratorium untuk kedepannya agar melengkapi peralatan
dan bahan untuk pratikum, sehingga para pratikan hanya fokus pada pratikum saja, misalnya
pihak laboratorium menyiapkan botol selai sebagai perlengkapan pratikum.
2. Dalam melakukan pengamatan osmosis selama 4 hari disarankan melakukan pengamatan tepat
pada waktunya, sehingga data pengamatan yang diperoleh lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Januar; Baharsjah, Justika. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman. IPB Bogor :SITC
Http://cilukbastar.blogspot.co.id/2012/10/contoh-laporan-praktikum-difusi.html diakses pada
tanggal 23 Oktober 2015
Http://cilukbastar.blogspot.co.id/2012/10/contoh-laporan-praktikum-difusi.html diakses pada
tanggal 23 Oktober 2015
Https://www.academia.edu/8821209/Laporan_Praktikum_Biologi_kelompok_samanea_saman-
difusi_osmosis. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015
Tim Fisiologi Tumbuhan. 2015. Penuntun Pratikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Budidaya Pertanian,
FAPERTEK, Universitas Papua, Manokwari.

Anda mungkin juga menyukai