Nama
Npm
: E1B015060
Prodi
: Kehutanan
Kelompok
: Viii (delapan)
Hari/Jam
: Senin/12.00 Wib
Tanggal
: 09 November 2015
Ko-As
Dosen
Objek Praktikum
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Larutan merupakan campuran homogen antara dua jenis zat atau lebih.
Larutan terbentuk karena adanya tarik menarik antar molekul zat terlarut dan zat
pelarut, sehingga dapat bercampur baur. Larutan terdiri dari dua komponen, yaitu
pelarut (solvent) dan zat terlarut (solut). Untuk mengetahui perbedaannya, maka
perhatikan bahwa pelarut merupakan komponen yang jumlahnya lebih banyak,
sedangkan
sedikit.
zat
terlarut
merupakan
komponen
yang
jumlahnya
lebih
dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut
membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang sering
dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula
yang dilarutkan dalam air. Gas juga dapat larut dalam cairan, contohnya oksigen
dalam air. Selain itu cairan dapat juga larut dalam cairan lain, dan gas dalam gas
lain. Ada juga larutan padat, misalnya campuran logam dan mineral tertentu.
Karena peristiwa larutan sangat banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
maka praktikan diharapkan dapat mengetahui bagaimana cara menghitung
konsentrasi larutan. Tujuannya agar praktikan dapat dengan hati-hati dalam
penghitungan konsentrasi dan tidak membahayakan diri praktikan itu sendiri.
Bahkan praktikan dapat menerapkan hal ini dalam mengolah bahan bahan yang
memiliki tingkat konsentrasi tinggi.
1.2 Tujuan percobaan
1. Menjelaskan berbagai satuan konsentrasi larutan
2. Mampu membuat larutan dalam berbagai konsentrasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan adalah campuran homegen antara dua zat atau lebih yang dapat
dibuat dengan cara melarutkan sejumlah tertetu (gram atau ml) zat terlarut dalam
sejumlah volume pelarut yang sesuai, sehingga diperoleh volume yang tepat.
Dengan demikian pada saat anda akan membuat larutan, maka anda perlu
emperhatikan terlebih dahulu bahan kimia yang tersedia. Bahan kimia tersebut
dapat berupa padatan atau cairan. Apabila bentuk zat yang akan dibuat larutan
berupa padatan, maka zat tersebut harus ditimbang sesuai dengan yang dibutuhkan.
Banyaknya zat yang ditimbang dapat anda tentukan melalui perhitungan
berdaasarkan hubungan antara konsentrasi dan volume larutan yang diperlukan.
Adapun jika zat yang akan dibuat dalam bentuk cairan, maka dilakukan
pengukuran sejumlah volume dengan memperhitungkan massa jenis dan kadar zat
terlarut dalam keadaan pekat (Pursitasari, 2014).
Larutan adalah campuran dan karena itu tidak memiliki komposisi tertentu.
Untuk sebagian besar larutan terdapat batas tertentu tentang berapa banya zat
terlarut yang akan melarut dalam kuantitas pelarut tertentu pada suhu yang telah
ditetapkan. Konsentrasi maksimum zat terlarut berlebih yang akan melarut disebut
kelarutan zat terlarut. Kelarutan bergantung pada suhu. Sebagian besar zat padat
lebih cepat melarut dalam cairan pada suhu tinggi dibandingkan pada suhu rendah,
sementara gas melarut lebih cepat dalam cairan dingin dibandingkan dalam cairan
panas (Goldberg, 2004).
Larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut sama dengan
kelarutannya disebut larutan jenuh. Jika konsentrasinya rendah, larutan itu disebut
tak jenuh. Kita juga dapat membuat laruta super jenuh, yaitu suatu larutan tidak
stabil yang mengandung konsentrasi zat terlarut lebih besar daripada konsentrasi
zat pelarut pada larutan jenuh. Larutan seperti itu akan mengendapkan zat terlarut
berlebih jika kristal zat terlarut ditambahkan ke dalamnya (Goldberg, 2004).
Contoh bahan yang mempunyai komposisi tetap dan sifat yang seragam
dikatakan berada dalam satu fase. Misalnya, air pada 250 C dan tekanan 1 atm
berada dalam ssatu faase tunggal cairan. Semua sifat sama dalam fase cairan. Jika
sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan ke dalam air, garam akan larut dan
masih tetap dalam satu dase tunggal cair. Komposisi dan sifat fase cairan baru ini,
yaitu larutan, berbeda dengan air murni. Larutan ini adalah campuran karena
terdiri dari dua bahan. Larutan ini homogen, karena sifat-sifatnya sama diseluruh
cairan. Karena larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa
hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding
dalam pelarut murni (Petrucci, 1987).
Kosentrasi larutan menyatakan perbandingan antara zat terlarut dengan
pelarut, atau larutan. Banyak cara untuk menyatakan konsentrasi larutan, yang
semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan.
Berikut adalah cara untuk menentukan konsentrasi larutan: (Syafnil & Silsia,
2015).
1. Persen Berat (% W/W)
Menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam larutan
% W/W =
2015).
2. Persen Volume (% V/V)
Menyatakan volume (ml) zat terlarut dalam volume larutan (ml)
%V/V
atau ppm =
1 ppb =
10-6
atau ppb =
10-9 ( Syafnil
(Syafnil &
Silsia, 2015).
6. Molaritas (M)
Menyatakan jumlah mol zat terlarut per liter larutan.
M=
M==
7. Molalitas (m)
Menyatakan jumlah mol zat terlarut per kilogram (1000 g) pelarut.
m=
8. Normalitas (N)
Menyatakan banyaknya mol ekivalen zat terlarut dalam liter larutan.
N=
Ek = ekivalen zat terlarut (gram zat terlarut/ BE) (Syafnil & Silsia,
2015).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Pipet ukur
H2SO4
Pipet gondok
NaCl
Neraca analitik
NaOH
Botol semprot
Etanol
Kaca arloji
KIO3
Labu ukur
HCl
Bola hisap
Asam oksalat
Urea
Corong
3.2.6 Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H2C2O4 .2 H2O .120 gram/mol)
Ditimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan neraca analitik, kemudian
diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
3.2.8 Membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N2) (Mr. urea 60 gram/ mol)
Ditimbang 0,1086 gram urea, kemudian diencerkan dengan aquades dalam
labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1. Membuat larutan NaCl 1%
Ditimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian
dilarutkan dengan aquades di dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
2. Membuat larutan etanol 5%
Dipipet sebanyak 2,5 ml etanol absolute dengan ppipet ukur, kemudian
dimasukkan ke dalam Lbu ukur 50 ml. tambahkan aquades sampai tanda
batas. Kocok sampai homogen.
3. Membuat larutan 0,01 M KIO3 (Mr. 214 gram/mol)
Ditimbang sebanyak 0,107 gram KIO3 dengan neraca analitik, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan aquades sampai
tanda batas.
4. Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr. 94 gram/mol)
Dipipet sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian diencerkan
dengan akuades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
6. Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H2C2O4 .2 H2O .120 gram/mol)
Ditimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan neraca analitik, kemudian
diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
7. Membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)
BAB V
PEMBAHASAN
1. membuat larutan NaCl 1%
%W/V =
100%
1% =
100%
100. gram = 50
Gram = 50/100 = 0,5 gram
2. membuat larutan Etanol 5%
% V/V =
x 100 %
5% =
100%
100. ml = 250
ml = 2,5 ml
3. membuat larutan 0,01 M KIO3
M=
0,01 M =
gram = 0,107 gram
4. membuat larutan 0,1 M H2SO4
gram = ml x Bj
= 0,5 x 1,303 = 0,6515 gram
M=
=
= 0,13 gram
BE =Mr / n = 36,5/1
= 36,5
Ek =
= 37 / 100 x 0,415
= 0,15355 gram
Ek =
N=
= 0,0042
= 0,08 N
x 106
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1) praktikan dapat menyatakan serta menjelaskan berbagai rumus untuk
menghitung konsetrasi. Praktikan dapat menyatakannya dengan menggunakan
rumus Molaritas, molalitas, Normalitas, Fraksi mol, ppm dan ppb, persen berat,
persen volume, dan persen berat per volume.
2) Praktikan dapat membuat berbagai macam campuran larutan pada konsentrasi
yang berbeda-beda dan dapat menghitung konsentrasi dari pembuatan larutan
tersebut.
6.2 saran
Praktikan diharapkan dapat melaksanakan praktikum dengan baik, sesuai
petujuk dan arahan dari koass atau dosen. Agar tidak terjadi kesalahan saat
pembuatan atau percampuran larutan. Praktikan juga harus berhati-hati saat
melakukan pencampuran atau pembuatan larutan, guna menjaga keselamatan diri
dan lingkungan sekitar. Maka praktikan dapat melakukan percobaan dengan
efisien, dengan hasil yang baik.
BAB VII
JAWABAN PERTANYAAN
1. 80 gram H2SO4 dilarutkan dengan 120 gram air.
Diketahui : Mr H2SO4 98 g/mol
BJ H2SO4 : 1,303 g/ml
Konsentrasi H2SO4 100%
Mr air 18 g/mol
BJ air 1 g/ml
Ditanya : a ) persen berat
b) Molalitas
c) Molaritas
d) Fraksi zat terlarut
e) Fraksi mol pelarut
Jawab : a) % W/W =
=
100%
= 66,67%
b) Molalitas (m) =
mol =
(m) =
= 0,816 mol
= 6,8 mol/kg
c) M =
V terlarut = 80 gram/1,303 gram/ml = 61,39 ml
= 540,27 ml/L
=
=
= 6,67 mol
= 0,89
Gram zat
terlarut
Mol zat
terlarut
Volume
larutan
Molaritas
NaNO3
25
1,2
NaNO3
16 L
0,03
KBr
91
450 ml
KBr
0,42
1,8
PENYELESAIAN:
A) mol zat terlarut =
=
= 0,29 mol
B) M =
1,2 =
Liter larutan =
= 0,241 L = 241 ml
= 0,2331
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Pursitasari, I.D. 2014. Kimia Analitik Dasar. Bandung: Alfabeta hal. 33-44.
Goldberg, David. E. 2004. Kimia Untuk Pemula. Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga
Hal. 95-103.
Petrucci, Ralph. H. 1987. Kimia Dasar. Edisi Keempat-Jilid Dua, Jakarta:
Erlangga hal. 56-57.
Syafnil & Silsia, D. 2015. Penuntun Praktikum Kimia. Universitas
Bengkulu hal.16-21.
Bengkulu: