Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RUMUS DAN DIAGRAM BUNGA

Mata Kuliah : Botani Umum

Dosen Pengampu : Felma Manorek, STP.,M.Si

Disusun oleh Kelompok 9 :

KEVIN MONINGKA

JEKSEN TEWU

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS PERTANIAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas kasih karunia dan berkat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Rumus dan Diagram Bunga tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan penulis dan
pembaca tentang Rumus dan Diagram Bunga. Adapun tujuan lainnya yaitu untuk memenuhi
tugas kelompok.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tomohon, April 2023

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Diagram Bunga ............................................................................................................. 2

2.2 Rumus Bunga ............................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 12

3.2 Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakkan secara generatif yang memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda
menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan
bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Jika kita memperhatikan suatu bunga,
mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun)
yang bentuk, warna dan susunanya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga
pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat
dihasilkan alat-alat perkembangbiakkan. Mengingat pentingnya bunga pada tumbuhan, pada
bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya
sebagai penghasil alat perkembangbiakkan yang sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga
sifat-sifat yang amat menarik ialah bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya,
warnanya, baunya, ada dan tidaknnya madu ataupun zat lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana rumus dan diagram bunga ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui rumus dan diagram bunga.
BAB II
PEMBASAN

2.1 Diagram Bunga

Untuk mendeskripsikan bunga, selain secara verbal (dengan kata-kata) dapat ditambahkan
gambar-gambar, agar diperoleh kesan yang lebih mendalam tentang keadaan bunga. Salah satu
gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya adalah diagram bunga.
Diagram bunga adalah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang
dipotong melintang. Pada diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang daun-daun
kelopak, mahkota atau tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian bunga lainnya jika masih
ada, di samping keempat bagian pokok tersebut di atas. Perlu diperhatikan, bahwa lazimnya dari kelopak
dan mahkota bunga di gambar penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedangkan dari benang sari
digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari
diagram bunga itu selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing-masing bagian bunga tadi dan
bagaimana letak dan susunannya antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, diagram bunga merupakan
suatu gambar yang bersifat skematik.
Bagian-bagian bunga duduk di atas dasar bunga, masing-masing teratur dalam satu lingkaran
atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus digambarkan sedemikian rupa sehingga tidak
mungkin dua bagian bunga yang berbeda digambarkan dengan lambang yang sama. Kemungkinan adanya
persamaan gambar hanyalah kelopak dan mahkota, sedangkan benang sari dan putiknya seharusnya tidak terjadi
kekeliruan. Oleh karena itu, kelopak dan mahkota harus selalu digambar dengan lambang-lambang yang
jelas berbeda, walaupun bentuknya mirip satu sama lain.
Sebelum membuat suatu diagram bunga, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Letak bunga pada tumbuhan; terkait dengan perencanaan suatu diagram, dibedakan dua
macam letak bunga, yaitu:
a) Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis)
b) Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris)
b. Bagian-bagian bunga yang akan dibuat diagram tadi tersusun dalam berapa lingkaran
Jika dari bunga yang hendak dibuat diagramnya telah ditentukan kedua hal tersebut,
mulailah dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan jumlah lingkaran tempat
duduk bagian-bagian bunganya, kemudian melalui titik pusat lingkaran-lingkaran yang konsentris itu

2
buat garis bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan tengah-tengah (poros bujur) daun, yang dari
ketiaknya muncul bunga tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis yang menggambarkan bidang
median itu di sebelah atas lingkaran yang terluar digambarkan secara skematik penampang melintang batang
(digambar sebagai lingkaran kecil) dan di sebelah bawahnya gambar skematik daun
pelindungnya. Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambar daun-
daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah.
Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan sebagai berikut.
a. Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
b. Bagaimana susunannya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu dengan yang lain):
bebas satu sama lain, bersentuhan tepinya, berlekatan, danseterusnya.
c. Bagaimana susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap daun-
daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daun buah penyusun putiknya) : berhadapan
atau berseling, bebas atau berlekatan, dan seterusnya)
d. Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median (seringkali bidang
median membagi bunga dalam dua bagian yang setangkup atau simetrik).

Gambar 1. Cara membuat Diagram Bunga

Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang/cabang. tidak dikenal bidang mediannya, di sebelah
atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang melintang batang (karena pada bunga yang
demikian batang itu akan bersambung dengan tangkai bunga). tetapi pada sebelah bawah biasanya masih
ditambahkan gambar penampang melintang daun pelindung (jika ada).
Jadi dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya diketahui hal-hal yang menyangkut
bagian-bagian bunganya saja, tetapi juga dapat diketahui mengenai letaknya pada tumbuhan. Pada

3
Gambar diberikan contoh diagram bunga yang di ketiak daun dan yang terdapat pada ujung
batang/cabang.
Dalam pembuatan diagram bunga selain keempat bagian bunga yang pokok: kelopak, tajuk, benang sari,
dan putik, dapat pula digambar bagian-bagian lain, jika memang ada dan di pandang perlu untuk di
kemukakan. Bagian-bagian lain pada bunga yang seringkali dapat menjadi ciri khas untuk
golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga, yaitu :
a. Kelopak tambahan (epicalyx), umumnya terdapat pada tumbuhan suku Malvaceae, misalnya
kapas (Gossypium sp). Kembang sepatuu (Hibiscus rosa-sinensis L.), dan lain-lain
b. Mahkota (tajuk) tambahan (corolla), yang biasa terdapat pada suku Asclepiadaceae, misalnya
biduri (Calotropis gigantea Dryand).

Dalam membicarakan perihal bagian-bagian bunga, ada bagian-bagian bunga yang


mengalami metamorfosis atau tereduksi atau lenyap sama sekali. Terkait hal terrsebut dalam
menyusun diagram bunga dapatt dengan cara :
1. Hanya menggambarkan bagian-bagian bunga menurut apa adanya
2. Membuat diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada
(tereduksi), namun menurut teori seharusnya ada.

Dengan demikian dapat dibedakan dua macam diagram bunga :


a. Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang
benar-benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya. Oleh karena itu
diagram ini juga dinamakan diagram sungguh (yang sebenarnya)
b. Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga
yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi, tetapi menurut
teori seharusnya ada.

Bagian-bagian yang hanya menurut teori saja seharusnya ada, tidak digambar seperti bagian-
bagian yang benar-benar ada, melainkan dengan lambang lain, biasanya bintang atau silang
kecil. Kebanyakan hal ini hanya mengenai benang-benang sari saja, yang keadaan sesungguhnya
pada bunga seringkali tidak cocok dengan teori.

4
Gambar 2. Diagram (a) teoritik dan (b) empirik

Contoh diagram bunga pada berbagai tumbuhan

Gambar 3. Diagram (a) bunga jantan dan (b) bunga betina pada palem (palmae)

Gambar 4. Diagram (a) bunga rumput (Gramineae) dan (b) bunga tasbih (canna sp.)

5
Gambar 5. Diagram bunga anggrek (Orchidaceae) dan kacang-kacangan (papilionaceae)

Gambar 6. Diagram bunga waru (hibiscus tiliaceus) dan randu (ceiba petandra)

Gambar 7. Diagram bungga kecubung (datura) dan lobak (raphanus sativus)

Gambar 8. Diagram bunga pukul empat (mirabillis jalapa)

6
2.2 Rumus Bunga
Selain dengan diagram, susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang
terdiri atas lambang-lambang, huruf-huruf, dan angka-angka, yang semua itu dapat
memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya. Lambang-
lambang yang di pakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian
dengan simetrisnya atau jenis kelaminnya. Huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian-
bagian bunga, sedangkan angka-angka menunjukkan jumlah masing-masing bagian bunga.
Disamping itu masih terdapat lambang-lambang lain lagi yang memperlihatkan hubungan
bagian-bagian bunga satu sama lain.
Suatu
rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal dari 4 bagian pokok bunga sebagai berikut :
1. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calix), yang merupakan
istilah ilmiah untuk kelopak
2. Tajuk atau Mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla istilah untuk
mahkota bunga
3. Benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan kata androecium istilah ilmiah
untuk alat jantan pada bunga
4. Putik, yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium istilah untuk alat
betina pada bunga

Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, digunakan huruf lain
untuk menyatakan bagian tersebut yaitu huruf P, singkatan kata perigonium (tenda bunga).
Dibelakang huruf-huruf tadi lalu diberikan angka-angka yang menunjukkan jumlah masing-
masing bagian tadi, dan di antara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan
angka itu di beri tanda koma.

Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan
putik yang terjadi dari sehelai daun buah, maka rumusnya adalah : K 5, C 5, A 10, G 1.
(bunga merak : caesalpinia pulcherrima swartz).

Contoh lain, yaitu bunga yang mempunyai tenda bunga, misalnya lilia gereja (lilium
longiflorum thunb), yang mempunyai 6 daun tenda bunga, 6 benang sari dan sebuah putik
yang terjadi dari 3 daun buah, maka rumusnya adalah : P 6, A 6, G 3

7
Didepan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukkan simetri bunga. Biasanya
hanya diberikan dua macam tanda simetri, yaitu : * (bintang) untuk bunga yang bersimetri
banyak (actinomorphus) dan tanda ↑ (panah ke atas) untuk bunga yang bersimetris satu
(zygomorphus). Jadi dalam hal rumus bunga merak yang bersifat zigomorf rumusnya menjadi
: ↑ K 5, A 5, A 10, G 1. Bunga lilia gereja yang bersifat aktinomorf rumusnya menjadi : * P
6, A 6, G 3.

Selain lambang yang menunjukkan simetris pada rumus bunga dapat pula ditambahkan
lambang yang menunjukkan jenis jelamin bunga. Untuk bunga yang banci (hemaphroditus)
di pakai lambang : ☿, untuk bunga jantan di pakai lambang : ♂, dan untuk bunga betina
dipakai lambang : ♀. Lambang jenis kelamin ditempatkan di depan lambang simetri. Jika
kedua contoh rumus tersebut di atas dilengkapi dengan lambang jenis kelaminnya, maka
rumusnya menjadi : ☿ ↑ K 5, C 5, A 10, G 1 dan ☿ * P 6, A 6, G 3.

Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih dari satu lingkaran. Bunga-bunga yang
dipakai contoh di atas misalnya, masing-masing mempunyai bagian-bagiannya yang tersusun
dalam 5 lingkaran. Bunga merak misalnya mempunyai 2 lingkaran benang sari, dengan 5
benang sari dalam tiap lingkaran, sedangkan bunga lilia gereja mempunyai 2 lingkaran daun
tenda bunga dan 2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran berbilangan 3. Dalam hal yang
demikian di belakang huruf yang menunjukkan bagian yang tersusun dalam lebih dari satu
lingkaran tadi harus diberi 2 kali angka yang menunjukkan jumlah bagian di dalam tiap
lingkaran dengan tanda + (tanda tambah) di antara kedua angka tadi. Contoh kedua rumus di
atas harus diubah menjadi: ☿ ↑ K 5, C 5, A 5 + 5, G 1 dan ☿ * P 3 + 3, A 6, G 3.

Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran itu berlekatan
satu sama lain, maka yang menunjukkan jumlah bagian bersangkutan diberi dalam kurung.
Pada contoh di atas tadi, maka rumusnya harus diubah menjadi: ☿ ↑ K (5), C 5, A 5+5, G 1
dan ☿ * P (3+3), A 3+3, G (3)

Karena pada bunga merak daun-daun kelopaknya berlekatan satu sama lain, sedangkan
pada bunga lilia gereja yang berlekatan daun-daun tenda bunga dan daun-daun buahnya. Ada
kalanya yang berlekatan adalah dua macam bagian bunga, misalnya benang-benang sari
dengan daun-daun mahkota, seperti terdapat pada bunga waru (Hibiscus tiliaceus L.). Pada

8
keadaan demikian, yang ditempatkan dalam kurung adalah kedua hurut beserta angkanya
yang menunjukkan kedua macam bagian bunga yang berlekatan tadi. Pada contoh ini (bunga
waru), benang-benang sarinya sendiri berlekatan pula satu sama lain. Oleh karena itu, angka
yang menunjukkan jumlah benang sari yang diberi dalam tanda kurung, sedangkan tanda-
tanda yang menunjukkan mahkota dan benang-benang sari lalu diberi dalam kurung besar: ☿
* K (5), [C5, A (~)], G (5)

Jadi pada bunga waru didapati banyak benang sari yang berlekatan satu sama lain dan
seluruhnya berlekatan lagi dengan daun-daun mahkota.

Dalam menyusun suatu rumus bunga, masih ada lambang lain lagi yaitu lambang untuk
menyatakan duduknya bakal buah (jadi juga putiknya). Untuk bakal buah yang menumpang,
di bawah angka yang menunjukkan bilangan daun buah, dibuat suatu garis (bilangan yang
menujukkan jumlah daun buah terletak di atas garis), sedangkan untuk bakal buah yang
tenggelam, garis ditaruh di atas angka tadi. Untuk bakal buah yang setengah tenggelam tidak
ada tanda yang khusus, atau dapat ditafsirkan sebagai setengah tenggelam, jika untuk bakal
buah tidak ada pernyataan menumpang atau tenggelam.

Dengan demikian, jika dari kedua contoh bunga di atas rumus bunga yang lengkap
menjadi:

☿ ↑ K (5), C 5, A 5 +5, G 1

☿ * P (3+3), A 3+3, G (3)

Setelah dipahami hal-hal yang terkait rumus bunga, maka dapat juga dimengerti apabila,
artinya melihat kedua rumus bunga di atas dapat dibayangkan bahwa: bunga merak adalah
bunga banci, zigomorf, mempunyai 5 daun kelopak yang berlekatan satu sama lain, 5 daun
mahkota yang bebas, 2 lingkaran benang sari dengan 5 benang sari. Dalam masing-masing
lingkaran, bakal buah yang terjadi dan sehelai daun buah yang duduknya menumpang,
sedangkan bunga lilia gereja adalah bunga banci, aktinomorf, mempunyai 6 daun tenda
bunga yang tersusun dalam 2 lingkaran tetapi ke 6 daun tenda bunga tadi berlekatan satu
sama lain, 6 benang sari yang tersusun dalam dua lingkaran, dan satu bakal buah yang
menumpang dan terjadi dari 3 daun buah yang berlekatan.

9
Perlu juga dipahami bahwa urut-urutan bagian bunga sifatnya tetap, maka dalam
menyusun suatu rumus bunga, huruf-huruf yang merupakan singkatan nama bagian bunga
tadi sering ditiadakan. Juga lambang jenis kelamin seringkali ditiadakan, karena jenis
kelamin itu dapat terihat pula dari rumus: jika ada benang sari maupun putik, berarti bunga
itu bersifat banci, tetapi jika di belakang A kita dapati angka 0 berarti bunganya betina,
sebaliknya jika dalam rumus tertera G 0, berati bunganya adalah bunga jantan. Dengan ini
rumus bunga merak misalnya, dapat disederhanakan menjadi: ↑ (5), 5, 5+5,1

Jika dibandingkan diagram dengan rumus bunga, pada diagram lebih banyak tercantum
keterangan-keterangan mengenai susunan bagian-bagian bunga, hanya tidak dapat diketahui
pada diagram bunga bagaimana letaknya bakal buah, menumpang, tenggelam, ataukah
setengah tenggelam. Contoh rumus bunga berbagai jenis tumbuhan yang tergolong dalam
beberapa suku tumbuhan yang lazim sudah dikenal sebagai berikut.

1. Suku Palmae (Arecaceae), misalnya kelapa (Cocos nucifera L.)

♂ K3, C 3, A (6), G 0

♀ K3, C 3, A 0, G (3)

2. Suku Gramineae (Poaceae), misalnya padi (Oryza sativa L)

☿ ↑ K 1+(2), C 2+0, A 3, G 1

3. Suku Cannaceae, misalnya bunga tasbih (Canna indica Hort.)

☿ K 3, C 3, A 5, G (3)

4. Suku Orchidaceae, misalnya anggrek bulan (Phalaenopsis amabis Bl.), yang hanya
mempunyai 1 benang sari yang subur, dan anggrek kasut (Cypripedium javanicum
Reinw.). yang mempunyai 2 benang san yang subur

☿ ↑ P 3+3, A 1+0, G (3) (Phalaenopsis)

☿ ↑ P 3+3, A 0+2, G (3) (Cypripedium)

10
5. Suku Liliaceae, misalnya kembang sungsang (Gloriosa superba L)
☿ * P 3+3, A 3+3, G (3)
6. Suku Papilionaceae. misalnya orok-orok, kembang telang (Clitoria termatea L.)
☿ ↑ K (5), C 5, A 1+(9), G 1
7. Suku Malvaceae, misalnya kapas (Gossypium sp.), waru (Hibiscus tiliaceus L), dan
lain-lain
☿ * K (5), [C 5, A (~). G (5)
8. Suku Bombacaceae, misalnya kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn.), durian (Durio
zibethinus L)
☿ * K (5), C 5 A(~), G (5)
9. Suku Solanaceae, misalnya kecubung (Datura metel L), tembakau (nicotiana
tabacum L), dan lain-lain
☿ ↑ K (5), C (5), A 5, G (2)
10. Suku Cruciferae (Brassicaceae), misalnya lobak (Raphanus sativus L.)
☿ * K 4, C 4, A 2+4, G (2)
11. Suku Nyctaginaceae, misalnya bunga pagi sore (Mirabilis jalapa L.)
☿ * K5, C (5), A 5, G (5)

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diagram bunga adalah gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya,
dalam pengertian lain disebutkan sebagai suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua
bagian bunga yang di potong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang
melintang daun kelopak, tajuk (mahkota) bungga, benang sari dan putik serta bagian-bagian
lainnya.

Rumus bunga hanya dapat di tunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian poko bunga sebagai berikut :

1. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx), yang merupakan
istilah ilmiah untuk kelopak
2. Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C, singkatan dari Corolla istilah ilmiah
untuk mahkota bunga
3. Benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan kata androcium istilah ilmiah untuk
alat jantan pada bunga
4. Putik, yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium istilah untuk alat betina
pada bunga.

3.2 Saran

Menyadari bahwa makalah kami masih Jauh dari kata sempurna, untuk ke depannya kami
sebagai penulis akan berusaha untuk membuat makalah dengan lebih baik lagi. Demikianlah
makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca sekalian. Kami
mohon maat jika ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
kurang dimengerti dan lugas. Dan kami juga mengharapkan Saran dan kritik dari pembaca
sekalian demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/392108015/Bab-13-Botani-Diagram-Dan-Rumus-Bunga Diakses
pada tanggal 25 Maret 2023 pukul 15.15 WITA

http://ayuningwulaan.blogspot.com/2015/06/makalah-bunga.html?m=1 Diakses pada tanggal 26


Maret 2023 pukul 20.22 WITA

Nugroho H, Purnomo, I. Sumardi. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Rosanti D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tjitrosoepomo G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

13

Anda mungkin juga menyukai