Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ Konsep Faktor Lingkungan ”


Di Sampaikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan

Di Susun Oleh :
Gratia N.Karujan (17 507 062)

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Manado
2020

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah karena berkat
kemurahan-Nya makalah Ekologi Tumbuhan ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.

Kami menyadari bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini di
kemudian hari.

Kami sadari pula, bahwa dalam  pembuatan makalah ini  tidak lepas dari bantuan berbagai  pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tondano, April 2020

2
DAFTAR ISI

ii
iii

4
4
4
5
6
A. 6
B. 7
C. 7
D. 8
E. 9
10
10
11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi, yang semakin membengkak menuntut
ditingkatkannya persediaan bahan pangan dan bahan baku energy. Fakta atau keadaan yang terjadi
dilapangan adalah daya dukung seumber daya alam semakin labil akibat pemanfaatan yang semakin
eksplosit tanpa mengindahkan kaidah-kaidah ekologis. Keadaan lingkungan juga yang berdampak
buruk seperti gagalnya pertanian akibat kekeringan , perusakan lingkungan dan lainnya , hal seperti
ini sudah merupakan bayangan suram yang tak dapat lagi dipungkiri. Kerusakan alam yang terjadi
dan berdampak pada pertanian telah mengajarkan pada kita, bahwa alam merupakan sesuatu yang
liar, yang perlu dijinakkan dengan suatu teknologi tertentu dan profesionalisme, namun pemanfaatan
sumber daya alam yang berlebihan tanpa diikuti oleh usaha-usaha yang menganut prinsip-prinsip
ekologi akan menambah rumitnya masalah lingkungan pertanian. Kurangnya kesadaran oleh manusia
juga tidak akan memberikan dampak yang baik pada keadaan lingkungan yang semakin memburuk
walau dengan pengguanaan metode yang lebih baik. Oleh karena itu, pengkajian masalah lingkungan
mulai dari pengkajian interaksi antara manusia dengan lingkungannya, ekologi pertanian , ekologi
tanaman , ekologi pertanian dan ekologi kehutanan. Analisa dampak lingkungan yang buruk
memberikan gambaran bahwa, faktor lingkungan dan kesadaran dari manusia sendiri untuk menjaga
alam juga harus lebih ditingkatkan.
Di negara-negara yang maju masalah lingkungan sudah lebih daripada setengah abad menjadi
pembicaraan masyarakat di luar maupun di dalam sekolah dengan kehangatan yang mengalami
pasang surut. Bahwa ilmu lingkungan atau apapun namanya perlu diketahui oleh tiap warga negara,
lewat pendidikan formal , nonformal ataupun informal, hal ini diakui dengan tulus ikhlas.
Adanya interaksi dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya disebut ekologi. Ilmu
lingkungan dapat juga dianggap sebagai titik pertemuan “ilmu murni” dan “ilmu terapan”. Ilmu
lingkungan sebenarnya ialah ekologi (ilmu murni yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan
terhadap jasad hidup), yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah yang lebih
luas, yang menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam ilmu lingkungan,
seperti dalam halnya ekologi, jasad hidup pada dasarnya dipelajari dalam unit populasi. Populasi
dapat dikatakan sebagai kumpulan individu spesies organisme hidup yang sama. Menentukan
populasi memang sukar, kalau anggotanya terpisah-pisah dalam sebuah wilayah, dimana jarak
menjadi sebagai penghalang antar individu, seperti halnya gajah atau harimau di Asia, pohon cemara
di Eropa, bahkan manusia di dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Komponen Lingkungan ?
2. Bagaimana Hubungan antar Faktor Lingkungan ?
3. Apa itu Hukum Minumum Liebig ?
4. Apa itu Hukum Toleransi Dari Shelford ?
5. Bagaimana Faktor Pembatas ?

4
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Komponen Lingkungan
2. Untuk Mengetahui Hubungan antar Faktor Lingkungan
3. Untuk Mengetahui Hukum Minumum Liebig
4. Untuk Mengetahui Hukum Toleransi Dari Shelford
5. Untuk Mengetahui Faktor Pembatas

5
BAB II
PEMBAHASAN

Setiap faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan dari suatu organisme dalam proses
perkembangannya disebut faktor lingkungan. Tumbuhan dan hewan dalam ekosistem merupakan
bagian hidup atau komponen biotik, komponen ini akan menyesuaikan diri terhadap kondisi
lingkungan tertentu, dalam hal ini tidak ada organisme hidup yang mampu untuk berdiri sendiri
tanpa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada, dan harus ada kondisi lingkungan tertentu
yang berperan terhadapnya dan menentukan kondisi kehidupannya. Lingkungan mempunyai tiga
dimensi ruang dan berkembang sesuai dengan waktu. Ini berarti bahwa lingkungan adalah tidak
mungkin seragam baik dalam arti ruang maupun waktu. Pada dasarnya factor lingkungan alami
ini selalu memperhatikan perbedaan atau perubahan baik secara vertical maupun lateral, dan bila
dikaitkan dengan waktu mereka juga akan bervariasi baik secara harian, bulanan, tahunan, dan
musiman. Dengan demikian waktu dan ruang lebih tepat dikatakan sebagai dimensi dari
lingkungan, jadi bukan merupakan factor atau komponen lingkungan. Untuk memberikan
gambaran yang jelas, bagaimana variasi lingkungan di dalam suatu ekosistem, ambillah contoh di
suatu hutan. Secara vertical akibat asana stratifikasi hutan maka akan kita ketahui bahwa terlihat
perbedaan yang nyata adanya gradiasi dari suhu, cahaya, kelembaban, dan lain-lain. Suhu pada
permukaan tanah akan berbeda dengan dengan suhu udara sekitarnya, demikian juga secara
vertical baik ke atas maupun ke dalam permukaan tanah akan terlihat asana gradiasi suhu ini.
Demikian juga secara lateral, meskipun gambarannya tidak sejelas perubahan vertical tadi, akibat
perbedaan stratifikasi dan mungkin topografi berbagai factor lingkungannya akan berbeda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.

A. Komponen Lingkungan

Lingkungan merupakan kompleks dari berbagai faktor yang saling berinteraksi satu sama
lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik dan abiotik, tetapi juga antara biotik itu sendiri dan
juga antara abiotik dengan abiotik. Dengan demikian secara operasional adalah sulit untuk
memisahkan satu faktor terhadap faktor-faktor lainnya tanpa mempengaruhi kondisi
keseluruhannya. Meskipun demikian untuk memahami struktur dan berfungsinya factor
lingkungan ini, secara abstrak kita bisa membagi factor-faktor lingkungan ini ke dalam
komponen-komponennya.
Berbagai cara dilakukan oleh para pakar ekologi dalam pembagian komponen lingkungan
ini, salah satunya adalah pembagian seperti di bawah ini. a. Faktor iklim, meliputi parameter
iklim utama seperti cahaya, suhu, ketersediaan air, dan angin. b. Faktor tanah, merupakan
karakteristika dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah, kadar air tanah, dan kondisi fisika
tanah. c. Faktor topografi, meliputi pengaruh dari terrain seperti sudut kemiringan lahan, aspek
kemiringan lahan dan ketinggian tempat dari permukaan laut. d. Faktor biotik, merupakan
gambaran dari semua interaksi dari organisme hidup seperti kompetesi, peneduhan, dan lain-lain.
Cara lain untuk menggambarkan pembagian komponen lingkungan ini seperti yang
diungkapkan oleh Billings (1965), ia membaginya dalam dua komponen utama yaitu komponen
fisik atau abiotik dengan komponen hidup atau biotik, yang kemudian masing-masing komponen

6
dijabarkan lagi dalam berbagai faktor-faktornya. Untuk memahami pembagian komponen
lingkungan dari Billings ini lihatlah tabel berikut ini.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
FAKTOR FISIK/ ABIOTIK FAKTOR HIDUP/ BIOTIK
--------------------------------------------------------------------------------------------------E n e r g i
Tumbuhan hijau Radiasi Tumbuhan tidak hijau
Suhu dan Pengurai Aliran panas
Parasit A i r Atmosfer dan Angin HewanA
pi M a n u s i a Gravitasi Geologi dan Tanah
--------------------------------------------------------------------------------------------------

B. Hubungan Antar Faktor Lingkungan

Telah difahami bahwa dalam kajian ekosistem adalah sangat penting untuk menganalisis
bagaimana faktor-faktor lingkungan beroperasi atau berfungsi. Dalam kenyataannya telah
dipahami bahwa faktor-faktor lingkungan saling berinteraksi satu sama lainnya, sehingga sangat
sulit untuk memisahkan pengaruh hanya dari satu faktor lingkungannya. Sebagai contoh bahwa
kedua faktor iklim dan topografi akan mempengaruhi perkembangan suatu tanah. Demikian juga
iklim dan tanah akan berpengaruh secara kuat dalam pola kontrolnya terhadap komponen biotik,
menentukan jenis-jenis yang akan mampu menempati suatu tempat atau daerah tertentu.
Meskipun demikian karakteristik mendasar dari ekosistem apapun akan ditentukan atau diatur
oleh komponen abiotiknya. Pengaruh dari variabel abiotik ini akan dimodifikasi oleh tumbuhan
dan hewan, misalnya terciptanya perlindungan oleh pohon meskipun sifatnya terbatas. Faktor-
faktor abiotik merupakan penentu secara mendasar terhadap ekosistem, sedangkan kontrol faktor
biotik setidaknya tetap menjadi penting dalam mempengaruhi penyebaran dan fungsi individu
dari jenis makhluk hidup. Semua faktor lingkungan bervariasi secara ruang dan waktu.
Organisme hidup bereaksi terhadap variasi lingkungan ini, sehingga hubungan ini akan
membentuk komunitas dan ekosistem tertentu, baik berdasarkan ruang maupun waktu.

C. Hukum Minimum dari Liebig

Dalam tahun 1840 Justus von Liebig, seorang pakar kimia dari Jerman, memprakarsai
suatu kajian dalam pengaruh berbagai faktor terhadap pertumbuhan tanaman tanaman. Dia
berpendapat bahwa hasil dari suatu panen tanaman sering dibatasi oleh nutrisi yang diperlukan
dalam jumlah yang banyak seperti karbon dan air. Dia menemukan bahwa kekurangan posfor
seringkali merupakan faktor yang membatasi pertumbuhan tanaman tersebut. Penemuan ini
membawa pada pemikiran bahwa adanya faktor penentu yang mungkin membatasi produktivitas
tanaman. Pemikirannya, pada saat itu, kemudian dikembangkannya menjadi hukum yang terkenal
dengan “hukum minimum”, yang dinyatakan sebagai berikut: Pertumbuhan dari tanaman
tergantung pada sejumlah bahan makanan yang berada dalam kuantitas terbatas atau sedikit
sekali. Hukum minimum hanya berperan dengan baik untuk materi kimia yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan reproduksi. Liebig tidak mempertimbangkan peranan faktor lainnya, baru
kemudian peneliti lainnya mengembang pertanyaannya yang menyangkut faktor suhu dan cahaya.
Sebagai hasilnya mereka menambahkan dua pertanyaan, yaitu: a. Hukum ini berlaku hanya

7
dalam kondisi keseimbangan yang dinamis atau steady state. Apabila masukan dan keluaran
energi dan materi dari ekosistem tidak berada dalam keseimbangan, jumlah berbagai substansi
yang diperlukan akan berubah terus dan hukum minimum tidak berlaku. b. Hukum minimum
harus memperhatikan juga asana interaksi diantara faktor-faktor lingkungan. Konsentrasi yang
tinggi atau ketersediaan yang melimpah dari sesuatu substansi mungkin akan mempengaruhi laju
pemakaian dari substansi lain dalam jumlah yang minimum. Sering juga terjadi organisasi hidup
memanfaatkan unsur kimia tambahan yang mirip dengan yang diperlukan yang ternyata tidak ada
di habitatnya.

D. Hukum Toleransi dari Shelford

Salah satu perkembangan yang paling berarti dalam kajian faktor lingkungan terjadi pada
tahun 1913 ketika Victor Shelford mengemukakan hukum toleransi. Hukum ini mengungkapkan
pentingnya toleransi dalam menerangkan distribusi dari jenis. Hukum toleransi menyatakan
bahwa untuk setiap faktor lingkungan suatu jenis mempunyai suatu kondisi minimum dan
maksimum yang dapat dipikulnya, diantara kedua harga ekstrim ini merupakan kisaran toleransi
dan termasuk suatu kondisi optimum. Kisaran toleransi dapat dinyatakan dalam bentuk kurva
lonceng, dan akan berbeda untuk setiap jenis terhadap faktor lingkungan yang sama atau
mempunyai kurva yang berbeda untuk satu jenis organisme terhadap faktor-faktor lingkungan
yang berbeda. Misalnya jenis A mungkin mempunyai batas kisaran yang lebih luas terhadap suhu
tetapi mempunyai kisaran yang sempat terhadap kondisi tanah. Untuk memberikan gambaran
umum terhadap kisaran toleransinya ini, biasanya dipakai awalan s t e n o untuk kisaran
toleransi yang sempit, awalan i r i untuk kisaran toleransi yang luas.

----------------------------------------------------------------------------Toleransi sempit Toleransi


luas Faktor lingkungan
---------------------------------------------------------------------------Stenotermal iritermal
s u h u Stenohidrik irihidrik a i r Stenohalin irihalin
salinitas Stenofagik irifagik makanan Stenoedafik iriedafik
tanah Stenoesius iriesius seleksi habitat
-----------------------------------------------------------------------

Shelford menyatakan bahwa jenis-jenis dengan kisaran toleransi yang luas untuk berbagai
faktor lingkungan akan menyebar secara luas. Ia juga menambahkan bahwa dalam fasa
reproduksi dari daur hidupnya faktor-faktor lingkungan lebih membatasi: biji, telur, embrio
mempunyai kisaran yang sempit jika dibandingkan dengan fasa dewasanya. Hasil Shelford telah
memberikan dorongan dalam kajian berbagai ekologi toleransi. Berbagai percobaan dilakukan di
laboratorium untuk mendapatkan atau menentukan kisaran toleransi dari individu sesuatu jenis
makhluk hidup terhadap berbagai faktor lingkungan. Hasilnya sangat berguna untuk aspek-aspek
terapan, seperti menentukan toleransi jenis terhadap pencemaran air yang sedikit banyak akan
memberikan gambaran dalam hal penyebaran tersebut. Shelford sendiri memberikan
penjelasan dalam hukumnya bahwa reaksi suatu organisme terhadap faktor lingkungan tertentu
mempunyai hubungan yang erat dengan kondisi lingkungan lainnya, misalnya apabila nitrat
dalam tanah terbatas jumlahnya maka resistensi rumput terhadap kekeringan akan menurun.

8
Dengan demikian ia juga sudah memberikan gambaran bahwa adanya kemungkinan yang tidak
menyeluruh hasil penelitian di laboratorium (kondisi buatan) yang memperlihatkan hubungan
antara satu faktor lingkungan dengan organsime hidup. Shelford juga melihat kenyataan bahwa
sering organisme hidup, tetumbuhan dan hewan-hewan, hidup berada pada kondisi yang tidak
optimal. Mereka berada dalam kondisi yang tidak optimal ini akibat kompetisi dengan yang
lainnya, sehingga berada pada keadaan yang lebih efektif dalam kehidupannya. Misalnya
berbagai kehidupan tetumbuhan di padang pasir sesungguhnya akan tumbuh lebih baik di tempat
yang lembab, tetapi mereka memilih padang pasir karena adanya keuntungan ekologi yang lebih.
Demikian juga dengan anggrek sebenarnya kondisi optimalnya berada pada keadaan penyinaran
yang langsung, tetapi mereka hidup di bawah naungan karena faktor kelembaban sangat lebih
menguntungkan.

E. Konsep Faktor Pembatas

Meskipun hukum dari Shelford ini pada dasarnya benar, tetapi sekarang para pakar
ekologi berpendirian bahwa pendapat ini terlalu kaku. Akan lebih bermanfaat apabila
menggabungkan konsep minimum dengan konsep toleransi ini untuk mendapatkan gambaran
yang lebih umum lagi. Hal ini didasarkan kenyataan gambaran yang lebih umum lagi. Hal ini
didasarkan kenyataan bahwa kehadiran dan keberhasilan dari organisme hidup itu tergantung
pada kondisi-kondisi yang tidak sederhana. Organisme hidup di alam dikontrol tidak hanya oleh
suplai materi yang minimum diperlukannya tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya yang
keadaannya kritis. Faktor apapun yang kurang atau melebihi batas toleransinya mungkin akan
merupakan pembatas dalam penyebaran jenis. Memang sulit untuk menentukan di alam faktor-
faktor pembatas ini, karena masalah yang erat kaitannya dengan pemisahan pengaruh setiap
komponen lingkungan secara terpisah di habitatnya. Nilai lebih dari penggabungan konsep faktor
pembatas adalah dalam memberikan pola atau arahan dalam kajian hubungan-hubungan yang
kompleks dari faktor lingkungan ini. Para pakar ekologi sekarang menyadari bahwa terlalu
banyak perhatian ditujukan pada kajian kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas itu sendiri.
Kajian hendaknya diarahkan untuk mempelajari bagaimana tumbuhan dan hewan berkembang
untuk mempelajari bagaimana tumbuhan dan hewan berkembang untuk menguasai habitat
tertentu dan menghasilkan kisaran toleransi terhadap faktor-faktor lingkungan yang sesuai untuk
bisa mempertahankan diri. Kajiankajian ekologi toleransi yang didasarkan pada pemikiran Liebig
dan Shelford pada umumnya tidak menjawab pertanyaan ekologi mendasar, bagaimana jenis-
jenis teradaptasi terhadap beberapa faktor pembatasnya. Pandangan ekologi yang lebih
berkembang adalah memikirkan perkembangan jenis untuk mencapai suatu kehidupan dengan
memperhatikan kisaran toleransi sebagai hasil sampingan dari persyaratan yang dipilih dalam
pola kehidupannya. Pendekatan ini menekankan pentingnya evolusi yang membawa pengertian
yang lebih baik hubungan antara individu suatu jenis dengan habitatnya.

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
      
Dengan demikian waktu dan ruang lebih tepat dikatakan sebagai dimensi dari
lingkungan, jadi bukan merupakan factor atau komponen lingkungan. Untuk memberikan
gambaran yang jelas, bagaimana variasi lingkungan di dalam suatu ekosistem, ambillah contoh di
suatu hutan. Secara vertical akibat asana stratifikasi hutan maka akan kita ketahui bahwa terlihat
perbedaan yang nyata adanya gradiasi dari suhu, cahaya, kelembaban, dan lain-lain. Suhu pada
permukaan tanah akan berbeda dengan dengan suhu udara sekitarnya, demikian juga secara
vertical baik ke atas maupun ke dalam permukaan tanah akan terlihat asana gradiasi suhu ini.
Demikian juga secara lateral, meskipun gambarannya tidak sejelas perubahan vertical tadi, akibat
perbedaan stratifikasi dan mungkin topografi berbagai factor lingkungannya akan berbeda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.

10
Daftar Pustaka

Suprianto, Bambang. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bandung: Dzs UPI

file:///D|/ELearning/EKOLOGI%20%20TUMBUHAN/Textbook/BAHAN
%20AJAR.htm (9 of 105)5/8/2007 2:50:34 PM

11

Anda mungkin juga menyukai