Anda di halaman 1dari 10

Didaktika Biologi: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi (2017), 1 (2), 79–87 79

PENGEMBANGAN BUKU AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS


MODEL SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE (SSCS) UNTUK
MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DEVELOPMENT OF TEXTBOOK-BASED SSCS MODEL ON ENVIROMENTAL


CHANGE MATERIAL TO IMPROVE THE CRITICAL THINKING

Hifni Septina Carolina1), Agus Sutanto2) dan Nyoto Suseno3)


Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Metro
Jl. Gatot Subroto No. 100 Yosodadi Kota Metro Lampung
1)
hifnicarolina@gmail.com
2)
sutanto11@gmail.com
3)
nyotoseno@yahoo.co.id

Diterima: Juni 2017; Disetujui: Juli 2017; Diterbitkan: September 2017

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan buku ajar berbasis model Search, Solve, Create dan
Share (SSCS) pada materi perubahan lingkungan, (2) mengetahui kelayakan buku ajar, dan (3) mengetahui
efektivitas penggunaan buku ajar untuk memberdayakan kemampuan berpikir kritis. Model pengembangan
yang digunakan adalah model pengembangan ADDIE yakni analysis, design, development, implementation
dan evaluation. Teknik pengumpulan data menggunakan angket validasi ahli, angket respon peserta didik
dan soal pretest-posttest, yang dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data kemampuan berpikir kritis
dianalisis dengan sampel paired t-test dan dihitung dengan N-gain ternormalisasi. Hasil pengembangan
buku ajar menunjukkan rata-rata hasil validasi ahli sebesar 93% dan berada pada kategori sangat layak
digunakan untuk bahan ajar peserta didik. Hasil angket mengenai respon penilaian dari peserta didik sebesar
82,2% peserta didik memberikan respon positif terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Didapatkan hasil
nilai postest sebesar 78,9 (kelas eksperimen) dan 68,6 (kelas kontrol). Diketahui bahwa dari uji t (kesamaan
dua rata-rata) diperoleh thit (5,26) > ttab (2,02), yang berarti rata-rata N-gain peserta didik pada kelas
eksperimen memiliki perbedaan yang signifikan dengan rata-rata N-gain peserta didik pada kelas kontrol.
Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan buku ajar berbasis SSCS terhadap
kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Kata kunci: buku ajar, SSCS, kemampuan berpikir kritis

Abstract
The aims of this research were 1) to develop a textbook-based SSCS model on environmental change
material, 2) to test the feasibility of a textbook-based SSCS model, and 3) to test the effectiveness of a
textbook-based SSCS model to improve the critical thinking skill of students at class XI of State Senior High
School (SMAN) 2 of Metro. The development model used in this research was ADDIE model consisted of
five stages: analysis, design, development, implementation, and evaluation. The data were collected by
using the validated questionnaire and the pretest-posttest test and were analyzed quantitatively and
qualitatively. The data of the critical thinking skill were analyzed by sample paired t-test and calculated by
normalized N-gain. The result of the development of a textbook showed the average results of the expert
validation was 93% (very feasible for use as students teaching material). The result of respond of the
students was 82.2%, it meant that the students gave the positive responses to the developed textbook. The
scores of posttest were 78.9 (experimental class) and 68.6 (control class). The result of paired t-test was
tcalculated (5.26) > ttab (2.02), it showed that mean of students’ N-gain in experiment class had the significant
difference to the control class. Therefore, there was significant effect of the use of a textbook-based SSCS
model to improve the the critical thinking skill of students.

Keywords: textbook, SSCS model, critical thinking skill

©Didaktika Biologi: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi


p-ISSN 2549-5267
e-ISSN 2579-7352

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio


80 Hifni Septina Carolina, dkk/Pengembangan Buku Ajar.....

Pendahuluan secara kritis, analitis, dan tepat dalam


Mata Pelajaran Biologi termasuk mengidentifikasi, memahami, memecahkan
dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam masalah, dan mengaplikasikan materi
(IPA). Karakteristik IPA berkaitan dengan pembelajaran.
cara mencari tahu tentang alam secara Menurut Liliasari (2011) kemampuan
sistematis, sehingga IPA bukan hanya berpikir yang menjadi dasar dari kemampuan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- berpikir lainnya adalah kemampuan berpikir
fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip kritis. Senada dengan Johnson (2009) yang
saja tetapi juga merupakan suatu proses mengungkapkan bahwa berpikir kritis
penemuan (Kemdikbud, 2013). Sehingga, merupakan sebuah proses yang terarah dan
pembelajaran Biologi sebaiknya jelas yang digunakan dalam kegiatan mental
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific seperti memecahkan masalah, mengambil
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan keputusan, membujuk, menganalisis asumsi
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta dan melakukan penelitian ilmiah. Sehingga
mengkomunikasikannya sebagai aspek kemampuan berpikir kritis siswa menjadi
penting kecakapan hidup. modal awal untuk mengeksplorasi lebih
Dalam implementasi kurikulum 2013, pengetahuan yang didapatkan dan dibangun
salah satu tugas guru adalah mengubah oleh pemikirannya.
pandangan belajar yang berpusat pada guru Kemampuan berpikir kritis siswa juga
menjadi berpusat pada siswa. Hal ini dapat mengaplikasikan keterampilan maupun
memungkinkan siswa dapat terlibat aktif sikap ilmiah lainnya. Adapun sikap ilmiah
dalam pembelajaran dan saling bekerja sama dalam pembelajaran biologi dapat beragam
dalam menemukan pengetahuannya. bentuknya namun seyogyanya sikap tersebut
Sehingga seorang guru haruslah mempunyai diarahkan pada sikap peduli lingkungan
kompetensi untuk mengemas materi ke karena materi biologi sangat berkaitan
dalam suatu bahan ajar. Karena bahan ajar dengan lingkungan.
yang baik memungkinkan siswa untuk Hasil wawancara dengan guru Biologi,
mengembangkan kemampuan berpikir, di SMA N 2 Metro, Lampung
keterampilan proses dan sikap ilmiah. mengungkapkan bahwa guru belum
Kemampuan guru dalam menyusun atau mengemas bahan ajar yang
mengembangkan bahan ajar tersebut terkait menekankan pendekatan saintifik serta
dengan kompetensi pedagogik dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang
kompetensi profesional seperti yang memungkinkan untuk memberdayakan
tercantum dalam lampiran Permendiknas kemampuan berpikir kritis. Adapun bahan
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar ajar yang pernah dibuat guru SMA N 2 Metro
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru berupa petunjuk praktikum. Pada materi
bagian B. Guru sebagai pendidik profesional perubahan lingkungan kelas X SMA
diharapkan memiliki kemampuan semester genap belum dikembangkan suatu
mengembangkan bahan ajar sesuai dengan bahan ajar dalam bentuk apapun.
mekanisme yang ada dengan memperhatikan Selanjutnya dari hasil observasi yang
karakteristik dan lingkungan sosial peserta dilakukan di SMA N 2 Metro menunjukkan
didik. bahwa belum semua siswa aktif dalam proses
Bahan ajar pada kurikulum 2013 pembelajaran, masih banyak siswa yang
menekankan pendekatan saintifik dalam hanya mencatat di buku. Ketika guru
proses pembelajarannya. Kemendikbud memberikan pertanyaan yang membutuhkan
(2015) menyatakan bahwa dalam kemampuan menganalisis atau
mengimplementasikan pendekatan saintifik, mengevaluasi, masih banyak siswa yang
materi pembelajaran berbasis fakta atau diam dan tidak berinisiatif mencari jawaban
fenomena yang dapat dijelaskan dengan tetapi hanya menunggu jawaban benar dari
logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas teman.
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng Hasil analisis buku di SMA N 2 Metro
semata. Sehingga dengan penggunaan bahan berdasarkan kemampuan berpikir kritis
ajar yang berbasis pendekatan saintifik menyebutkan bahwa buku pertama memiliki
mendorong dan menginspirasi siswa berpikir aspek interpretasi 25%, analisis 33%,

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio


Didaktika Biologi: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi (2017), 1 (2), 79–87 81

evaluasi 16,67%, inferensi 25%, penjelasan Ngussa, 2014) yaitu menggunakan


16,67 %, sedangkan buku kedua aspek pendekatan model pengembangan Analysis,
interpretasi 33%, analisis 25%, evaluasi Design, Development, Implementation dan
16,67%, kesimpulan 16,67%, dan penjelasan Evaluation (ADDIE).
8,3%,. Instrumen penelitian yang digunakan
Buku ajar dengan pendekatan saintifik dalam penelitian ini adalah analisis
menggunakan model Search, Solve, Create, kebutuhan siswa, lembar validasi buku ajar,
and Share (SSCS) diharapkan dapat angket respon guru dan siswa, dan soal
mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pretest postest untuk mengukur kemampuan
pengetahuan, artinya dapat membantu belajar berpikir kritis. Adapun skema pengembangan
siswa dengan pendekatan konstruktivistik model ADDIE ditampilkan dalam Gambar 1.
dan metode pembelajaran problem solving.
Model SSCS menurut Chen (2013) terdiri
dari empat tahap, yaitu 1) tahap Search, siswa
dituntut berpikir untuk mengidentifikasi
masalah, membuat daftar ide-ide untuk
kegiatan eksplorasi, merumuskan masalah
dalam bentuk pertanyaan dan fokus pada
investigasi; 2) tahap Solve, siswa
melaksanakan rencana (yang diperoleh dari
tahap search) untuk mencari solusi,
membentuk bentuk hipotesis, memilih
metode untuk memecahkan masalah,
mengumpulkan data dan menganalisisnya; 3)
tahap Create, siswa membuat produk dalam
skala kecil dan menyajikan data hasil Gambar 1. Model Pengembangan ADDIE
pengamatan sebagai solusi dari masalah (Sumber: Ngussa, 2014)
seperti dokumentasi, grafik, atau poster; dan
4) tahap Share, siswa mengkomunikasikan Berikut ini adalah penjabaran dari
temuannya, solusi, dan kesimpulan dengan kelima tahap Model Pengembangan ADDIE.
guru dan siswa lainnya, menerima umpan 1. Fase Analysis
balik dan mengevaluasi solusi. Analisis kebutuhan dilakukan dengan
Hasil yang diperoleh dari proses ilmiah memberikan angket kepada siswa kelas X
(saintifik) dapat mengembangkan pola pikir dan guru Biologi SMA N 2 Metro, untuk
siswa menjadi lebih kritis dalam mengetahui kebutuhan buku ajar peserta
menyelesaikan suatu permasalahan. didik dan guru.
Berdasarkan permasalahan yang telah 2. Fase Design
diuraikan, maka penelitian ini bertujuan Tahap kedua yaitu melakukan
untuk (1) menghasilkan buku ajar berbasis perancangan atau membuat desain buku
model SSCS untuk memberdayakan ajar yang akan dikembangkan. Rancangan
kemampuan berpikir kritis kelas X SMA, (2) buku ajar yang disusun menurut sintaks
mengetahui kelayakan buku ajar berbasis model SSCS meliputi Search, Solve,
model SSCS, dan (3) mengetahui efektivitas Create, dan Share.
penggunaan buku ajar berbasis model SSCS 3. Fase Development
untuk memberdayakan kemampuan berpikir Tahap ketiga yaitu pengembangan, pada
kritis kelas X SMA tahap ini dilakukan langkah yaitu
penilaian (validasi) para ahli yang diikuti
Metode Penelitian dengan revisi.
Penelitian ini menggunakan 4. Fase Implementasi
pendekatan penelitian pengembangan Adapun tahapan uji coba bahan ajar yaitu
(Research & Development). Desain sebagai berikut:
penelitian pengembangan ini berdasarkan a. Penilaian dari Peserta didik
langkah-langkah penelitian dan
pengembangan menurut Gagne (dalam

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio


82 Hifni Septina Carolina, dkk/Pengembangan Buku Ajar.....

Draf awal buku ajar (Prototipe 1) duji Tabel 2. Nilai Rerata Gain Ternormalisasi dan
cobakan kepada 9 siswa kelas X SMA Klasifikasinya
N 2 Metro tahun pelajaran 2016/2017. Rata-rata gain
Klasifikasi
Siswa diberi angket respon siswa ternormalisasi
terhadap buku ajar. 〈𝑔〉 ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ 〈𝑔〉< 0,7 Sedang
b. Uji Coba Skala Kecil
〈𝑔〉< 0,3 Rendah
Prototipe 2 buku ajar diuji cobakan
(Sumber: Loranz, 2008)
kepada 25 siswa kelas X SMA N 2
Metro.
Adapun ringkasan data pada penelitian
5. Fase Evaluation
ditampilkan dalam Tabel 3.
Langkah selanjutnya dalam ADDIE Tabel 3. Hubungan antara Variabel, Metode
adalah evaluasi. Sebenarnya tahap Pengumpulan Data dan Instrumen
evaluasi bisa terjadi pada setiap empat Variabel/ Metode
tahap di atas, karena tujuannya untuk No Aspek yang Pengum- Instrumen
kebutuhan revisi. Dinilai pulan Data
Pelaksanaan uji coba dilakukan 1 Kebutuhan Wawancara,
Angket
penelitian eksperimen dengan rancangan Buku Ajar Kuisoner
pretest-posttest control group design yang 2 Kelayakan
ditampilkan dalam Tabel 1. Produk
Tabel 1. Metode Eksperimen Pretest-posttest (Buku Ajar)
Control group Design a. Validasi Kuisoner Angket
Perla- Ahli
Kelompok Pretest Posttest b. Penilaian Kuisoner Angket
kuan
Eksperimen O1 X1 O2 Guru dan
Kontrol O3 X2 O4 peserta
didik
(Sumber: Sugiyono, 2009)
3 Keefektifan
Produk
Keterangan: Soal
(Buku Ajar)
O1= nilai pretest kelas eksperimen Tes tertulis Pretest
Kemampuan
O2= nilai posttest kelas eksperimen dan Postest
Berpikir
X1= perlakuan kelas eksperimen
Kritis
dengan buku SSCS
X2= perlakuan kelas kontrol
tanpa buku SSCS Hasil dan Pembahasan
O3= nilai pretest kelas kontrol Pengembangan Buku Ajar
O4= nilai posttest kelas kontrol Hasil penelitian pengembangan buku
ajar berbasis pendekatan saintifik yaitu
Tingkat efektivitas produk model Search, Solve, Create dan Share
berdasarkan nilai gain ternormalisasi. Gain (SSCS) pada materi perubahan lingkungan
yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dapat dilihat dari langkah-langkah berikut:
dengan formula Hake (dalam Loranz, 2008) identifikasi kebutuhan buku ajar terhadap
sebagai berikut. guru/peserta didik (Analysis), desain produk
̅
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 ̅
-𝑆𝑝𝑟𝑒 (Design), validasi dan perbaikan desain
N-gain = ×100%
Smax-𝑆𝑝𝑟𝑒 ̅ (Development), uji coba produk skala kecil
Keterangan: (Implementation), revisi produk
N-gain = rata-rata N-gain (Evaluation).
̅
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 = rata-rata skor postest 1. Identifikasi Kebutuhan Buku Ajar
̅
𝑆𝑝𝑟𝑒 = rata-rataskor pretest (Analysis)
Smax = skor maksimum Analisis kebutuhan buku ajar ini
dimulai dengan studi literatur dan studi
Nilai rata-rata gain ternormalisasi lapangan untuk mengetahui kebutuhan
kemudian diklasifikasikan dan dapat dilihat buku ajar menurut guru dan peserta didik.
pada Tabel 2. Analisis kebutuhan dilakukan dengan
memberikan angket kepada peserta didik
kelas X dan guru Biologi SMA N 2 Metro,

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio


Didaktika Biologi: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi (2017), 1 (2), 79–87 83

untuk mengetahui kebutuhan peserta Tabel 4. Hasil Penilaian Ahli Terhadap Buku
didik dan guru. Ajar yang Dikembangkan
Berdasarkan kuisoner guru di SMA N No Validator Nilai (%) Kategori
2 Metro mengungkapkan bahwa belum 1 Validator 92,3 Sangat Baik
banyak guru yang menyusun atau Ahli Materi
2 Validator 94,6% Sangat Baik
mengemas bahan ajar yang menekankan
Ahli Media
pendekatan saintifik serta keterlibatan 3 Validator 93,7 Sangat Baik
peserta didik dalam pembelajaran yang Ahli Bahasa
memungkinkan untuk memberdayakan 4 Guru Biologi 91,7 Sangat Baik
kemampuan berpikir kritis. Adapun bahan Jumlah Seluruhnya 372,3
ajar yang pernah dibuat guru SMA N 2 Rata-rata nilai 93,0 Sangat Baik
Metro berupa petunjuk praktikum. Pada
materi perubahan lingkungan kelas X Tabel 5. Hasil Penilaian Peserta Didik Terhadap
SMA semester genap belum Buku Ajar yang Dikembangkan
dikembangkan suatu bahan ajar dalam Rata-rata
bentuk apapun. Persentase
No Indikator Kategori
Berdasarkan wawancara dengan guru Setiap
tentang buku ajar yang sedang digunakan Indikator
diketahui bahwa: (1) buku teks 1 Isi buku ajar 81,3% Sangat Baik
berdasarkan isi kurikulum, KI dan KD 2 Penyajian 80,1% Sangat Baik
Bahasa/
sudah sesuai dengan kurikulum 2013, 3 85,1% Sangat Baik
Keterbacaan
namun pendekatan saintifik yang Jumlah 82,2% Sangat Baik
digunakan belum beragam; (2) buku
tersebut tidak mengangkat keadaan
Berdasarkan hasil penilaian peserta
lingkungan sekitar; (3) rincian materi,
didik tersebut diketahui bahwa rata-rata
definisi, uraian, dan contoh sudah
tiap indikator termasuk dalam kategori
spesifik, jelas, dan akurat, tetapi kurang
sangat baik. Dengan kata lain, hampir
sesuai dengan kebutuhan bahan ajar untuk
semua peserta didik setuju terhadap
peserta didik SMA karena uraian materi
penggunaan buku ajar perubahan
dan contoh yang digunakan tidak
lingkungan yang berbasis pendekatan
berdasarkan kontekstual lingkungan
saintifik yaitu model Search, Solve,
sekitar; (5) buku tersebut jarang sekali
Create, Share (SSCS) dalam
menerapkan kegiatan penemuan untuk
pembelajaran.
peserta didik; (6) buku tersebut kurang
4. Hasil Uji Coba Produk (Implementation)
untuk memberdayakan kemampuan
Uji coba produk buku ajar dilakukan
berpikir kritis.
pada kelas X sejumlah 25 peserta didik di
2. Desain Produk (Design) SMA N 2 Metro Tahun Ajaran
Tahap selanjutnya yaitu penyusunan
2016/2017. Dalam penelitian ini
buku ajar berbasis pendekatan saintifik
didapatkan hasil pretest-postest yang
yaitu model Search, Solve, Create dan
telah dilakukan oleh peserta didik.
Share (SSCS) materi perubahan
Data hasil pretest, postest dan N-gain
lingkungan. Desain buku ajar tersebut
pada materi pokok perubahan lingkungan
mempertimbangkan aspek materi/isi,
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
tampilan/media ajar, dan tulisan/bahasa.
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
3. Hasil Validasi (Development) Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa
Data hasil tahap pengembangan pada rata-rata pretest pada kelas eksperimen
penelitian ini meliputi data validasi ahli sebesar (54,9) sementara rata-rata pretest
(ahli materi, media pembelajaran dan ahli kelas kontrol (52,2). Sedangkan rata-rata
bahasa), penilaian guru dan respon peserta postest pada kelas eksperimen (78,9) dan
didik, serta hasil keefektifan buku ajar rata-rata postest kelas kontrol (68,6).
(kemampuan berpikir kritis). Hasil Rata-rata N-gain (%) pada kelas
penilaian ahli tersebut disajikan pada eksperimen sebesar 53,3 dan rata-rata N-
Tabel 4 dan rincian data penilaian peserta gain (%) pada kelas kontrol yaitu 34,3.
didik terhadap buku ajar pada Tabel 5.

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio


84 Hifni Septina Carolina, dkk/Pengembangan Buku Ajar.....

Tabel 6. Data Rata-rata Pretest, Posttest dan N-


gain
Kelas
Kelas Kontrol
Eksperimen
Pre- Post- N- Pre- Post- N-
test test Gain test test Gain
(%) (%)
Rata- 54,9 78,9 53,3 52,2 68,6 34,3
rata
Standar 6,8 4,4 11,0 8,5 6,8 14,6
Deviasi

5. Revisi Produk (Evalution)


Revisi produk dapat dilakukan setelah
melalui tahapan validasi semua instrumen
yang berkaitan dengan produk penelitian
pengembangan oleh validator. Hasil
validasi dalam bentuk penilaian serta (b)
komentar dan saran dari para validator Gambar 8. Tampilan Skema pada panduan
tersebut selanjutnya digunakan dalam kerja: (a) Sebelum dan (b) Sesudah
merevisi produk pengembangan. Revisi
Berikut ini beberapa tampilan revisi,
yaitu sebagai berikut. Saran yang diberikan ahli untuk
a. Gambar atau skema disertakan dalam menambahkan gambar atau skema di
panduan kerja. Pada awalnya setiap setiap panduan kerja mempermudah
panduan kerja untuk peserta didik tidak peserta didik untuk memahami
disertai dengan skema ataupun gambar, petunjuk kerja tersebut.
sehingga panduan kerja kurang b. Diupayakan peristiwa/kasus di wilayah
dimengerti oleh pembaca. Lampung. Pada awalnya setiap kasus
yang diangkat untuk panduan kerja
Search, Solve, Create dan Share
(SSCS) secara umum yang terjadi di
seluruh Indonesia, sehingga muatan
lokalitasnya kurang digali.

(a)

(a)

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio


Didaktika Biologi: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi (2017), 1 (2), 79–87 85

(b)
Gambar 9. Tampilan artikel/kasus: (a) Sebelum
dan (b) Sesudah Revisi

Saran yang diberikan ahli untuk (b)


menggali peristiwa atau kasus lokalitas Gambar 10. Tampilan penilaian sikap: (a)
di sekitar Lampung sangatlah penting. Sebelum dan (b) Sesudah Revisi
Mengingat salah satu tujuan utama
buku ajar ini adalah untuk menggugah Saran yang diberikan ahli untuk
kepekaan peserta didik sehingga mengganti penilaian sikap
dengan mengangkat kejadian/ menggunakan skala atau non dikotomis
perubahan lingkungan di sekitar kita sangatlah penting. Karena penilaian
diharapkan dapat berdampak terhadap sikap tidak bisa diukur secara mutlak
sikap peduli lingkungan peserta didik. jika hanya terdapat dua pilihan.
c. Untuk penilaian sikap menggunakan
skala non-dikotomis. Pada awalnya Keefektifan Buku Ajar
penilaian sikap menggunakan Penggunaan buku ajar berbasis SSCS
penilaian dikotomis yaitu “ya”dan menghasilkan peningkatan kemampuan
“tidak”. Seharusnya penilaian sikap berpikir kritis yang berbeda-beda pada tiap
menggunakan skala, dan bukan siswa. Gambar 11 adalah grafik pencapaian
dikotomis. tiap indikator kemampuan berpikir kritis
pada kedua kelas. Pada kelas eksperimen,
dapat dilihat indikator yang paling tinggi
pada saat pretest adalah inferensi, sedangkan
pada saat postest adalah indikator evaluasi.
Sedangkan pada kelas kontrol, indikator yang
paling tinggi baik pretest adalah inferensi,
sedangkan pada saat postest adalah adalah
penjelasan. Dan untuk indikator yang paling
rendah pada kelas eksperimen adalah
analisis, sedangkan indikator terendah pada
kelas kontrol adalah penjelasan. Perbedaan
pencapaian indikator berpikir kritis tersebut
dimungkinkan karena perbedaan pengalaman
belajar yang diperoleh, yaitu menggunakan
buku ajar berbasis model Search, Solve,
(a) Create, Share (SSCS).

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio


86 Hifni Septina Carolina, dkk/Pengembangan Buku Ajar.....

90,0
80,0
70,0 Interpretasi
60,0
Analisis
50,0
(%) 40,0 Evaluasi
30,0 Inferensi
20,0
10,0 Penjelasan
0,0
Pretes Postes Ngain Pretes Postes Ngain
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 11. Pencapaian tiap indikator kemampuan berpikir kritis

Sesuai dengan pendapat Pizzini dalam Simpulan


Irwan (2011:4) menyatakan bahwa model Berdasarkan hasil pembahasan
pembelajaran search, solve, create, and share tersebut, maka dapat diambil simpulan
(SSCS) adalah model pembelajaran yang sebagai berikut: 1) buku ajar Biologi berbasis
memakai pendekatan problem solving yang model Search, Solve, Create, Share (SSCS)
didesain untuk mengembangkan pada materi perubahan lingkungan telah
keterampilan berpikir kritis siswa dan dikembangkan; 2) berdasarkan hasil
meningkatkan pemahaman siswa terhadap penilaian dari empat validator terhadap buku
konsep ilmu. Pada penelitian ini juga ajar berbasis model Search, Solve, Create,
dilakukan perhitungan uji t pada nilai pretest, Share (SSCS) didapatkan hasil sebesar 93%
postest, dan N-gain pada kelas eksperimen dengan kriteria sangat baik. Artinya produk
maupun kelas kontrol. Adapun hasil analisis dapat digunakan dalam uji coba lapangan dan
uji t pada nilai pretest, postest, dan N-gain dapat dilanjutkan dengan menambahkan
peserta didik dapat dilihat pada Tabel 7. sesuatu yang kurang/revisi; 3) berdasarkan
Tabel 7. Hasil Uji t Nilai Pre test, Pos test, dan hasil uji keefektifan penggunaan buku ajar
N-gain Peserta Didik pada Kelas berbasis model Search, Solve, Create, Share
Eksperimen dan Kelas Kontrol (SSCS), menunjukkan bahwa penggunaan
N-gain buku ajar berbasis model Search, Solve,
Kelas Uji t (α 5%)
Create, Share (SSCS) dapat meningkatkan
X ± Sd
Eksperimen 53,3 ± 11,03
kemampuan berpikir kritis peserta didik lebih
thit (5,26) >
Kontrol 34,3 ± 14,68 ttab (2,02) tinggi pada kelas eksperimen.

Berdasarkan tabel 7 di atas juga Daftar Pustaka


menunjukkan bahwa dari uji t (kesamaan dua Chen, W.H. (2013). Applying Problem-
rata-rata) diperoleh t hit(5.260) > t tab ( 2,02) Based Learning Model and Creative
sehingga Ho ditolak. Berarti rata-rata N-gain Design to Conic-Sections Teaching.
peserta didik pada kelas eksperimen International Journal of Education and
memiliki perbedaan yang signifikan dengan Information Technologies, 3 (7), 76-77.
rata-rata N-gain peserta didik pada kelas Irwan. (2011). Pengaruh Pendekatan Problem
kontrol. Seperti penelitian terdahulu yang Posing Model search, Solve, Create and
dilakukan oleh Johan (2013) juga Share (SSCS) dalam Upaya
menunjukkan bahwa peningkatan Meningkatkan Kemampuan Penalaran
kemampuan berpikir kritis siswa yang Matematis Mahasiswa Matematika.
mengikuti pembelajaran model search, solve, Jurnal Penelitian pendidikan, 12 (01),
create, and share (SSCS) lebih tinggi secara 1-10.
signifikan dibandingkan dengan kelas Johan, H. (2013). Pengaruh SSCS Problem
kontrol. Solving untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio


Didaktika Biologi: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi (2017), 1 (2), 79–87 87

Mahasiswa pada Pembelajaran Konsep Loranz, D. (2008). Gain Score. Diakses dari
Listrik Dinamis. Jurnal Pendidikan http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesme
Matematika & IPA, 4 (1), 13-18. nt/downloads/documents/reports/archiv
Johnson, E.B. (2009). Contextual Teaching es/discipline/0708/SLOAPHYSDisicipl
& Learning: Menjadikan Kegiatan ineRep0708.pdf.
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Ngussa, B.M. (2014). Application of ADDIE
Bermakna. Bandung: MLC Model of Instruction in Teaching
Kemdikbud. (2013). Pembelajaran Biologi Learning Transaction among Teachers
Melalui Pendekatan Saintifik. Jakarta: of Mara Conference Adventist
Direktorat PSMA. Secondary School Tanzania. Journal of
Kemendikbud. (2015). Materi Pelatihan Education and Practice, 5 (25), 1-2.
Guru Implementasi Kurikulum 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Nomor 16 Tahun 2007. Jakarta:
Kebudayaan. Sekretariat Negara.
Liliasari. (2011). Membangun Masyarakat Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Melek Sains Berkarakter Bangsa Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Melalui Pembelajaran. Diakses dari Bandung: Alfabeta.
http://liliasari.staf.upi.edu/files/2011/05
/Makalah-Semnas-UNNES-
2011.Liliasari.pdf.

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio


Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/dikbio

Anda mungkin juga menyukai