Anda di halaman 1dari 39

TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran

oleh Bapak Iman Nasrulloh, M.Pd

Disusun oleh :

Abdul Jabar Permana 16832006


Gina Rahayu 16832008
Hanhan Hanapi 16832007
Neng Lusy Virgianti 16832005
Kelas : 2A – PTI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
2017
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran” dengan judul
“Tujuan Belajar dan Pembelajaran”.

Dalam penyusunannya penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak,


maka dari itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun


pengalaman kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam makalah ini. Pleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..…… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …...……………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ...……………………………………………………... 2
C. Tujuan ...…………………………………………………………………. 2
D. Sistematika Penulisan ...…………………………………………………. 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Tujuan …...…………………………………………………... 4
B. Pengertian Belajar ...……………………………………………………... 5
C. Pengertian Pembelajaran ………………………………………………. 6
BAB III PEMBAHASAN
A. Tujuan Belajar dan Pembelajaran ...……………………………………... 9
B. Pentingnya Tujuan Belajar dan pembelajaran …………………………... 13
C. Aspek-aspek Pembelajaran ……………………………………………… 14
D. Kurikulum Pembelajaran ………………………………………………... 25
E. Tujuan Pendidikan Nasional, Kulikuler, Institusional
Dan Instruksional ………………………………………………………... 30
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN …………………………………………………………. 32
SARAN ………………………………………………………………….. 33
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Sejak lahir manusia memerlukan dunia luar untuk mengembangkan


potensi dan melangsungkan hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan
dunia luar. Ia juga selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar.
Berbagai macam cara ia gunakan dalam kegiatan belajar (menyesuaikan diri
dengan dunia luar) itu.

Guru sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan


memahami bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan
mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan
kemampuan dan bentuk watak peserta didik. Untuk dapat memahami proses
belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai hakekat dan konsep
dasar belajar. Dengan menguasai hakekat dan konsep dasar belajar, guru
mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama
pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam
diri peserta didik.

Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih


setelah diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang secara legal memberi pengertian tentang pembelajaran.
Pembelajaran sebagai konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai
upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang
potensial untuk menghasilkan proses belajar yang bermuara pada
berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.

1
Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran
satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan
substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya
peerubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran
dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk
menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan
parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua
proses belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Oleh karena itu
dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal/individual,
sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik. (Udin S. Winataputra,
dkk, 2008)

Sehubungan dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknya


memahami dan menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta
tujuan dari belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar
dalam kondisi pembelajaran yang efektif.

B. Rumusan Permasalah
Dalam penyusunan makalah ini dibahas beberapa masalah diantaranya :
1. Apa itu belajar dan pembelajaran ?
2. Apa tujuan belajar dan pembelajaran?
3. Apa saja aspek-aspek dalam pembelajaran?
4. Apa yang dimaksud kurikulum pembelajaran dan apa fungsinya?
5. Apa tujuan pendidikan nasional, kulikuler, institusional dan instruksional?

C. Tujuan Permasalahan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
1. Mengetahui dan memahami pengertian belajar dan pembelajaran

2
2. Mengetahui dan memahami tujuan belajar dan pembelajaran
3. Mengetahui dan memahami aspek-aspek dalam pembelajaran
4. Mengetahui dan memahami kurikulum pembelajaran dan fungsinya
5. Mengetahui dan memahami tujuan pendidikan nasional, kulikuler,
institusional dan instruksional

D. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan penjelasan tentang latar belakang permasalahan,
rumusan permasalahan, tujuan permasalahan dan sistematika penulisan
makalah.
2. BAB II KAJIAN TEORI
Bab ini berisikan penjelasan tentang pengertian tujuan, pengertian belajar,
dan pengertian pembelajaran.
3. BAB III PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang penjelasan tujuan belajar dan pembelajaran,
tujuan pendidikan nasional, kulikuler, institusional dan instruksional, dan
aspek-aspek dalam pembelajaran.
4. BAB IV PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan, kritik, dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Tujuan

Penentuan tujuan merupakan langkah pertama dalam membuat


perencanaan sehingga dalam pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan
tujuan dan hasil yang ingin dicapai. namun demikian, banyak individu /
organisasi yang salah kaparah dalam menentukan tujuan dengan cara
membuat beberapa tujuan dalam sebuah perencanaan. Hal ini tentu akan
membingungkan dan berakibat kurang maksimalnya hasil yang bisa dicapai.

Secara bahasa, tujuan berarti arah atau haluan yang akan dituju/dicapai.
Adapun pengertian tujuan menurut para ahli adalah sebagai berikut.

Menurut H.R. Daeng Naja

Tujuan merupakan misi sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi
di masa yang akan datang dan manajer bertugas mengarahkan jalannya
organisasi untuk mencapai tujuan tersebut

Menurut Ken Mcelroy

Tujuan merupakan langkah pertama dalam proses mencapai kesuksesan


dan tujuan juga merupakan kunci mencapai kesuksesan

Menurut Tommy Suprapto

Tujuan merupakan realisasi dari misi yang spesifik dan dapat dilakukan
dalam jangka pendek

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan pernyataan tentang


keadaan yang diinginkan di mana organisasi atau perusahaan bermaksud
untuk mewujudkannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu yang

4
akan datang di mana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk
menimbulkannya

B. Pengertian Belajar

Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi


yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat.

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang


membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai
keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu,
kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan kontribusi terhadap
pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar
mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan
pengetahuan dari generasi ke generasi ( Bell-Gredler, 1986).

Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di
bangku sekolah saja. Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu
atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar


merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian
menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya.

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku (M. Ngalim P, 1997:85)


yaitu proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu yang dipelajari.

Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir
dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya
aktif. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku,
baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan
perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam
memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya

C. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata


dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan


sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

6
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang
mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar
dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan
(aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif),
serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja.
Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru
dengan peserta didik.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses


belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”.


Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata,
1967:22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan
belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar
adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran


merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :

1). Siswa

Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi


pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2). Guru
Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang
efektif.

3). Tujuan

Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif)


yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

4). Isi Pelajaran

Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.

5). Metode

Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6). Media

Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk


menyajikan informasi kepada siswa.

7). Evaluasi

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Dalam tujuan pembelajaran yang menjadi kunci dalam rangka


menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan
guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan
hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata
ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil
pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi
para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang
bermakna dan dapat diukur.

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran kita harus mengambil suatu


rumusan tujuan dan menentukan tingkah laku siswa yang spesifik yang
mengacu ke tujuan tersebut. Tingkah laku yang spesifik harus dapat diamati
oleh guru yang ditunjukkan oleh siswa, misalnya mem-baca lisan, menulis
karangan, untuk mengoperasionalisasikan tujuan suatu tingkah laku harus
didefinisikan di mana guru dapat mengamati dan menentukan kemajuan siswa
sehubungan dengan tujuan tersebut.

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah


laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar.
Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan
hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan
belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman
hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai
tujuan belajar atas tiga ranah, yakni: 1). Ranah Kognitif, 2). Ranah Afektif, 3).
Ranah Psikomotorik.
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. sProses
pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar,yang ditandai dengan
perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Seorang guru hanya dapat dikatakan telah melakukan kegiatan pembelajaran
jika terjadi perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai akibat dari
kegiatan tersebut. Ada hubungan fungsional antara perbuatan guru dengan
perubahan perilaku peserta didik (Kartadinata, 1997: 75).

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak dari


proses pembelajaran. Dampak pembelajaran adalah hasil belajar yang segera
dapat diukur, yang terwujud dalam hasil evaluasi pembelajaran. Dampak
pembelajaran dapat dibedakan atas dampak intruksional (instructional effeck)
dan dampak tak langsung atau dampak iringan (nurturant effeck). Dampak
langsung adalah dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembelajaran yang
telah diprogramkan sebelumnya, sedangkan dampak iringan muncul sebagai
pengaruh atau terjdi sebagai pengalaman dari lingkungan belajar. Menurut
(Kartadinata (1997), dampak iringan bisa berwujud dalam bentuk
pemahaman, apresiasi, sikap, motivasi, kesadaran , keterampilan sosial, dan
perilaku sejenis lainnya.

Di dalam proses pembelajaran guru tidak sekedar bertugas mentransfer


pengetahuan, sikap dan keterampilan. Proses pembelajaran dipandang sebagai
proses membantu peserta didik belajar, membantu peserta didik
mengembangkan dan mengubah perilaku (kognitif, afektif dan psikomotorik);
membantu menerjemahkan semua aspek tersebut ke dalam perilaku-perilaku
yang berguna dan bermakna.

10
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian tujuan pembelajran yang dikemukakan oleh para ahli,
yaitu sebagai berikut:

Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah


perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada
kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan


pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku
atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang


diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.

Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu


deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah
berlangsung pembelajaran .

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang


sangat penting. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan bagi:

1. Penentuan isi (materi) bahan ajar.

2. Penentuan dan pengembangan strategi pembelajaran.

3. Penentuan dan pengembangan alat evaluasi.

Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan


khusus. Tujuan umum adalah pernyataan umum tentang hasil pembelajaran
yang diinginkan yang mengacu pada struktur orientasi, sedangkan tujuan
khusus adalah pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan
yang mengacu pada konstruk tertentu.[7]

Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan atas:

 Tujuan yang bersifat orientatif, dapat diklasifikasikan pula atas 3


tujuan, yakni:
a. Tujuan orientatif konseptual. Pada tujuan ini tekanan utama
pembelajaran adalah agar siswa memahami konsep-konsep penting
yang tercakup dalam suatu bidang studi.
b. Tujuan orientatif procedural. Pada tujuan ini tekanan utama
pembelajaran adalah agar siswa belajar menampilkan prosedur.
c. Tujuan orientatif teoritik. Pada tujuan ini tekanan utama
pembelajaran adalah agar siswa memahami hubungan kausal
penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
 Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni:
a. Tujuan pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang
menunjukkan apa yang harus diketahui oleh siswa agar dapat
mempelajari tugas yang didukungnya.
b. Tujuan pendukung konteks, yaitu tujuan pendukung yang
membantu menunjukkan konteks dari suatu tujuan tertentu
dengan tujuan yang didukungnya.

Selain tujuan umum dan tujuan khusus di atas, terdapat pula tujuan
pembelajaran yang lain yaitu untuk mengembangkan kemampuan,
membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
pencerdasan kehidupan bangsa.

12
B. Pentingnya Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran, yakni merupakan


suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam
merancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletak pada:

a. Untuk menilai hasil pembelajaran. Pengajaran dianggap berhasil jika


siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketercapaian tujuan oleh
siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pem-belajaran.
b. Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang dirumus-kan
secara tepat berdayaguna sebagai acuan, arahan, pedoman bagi siswa
dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam hubungan ini, guru dapat
merancang tindakan-tindakan tertentu untuk mengarahkan kegiatan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut.
c. Untuk merancang sistem pembelajaran. Tujuan-tujuan itu menjadi
dasar dan kriteria dalam upaya guru memilih materi pelajaran,
menentukan kegiatan belajar mengajar, memilih alat dan sumber, serta
merancang prosedur penilaian.
d. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam
meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan tujuan-tujuan itu
terjadi komunikasi antara guru-guru mengenai upaya-upaya yang perlu
dilakukan bersama dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut.
e. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan
program pembelajaran. Dengan tujuan-tujuan itu, guru dapat
me-ngontrol hingga mana pembelajaran telah terlaksana, dan hingga
mana siswa telah mencapai hal-hal yang diharapkan. Berdasarkan hasil
kontrol itu dapat dilakukan upaya pemecahan kesulitan dan mengatasi
masalah-masalah yang timbul sepanjang proses pembelajaran
berlangsung.
C. Aspek-Aspek Pembelajaran

Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut


dapat dipandang dari berbagai aspek, dua diantaranya yaitu siswa dan guru.
Dari segi siswa misalnya, belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses
mental dalam menghadapi bahan belajar yang berupa keadaan, hewan,
tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku pelajaran.
Dari segi guru proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu
hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks, melibatkan ranah-
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, begitu juga dengan perkembangan
sosial anak. Seyogyanya guru dapat mengatur keempat hal tersebut dalam hal
acara pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase belajar dan hasil belajar
yang dikehendaki, sehingga tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai
dengan hasil yang maksimal.

Keempat aspek tersebut menjadi rumusan tujuan instruksional, aspek-aspek


pembelajaran tersebut menurut Bloom dan Krathwohl sebagaimana dikutip
oleh Moh. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi guru professional telah
menjadi suatu klasifikasi tujuan yang memungkinkan hasil belajar yang
diperoleh dari kegiatan belajar-mengajar.[1] Hal ini disadari oleh asumsi
bahwa hasil belajar dapat terlihat dari keempat aspek tersebut (aspek kognitif,
afektif, psikomotorik, dan perkembangan sosial).

A. Aspek Pembelajaran Kognitif

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya knowing,


berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan.[2] Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa kognisi adalah proses pengenalan dan penafsiran
oleh seseorang; kegiatan memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali

14
sesuatu melalui pengalaman sendiri.[3] Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kewajiban yang berpusat di otak
ini juga berhubungan dengan konasi dan efeksi yang bertalian dengan ranah
rasa.[4]

Ranah psikologi siswa yang paling utama adalah ranah kognitif. Ranah
kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini merupakan sumber sekaligus
pengendali dari ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan
ranah Psikomotor (karsa). [5] jadi, tidak seperti organ-organ tubuh lainnya,
organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak
aktivitas akal pikiran, melainkan juga menjadi menara pengontrol aktivitas
perasaan dan perbuatan. Sebagai menara pengontrol, otak selalu bekerja siang
dan malam. Adanya kerusakan pada otak maka akan mengakibatkan
kehilangan fungsi kognitif, dan tanpa adanya fungsi kognitif maka martabat
manusia tidak akan jauh beda dengan hewan.

Demikian halnya orang yang menyalahgunakan kelebihan kemampuan otak


untuk memuaskan hawa nafsunya, martabat orang tersebut tak akan lebh
rendah dari hewan atau mungkin lebih rendah dari hewan itu sendiri.
Kelompok orang yang bermartabat lebih rendah seperti ini dilukiskan dalam
surah Alfurqan: 44 :

“ Atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ”
Selanjutnya perkembangan dan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu itu
menurut Loree, dapat dideskripsikan dengan dua cara yaitu secara kuantitatif
dan kualitatif.[6]

a. Perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif

Perkembangan fungsi-fungsi kognitif seseorang dapat diketahui dengan


melakukan pengukuran tes intelegensia melalui hasil studi longitudialnya
Bloom, bahwa dengan berpatokan kepada hasil tes IQ pada usia 17 tahun dari
sekelompok subyek, maka kita dapat membandingkan dengan hasil-hasil test
IQ dari masa-masa sebelumnya yang ditempuh oleh subyek yang sama.
Berikut adalah persentase perkembangan taraf kematangan dan kesempurnaan
subyek tersebut sebagai berikut:

a) Usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20%-nya

b) Usia 4 tahun sekitar 50%-nya

c) Usia 8 tahun sekitar 80%-nya

d) Usia 13 tahun sekitar 92%-nya

b. Perkembangan perilaku kognitif secara kualitatif

Piaget membagi proses perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu


ke dalam empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapan
menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda. Tahap perkembangan kognitif
itu sebagai berikut:[7]

a) Sensorimotor period (0,0 – 22,0). Periode ini ditandai oleh penggunaan


sensorimotorik yang intensif terhadap dunia sekitarnya. Prestasi intelektual
yang dicapai dalam periode ini ialah perkembangan bahasa, hubungan tentang

16
objek, kontrol skema, kerangka berfikir, pembentukan pengertian, pengenalan
hubungan sebab-akibat.

b) Preoperational Period (2,0 – 7,0). Periode ini terbagi ke dalam dua tahapan
yaitu: Preconceptual (2,0 – 4,0) dan intuitive (4,0 – 7,0). Periode
preconceptual ditandai dengan cara berpikir yang bersifat transduktif (menarik
konklusi tentang sesuatu yang khusus atas dasar hal khusus. Periode intuitif
ditandai oleh dominasi pengamatan yang bersifat egocentric (belum
memahami cara orang lain memandang objek yang sama)

c) Concrete operational period (7,0 – 11,0 / 12,0). Dalam periode ini anak
mulai mengkonservasi pengetahuan tertentu. Perilaku kognitif yang tampak
ini ialah kemampuan anak dalam proses berpikir untuk mengoperasikan
kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang
bersifat konkrit.

d) Formal operational period (11,0 / 12,0 – 14,0 / 15,0). Periode ini ditandai
dengan kemampuan untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang
tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat kongkrit.

Tokoh lain yang melakukan studi terhadap masalah ini secara mendalam
adalah Jerome Bruner, ia membagi proses perkembangan perilaku kognitif ke
dalam tiga periode ialah:

1. Enactive stage, merupakan suatu masa ketika individu berusaha memahami


lingkungannya; tahap ini mirip dengan sensorimotor period-nya Piaget

2. Iconic stage, yang mendekati kepada preoerational period-nya Piaget

3. Symbolic age, yang juga mendekati ciri-ciri formal operational period-nya


Piaget.
Dari beberapa proses perkembangan perilaku kognitif yang telah
dideskripsikan oleh para tokoh di atas, dapat dipahami bahwa laju
perkembangan intelegensia berlangsung sangat pesat pada masa remaja awal
dan mencapai puncak perkembangan dicapai umumnya dipenghujung masa
remaja akhir.

Sementara itu, Muh. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi guru merdeka
mengklasifikasikan tujuan kognitif atas enam bagian, yaitu sebagai berikut:
[8]

1. Pengetahuan ( Knowlage ). Mengacu pada kemampuan mengenal atau


mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada
teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat
keterangan dengan benar.

2. Pemahaman (comprehension), meliputi/mengacu kepada kemampuan


memahami makna materi.aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan
merupakan tingkat kemampuan berpikir yang rendah.

Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:

a. Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam


suatu bentuk ke dalam bentuk lain.
b. Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
c. Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramalkan perluasan trend atau
kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi.aspek ini satu tingkat


di atas pengetahuan dan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang rendah.

18
3. Penerapan (Application). Mengacu pada kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan
menyangkut penggunaan aturan, prinsip. Penerapan merupakan tingkat
kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.

4. Analisis. Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam


komponen-komponen atau faktro penyebabnya, dan mampu memahami
hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur
dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat
kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun
penerapan.

Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:

a. Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci


elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.
b. Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara
elemen-elemen dalam suatu struktur.
c. Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan
relasi dari struktur kompleks.

5. Sintesis. Mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau


komponenkomponen sehingga membentuk suatu pola srtuktur atau bentuk
baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan
kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan
sebelumnya.

6. Evaluasi. Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap


nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat
kemampuan berpikir yang lebih tinggi.
Namun proses perkembangan perilaku kognitif tidak selamanya dapat berjalan
mulus, karena ada beberapa faktor yang bisa menimbulkan gangguan kognitif
seorang anak, diantaranya yang berhubungan dengan kelainannya sendiri dan
kurangnya pengalaman akibat latar belakang anak berkelainan. Misalnya:
cacat tubuh, tuli dan hambatan perkembangan tubuh membawa
pengalamannya kurang bertambah, kurang diperkaya dari kebudayaan yang
ada dilingkungannya, dalam keluarga yang diperhatikan atau bahkan terlalu
dilindungi.[9]

B. Aspek Pembelajaran Afektif

Menurut Haidar Putra Daulay dalam Pendidikan Islam mengatakan bahwa


afektif adalah masalah yang berkenaan dengan emosi, berkenaan dengan ini
terkait dengan suka, benci, simpati, antipati, dan lain sebagainya.[10] Dalam
Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud afektif adalah: 1).
Berkenaan dengan perasaan, 2) keadaan perasaan yang memengaruhi keadaan
penyakit (panyakit jiwa), 3) gaya atau makna yang menunjukkan perasaan.
Muh. Azer Usman membagi klasifikasi tujuan afektif ke dalam lima kategori
yaitu:[11]

1. Penerimaan. Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan


memperhatikan dan memberikan respons terhadap stimulasi yang
tepat. Penerimaan merupakan hasil belajar terendah dalam domain
afektif.
2. Pemberian Respons. Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini
siswa menjadi tersangut secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik.
3. Penilaian. Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri
pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti
menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut
dapat diklasifikasikan menjadi sikap dan apresiasi.

20
4. Pengorganisasian. Mengacu pada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang
berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-
konflik internal dan membentuk suatu sistem nila internal, mencakup
tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
5. Karakterisasi. Mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.
Nilai-nilai sangat berkembang dengan teratur sehingga tingkah laku
menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam
kategori ini bisa ada hubungannya dengan ketentuan pribadi, sosial,
dan emosi siswa.

C. Aspek Pembelajaran Psikomotorik

Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan


(skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson
(Winkel, 1999;Fleishman & Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:

a. Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2


perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang
khas pada masing-masing perangsang.
b. Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan
menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan
atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan
gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan.
d. Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian
gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya.
e. Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan
untuk melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa
komponen secara lancar, tepat, dan efisien.
f. Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan
mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan
persyaratan khusus yang berlaku.
g. Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang
baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Berbicara mengenai kemampuan psikomotorik, orang biasanya menganggap


bahwa mencapai tujuan penguasaan keterampilan psilkomotorik jauh lebih
sukar daripada mencapai tujuan kognitif. Sebagian guru mengira bahwa taktik
dan strategi mengajarnya juga berlainan. Kedua asumsi ini jauh berlainan,
karena walaupun secara penekanan berlainan, tetapi secara garis besar
prosedurnya sama saja.[12]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia psikomotorik berarti berhubungan


dengan aktifitas fisik yang berkaitan dengan proses mental. [13] dalam ilmu
psikologi, kata motor dapat dipahami sebagai segala keadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan
organ-organ fisik.[14] Kecakapan psikomotor seorang anak tidak terlepas dari
kecakapan kognitif dan juga banyak terikat dengan kecakapan afektif. Karena
keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif
terhadap ranah perkembangan ranah psikomotorik. [15]

Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif itu berpengaruh


besar terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Siswa yang berprestasi
baik dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin
beribadah salat, puasa dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi
pertolongan pada orang yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan
itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan
kebajikan tersebut berasal dari pemahaman terhadao materi pelajaran agama
yang ia terima dari gurunya (kognitif).[16]

22
Dalam mengembangkan ranah psikomotorik seorang anak, ada empat faktor
yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga
memungkinkan campur tangan orangtua dan guru dalam mengarahkannya,
yaitu:[17]

a) Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf. system adalah organ halus


dalam tubuh yang terdiri atas struktur jaringan serabut syaraf yang sangat
halus yang berpusat pada sistem jaringan syaraf yang ada di otak. Semakin
baik perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anak, akan semakin
baik dan beraneka ragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinya.

b) Pertumbuhan otot-otot. Otot adalah jaringan sel-sel yang dapat berubah


memanjang dan juga merupakan unit sel yang memiliki daya mengkerut.
Peningkatan tegangan otot pada anak dapat menimbulkan perubahan dan
peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan
ini tampak sangat jelas pada anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan
semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang
bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tengan yang semakin
meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa.

c) Perkembangan dan perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar


adalah alat tubuh yang menghasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar
keringat. Sedang kelenjar endokrin secara umum merupakan kelenjar dalam
tubuh yang memproduksi hormon yang disalurkan ke seluruh bagian dalam
tubuh melalui aliran darah. Perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin akan
mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja
terhadap lawan jenisnya. Dalam hal ini, orangtua dan guru seyogyanya
bersikap antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan perilaku seksual yang tidak dikehendaki demi kelangsungan
perkembangan siswa remaja yang menjadi tanggung jawabnya.

d) Perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia anak akan semakin


meningkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi bagian tubuh lainnya.
Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Namun, kemungkinan
perbedaan hasil belajar psikomotor seorang siswa dengan siswa-siswa lainnya
selalu ada, karena kapasitas ranah kognitif juga banyak berperan dalam
menentukan kualitas dan kuantits prestasi-nya.

Di samping keempat faktor tersebut di atas, faktor-faktor lingkungan, alamiah


sosial, kultural, nutrisi dan gizi serta latihan dan kesempatan merupakan hal-
hal yang sangat berpengaruh terhadap proses dan produk perkembangan fisik
dan perilaku psikomotorik. [18]

D. Aspek Perkembangan Sosial

Secara potensial manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoom politicon),


kata Plato. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada dalam
interaksi dengan lingkungan manusia-manusia lain. Secepat individu
menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula ia
menyadari bahwa ia harus belajar apa yang semestinya ia perbuat seoerti yang
diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi makhluk sosial ini
disebut sosialisasi. [19]

Perkembangan sosial, dengan demikian dapat diartikan sebagai rangkaian dari


perubahan yang berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi
makhluk sosial yang dewasa. Charlotte Buhler mengidentifikasikan
perkembangan sosial dalam term kesadaran hubungan subjektif-objektif.
Proses perkembangannya berlangsung secara berirama sebagai berikut:[20]

24
a) Masa kanak-kanak awal (0,0 – 3,0) : subjektif

b) Masa krisis I (3,0 – 4,0) : anak-degil

c) Masa kanak-kanak akhir (4,0 – 6,0) : subjektif menuju objektif

d) Masa anak sekolah (6,0 – 12,0) : objektif

e) Masa krisis II (12,0 – 13,0) : pre-puber

f) Masa remaja awal (13,0 – 16,0) : subjektif menuju objektif

g) Masa remaja akhir (16,0 – 18,0) : objektif

D. Kurikulum Pembelajaran

Secara umum, Pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem


rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani
dalam aktivitas belajar mengajar. Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah
curriculum dimana dalam bahasa inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran.
Curriculum berasal dari bahasa latin yaitu currere, kata currere memiliki banyak
arti yaitu berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk.

Dalam bahasa arab, kurikulum disebut dengan manhaj yang berarti jalan
yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan, dalam pengertian
kurikulum pendidikan bahasa arab yang dikenal dengan istilah manhaj al-dirasah
yang jika dilihat artinya pada kamus tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan
media yang dijadikan sebagai acuan lembaga pendidikan untuk mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan. Dalam pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan
pendapatnya dalam memberikan gambaran berupa definisi-definisi pengertian
kurikulum seperti yang dapat dilihat dibawah ini…
Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli

Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua


pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun
berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah. Pengertian kurikulum
menurut definisi Inlow (1966), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian
kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak sekolah
guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari pembelajaran yang sudah
ditentukan.

Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum adalah


semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah.

Dari Pengertian Kurikulum secara umum dan pengertian kurikulum menurut


definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa dari penjelasan diatas tentang
pengertian kurikulum sangatlah fundamental yang menggambarkan fungsi
kurikulum yang sesungguhnya dalam sebuah proses pendidikan. Dalam
perkembangannya, sejarah indonesia mengenai kurikulum telah berganti-ganti
antara lain sebagai berikut…

 Tahun 1947- Leer Plan (Rencana Pelajaran)

 Tahun 1952 – Rencana Pelajaran Terurai

 Tahun 1964 – Renthjana Pendidikan

 Tahun 1968 – Kurikulum 1968

 Tahun 1975 – Kurikulum 1975

 Tahun 1984 – Kurikulum 1984

 Tahun 1994 – dan Kurikulum 1999 – Kurikulum 1994 dan Sublemen


Kurikulum 1999

26
 Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi

 Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

 Tahun 2013- Kurikulum 2013.

Fungsi Kurikulum – Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki


berbagai macam fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan dalam
kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut…

 Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum


berfungsi sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat
dinamis artinya dapat berubah-ubah.

 Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai


penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan
yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan
dan berintegrasi di masyarakat.

 Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi


sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari
berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.

 Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai


persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat
mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan
pendidikan.

 Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai


pemilihan adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan
pilihan program belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
 Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang
mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam
dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka
diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki
kelemahannya.

Komponen Kurikulum

Kurikulum mempunyai 4 unsur komponen yang membentuk/penyusun


kurikulum. 4 Unsur komponen kurikulum adalah sebagai berikut :

a. Komponen Tujuan

Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk


mencapai tujuan karna berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari
banyaknya tujuan-tujuan yang tercapai. Tujuan pendidikan menurut
permendiknas No. 22 Tahun 2007 pada tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah adalah sebagai berikut.

 Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan hidup mandiri
serta mengikuti pendidikan selanjutnya.
 Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri
serta mengikuti pendidikan selanjutnya
 Tujuan pendidikan menengah kejurusan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan
hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya sesuai kejurusan.
 Tujuan pendidikan institusional adalah tujuan pendidikan yang
dikembangkan di kurikuler dalam setiap mata pelajaran disekolah.

28
b. Komponen Isi (Bahan pengajaran)

Kurikulum dalam komponen isi adalah suatu yang diberikan kepada anak didik
untuk bahan belajar mengajar guna mencapai tujuan. Kurikulum memiliki kriteria
yang membantu perencanaan pada kurikulum. Kriteria kurikulum adalah sebagai
berikut.

 Sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa


 Mencerminkan kenyataan social
 Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
 Menunjang tercapainya tujuan pendidikan

c. Komponen Strategi

Kurikulum sebagai komponen strategi yang merujuk pada pendekatan dan metode
serta peralatan dalam proses belajar mengajar. Strategi dalam pembelajaran
tergambar dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan penilaian,
pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya
khusus. Strategi Pelaksanaan adalah pengajaran, penilaian, bimbingan, dan
penyeluhan kegiatan sekolah. Tercapainya tujuan, ini diperlukan pelaksanaan
yang baik dalam menghantarkan peserta didik ke tujuan tersebut yang merupakan
tolak ukur dari program pembelajaran (kurikulum).

d. Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi dalam kurikulum adalah memeriksa tingkat ketercapaian


tujuan suatu kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang
memiliki peranan penting dalam memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna
dalam pengembangan model kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat
keberhasilan suatu siswa dalam mencapai tujuannya.
E. Tujuan Pendidikan Nasional, Kulikuler, Institusional dan Intsruksional

Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai dan didasari
oleh falsafah negara Indonesia (didasari oleh pancasila).

Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan dari keseluruhan satuan, jenis dan
kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal, informal dan nonformal
dalam konteks pembangunan nasional. Tujuan pendidikan nasional indonesia
adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.

(Bab II Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003).

Tujuan Institusional / Lembaga

Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau
lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari tujuan
pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan. Oleh
karena itu, setiap sekolah atau lembaga pendidikan memiliki tujuan
institusionalnya sendiri – sendiri. Tidak seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional lebih bersifat kongkrit. Tujuan institusional ini dapat dilihat dalam
kurikulum setiap lembaga Pendidikan

30
Tujuan Kulikuler

Tujuan kulikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi.
Tujuan ini dapat dilihat dari GBPP (Garis – garis Besar Program Pembelajaran)
setiap bidang studi. Tujuan kulikuler merupakan penjabaran dari tujuan
institusional sehingga kumulasi dari setiap tujuan kulikuler ini akan
menggambarkan tujuan istitusional. Artinya, semua tujuan kulikuler yang ada
pada suatu lembaga pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional
yang bersangkutan

Tujuan Instruksional / Tujuan Pembelajaran

Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan
instruksional atau pembelajaran. Tujuan ini seringkali dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu :

Tujuan Instruksional (tujuan pembelajaran) Umum. Tujuan instruksional umum


adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum dan belum dapat
menggambarkan tingkah laku yang lebih spesifik. Tujuan instruksional umum ini
dapat dilihat dari tujuan setiap pokok bahasan suatu bidang studi yang ada di
dalam GBPP. Tujuan Instruksional (tujuan pembelajaran) Khusus. Tujuan
instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum.
Tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksud agar tujuan instruksional umum
tersebut dapat lebih dispesifikasikan dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari
individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Tujuan belajar
dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah
individu tersebut melaksanakan proses belajar.

Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran, yakni merupakan suatu


komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem
yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletak pada:

a. Untuk menilai hasil pembelajaran.

b. Untuk membimbing siswa belajar.

c. Untuk merancang sistem pembelajaran.

d. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan


proses pembelajaran.

e. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program


pembelajaran.

Aspek-aspek belajar dan pembelajaran mencakup diantaranya : Aspek kognitif,


aspek afektif, aspek psikomotorik dan aspek social.

Pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan


mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar
mengajar.

32
Pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar
mengajar.

Saran

Dalam pembuatan makalah ini disesuaikan dengan kurikulum pendidikan yang


diterapkan di Negara Republik Indonesia dan sesuai dengan tujuan pendidikan
dalam konteks belajar dan pembelajaran.

Penulis meminta kritik dan saran untuk pengembangan makalah ini agar menjadi
lebih baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Lepank, Kamus Pengertian, Arti, Definisi Menurut Pada Ahli,


http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-tujuan-menurut-beberapa-ahli.html
diakses tanggal 29 Oktober 2017 pukul 1.17

Pengertian belajar dan pembelajaran, http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-


menurut-ahli/ diakses tanggal 29 Oktober 2017 pukul 1.35

Konsep Pendidikan , http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-dan-


pengertian-pembelajaran.html diakses tanggal 29 Oktober 2017 pukul 1.44

Sudrajat Ahmad, 2009, Tujuan Pembelajaran Sebagai Komponen Penting,


http://www.athmosudrajatfileswordpress-com/2009/09/tujuan-pembelajaran-sgb-
komponen-komponen-penting-dlm-pembelajaran1-doc diakses tanggal 29 Oktober
2017 pukul 2.29

Ferry Apriyana, 20 Juni 2012, Belajar dan Pembelajaran


http://ferryxzyamato.blogspot.co.id/2012/06/belajar-dan-pembelajaran.html

Kurikulum Pembelajaran https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/instructional-


technology/kurikulum-pembelajaran/ diakses tanggal 29 Oktober 2017 pukul 3.43

[1]Bloom dan Krathwohl dalam Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Professional, Edisi
kedua (Cet. XV; PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2003), h. 34

[2] Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan Pendekatan baru, (Cet. XI; PT.
Remaja Rosdakarya: Bandung, 2005), h. 66

[3] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai
Pustaka 1988), h. 8-9

[4] Op. Cit., h. 66

[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Cet. II; PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta,
2003), h. 48

34
[6] Loree dalam Abin Syamsuddin Makmun Psikologi Pendidikan: Perangkat sistem
pengajaran modul, (Cet. II; PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 1998), h. 72

[7] Ibid, h. 73

[8] Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 34

[9] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono., Psikologi belajar, (Cet. II; PT. Rineka Cipta:
Jakarta, 2004), h. 58

[10]Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, (Cet. I; Kencana: Jakarta, 2004), h. 41

[11] Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 36

[12] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Cet. II; CV. Rajawali: Jakarta, 1991), h.
276

[13] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit, h. 704

[14] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ., Op. Cit, h. 61

[15] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ., Op. Cit, h. 54

[16] Ibid, h. 54

[17] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ., Op. Cit, h. 64

[18] Abin Syamsuddin Makmun, Op. Cit, h. 70

[19] Ibid, h. 74

[20] Ibid, h. 74

Anda mungkin juga menyukai