Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Anak Didik Belajar dan Guru Mendidik”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Psikologi Belajar”
Dosen Pengampu:
Muhammad, S. Pd. I, M. Pd.

Disusun oleh kelompok: 5


Ibadillahhis Solikhina (19.11.2452)
Ummi Ni’matun Nada (19.11.2545)
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Semester IV B
YAYASAN PENDIDIKAN DAN AMAL SOSIAL AN-NADWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Mata kuliah Psikologi Belajar.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambahwawasan serta pengetahuan kita mengenai Anak Didik Belajar dan
Guru Mendidik. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Kami ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam makalah ini yang tidak bisa Kami sebutkan
satu persatu.
Oleh sebab itu, kami berharap kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Teluk Nilau, 08 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
D. Manfaat .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Anak Didik dan Proses Belajar ...................................................... 3
B. Setiap Anak Didik Berbeda ........................................................... 7
C. Prinsip Belajar .............................................................................. 13
D. Guru Sebagai Pribadi Kunci ........................................................ 20
E. Guru Sebagai Pengajar dan Pendidik ........................................... 21
F. Prinsip Mengajar ..............................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 30
B. Saran ............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar, mengajar dan proses pembelajaran memiliki keterkaitan dalam
Pendidikan. Belajar merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan peserta didik
untuk mengembangkan dirinya. Sedangkan mengajar adalah kegiatan yang
dilakukan pendidik terhadap peserta didik untuk membantu segala bentuk
kegiatan belajar dimana hubungan timbal balik yang terjadi didalam lingkungan
belajar tersebut dikenal dengan proses pembelajaran.
Mengelola proses belajar mengajar adalah upaya secara sistematis yang
dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif
dan efisieni yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Kemampuan mengelola pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru agar
terwujud kompetensi profesionalnya. Konsekuensinya guru harus memiliki
pemahaman yang utuh dan tepat terhadap konsepsi belajar dan mengajar.
Pentingnya pengetahuan guru dan calon guru terhadap proses
pembelajaran tersebut menjadi alasan penulis untuk menggali dan membahas
lebih lanjut di dalam makalah yang kami tulis mengenai proses pembelajaran
yang didalamnya terdapat anak didik dan guru sebagai komponen belajar yang
memiliki pribadi dan peran yang berbeda, prinsip belajar, prinsip mengajar, serta
menjabarkan bagaimana bentuk proses pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak didik dan bagaimana proses belajar
berlangsung?
2. Apa saja perbedaan yang ada pada anak didik?
3. Apa yang dimaksud guru sebagai pribadi kunci?
4. Bagaimana peran guru sebagai pendidik dan pengajar?
5. Bagaimana prinsip mengajar?
C. Tujuan

1
2

1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi anak didik dan menjelaskan


bagaimana proses belajar berlangsung.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan pada anak didik.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan peran guru sebagai pribadi
kunci.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan peran peran guru sebagai
pendidik dan pengajar.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip mengajar guru.
D. Manfaat
Makalah ini ditulis untuk dijadikan sebagai sarana belajar yang dapat
memberikan pemahaman kepada kami penulis dan pembaca pada umumnya
mengenai anak didikbelajar dan guru mendidik.
3

A. Anak didik dan Proses Belajar


1. Definisi Anak Didik
Menurut Danim (2010:1), sebutan peserta didik atau anak didik
menggantikan sebutan siswa atau pelajar. Didalam UU No 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, anak didik didefinisikan sebagai setiap
manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur pendidikan baik secara formal maupun nonformal
pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga
dapat didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki
sejumlah potensi dasar yang perlu dikembangkan seperti potensi kognitif,
afektif dan psikomotor.1
2. Proses Belajar
Kegiatan yang termasuk belajar adalah melihat, mendengar,
membau, mengecap, meraba, berfikir, mengingat, membuat ringkasan,
mencatat, membaca dan latihan. Dalam proses belajar peserta didik harus
menggunakan seluruh kemampuan psikofisis (kemampuan yang berkaitan
dengan jiwa dan badan), baik fisiologis maupun psikis. Sehingga terjadi
keseimbangan perubahan perilaku yang optimal di dalam aktifitas belajar,
menyangkut perubahan kogniti, afektif, maupun psikomotor.
Dalam melaksanakan aktifitas belajar, peserta didik diharapkan
memiliki kesadaran untuk belajar baik sesuai dengan bakat maupun minat
yang dapat memotivasi dirinya untuk mencari pengalaman dan langsung
memahami sendiri.2
Secara keseluruhan proses belajar merupakan suatu aktifitas
sebagai berikut:
a. Individu merasakan adanya perubahan dan melihat tujuan yang ingin
dicapai.

1
Nora Agustina, M. Pd. Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta: Deepublish, 2018)
hlm. 11.
2
Moh. Suwardi, M. Pd. Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018) hlm.
38-39.
4

Misalnya ketika ingin melanjutkan kuliah di luar negeri,


syaratnya harus bisa berbicara bahasa inggris minimal skor toefel nya
yaitu 500. Tetapi siswa tersebut merasa bahwa keterampilannya dalam
bahasa inggris kurang begitu baik, karena itu perlu menambah dan
meningkatkan kecakapan dalam bahasa inggris dengan cara mengikuti
kursus bahasa inggris. Karena merasa ada kebutuhan dan keinginan yang
ingin dicapai.
b. Kesiapan individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.
Dalam memenuhi kebutuhan, hal ini perlu disiapkan segala
sesuatunya dimulai dari fisik, psikis maupun keuangannya.
c. Pemahaman situasi
Yang dimaksud situasi disini adalah lingkungan tempat individu
tersebut berada dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya.
Misalnya ketika memilih tempat kursus perlu diperhatkan dari
jarak rumah ke tempat kursus, biaya perbulan, staff pengajar, fasilitas dan
lain-lain. Baru nanti memutuskan tempat kursus mana yang kiranya sesuai
dengan yang diharapkan. Seorang guru hendaknya memperhatikan situasi
belajar seperti keadaan ruangan, buku-buku, laboratorium dan lain-lain.
d. Menafsirkan situasi
Misalnya setelah dibandingkan tempat kursus A lebih bagus dari
segi fasilitas dan staff pengajar tetapi, jarak dari rumah ke tempat kursus
sangat jauh dan juga biayanya sangat mahal. Oleh karena itu ada pilihan
kedua yang sekiranya dapat mempermudah pencapaian tujuan yang
diharapkan. Contoh lain kalau di sekolah memerlukan infokus, dan
ternyata infokusnya dipakai oleh guru lain, kita sebagai guru harus punya
alternatif pilihan kedua misalnya dengan media yang lain yang dapat
digunakan untuk belajar.
e. Respon
Dalam hal ini, berkaitan dengan aktifitas belajar siswa. Yaitu
suatu proses bagaimana individu mengubah tingkah lakunya. Apakah
5

setelah mengikuti kursus tersebut dia memperhatikan instruksi yang


diberikan guru atau tidak? Tugas-tugasnya dikerjakan atau tidak?
f. Hasil Belajar
Merupakan umpan balik dari apa yang dilakukannya. Ada dua
kemungkinan yang akan terjadi yaitu berhasil dan juga gagal. Yang
berhasil, berarti dia dapat memenuhi kebutuhannya, dan yang gagal dia
tidak memenuhi kebutuhannya. Guru diharapkan dapat membantu siswa
yang gagal dalam mencapai kebutuhannya agar siswa tersebut tidak putus
asa dan mampu belajar dengan baik.3
Proses belajar memiliki tahap-tahap sebagai berikut:
a. Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik
untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat
berhenti sama sekali. Salah satu tujuan penyiapan peserta belajar adalah
mengajaknya memasuki kembali dunia kanak-kanak mereka, sehingga
kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang sendiri.
Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan, kebebasan, dan rasa
ingin tau yang sangat besar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi
manfaat, menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar,
banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa
ingin tau dan mengajak belajar penuh dari awal, membangkitkan rasa
ingin tau, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif,
memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. Pembelajaran jika
dilakukan dengan periapan matang sesuai dnegan karakteristik
kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan, serta kemampuan
guru, maka hasilnya di asumsikan akan lebih optimal.
Asumsi negative tentang belajar cenderung menciptakan
pengalaman negative dan asumsi positif cenderung menciptakan

3
Feida Noorlaila Isti’adah, M. Pd. Teori-teori Belajar dalam Pendidikan, (Tasikmalaya:
Edu Publisher, 2020) hlm. 20-22.
6

pengalaman positif. Sugest tidak boleh berlebihan, menimbulkan kesan


bodoh, dangkal, tetapi harus realistic, jujur dan tidak bertele-tele. Jika
sudah menetapkan hati untuk menetapkan hasil ynag positif,
kemungkinan besar hasil positif yang akan dicapai. Ketika asumsi
negative sudah digantikan dengan yang positif, maka rasa gembira dan
lega dapat mempercepat pembelajaran. Menciptakan asumsi positif
tentang belajar dapat dilakukan dengan menata tempat duduk secara
dinamis, menghiasi ruang belajar, atau apa yang ada dalam lingkungan
belajar yang dapat menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan
belajar peserta didik. termasuk dengan kehangatan musik, sebagaimana
banyak dilakukan dalam inovasi-inovasi pembelajaran modern saat ini.
Peserta belajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu
mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pembelajaran
mereka punya manfaat dan nilai bagi diri mereka secara pribadi.
b. Penyampaian
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan
untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang
mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tahap
penyampaian dapat dilakukan dengan kegiatan presentasi dikelas.
Belajar adalah mencptakan pengetahuan, bukan menelan informasi,
maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar
dan bukan untuk dijadikan focus utama.
Tujuan tahap penyampaian adalah membantu peserta belajar
menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik,
menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra dan cocok untuk semua
gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji co kolaboratif dan
berbagai pengetahauan, pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan
otak dan seluruh tubuh eserta belajar, presentasi interaktif, melalui aneka
macam cara yang disesuaikan dengan seluruh gaya belajar termasuk
melalu proyek belajar berdasarkan kemitraan dan berdasarkan tim,
pelatihan menemukan, atau dengan memberi pengalaman belajar di
7

dunia nyata yang berhubungan dengan suatu kejadian serta melalui


pelatihan memecahkan masalah.
c. Latihan
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh
terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap
ini pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Peranan instruktur atau
pendidik adalah menggerakkan proses belajar dan menciptakan suasana
yang mendukung kelancaran pelatiha. Dengan kata lain, tugas pendidik
adalah menyusun konteks tempat peserta didik belajar dapat
menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang
dibahas. Tujuan tahap pelatihan adalah mambantu peserta belajar
mengintegrasikan (menggabungkan) dan menyerap pengetahuan serta
keterampilan baru dengan berbagai cara.
d. Penampilan hasil
Proses belajar seringkali mengabaikan tahap yang sangat penting
ini. Tahap ini merupakan satu keastuan dengan keseluruhan proses
belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan
bahwa pembelajaran tetap melakat dan berhasil diterapkan, membantu
peserta belajar menarapkan dan memperluas pengetahuan atau
keterampilan baru meraka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan
melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti: penerapan
di dunia maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana
aksi, dan aktifitas penguatan penerapan. Setelah melewati tiga tahap
pertama dalalm siklus pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang
melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru meraka pada
pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi mereka sendiri, organiasai dan
klien organisasi.
Persoalan dalam dunia pendidikan di sekolah banyak yang
menyalahi proses ini padahal jika salah satu dari empat tahap tersebut
tidak ada, maka belajarpun cenderung merosot atau terhenti sama sekali.
Pembelajaran akan terganggu jika peserta belajar tidak terbuka dan tidak
8

siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat belajar untuk diri sendiri,
tidak memiliki minat, atau terhambat oleh rintangan belajar. Hal yang
sama terjadi jika gaya belajar pribadi seseorang tidak diperhatikan dalam
tahap penyampaian.4
B. Setiap Anak Didik Berbeda
Adapun perbedaan yang ada pada anak didik adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan Minat dan Perhatian
Menurut Crow dan Crow, minat merupakan kekuatan pendorong
yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, atau
kepada aktifitas-aktifitas tertentu. Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran
kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat peserta didi, dengan
sendirinya perhatian spontan akan timbul sehingga belajar akan berlangsung
dengan baik.
Sedangkan perhatian adalah salah satu faktor psikologis yang dapat
membantu terjadinya interaksi dalam proses pembelajaran, kondisi ini dapat
terbentuk melalui du hal yaitu yang pertama, yang timbul secara intrinsic dan
yang kedua yaitu melalui bahan pembelajaran.
2. Perbedaan Cara Belajar
Cara belajar anak didik dapat dikategorikan kedalam 4 cara yaitu:
a. Cara belajar somatic, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada
aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan.
b. Cara belajar auditif, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada
aspek pendengaran.
c. Cara belajar visual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada
aspek gambar atau penglihatan.
d. Cara belajar intelektual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada
aspek penalaran atau logika.
3. Perbedaan Kecerdasan

4
Moh. Suwardi, M. Pd. Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018) hlm.
18-21.
9

Peserta didik mempunyai kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan


yang dimaksud adalah kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial,
musical, kinestetis-jasmani, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Agar
semua kecerdasan dapat dikembangkan maka proses pembelajaran
hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap
potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik tersebut berkembang dengan
baik. Dalam pendidikan islam diutamakan adalah kecerdasan spiritual dan
emosional.5
C. Belajar Berdasarkan Prinsip Tertentu
Prinsip-prinsip dalam belajar yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Jika
tidak adanya perhatian maka tidak akan mungkin terjadi proses belajar.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas sesorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat.
Siswa yang memiliki minat terhadap suatu bidang studi tertentu cenderung
tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi dapat bersifat intenal maupun
eksternal. Bersifat iinternal artinya dating dari sirinya sendiri, sedangkan
bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, dan
sebagainya.
2. Prinsip keaktifan
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya akan mungkin terjadi apabila
anak mengalami sendiri. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan
adanya jiwa yang sangat aktif. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu
menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beranekaragam bentuknya mulai dari
kegiatan fisik yang mudah kita amati, misalnya membaca, menulis, berltih

5
Dr. Afi Parnawi, M. Pd. Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Deepublish, 2019) hlm. 20.
10

keterampilan dan sebagainya. Serta sampai kegiatan psikis yang susah


diamati, seperti membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis lainnya.
3. Prinsip keterlibatan langsung (Pengalaman)
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa yang tidak
hanya mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, teribat
langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4. Prinsip Pengulangan
Pengulangan dalam belajar akan melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggapi, mengingat,
menghayal, merasakan, hingga berfikir yang akan membuat daya-daya
tersebut berkembang.
5. Prinsip Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan tetapi selalu
menghadapi hambatan yaitu mempelajari bahan pembelajaran, maka
timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut. Apabila hambatan tersebut telah diatasi artinya tujuan
belajar telah tercapai makai ia akan memasuki dalam medan baru dan tujuan
baru.
6. Prinsip Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang balik, apalagi hasil yang baik akan merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar.
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan
merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan
dan penguatan.
7. Prinsip Perbedaan Individual
Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
11

Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya


pembelajaran.6
D. Guru Sebagai Pribadi Kunci
Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan berada
di titik terpenting dari setiap usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan. Ada
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam proses
pembelajaran guru antara lain: beban mengajar, pengalaman mengajar,
pendidikan, sumber belajar, kesejahteraan, etos kerja, status kepegawaian, dan
sarana dan prasarana di sekolah.7
Secara keseluruhan guru adalah figure yang menarik perhatian semua
orang entah dalam keluarga, dalam masyarakat, atau di sekolah. Masyarakat
melihat guru sebagai figure yang kharismatik, kemuliaan seorang guru tercermin
dari kepribadian sebagai bentuk dari sikap dan prilaku kehidupannya sehari-hari.
Di sekolah figure guru merupakan pribadi kunci. Gurulah panutan
utama bagi anak didik. semua sikap dan prilaku guru akan dilihat, didengar, dan
ditiru oleh anak didik.
Sebagai pribadi yang menjadi tauladan tidaklah berlebihan jika anak
didik selalu mengharapkan figure guru yang senantiasa memperhatikan
kepentingan mereka. Figure guru yang selalu memperhatikan kepentingan anak
didik biasanya mendapatkan ekstra perhatian dari anak didik.
Sepuluh sikap guru yang disenangi anak didik adalah sebagai berikut:
1. Sikap menolong pekerjaan sekolah dan menerangkan pelajaran dengann
jelas dan mendalam serta menggunakan contoh-contoh yang baik dalma
mengajar.
2. Periang dan gembira
3. Bersikap bersahabat merasa sebgai anggota dalam kelompok kelas
4. Menaruh perhatian dan memahami anak didiknya
5. Berusaha agar pekerjaan menarik

6
M. Ismail Makki, M. Psi. dkk, Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran, (Pemekasan:
Duta Media Publishing, 2019) hlm. 20-23.
7
Samtono, Guru Sebagai Key Person dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikank di
Sekolah, Hlm. 95.
12

6. Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat.


7. Tidak pilih kasih
8. Tidak suka mengomel, mencela dan sarkastis atau menyindir.
9. Berkesan bagi anak didik
10. Mempunyai pribadi yang dapat dijadikan tauladan.8
E. Guru Sebagai Pengajar dan Pendidik
Tugas guru diantaranya adalah sebagai pengajar dan pendidik, seorang
guru mampu menjadi pengajar dan mampu menjadi pendidik, pengajar lebih
mengacu pada transfer of learn atau materi yang menjadi tuntutan kurikulum
sedangkan sebagai pendidik lebih mengacu kepada sikap atau afektif
Menjadi pengajar tidaklah sulit karena dengan penguasaan materi yang
baik pasti dapat menyampaikan materi tersebut dengan baik dan mudah dicerna
oleh peserta didik. dalam hal ini guru dituntut menguasai materi secara utuh,
bukan hanya sekedar tau saja sehingga menyebabkan salah konsep. Semua yang
berkaitan dengan proses pembelajaran telah dipersiapkan dengan baik sehingga
kompetensi yang dituntut dapat tercapai.
Mendidik jauh lebih sulit karena dituntut keuletan, kesabaran,
ketabahan, dan inspirasi guru dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
terjadi pada peserta didik. mendidik lebih mengarah pada ilmu-ilmu psikologis,
humanisme, dan moral. Karena tuntutan perubahan adalah sikap sesuai dengan
tuntutan kurikulum kita.9
F. Prinsip Mengajar Sebagai Pijakan Guru
Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam
mencipatakan dan mengkondisikan situasi belajar mengajar agar siswa
melakukan kegiatan belajar secara optimal. Usaha tersebut dilakukan guru pada
saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Beberapa prinsip mengajar utama
yang digunakan guru antara lain: motivasi, individualitas, kooperasi-kompetisi,
korelasi-integrase, dan aplikasi-transformasi.
1. Motivasi

8
Ekatsuchie.blogspot.com
9
Sadiman, Menjadi Guru Super, (Jakarta: Bumi Aksara, 2019) hlm. 37.
13

Kegiatan belajar mengajar dapat terjadi apabila siswa ada perhatian


dan dorongan terhadap stimulasi belajr. Untuk itu, maka guru harus berupaya
menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan siswa. Perhatian
siswa terhadap stimulasi belajar dapat diwujudkan melalui beberapa upaya
seperti penggunaan media pembelajaran, memberikan pertanyaan kepada
siswa, membuat variasi belajar kepada siswa, melakukan pengulangan
informasi yang berbeda sifatnya dengan cara sebelumnya, memberikan
stimulus dalam bentuk lain sehingga siswa tidak bosan.
Adapun motivasi belajar siswa dapat dilakukan melalui dua bentuk
motivasi, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik
adalah dorongan agar siswa melakukan kegiatan belajar dengan maksud
mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan itu sendiri. Siswa harus
menyadari pentingnya melakukan kegiatan belajar untuk kepuasan dan
kebutuhan dirinya. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul untuk
mencapai tujuan yang dating dari luar dirinya. Misalnya, guru memberikan
pujian atau hadiah bagi siswa yang mencapai atau menunjukkan usaha yang
baik, tidak menyalahkan pekerjaan atau jawaban yang belum memuaskan,
tidak menghukum siswa didepan kelas, menciptakan suasana belajar yang
memberikan kepuasan dan kesenangan pada siswa dan usaha lain yang
dipandang pantas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.
Kedua motivasi diatas, yakni motivasi instrinsik dan ekstrinsik dapat
digunakan guru pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa sebelum pembelajaran
dimulai, serta menemukan kesedaran pentingnya siswa menguasai tujuan
pembelajaran merupakan upaya motivasi ekstrinsik. Demikian juga
menanamkan kesadaran siswa agar belajar dengan sungguh-sungguh untuk
meraih cita-cita masa depan adalah contoh motivasi ekstrinsik.
2. Individualitas
Di dunia ini tidak ada dua orang individu yang sama dari segi fisik
maupun psikis. Kemampuan siswa sebagai individu berbeda satu sama
lainnya. Perbedaan tersebut tampak pula dalam minat, perhatian, sikap, cara
14

belajar, moivasi belajar dan lain-lain. Menuntut kegiatan atau proses belajar
mengajar dan hasil belajar yang sama dari setiap siswa pada hakikatnya
mengingkari adanya perbedaan individu.
Dalam praktik mengajar, prinsip individual dapat digunakan guru
dalam beberapa cara, antara lain memberikan tugas individu sehingga siswa
belajar secara mandiri sesuai dengan caranya sendiri. Guru mebuat
pengelompokan siswa berdasrkan kemampuan yang relative sama dan
menerapkan cara belajar tuntas. Guru juga dapat mengembangkan proses
belajar mandiri, misalnya dengan modul, memberi kesempatan kepada siswa
untuk mencari sumber sendiri. Penggunaan prinsip mengejar seperti yang
dijelaskan diatas tidak berjalan sendiri-sendiri akan tetapi dilaksanakan
secara simultan (serentak). Perbedaan hanyalah pada tekanan yang akan
diutamakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengejar.
3. Kooperasi dan kompentisi
Tidak semua persoalan dapat dipecahkan sendiri oleh manusia,
demikian juga dalam kegiatan belajar, banyak stimulus belajar yang menuntut
adanya kerjasama siswa dalam pemecahannya. Kerjasama siswa dalam
kegiatan belajar sangat penting, bukan hanya sekedar memperoleh hasil
belajar yang optimal melainkan juga usaha memupuk sikap gotong royong,
toleransi, kepekaan sosial, sikap demokratis, saling menghargai, dan
memupuk keterampilan mengadakan interaksi sosial. Sering kerjasama dalam
belajar, bagi siswa yang meraa kurang prestasinya akan menumbuhkan
kegairahan tersendiri dan keberanian melkukan kegiatan belajar. Demikian
juga sebaliknya bagi siswa yang menonjol prestasinya sering menjadi
kebanggan tersendiri, sebab terbuka kesempatan menunjukkan kebolehannya
dikalangansiswa yang lain.
Kompetisi atau persaingan dapat juga diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar, asalkan dalam bentuk persaingan kelompok, bukan
persaingan dalam bentuk individu. Kelompok belajar siswa dituntut untuk
bersaing memperoleh prsetasi. Misalnya dari kecepatan menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas, ketepatan jawaban dari tugas yang diberikan, kerapian
15

pengerjaan tugas dan pekerjaan, kebersamaan dalam melaksanakan dan


mengerjakan tugas belajar, dan lain-lain. Kooperasi dan kompetisi sebagai
variasi dalam kegiatan belajar siswa sehingga menunjang motivasi dan
perhatian belajar siswa.
4. Korelasi dan integrasi.
Ingatan manusia termasuk para siswa sangat terbatas. Apa yang sudah
dipelajari siswa terkadang tidak tahan lama dalam ingatannya. Salah satu
usaha agar bahan yang dipelajari atau sedang dipelajari cukup lama diingat
siswa dapat dilakukan dengan prinsip korelasi dan integrasi.
Yang dimaksud dengan korelasi adalah apa yang dipelajari siswa
harus dihubungkan dengan apa yang telah dikuasai atau dihubungkan dengan
peristiwa kehidupan sehari-hari yang biasa dialami siswa. Sedangkan
integrasi mengandung pengertian bahwa semua bahan yang sedang atau telah
dipelajari tidak dipisahkan satu sama lain. Tidak hanya apa mata pelajaran
atau bidang studi yang penting, semua penting bagi kehidupan manusia dan
lebih dari itu semua tidak terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan
yang utuh dalam penerapannya.
Pengatahuan, sikap, dan keterampilan yang runtut dikuasai siswa
harus berkaitan dan terintegrasi dalam pribadi siswa. Guru harus
mengupayakan agar bahan pembelajaran dan kegiatan belajar siswa selalu
menggunakan apa yang telah mereka miliki sebelumnya, dan
mengkaitkannya dengan contoh-contoh dan peristiwa nyata dalam kehidupan
siswa.
5. Aplikasi dan transformasi
Aplikasi dan tranformasi atau pemakaian dan pemindahan merupakan
suatu yang penting dalam kegiatan belajar. Sejalan dengan korelasi dan
integrase, pemakaian dan pemindahan fungsi untuk memperkuat ingatan atau
daya simpan dan informasi para siswa. Pengingatan kembali bahan atau
informasi yang sudah dipelajari akan muncul apabila dihadapkan pada situasi
baru yang serupa, proses ini dikatakan pemindahan dan transformasi.
16

Latihan dan pengulangan merupakan upaya menunjang prinsip


pemindahan. Pemakaian atau aplikasi pada dasarnya menerapkan atau
manggunakan prinsip atau konsep bahan dalam memecahkan maslah. Prinsip
ini dilaksanakan apabila guru setiap mengajarkan prinsip, konsep, hukum,
selalu disertai penggunaannya dalam bentuk pemecahan masalah atas dasar
makna yang terkandung dalam konsep, prinsip, atau hukum yang telah
dipelajarinya. Lebih dari itu guru dapat menunjukkan dan mengarahkan siswa
terhadap penggunaan bahan atau informasi yang diberikan dalam praktik
kehidupan siswa sehari-hari. prinsip aplikasi dan transformasi ini penting
untuk mencapai hasil belajar siswa agar tahan lamadan terintegrasi tiga aspek
hasil belajar yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan.10

10
Izzan, Ahmad dkk, Membangun Guru Berkarakter, (Bandung: Humaniora, 2012) hlm.
47-50.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak didik adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik secara
formal maupun nonformal pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan
tertentu.
Proses belajar adalah setiap kegiatan yang termasuk belajar adalah
melihat, mendengar, membau, mengecap, meraba, berfikir, mengingat, membuat
ringkasan, mencatat, membaca dan latihan. Terdapat beberapa tahap dalam
proses belajar yakni persiapan, penyampaian, latihan dan penampilan hasil.
Anak didik memiliki perbedaan dalam minat dan perhatian, cara belajar
serta kecerdasan.
Prinsip belajar meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung (pengalaman), pengulangan, tentangan, balikan dan penguatan.
Guru merupakan pribadi kunci Gurulah panutan utama bagi anak didik.
semua sikap dan prilaku guru akan dilihat, didengar, dan ditiru oleh anak didik.
Guru berperan sebagai pengajar dan pendidik yang bertugas untuk
memberikan pengajaran tentang ilmu pengetahuan dan mendidik pribadi dan
akhlak peserta didik.
Prinsip mengajar guru meliputi motivasi, individualitas, kooperasi dan
kompetisi, korelasi dan integrase serta aplikasi dan transformasi.
B. Saran
Sebagai pendidik dan calon pendidik tentunya mengetahui hakikat dari
belajar, megajar dan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Karena
apabila pondasi bagi pendidik sebagai subyek dalam proses pembelajaran tidak
sepenuhnya diketahui dan dipahami maka proses pembelajaran tidak akan
berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran pun tidak akan tercapai
seutuhnya. Maka dengan adanya kajian dan pembahasan mengenai proses
pembelajaran dalam makalah ini, kami berharap tulisan kami dapat dijadikan

17
18

salah satu bahan bacaan untuk menambah pengetahuan kita semua mengenai
segala hal yang ada dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Afi Parnawi, M. Pd. Psikologi Belajar. 2019. Yogyakarta: Deepublish.


Ekatsuchie.blogspot.com
Feida Noorlaila Isti’adah, M. Pd. 2020. Teori-teori Belajar dalam Pendidikan.
Tasikmalaya: Edu Publisher
Izzan, Ahmad dkk. 2012. Membangun Guru Berkarakter. Bandung: Humaniora.
M. Ismail Makki, M. Psi. dkk. 2019. Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran.
Pemekasan: Duta Media Publishing.
Moh. Suwardi, M. Pd. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Moh. Suwardi, M. Pd. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Nora Agustina, M. Pd. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:
Deepublish.
Sadiman. 2019. Menjadi Guru Super. Jakarta: Bumi Aksara.
Samtono. Guru Sebagai Key Person dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikank
di Sekolah.

Anda mungkin juga menyukai