Anda di halaman 1dari 22

SISWA DAN TIPOLOGI BELAJAR SISWA

DOSEN PENGAMPU:
KHOLIDAH NUR, M.A

DISUSUN OLEH:
1. ZULFARDI
2. RULY REGAR
3. NUR HOLIZAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
berkat hidayah dan taufiq-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami
dengan tepat waktu. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kesehatan
dan kesempatan kepada kita.
Sholawat dan salam ke Ruh junjungan nabi Besar muhammad SAW yang
telah membawa risalah islam ke tengah-tengah ummatnya, guna mengeluarkan
ummatnya dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan yang
disertai iman dan islam sebagaiman yang kita rasakan saat sekarang ini.
Akhirnya hanya kepada Allahlah kami berserah diri dan memohon ampun
atas kesalahan yang diperbuat, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi
penulis khususnya, pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Panyabungan,
Maret 2023

Pemak
alah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I :PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN..............................................................................2
A. Pengertian Siswa Menurut Para Pakar Dan Alqur’an...........................2
B. Tipologi Belajar Siswa.........................................................................7
C. Kelebihan Dan Kekurangannya..........................................................14
D. Model gaya belajar visual, auditoring, dan kinestetik........................16

BAB III : PENUTUP .....................................................................................18


A Kesimpulan ..........................................................................................18
B Saran ....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang
diorganisasikan. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan terarah sesuai
dengan tujuan pendidikan. Belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya belajar membutuhkan konsentrasi.
Menghadapi keterpaksaan belajar tentu bukanlah hal yang menyenangkan.
Tidak akan mudah bagi seseorang untuk berkonsentrasi belajar jika dia merasa
terpaksa. Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori
mengenai tipe belajar sebagai cara untuk mencari solusi agar belajar menjadi hal
yang mudah dan menyenangkan. Jika seseorang telah mengenai tipe belajarnya,
maka dia akan bisa mengelola pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana
dia dapat memaksimalkan belajarnya. Bobbi DePorter & Mike Hernacki
mengemukakan “Tipologi Belajar Siswa adalah cara yang digunakan untuk
mempermudah proses belajar dan bagaimana siswa menyerap, kemudian
mengatur serta mengolah informasi tersebut
Tanpa tipologi belajar yang baik mustahil akan memperoleh prestasi yang
baik, bahkan siswa akan menghadapai kesulitan-kesulitan dalam belajar, didalam
belajar hendaknya mengetahui tipologi belajar apa yang dimilikinya, dengan
mengetahui tipologi belajar tersebut maka siswa akan mudah memahami serta
menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu, seorang guru juga harus
mengetahui tipologi belajar apa yang dimiliki oleh masing-masing siswanya.
Dengan itu maka guru tersebut akan mudah menyampaikan pelajaran dan bisa
menyesuaikan metode apa yang cocok digunakan pada siswa yang memiliki
tipologi belajar visual, auditorial dan kinestik tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian siswa?
2. Bagaimana tipologi belajar siswa?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Siswa Menurut Para Pakar Dan Al-qur’an
1. Menurut Para Ahli
Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian peserta didik
adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai
dengan cita-cita dan harapan masa depan.
Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai peserta didik
merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses
pendidikan. Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi
proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang
membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha
memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik.1
Disisi lain Sudarwan Danim menjelaskan bahwa peserta didik juga
didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah
potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi dimaksud
umumnya terdiri dari tiga kategori, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dilain pihak Abu Ahmadi juga menjelaskan tentang
pengertian peserta didik yaitu “Peserta didik adalah orang yang belum
dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk
menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk
Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota
masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu mengembangkan
potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.2
Banyak sebutan untuk peserta didik diantaranya siswa, mahasiswa,
santri, murid, pelajar, taruna, warga belajar dan lainnya. Peserta didik
merupakan insan yang memiliki aneka kebutuhan. Kebutuhan itu terus
1
Rahmat dan Abdillah, Ilmu Pendidikan, (Medan: LPPPI,2019), h. 91
2
Rahmat dan Abdillah, Ilmu Pendidikan, h. 93

2
tumbuh dan berkembang sesuai dengan sifat dan karakteristiknya
sebagai manusia.
Menurut Danim karakteristik peserta didik adalah totalitas
kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil
dari interaksi antara pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga
menentukan pola aktivitasnya dalam mewujudkan harapan dan meraih
cita-cita. Karena itu, upaya memahami perkembangan peserta didik
harus dikaitkan atau disesuaikan dengan karakteristik siswa itu sendiri.
Ada empat hal dominan dari karakteristik siswa, yaitu:
a. Kemampuan dasar, misalnya, kemampuan kognitif atau
intelektual, afektif, dan psikomotor.
b. Latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi,
agama, dan sebagainya.
c. Perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan,
minat, dan lain-lain.
d. Cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri, daya tahan, dan
lainlain.3
Asosiasi Nasional Sekolah Menengah ( Nasional Association of
Hight School) Amerika Serikat (1995) “mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan peserta didik dilihat dari dimensi pengembangannya, yaitu
seperti berikut ini:
1) Kebutuhan intelektual, dimana peserta didik memiliki rasa ingin
tahu, termotivasi untuk mencapai prestasi saat ditantang dan
mampu berpikir untuk memecahkan masalah-masalah yang
kompleks.
2) Kebutuhan sosial, dimana peserta didik mempunyai harapan
yang kuat untuk memiliki dan dapat diterima oleh rekan-rekan
mereka sambil mencari tempatnya sendiri di dunianya.
3) Kebutuhan fisik, dimana peserta didik “ jatuh tempo”
perkembangan pada tingkat yang berbeda dan mengalami
pertumbuhan yang cepat dan tidak beraturan.

3
Rahmat dan Abdillah, Ilmu Pendidikan. h. 94.

3
4) Kebutuhan emosional dan psikologis, dimana peserta didik
rentan dan sadar sendiri, dan sering mengalami “ mood swings”
yang tidak terduga.
5) Kebutuhan moral, dimana peserta didik idealis dan ingin
memiliki kemauan kuat untuk membuat dunia dirinya dan dunia
di luar dirinya menjadi tempat yang lebih baik.
6) Kebutuhan homodivinous, dimana peserta didik mengakui
dirinya sebagai makhluk yang berketuhanan atau makhluk
homoriligius alias insan yang beragama.
Ketika memasuki satuan pendidikan formal atau sekolah, peserta
didik memiliki hak dan kewajiban tertentu. Hak dan Kewajiban itu
antara lain diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Di
dalam UU ini disebutkan bahwa setiap peserta didik pada satuan
pendidikan berhak:
a) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
b) Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya.
c) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya.
d) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya.
e) Pendah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan
lain yang setara.
Sejalan dengan itu, setiap peserta didik harus memenuhi kewajiban
tertentu. UU. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas telah mengatur
kewajiban peserta didik. Pertama, menjaga norma-norma pendidikan
untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.
Kedua, ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali
bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketiga, warga

4
negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pengertian Siswa Menurut Al-qur’an/Islam
Pendidik dan peserta didik merupakan komponen penting
dalam sistem pendidikan Islam. Kedua komponen ini saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan. Peserta didik tidaklah hanya sekedar objek
pendidikan, tetapi pada saat-saat tertentu ia akan menjadi subjek
pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa posisi peserta didik pun
tidak hanya sekedar pasif laksana cangkir kosong yang siap
menerima air kapan dan dimanapun. Akan tetapi peserta didik harus
aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya,
sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuannya.4
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut
dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamidz, yang artinya adalah
“murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini
pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib,
jamaknya adalah Thullab, yang artinya dalah “mencari”, maksudnya
adalah “orang-orang yang mencari ilmu”.
Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu
yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian
serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata
lain peserta didik adalah seorangindividu yang tengah mengalami
fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental
maupun fikiran.5
Dalam pendidikan Islam peserta didik disebut dengan istilah
muta’allim, mutarabbi dan muta’addib. Muta’allim adalah orang yang
sedang diajar atau orang yang sedang belajar. Muta’allim erat
kaitannya dengan mua’allim karena mua’allim adalah orang yang
mengajar, sedangkan muta’allim adalah orang yang diajar. Mutarabbi
4
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan:LPPI, 2016), h. 69
5
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan…, h. 70-71

5
adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang
dipelihara. Sedangkan Muta’addib adalah orang yang diberi tata cara
sopan santun atau orang yang dididik untuk menjadi orang baik
dan berbudi.6
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peserta didik
memiliki tugas sebagai berikut:
a. Peserta didik dalam belajar memerlukan guru, karena guru
diibaratkan Nabi dihadapan umatnya Artinya: "Sesungguhnya
saya di depan kalian hanyalah ibarat bapak di depan anak-
anaknya (HR Abu Daud, al-Nasai, Ibn Majah, dan Ibn Hibban
dari Abi Hurairah)
b. Peserta didik dalam belajar harus aktif menjadi subjek dalam
usaha mencari ilmu sekalipun sulit/berat Nabi SAW bersabda:
Artinya: "Carilah ilmu walau ke negeri Cina" (HR Ibn Abd al-
Bar dari Anas)
c. Pesert didik merupakan orang yang berusaha
menginternalisasikan ilmu bagi dirinya Nabi Saw bersabda:
Artinya: Pelajarilah apa yang engkau kehendaki bila engkau
mampu mengetahuinya maka Allah tidak akan memberi pahala
pada kalian sehingga kalian mengamalkannya (HR Ibn Abd al-
Bar dari Mu'adz).
d. Peserta didik dalam peningkatan kualitas diri harus memiliki
kehendak sendiri secara sadar dalam menuntut ilmu Artinya:
Sesungguhnya ilmu itu akan menjadikan orang yang mulia itu
lebih muli dan akan meningkatkan derajat apa yang dimiliki
sehingga ia mengetahui tempat didapatkannya apa yang ia
miliki (HR Abu Na'im dan Ibn Abd al-Bar dari Anas).7
Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fithrah)
yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Di sini
tugas pendidik adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan

6
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan…, h. 73
7
Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: PKP12 Universitas Wahid Hakim
2012), h.119

6
perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diinginkan, tanpa melepaskan tugas kemanusiaannya; baik secara
vertikal maupun horizontal. Ibarat sebidah sawah, peserta didik adalah
orang yang berhak bercocok tanam dan memanfaatkan sawahnya
(potensi). Sementara pendidik (termasuk orang tua) hanya bertugas
menyirami dan mengontrol tanaman agar tumbuh subur sebagaimana
mestinya, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.
B. Pengertian Tipologi Belajar
Tipologi mengandung dua kata yakni “Tipo” dan “Logi”, yang berasal
dari “Tipe” dan “Logos”, Tipe adalah Gaya atau Model, sedangkan Logos
adalah Ilmu. Jadi kalau kata “tipe” digabungkan dengan kata “logi” secara
bahasa berarti Ilmu yang mempelajari tentang tipe. Adapun yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah tipe belajar siswa yang artinya cara-
cara yang digunakan oleh siswa untuk mempermudah proses belajarnya
sehingga dia merasa mudah menerima dan mengolah informasi.
Tipologi belajar siswa yang artinya cara bagaimana yang paling cepat
dan mudah bagi seorang siswa menyerap, memahami dan mengolah
informasi yang diberikan kepadanya. Adapun yang dikemukakan oleh
M.Joko Susilo Tipe belajar adalah suatu proses gerak laku, penghayatan,
serta kecenderungan seseorang pelajar mempelajari atau memperoleh
sesuatu ilmu dengan cara yang tersendiri. Pembudayaan ini melibatkan
aspek penggunaan ruang atau lokasi, kemudahan, pencahayaan dan
persekitaran. Dalam bab lain juga mengemukakan “Tipe belajar cara yang
cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan
dan memproses informasi tersebut”
tipe belajar adalah untuk mendapatkan kemudahan dan kesenangan
dalam memahami pelajaran, kita harus belajar sesuai dengan tipe kita
masing-masing. Dan juga bahwa tidak semua orang tahu bagaimana tipe
belajar mereka sendiri. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tipe belajar
tersebut berikut ini penulis  akan memaarkan macam-macam tipe belajar
yang umum dimiliki oleh setiap orang.
1. Visual (Visual Learners)

7
Gaya belajar visual adalah cara belajar yang lebih banyak
memanfaatkan indra penglihatan. Artinya, penglihatan dapat
diwujudkan dengan kegiatan melihat ataupun berimajinasi sebagai
penggambaran konseptual dalam pemrosesan informasi. Wahyuni,
menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki gaya belajar visual
memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, di samping mempunyai
pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik.
Meskipun demikian, menurut Hamza seseorang yang memiliki
gaya belajar visual memiliki kendala untuk berdialog secara langsung
karena terlalu reaktif terhadap suara sehingga sulit mengikuti
anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau
ucapan.
Bobby De Porter menguraikan ciri-ciri siswa dengan gaya belajar
visual sebagaimana berikut:
a. rapi dan teratur.
b. berbicara dengan cepat.
c. biasanya tidak terganggu oleh keributan.
d. mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar.
e. lebih suka membaca daripada dibacakan
f. pembaca cepat dan tekun
g. sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan tetapi
tidak
h. pandai memilih kata-kata
i. mengingat asosiasi visual
j. mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal,
kecuali
k. jika ditulis dan sering kali meminta bantuan orang untuk
mengulanginya; dan
l. teliti. 8
Berdasarkan ciri-ciri dari siswa yang memiliki gaya belajar visual
tersebut, maka sikap yang harus disajikan guru saat memberikan
8
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenagkan (Bandung: PT Mizan Pustaka: 2007), h. 116

8
pembelajaran adalah tenang, memberi motivasi kepada siswa
untuk menggambarkan ilustrasi berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh kedalam bentuk diagram, simbol, gambar berwarna, catatan,
dsb. Selain itu, guru dapat menggunakan tabel, grafik, peta
konsep, dan penyajian data lainnya untuk memudahkan siswa
memahami materi. Peta konsep membuat siswa memahami secara
utuh dan menyeluruh serta sesuai dengan cara kerja otak pemelajar
visual.9
Menurut Sari, proses pembelajaran yang dapat dilakukan oleh
guru untuk menghadapi anak visual bisa dengan menggunakan
bahasa simbol visual yang dapat mewakili konsep kunci, membiasa
kan siswa untuk mencatat kembali materi dengan menggunakan warna
atau gambar menarik, dan menggunakan media pembelajaran, seperti
buku, majalah, komputer, poster, kolase, flow chart, atau kata-kata
kunci yang dipajang di kelas dengan menggunakan warna yang
menarik.Karena siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih banyak
menggunakan indra penglihatan, maka situasi di dalam kelas pun harus
diatur sedemikian rupa. Pencahayaan dan penerangan kelas harus
cukup memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar, tidak terlalu terang
sehingga mengakibatkan kesilauan dan tidak terlalu gelap karena
akan menghambat siswa untuk melihat. Hal ini dapat diatur oleh
guru sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Identifikasi gaya belajar siswa hendaknya dilakukan sedini
mungkin oleh orang tua sebagai orang terdekat yang lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan anak. Hal ini dilakukan sebagai upaya
untuk membelajarkan anak agar lebih mandiri dan tidak bosan untuk
belajar.
Tandatanda anak memiliki gaya belajar visual menurut Nichols,
yaitu:

9
Risa Zakiatul, Gaya Belajar, (Kota Malang: Literasi Nusantara, 2021), h. 50-51

9
1) Suka membaca, menonton televisi atau film, mengisi TTS,
dan lebih senang apabila diperlihatkan sesuatu dari pada
diceritakan
2) Lebih mengutamakan penglihatan sehingga ketika tersesat
lebih senang ditunjukkan melalui denah atau peta, memiliki
daya ingat yang bagus untuk mengenali wajah, cenderung
memperhatikan wajah dan ekspresi lawan bicara saat
berinteraksi.
3) Selera berpakaian, bergaya, pemilihan warna, dan hal
lainnya tertata dan terkoordinasi.
4) Menggunakan kata seperti menonton, melihat,
menggambarkan, fokus, cemerlang, dll.
5) Melakukan aktivitas kreatif seperti menggambar, melukis,
mendesain, dan menulis.
2. Auditori (Auditory Learners)
Gaya belajar seorang individu umumnya berasal dari variabel
kepribadian, pengetahuan, psikologis, latar belakang sosio kultural,
dan pengalaman pendidikan. Selain itu, gaya belajar juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti pengalaman belajar, jenis kelamin,
dan bidang studi yang diminati. Sementara itu, Ken Dunn menjelaskan
bahwa gaya belajar setiap orang merupakan kombinasi dari lima
kategori, di antaranya
a. Lingkungan yang terdiri dari suara, cahaya, temperatur,
dan desain.
b. Memiliki emosi, seperti keuletan, tanggung jawab, dan
terstruktur.
c. Sosiologi, seperti sendiri, berpasangan, berkelompok, tim,
dewasa, anak muda, bervariasi, dsb.
d. Fisik, seperti cara pandang, pemasukan, waktu, dan mobilitas.
e. Psikologis, seperti global/analitis, otak kiri-kanan,
impulsif/reaktif
Gaya belajar ini disebut auditori. Ciri-cirinya adalah:

10
1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.
2) Mudah terganggu oleh keributan.
3) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.
4) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita.
5) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat.
6) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu
panjang lebar.
7) Belajar dengan cara mendengar dan menggerakkan
bibir/bersuara saat membaca.10
Proses pembelajaran yang dapat diterapkan bagi pemelajar auditori
dikutip dari penelitian Sari adalah memberikan informasi secara
berulang-ulang salah satunya dengan menggunakan metode tanya
jawab, menerapkan teknik pengulangan dengan meminta siswa untuk
menyebutkan kembali, menggunakan variasi vokal pada saat
menyajikan materi, menyiapkan konsep kunci atau meminta siswa
membuat lagu terkait konsep tersebut, bermain peran, kerja kelompok,
dan teknik mnemonics, serta dapat diselingi musik pada saat
pembelajaran berlangsung.
Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar auditori menurut
Rose dan Nichols, di antaranya:
a) Senang mendengarkan musik, drama, debat, dongeng, cerita,
dsb daripada membaca.
b) Apabila dalam kondisi tersesat, anak cenderung lebih
paham ketika diberikan petunjuk secara verbal daripada
membaca peta atau denah.
c) Memiliki ingatan yang kuat terhadap nama seseorang. Pada
saat berkomunikasi yang paling diperhatikan adalah perubahan
nada dan suara lawan bicara.
d) Menyukai aktivitas kreatif seperti bernyanyi, bermain
musik, berdebat, mendongeng, dsb.

10
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasa.., h. 118

11
e) Kecepatan pada saat berbicara cenderung sedang, tetapi lebih
suka berbicara bahkan pada saat diam suka bercakap-cakap
dengan dirinya sendiri.11
3. Kinestetik (Kinesthetic Learners)
Pemelajar kinestetik lebih efektif jika belajar secara mandiri. Setiap
pelajaran harus ditunjang dengan media pembelajaran yang relevan
agar mereka dapat mempraktikannya dan terlibat secara aktif.
Meskipun mereka tertarik dengan segala sesuatu yang dipraktikkan,
akan tetapi siswa tersebut kurang dalam membuat konsep secara
tertulis. Apabila guru hanya menggunakan gambar ataupun ceramah,
maka hanya akan menguntungkan pemelajar visual dan auditori. Kasus
tersebut faktanya banyak terjadi di lapangan. Saat di kelas ada
siswa yang selalu aktif berlari ataupun memiliki aktivitas fisik yang
lebih aktif dibanding siswa lain, maka respons guru terkadang
melabelinya sebagai anak yang tidak mau diatur dan suka membuat
onar di dalam kelas.
Padahal apabila dikaji lebih mendalam siswa tersebut memiliki
kecenderungan belajar secara kinestetik, artinya mereka tidak bisa
duduk manis dan hanya berdiam diri dalam waktu yang cukup lama
melainkan harus ada aktivitas pembelajara yang dapat mendorong
mereka untuk menggunakan kesulurah aspek fisiknya. Kurang tepat
apabila pembelajaran di kelas mengajarkan bahan pembelajaran yang
sama, dengan metode penyampaian yang sama beserta penilaian yang
sama, dan menghendaki semua siswa untuk bisa menghasilkan prestasi
yang sama, sementara karakteristik mereka berbeda-beda. Dengan
demikian, pemahaman guru terha dap gaya belajar anak menjadi
kunci bagi terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan
upaya untuk memaksimalkan potensi sesuai dengan yang dimiliki
oleh masing-masing anak.
Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik menurut
Bobby De Porter adalah:

11
Risa Zakiatul, Gaya Belajar, h. 52-54

12
a. Berbicara dengan perlahan.
b. Sulit mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada di
tempat tersebut.
c. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.
d. Menggunakan jari sebagai petunjuk saat membaca.
e. Tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama.
f. Kemungkinan tulisannya kurang bagus.
g. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
h. Ingin melakukan segala sesuatu.
i. Sering menyentuh seseorang, berdiri berdekatan, dan
bergerak saat berinteraksi dengan orang lain.
j. Belajar dengan melakukan.12
bergaya belajar kinestetik ialah guru dapat menggunakan model
pembelajaran berbasis projek; untuk memunculkan rasa ingin tahu
siswa dan menekankan pada konsep kunci materi pembelajaran, maka
guru dapat menggunakan media pembelajaran atau alat bantu yang
menarik; mengizinkan siswa untuk berjalan di dalam kelas, tentunya
sesuai dengan peraturan dan tetap kondusif dan tidak merugikan orang
lain; guru dapat mengarahkan siswa untuk memperagakan konsep
dengan mempelajarinya terlebih dahulu; metode pembelajaran simulasi
dirasa efektif karena siswa dapat mengalami pembelajaran secara
langsung; membuat peta konsep dengan melibatkan aktivitas fisik
sehingga siswa dapat memanfaatkan anggota kinestetiknya untuk
belajar.

C. Kelebihan Dan Kekurangannya


Diketahui bahwa setiap gaya belajar siswa dapat menjadi
preferensi seseorang sesuai dengan karakteristik pribadi, potensi
alami, pembawaan, dan lingkungan. Dengan memiliki preferensi
terhadap gaya belajar, maka seorang individu akan lebih mudah

12
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasa.., h. 120

13
menerima dan mengolah informasi dari lingkungannya serta akan
membantunya untuk memperoleh keberhasilan belajar. Pada
hakikatnya gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik termasuk ke
dalam gaya belajar preferensi sensori. Artinya, anggota tubuh
mendominasi pemerolehan informasi.
Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan mudah memahami
informasi melalui indra penglihatannya, termasuk kemudahan
mengenali wajah, ekspresi, dan gestur. Mereka lebih fokus pada
gambar, grafik, dan sebagainya sehingga dapat membangun struktur
konsep berdasarkan apa yang dilihat.13
Adapun manfaat bagi pengguna gaya belajar auditori adalah lebih
memahami informasi dan konsep berdasarkan indra pendengarannya.
Hal tersebut menyebabkan siswa senang diajak berdiskusi, membahas
topik, membaca teks dengan suara lantang, bermain peran,
ataupun menggunakan media berbasis audio lainnya, seperti tape
recorder, podcast, dsb. Kelebihan lainnya adalah siswa mampu
mengasimilasi dan menyimpan informasi tanpa harus melihatnya
dalam bentuk teks atau gambar.
Sementara itu, pengguna gaya belajar kinestetik lebih banyak
menggunakan anggota gerak untuk belajar. Mereka menyukai sesuatu
yang bersifat praktik atau melakukan, pembelajaran interaktif, dan
hand-on experience. Untuk menunjang proses pembelajarannya,
siswa perlu diberikan sejumlah bukti-bukti empiris yang dapat
menguatkan pemahamannya. Dengan demikian, pemelajar kinestetik
cenderung mempelajari apa yang dipraktikkan dan mempraktikkan apa
yang dipelajari.
Terlepas dari kelebihannya, setiap gaya belajar juga tidak terbebas
dari kekurangan, baik yang dipengaruhi oleh faktor internal
maupun eksternal. Bagi siswa yang memiliki gaya belajar visual,
kekurangan yang mungkin sering dihadapi adalah mereka kesulitan

13
Risa Zakiatul, Gaya Belajar, h. 55

14
belajar apabila tidak tersedia media atau alat peraga visual yang
dapat membantu mereka untuk belajar.
Kondisi ini dialami oleh orang dewasa seperti mahasiswa. Sejalan
dengan pernyataan tersebut, Marpaung, menjelaskan bahwa saat
manusia mencapai usia dewasa, maka kecenderungan gaya belajar
yang dimilikinya adalah visual. Keadaan ini berbanding terbalik
dengan apa yang terjadi di lapangan, mahasiswa lebih banyak
mempelajari informasi baru melalui diskusi, ceramah dosen,
presentasi, dsb. Pemerolehan informasi dengan cara tersebut
relevan dengan mereka yang memiliki gaya belajar auditori. Untuk
menanggulangi permasalahan ini, maka setiap individu dewasa harus
membantu mahasiswanya untuk mempelajari suatu topik dari buku
ataupun sumber informasi tertulis lainnya. Hal itulah yang melandasi
mengapa pada saat kuliah mahasiswa harus lebih banyak membaca
buku dan memperoleh informasi dari berbagai sumber informasi
tertulis lainnya.
Sebaliknya, gaya belajar auditori akan kesulitan apabila informasi
tidak disampaikan secara verbal dan hanya disajikan dalam
bentuk teks dan gambar. Selain itu, pemelajar auditori juga cepat jenuh
ketika harus berlama-lama duduk membaca buku. Mereka lebih
menyukai kegiatan diskusi dan secara bersama-sama saling berbagi
pengetahuan dan pengalaman. Apabila siswa hanya diarahkan untuk
membaca tanpa diajak berdiskusi dan tanya jawab, maka akan
menyulitkannya untuk memahami informasi.
Sementara itu, gaya belajar kinestetik memiliki kekurangan apabila
lingkungan dan media penunjang tidak tersedia. Siswa akan
mengalami kesulitan karena kebutuhan akan gerakan kinestetiknya
tidak terpenuhi. Akibatnya, siswa menjadi tidak nyaman berlama-lama
di kelas karena proses pembelajaran yang diciptakan bertentangan
dengan karakteristik belajar mereka.14
D. Model gaya belajar visual, auditoring, dan kinestetik

14
Risa Zakiatul, Gaya Belajar, h. 56-57

15
Keadaan mengombinasikan gaya belajar menuntut guru untuk
mampu mengajar menggunakan ketiga jenis gaya belajar (visual,
auditori, dan kinestetik). De Porter menjelaskan bahwa terdapat model
pembelajaran yang dapat mengakomodir ketiga jenis gaya belajar tersebut
yakni model pembelajaran VAK (Visual, Auditori, dan Kinestetik) yang
memfokuskan pembelajaran pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung (direct experience) dan menyenangkan.
Russel, menjelaskan langkah-langkah atau sintaks yang dapat
dilakukan guru untuk menggunakan model pembelajaran VAK yakni
melalui tahap, penyampaian, kegiatan inti, dan tahap penutup.
Tahapan persiapan disebut juga tahap pendahuluan. Pada tahap ini,
guru menyiapkan segala sesuatu yang akan digunakan selama proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga dituntut untuk mencipta kan kondisi
yang kondusif dan menyenangkan, serta memotivasi dan memberikan
apersepsi kepada siswa agar semangat dalam belajar. Langkah selanjutnya
adalah penyampaian yakni guru melakukan eksplorasi dan elaborasi
kepada siswa. Dalam hal ini, siswa diarahkan untuk belajar baik secara
mandiri maupun berkelompok dengan cara-cara yang menyenangkan,
elevan, dan melibatkan pancaindranya (penglihatan, pendengaran, dan alat
gerak). Kegiatan eksplorasi adalah menggali bukti, fakta, data, dan
informasi (empirik, teoritik, eksplanatif, atau yang sejenisnya) untuk
diolah dan dianalisis serta dimaknai dan diinterpretasi sesuai dengan
pengetahuan dan konsep yang telah dimiliki.
Sementara pada tahap inti, siswa diarahkan untuk terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran. Kekhasan model pembelajaran VAK
terletak pada kegiatan inti sehingga membedakannya dengan model
pembelajaran lain. Berikut ini adalah cara-cara yang digunakan dalam
proses pembelajaran model VAK.
1. Visual
a. Guru menggunakan materi visual.
b. Guru menggunakan aneka warna agar lebih menarik.
c. Siswa melihat gambar yang ditampilkan.

16
d. Guru menugaskan kepada siswa untuk mengilustrasikan
ideidenya kedalam gambar atau tulisan.
2. Auditori
a. Guru menggunakan variasi vokal dalam mengajar.
b. Guru menyanyikan lagu yang berhubungan dengan materi.
c. Guru dan siswa melihat dan mendengarkan video.
d. Guru menjelaskan materi yang ada pada video
pembelajaran.
3. Kinestetik
a. Guru menggunakan alat bantu mengajar untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.
b. Guru memperagakan materi, sementara siswa menebak
gerakan yang dilakukan oleh guru.
c. Siswa secara berkelompok menampilkan gerakan yang
berhubu ngan dengan materi pembelajaran dan meminta
kelompok lain untuk menebaknya.
d. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk
belajar sambil bergerak.
Setelah kegiatan inti dilakukan, guru menutup pembelajaran
dengan memberikan penguatan kepada siswa, baik yang sudah mencapai
tujuan pembelajaran ataupun yang belum mencapai tujuan. Penguatan
diberikan dalam bentuk remedial bagi siswa yang masih kurang dan
pengayaan bagi siswa yang sudah mencapai target. Selain itu, siswa juga
diarahkan untuk menyimpulkan sendiri apa yang sudah dipelajari. Melalui
penyimpulan, guru dapat menilai sejauh mana ketercapaian siswa terhadap
materi pembelajaran dengan pemberian tes, baik tertulis ataupun tidak
tertulis.15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

15
Risa Zakiatul, Gaya Belajar, h. 58-60

17
Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai peserta didik merupakan salah
satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Tanpa adanya
peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah
karena peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru
hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik.
Dalam pendidikan Islam peserta didik disebut dengan istilah muta’allim,
mutarabbi dan muta’addib. Muta’allim adalah orang yang sedang diajar atau
orang yang sedang belajar. Muta’allim erat kaitannya dengan mua’allim
karena mua’allim adalah orang yang mengajar, sedangkan muta’allim adalah
orang yang diajar. Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang
diasuh dan orang yang dipelihara. Sedangkan Muta’addib adalah orang yang
diberi tata cara sopan santun atau orang yang dididik untuk menjadi orang
baik dan berbudi
Gaya belajar visual adalah cara belajar yang lebih banyak memanfaatkan indra
penglihatan. Artinya, penglihatan dapat diwujudkan dengan kegiatan melihat
ataupun berimajinasi sebagai penggambaran konseptual dalam pemrosesan
informasi. Gaya belajar seorang individu umumnya berasal dari variabel
kepribadian, pengetahuan, psikologis, latar belakang sosio kultural, dan
pengalaman pendidikan. apabila dikaji lebih mendalam siswa tersebut memiliki
kecenderungan belajar secara kinestetik, artinya mereka tidak bisa duduk
manis dan hanya berdiam diri dalam waktu yang cukup lama melainkan harus
ada aktivitas pembelajara yang dapat mendorong mereka untuk menggunakan
kesulurah aspek fisiknya
B. Saran
Penulis mengakui apabila ada kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf, dan kepada pembaca penulis berharap agar dapat memberikan kritikan agar
penulis dapat memperbaiki makalah dengan baik di masa yang akan datang dan
semoga makalah berikutnya dapat selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi De Porter & Mike Hernacki. Quantum Learning Membiasakan


Belajar Nyaman dan Menyenagkan. Bandung: PT Mizan Pustaka. 2007.

18
Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Semarang: PKP12 Universitas Wahid
Hakim 2012.
Rahmat dan Abdillah. Ilmu Pendidikan. Medan: LPPPI.2019.
Rahmat Hidayat. Ilmu Pendidikan Islam. Medan:LPPI. 2016.
Risa Zakiatul. Gaya Belajar. Kota Malang: Literasi Nusantara. 2021.

19

Anda mungkin juga menyukai