Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI PEMBELAJARAN PADA JENJANG

SMA/MA
Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pembelajaran Qur’an Hadits”

Dosen Pengampu :
Tri Heni Aprlia, M.Pd.I

Disusun oleh :
Qina Qorinatul ‘illiya 9321
EfidatulMas’ula 932138018
Yuliatus Sa’adah 932140718
Binti lailatul Musdhalipah 932143118

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KEDIRI
Jalan Sunan Ampel No. 7 Ngronggo Kediri
Tahun 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu aspek yang tidak kalah
penting dengan proses pembelajaran, Dimana ada proses pembelajaran
tentulah di situ ada Evaluasi. Proses evaluasi inilah yang akan memeberi
gambaran terhadap pendidik apakah pembelajaran yang telah di lakukan
secara kurun waktu tertentu dapat di katakan berhasil atau tidaknya. Meskipun
dengan demikian, sistem evaluasi pembelajaran juga haruslah yang berkualitas
supaya gambaran dari hasil pembelajaran dapat di jadikan tolak ukur serta
pijakan dalam mengambil tindakan kedepannya. Selain itu, sistem evaluasi
yang berkualitas juga akan mendorong semangat peserta didik untuk
meningkatkan potensi yang dimiliki. evaluasi merupakan suatu proses
sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program. Dalam setiap
pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses
pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik,
bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia
dapat menjadi salah satu tolak ukur bagi pendidik untuk mengetahui sejauh
mana proses pembelajran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi
peserta didik. Artinya apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil
yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran
dan demikian pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran
adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat
berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Kendati demikian,
dalam proses evaluasi pendidik juga harus memperhatikan pula tingkatan
sekolah dari peserta didik. Sehingga dalam proses evaluasi pembalajaran tepat
dengan sasaran dan bidang pedagogik yang di pelajari, seperti halnya pada
evaluasi pembelajaran tingkat sekolah atas yakni SMA/MA.
Dari pemaparan di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan Evaluasi pembelajaran ?
2. Apa pengertian dari kisi- kisa dan kartu soal serta bagaimana proses
pembuatannya ?
3. Apa penegertian soal dan bobot nilai, serta bagaimana pembuatannya ?
4. Apa penertian dari penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik ?
5. Bagaimana pengisian dari E-raport ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah proses penggambaran serta penyempurnaan informasi yang
berguna untuk menetapkan alternatif tindakan ke depannya. Evaluasi bisa
mencakup arti tes atau measurement , dan bisa juga di luar keduanya. Hasil
Evaluasi bisa memberi keputusan yang professional. Dalam proses
evaluasi,Seseorang dapat melakukan evaluasi baik dengan data kuantitatif maupun
kualitatif1.
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) mengemukakan pendapat tentang
pengertian evaluasi : Evaluation rcfer to the act or process to determining the
aalue of something. dari definisi ini,maka istilah evaluasi mengandung pengertian
suatu tindakan atau suafu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Apabila
definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown itu
untuk memberikan definisi tentang evaluasi pendidikan, maka Evaluasi
Pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai suatu tindakan atau ketiatan yang
dilaksanakan dengan maksud atau tujuan unfuk suatu proses yang berlangsung
dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan. Atau
dengan kata lain evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai
pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu serta hasil-hasilnya. Secara khusus,
tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan adalah untuk mengetahui kadar
pemikiranan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam
aspek kognitif, psikomotorik ataupun afektif2.
B. Kisi- Kisi Dan Kartu Soal
Kisi-kisi adalah suatu format berupa matriks yang membuat pedoman untuk
menulis dan merakit soal menjadi suatu tes.3 Kisi-kisi soal merupakan deskripsi

1
asrul, rusydi ananda, dan rosnita, evaluasi pembelajaran, 1 ed. (bandung: citapustaka media, t.t.),
1–3.
2
elis ratna wulan a. rusdiana, evaluasi pembelajaran dengan pendekatan kurikulum 2013
(bandung: oustaka setia, 2014), 3–5.
3
Ramdan Arifin, et.al,. “Pembinaan Pembuatan Tes Buatan Guru”, Vokasi, 02 (Oktober, 2017),
113.
kompetensi atau indikator dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan
kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang tepat,
sehingga dapat menjadi petunjuk dalam penulisan butir soal. Fungsinya adalah
sebagai pedoman penulisan butir soal dan perakitan tes.
Dengan menggunakan kisi-kisi, penulis soal akan dapat menghasilkan
soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes akan mudah menyusun
perangkat tes. Beberapa paket tes yang memiliki tingkat kesulitan, kedalaman
materi, dan cakupan materi sama (paralel) akan mudah dihasilkan hanya dengan
satu kisi-kisi yang baik.4
Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:5
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
Indikator soal dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan
soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari
kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator soal dengan tepat,
guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, dan
kompetensi dasar. Indikator soal yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas.
Syarat indikator soal yang baik adalah:
1. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat.
2. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih
kata kerja operasional untuk soal uraian atau tes perbuatan.
3. Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) ,
B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang
diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan
indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model
4
Hazraini, “Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas Dalam Penyusunan Soal Pilhan
Gandayang Baik Dan Benar Melalui Pendampingan Berbasis KKG”, Pendidikan Mandala, 02
(Desember, 2017), 113.
5
Ani Kadarwati, “Peningkatan Kompetensi Calon Pendidikan SD Dalam Pengembangan Tes Hasil
Belajar”, Pendidikan Dasar Dan Pembelajaran, 01 (Juni, 2017), 81.
pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan
(stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik,
kasus, atau lainnya. Sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta
didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini
digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).6
1. Penentuan Dan Penyebaran Soal
Dengan kisi-kisi penulisan soal maka tidak akan terjadi penyimpangan
tujuan dan sasaran dari penulisan soal untuk evaluasi penulisan soal. Guru hanya
mengikuti arah dan isi yang diharapkan dalam kisi-kisi penulisan soal yang
dimaksudkan.
Dalam penulisan kisi-kisi soal, guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
1.1 Nama sekolah
Nama sekolah ini menunjukkan tempat penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran yang akan dievaluasi proses pembelajarannya. Ini merupakan
identitas sekolah.
1.2 Satuan pendidikan
Satuan pendidikan menunjukkan tingkatan pendidikan yang
menyelenggarakan proses pendidikan dan akan dievaluasi. Satuan pendidikan ini
misalnya SD, SMP, SMA / SMK.
1.3 Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mata pelajaran
yang akan dibuatkan kisi-kisi soal dan dievaluasi hasil belajar anak-anak.
Misalnya Qur’an Hadist.
1.4 Kelas/semester
Kelas/semester menunjukkan tingkatan yang akan dievaluasi, dengan
mencantumkan kelas atau semester ini, maka pendidik semakin tahu batasan
materi yang akan dijadikan soal evaluasi proses.
1.5 Kurikulum acuan

6
Ramdan Arifin, et.al,. “Pembinaan Pembuatan Tes Buatan Guru”, Vokasi, 02 (Oktober, 2017),
113.
Seperti yang telah diketahui model kurikulum di negeri ini selalu berganti,
akhirnya ada tumpah tindih antara kurikulum yang digunakan dan kurikulum
baru. Untuk hal tersebut maka diinformasikan kurikulum yang digunakan dalam
penyusunan kisi-kisi penulisan soal. Misalnya, KTSP.
1.6 Alokasi waktu
Alokasi waktu ini ditulis sebagai penyediaan waktu untuk penyelesaian
soal. Dengan alokasi ini, maka pendidik dapat memperkirakan kesulitan soal. Dan
jumlah soal yang harus dibuat guru agar anak-anak tidak kehabisan waktu saat
mengerjakan soal.
1.7 Jumlah soal
Jumlah soal menunjukkan berapa banyak soal yang harus dibuat dan
dikerjakan anak-anak sesuai dengan jatah alokasi waktu yang sudah dikerjakan
untuk ujian bersangkutan. Dalam hal ini guru sudah memperkirakan penggunaan
waktu untuk masing-masing soal.
1.8 Penulis/guru mata pelajaran
Ini menunjukkan identias guru mata pelajaran atau penulis kisi-kisi soal.
Hal ini sangat penting untuk mengetahui tingkat kelayakan seseorang dalam
penulisan kisi-kisi dan soalnya.
1.9 Standar kompetensi
Standar kompetensi menunjukan kondis standar yang akan dicapai oleh
peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan
standar kompetensi ini maka guru dan anak didik dapat mempersiapakan segala
yang harus dilakukan.
1.10 Kompetensi dasar
Kompetensi dasar menunjukkan hal yang seharusnya dimiliki oleh anak
didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan
kisi-kisi soal aspek ini kita munculkan untuk mengevaluasi tingkat
pencapaiannya.
1.11 Materi pelajaran
Ini menunjukkan semua materi yang diberkan untuk proses pendidikan
dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal, aspek ini merupakan batasan isi
dari materi pelajaran yang kita jadikan soal.
1.12 Indikator soal
Indikator soal menunjukan perkiraan kondisi yang diambil dalam soal
ujian. Indikasi yang bagaimana dari materi pelajaran yang diterapkan disekolah.
1.13 Bentuk soal
Bentuk soal yang dimaksudkan adalah subjektif tes atau objektif tes.
Untuk memudahkan dalam penyusunan soal, maka harus menentukan bentuk tes
dalam setiap materi pelajaran yang akan diujikan dalam proses evaluasi.
1.14 Nomor soal
Nomor soal menunjukkan urutan soal untuk materi atau soal yang guru
buat. Dal hal ini, setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar, penulisan
nomor soal dikisi-kisi penulisan soal tidak selalu berurutan. Guru dapat menulis
secara acak. Misalnya, standar kompetensi A dan komptensi dasar A1 dapat saja
diletakkan pada nomor 3 dan seterusnya sehingga tidak selalu standar kompetensi
pertama dan kompetensi dasar.
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal
setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. 7 Penulisan butir soal merupakan
langkah penting dalam upaya pengembangan alat ukur kemampuan atau tes yang
baik dan benar. Penulisan butir soal adalah penjabaran indikator pencapaian
kompetensi, jenis dan tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian dalam kisi-kisi.
Butir soal merupakan jabaran atau dapat juga wujud dari indikator
pencapaian kompetensi. Dengan demikian setiap pernyataan atau butir soal perlu
dibuat sedemikian rupa sehingga jelas apa yang ditanyakan dan jelas pula jawaban
yang diminta. Mutu setiap butir soal akan menentukan mutu soal tes secara

Harlinda Sofyan, “Penyuluhan Dan Pelatihan Pendidikan Tentang Pembuatan Kisi-Kisi Soal
7

Untuk Guru-Guru”, Abdimas, 01 (September, 2016), 15.


keseluruhan. Butir-butir soal harus memiliki tingkat penalaran tinggi atau
memiliki Higher Order Thinking (HOT).8
2 Bentuk Soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Kontruksinya terdiri
dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri dari kunci dan
pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban benar atau paling benar,
sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya jebaknya harus
berfungsi, artinya peserta didik memungkinkan memilihnya jika tidak menguasai
materinya.
Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Keter-
gantungan pada soal sebelumnya menyebabkan siswa yang tidak dapat menjawab
benar soal pertama tidak akan dapat pula menjawab benar soal berikutnya. Setiap
soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat. Jika soal akan digunakan
untuk daerah lain atau nasional, pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase
yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.9

C. Soal Dan Menentukan Bobot Nilai


1. Soal
Soal atau yang lebih sering kita sebut tes merupakan suatu alat pengumpul
informasi jika dibandingkan dengan alat yang lain karena tes bersifat resmi karena
penuh dengan akhir satuan pelajaran batasan-batasan. Kaitannya dengan evaluasi
pembelajaran yang mana mengunakan K-13 di dalamnya, maka soal evaluasi
menggunakan juga menggunakan soal HOTS (higher order thingking skill). Soal-
soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar
mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan

8
Lili Anggraeni, “Peningkatan Kompetensi Guru Menyusun Butir Soal Bermutu”, Inovasi
Pembelajaran Karakter, 02 (Desember, 2016), 2.
9
Ramdan Arifin, et.al,. “Pembinaan Pembuatan Tes Buatan Guru”, Vokasi, 02 (Oktober, 2017),
114-115.
pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur
kemampuan meliputi : 1. transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2. memproses
dan menerapkan informasi, 3. mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbedabeda, 4 menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5.
menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang
berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall. Dilihat dari
dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif,
tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, maupun prosedural saja.
Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa
konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem
solving), memilih strategi pemecahanmasalah, menemukan (discovery) metode
baru,berargumen (reasoning), serta mengambil keputusan yang tepa10t.
2. Menentukan bobot nilai
Sebelum menentukan bobot nilai, maka tentunya kita harus mengetahui
terlebih dahulu apa itu bobot dan apa itu nilai. Pertama pengertian dari bobot,
bobot merupakan besarnya angka yang di tetapkan unruk suatu bentukr tes dalam
perbandingan (ratio) dengan butir tes lainnya dalam suatu perangkat tes.
Penentuan besar atau kecilnya bobot butir tes di dasarkan pada tingkat kedalaman
serta keluasan dari materi yang di tanyakan serta tingkat kerumitan dan
kompleksitas jawaban yang di tuntut oleh suatu butir tes. Selain itu, untuk dasar
penentuan skor butir tes adalah berdasar pada tingkat kesulitan butir tes (mudah,
sedang dan sulit). Pada umumnya hanyalah bentuk soal subjektif esai tes yang
perlu di tentukan bobot atas dasar pertimbangan tingkat kedalamna tes, keluasan
materi tes, serta tingkat kerumitan tes. Sedangkan bentuk sal subjektif tes biasanya
berbentuk pilihan ganda, bobot dan skor di anggap sama.
Adapun sistem bobot dari sola multiple choise :
S = ΣB – ∑S
n-1
keterangan: S = skor yang dicari

Modul Penyususna Soal Higher Order Thingking Skill (Hots) (Jakarta: Direktorat Pembinaan
10

Sma Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, T.T.).
ΣB = Jumlah Jawaban yang benar
ΣS = Jumlah Jawaban yang Salah
n = Alternatif jawaban yang disediakan
1 = Bilangan Tetap
Sedangkan pengertian dari nilai adalah, angka atu huruf melambangkan seberapa
jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah di tunjukkan oleh testee terhadap
materi yang di ujikan sesuai dengan tujuan indikator yang telah di tentukan 11. Nila
pula juga melambangkan bentuk penghargaan yang di berikan oleh seorang
penguji kepada peserta yang mengikuti ujian terhadap jawaban yang benar.
Artinya, maka semakin banyak jumlah butir soal yang dapat di jawab dengan
benar, maka nilai yang di berikan penguji juga akan semakin tinggi. Begitu pun
sebaliknya, mana kala jumlah butir soal yang di jawab dengan benar hanya
sedikit, maka nilai yang di berikan juga akan semakin kecil. Perlu di ketahui
disini, bahwa penentuan dari bobot soal merupakan kebijakan dari guru masing
masing pelajaran, yang mana mereka mengetahui tingkata soal yang mereka buat
berdasarkan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu di kelas.
D. Penilaian kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensistensi, dan kemampuan mengevaluasi.12 Dalam ranah
kognitif terdapat enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang
terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek
yang dimaksud adalah:
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat ingat kembali
atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya

11
gito supriyadi, pengantar dan teknik evaluasi pembelajaran, 1 ed. (malang: intimedia, 2011),
79–82.
12
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Jakarta: Mizan, 2006), 16.
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau
ingatan adalah proses berpikir yang paling rendah.
b. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memeberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
c. Penerapan (aplication)
Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsisp-prinsip,
rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret.
Penerapan ini adalah proses berpikir singkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan
faktor-faktor yang lainnya.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses
berpikir analisis. Sintesis merupaka suatu proses yag memadukan bagian-bagian
atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang
berstruktur atau berbentuk pola baru.
f. Penilaian (evaluation)
Penilaian adalah jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom. Penilaian disini merupakan kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat kontium dan overlap
(tumpah tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada
dibawahnya. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampua berpikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menurut siswa untuk
menghubungkan beberpa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari
untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal
dari tigkat pengetahuan sampai ke tigkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
E. Penilaian psikomotorik
Penilaian aspek psikomotorik adalah untuk mengevaluasi aak didik dari
segi aktivitas yang dilakukan dalam pemebelajaran, baik berupa pra-aksi maupun
aksi. Aspek psikomotorik dapat dinilai melalui pengamatan terhadap kegiatan
kelompok, kegiatan kelas, maupun kegiatan individual. Penilaian psikomotorik
terhadap tugas kelompok bersifat terbuka dan melibatkan anak didik sendiri
dalam menilai dirinya (self assesment) dan temanya, sekaligus juga memberikan
usulan kriteria. Penilaian dilakukan dengan membuat evaluasi bersama dalam
kelompok antara guru dan anak didik atau dengan membuat kuesioner singkat
yang berisi aspek-aspek yang diamati atas usulan kriteria yang telah disepakati
bersama. Kecuali memberikan penilaian psikomotorik, guru juga memberikan
evaluasi atau penilaian terhadap hasil laporan kelompok, baik dari segi
penyususnan, isi, maupun refleksi yang diungkapkan kelompok.13.
F. Penilaian afektif
Aspek afektif merupakan aspek yang berkaitan dengan sikap siswa.
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta didik
sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian
sikap merupakan bagian dari pembinaan dan penanaman atau pembentukan sikap
spiritual dan sikap sosial peserta didik yang menjadi tugas dari setiap pendidik.14

Heribertus Joko Warwanto, Pendidikan Religiositas, (Yogyakarta: Kanisius,2009), 79.


13

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Panduan Penilaian Untuk Sekolah
14

Menengah Atas, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hlm. 7.


Dalam ranah afektif terdapat dua hal yang perlu dinilai, yaitu kompetensi
afektif serta sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran serta proses belajar.
Beberapa ranah afektif yang dinilai yaitu kemampuan siswa yang meliputi:
1. Penerimaan memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang
diberikan kepada siswa.
2. Partisipasi menikmati atau menerima nilai, norma, dan objek yang
mempunyai nilai etika dan estetika.
3. Penilaian dan penentuan sikap menilai ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak
adil, indah atau tidak indahnya terhadap objek studi.
4. Organisasi menerapkan dan mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika
dalam perilaku sehari-hari.
5. Pembentukan pola hidup. Penilaian perlu dilakukan terhadap daya tarik, minat,
motivasi, ketekunan belajar, sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu beserta
proses pembelajarannya.15
Teknik dan instrument Penilaian Sikap adalah sebagai berikut:
1. Observasi, merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati.
2. Penilaian Diri, merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk menggunakan kekurangan dan kelebihan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang.
3. Penilaian antar-peserta didik, merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik. Secara
umum bentuk instrument penilaian ini sama dengan lembar instrument penilaian
diri.

15
Sunarti dan Selly Rahmawati, Penilaian dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Andi Offset,
2014), hlm. 16-17.
4. Jurnal, merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.16

Penilaian afektif merupakan salah satu ranah dalam penilaian autentik.


Masing-masing ranah memiliki teknik atau cara tersendiri yang digunakan untuk
menilai peserta didik. Teknik atau cara yang digunakan dalam penilaian afektif
adalah observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik dan jurnal. Beberapa
teknik tersebut akan memudahkan guru dalam melaksanakan penilaian yang
disesuaikan dengan materi dan keadaan siswa.
G. E-raport
Raport merupakan dokumen yang menjadi penghubung komunikasi antara
sekolah dengan orang tua peserta didik. Dokumen ini juga menghubungkan
sekolah dengan pihak-pihak lain yang ingin mengetahui tentang hasil belajar anak
pada kurun waktu tertentu. Karena itu, raport harus komunikatif, informatif, dan
komprehensif (menyeluruh), dalam memberikan gambaran tentang hasil belajar
peserta didik.
Tiga tahun ini pemerintah memberlakukan E-Raport bagi beberapa
sekolah negeri dan sekolah swasta. E-Raport adalah sebuah sistem aplikasi
berbasis web yang di harapkan dapat mengubah pola kerja guru dari pola manual
ke pola digital. E-Raport dapat mempermudah guru dalam melakukan penilaian
siswa, bahkan sampai ke pencetakan raport dan evaluasi nilai hasil belajar siswa.
E-Raport juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk dunia pendidikan dan
dapat memberikan efek positif terhadap dunia pendidikan untuk lebih berkembang
dan maju di era digital ini.
Aplikasi E-Raport diluncurkan oleh Kemendikbud untuk jenjang SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA maupun SMK, dengan tujuan memudahkan cara kerja guru.
Selama ini penilaian dilakukan secara manual, yaitu guru menuliskan raport
dengan menggunakan tinta pulpen. Sistem E-Raport dikembangkan menggunakan
platform web–based dengan pertimbangan agar konten yang disajikan dapat

M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, &


16

SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 211-215


dengan mudah diakses oleh para guru. Pemakai sistem ini meliputi administrator
sistem, guru, dan walikelas.
Melalui E-Raport diharapkan orangtua dan siswa nantinya dapat melihat
hasil belajar anaknya hanya dengan mengakses halaman tertentu yang
diinformasikan pihak sekolah. Dengan demikian laporan hasil belajar tidak lagi
dalam bentuk hardcopy atau raport konvensional.
Berikut ini panduan singkat E-Raport SMA/MA versi 2018:
1. Syarat Berjalannya Sistem
a. Syarat Teknis Server
Untuk mendukung instalasi E-Raport SMA/MA versi 2018 diperlukan
server atau computer yang difungsikan sebagai server dengan speifikasi minimal:
1) Prosesor setara dual core.
2) OS windows XP/7/8/10, (32/64 bit) disarankan windows 7 ke atas atau win server
2012.
3) RAM minimal 2 GB, disarankan 4 GB.
4) Ruang kosong pada drive C minimal 500 MB.
b. Langkah Persiapan
Agar instalasi dapat berjalan dengan baik, beberapa hal yang harus
dipersiapkan antara lain:
1) Server atau computer yang difungsikan sebagai server harus terinstal aplikasi
Dapodik versi 2018.
2) Nonaktifkan windows firewall
3) Nonaktifkan anti-virus yang terpasang pada server atau computer.
2. Instalasi
a. Aplikasi dapat di download di:
http//gerbangkurikulum.psma.kemdeikbud.go.id
b. Aplikasi diinstall dengan hak administrator (run as administrator)
c. Instalasi raport versi terbaru dimulai dengan tahapan berikut:
1) Install e-raport SMA/MA versi 2018
2) Install Updater e-raport versi 2018.a
3) Install Updater e-raport versi 2018.b
4) Install Updater e-raport versi 2018.c
5) Install Updater e-raport versi 2018.d
Bagi sekolah yang baru pertama kali menggunakan e-raport SMA/MA,
tahapan yang pertama kali yaitu melakukan instalasi e-raport SMA/MA versi
2018 terlebih dahulu.
Setelah selesai melakukan instalasi e-raport SMA/MA versi 2018,
selanjutnya melakukan instalasi instalasi updater e-raport SMA/MA versi 2018a,
dilanjutkan ke instalasi updater e-raport SMA/MA versi 2018b, dilanjutkan ke
instalasi updater e-raport SMA/MA versi 2018c dan terakhir dilanjutkan ke
instalasi updater e-raport SMA/MA versi 2018d.
3. Alur Kerja Aplikasi E-Raport (Oleh Admin)
a. Install E-Raport
b. Login
c. Menambah admin
d. Mengambil data Dapodik
e. Mengedit data kepala sekolah
f. Generate user
g. Menambah ringkasan data mata pelajaran
h. Memetakan mata pelajaran
i. Input data KKM
j. Input tanggal raport
k. Cetak leger, raport dan KHS
l. Mengirim nilai ke Dapodik
m. Backup data.
4. Persiapan Data (Oleh Admin)
a. Akses localhost: 5789 atau localhost: 5739 atau buka aolikasi melalui shortout
aplikasi di desktop
b. Buka aplikasi dengan use: admin, password: admin 123456, level: admin,
semester: 2017/2018 ganjil
c. Bagi sekolah yang sudah menggunakan e-raport lama (V.2017.2) dan telah diisi
data lengkap, maka akan muncul menu “Ambil Data E-Raport V.2017.2”
d. Silahkan lakukan migrasi data e-raport V.2017.2 ke e-raport V.2018 melalui menu
“Ambil Data E-Raport V.2017.2”
1) Proses migrasi data e-raport V.2017.2 ke V.2018 memerlukan waktu yang cukup
lama, tergantung pada jumlah data yang telah diisi pada e-raport V.2017.2
2) Jika selama proses migrasi data terjadi error atau macet, silahkan lakukan refresh
browser
3) Jangan pernah melakukan restore data e-raport 2017 ke e-raport V.2018, karena
dapat menyebabkan aplikasi error dan tidak dapat dibuka kembali.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-
soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan test
blue-print atau table of specification merupakan deskripsi kompetensi dan materi
yang akan diujikan. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang
perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki
oleh penilai.
Penulisan kisi-kisi soal adalah kerangka dasar yang dipergunakan untuk
penyusunan soal dalam evaluasi proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan
kisi-kisi soal ini, maka seorang guru dengan mudah dapat menyusun soal-soal
evaluasi. Kisi-kisi soal inilah yang memberikan batasan guru dalam menyusun
soal evaluasi. Dengan kisi-kisi penulisan soal maka tidak akan terjadi
penyimpangan tujuan dan sasaran dari penulisan soal untuk evaluasi penulisan
soal. Guru hanya mengikuti arah dan isi yang diharapkan dalam kisi-kisi
penulisan soal yang dimaksudkan.

B. Saran
Kelompok kami menyadari bahwa dala penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan serta kekurangan. Mkalah kami pun juga jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik serta saran yang membangun untuk
kami dari teman- teman semuanya, dan terlebih lagi dari dosen selaku
pembimbing mata kuliah pembelajaran Al-quran hadits.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Lili. “Peningkatan Kompetensi Guru Menyusun Butir Soal


Bermutu”. Inovasi Pembelajaran Karakter, (2016), 02.
Arifin, Ramdan et. al. “Pembinaan Pembuatan Tes Buatan Guru”. Vokasi,
(2017), 02.
Hazraini. “Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas Dalam Penyusunan
Soal Pilhan Gandayang Baik Dan Benar Melalui Pendampingan Berbasis
KKG”. Pendidikan Mandala, (2017), 02.
Kadarwati, Ani. “Peningkatan Kompetensi Calon Pendidikan SD Dalam
Pengembangan Tes Hasil Belajar”. Pendidikan Dasar Dan Pembelajaran,
(2017), 01.
Sofyan, Harlinda. “Penyuluhan Dan Pelatihan Pendidikan Tentang Pembuatan
Kisi-Kisi Soal Untuk Guru-Guru”. Abdimas, (2016), 01.
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Jakarta: Mizan, 2006), 16.

Asrul, rusydi ananda, dan rosnita. evaluasi pembelajaran. 1 ed. bandung:


citapustaka media, t.t.

Modul penyususna soal higher order thingking skill (hots). jakarta: Direktorat
Pembinaan Sma Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, T.T.

Rusdiana, elis ratna wulan a. evaluasi pembelajaran dengan pendekatan


kurikulum 2013. bandung: oustaka setia, 2014.

Supriyadi, gito. pengantar dan teknik evaluasi pembelajaran. 1 ed. malang:


intimedia, 2011.

Heribertus Joko Warwanto, Pendidikan Religiositas, (Yogyakarta:


Kanisius,2009), 79.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Panduan Penilaian
Untuk Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2015), hlm. 7.
Sunarti dan Selly Rahmawati, Penilaian dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:
Andi Offset, 2014), hlm. 16-17.
M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran SD/MI,
SMP/MTS, & SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 211-215

Anda mungkin juga menyukai