Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN PENGELOLAAN PESANTREN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan
Yang dibimbing oleh Istifadah, S.Pd.,M.Pd.I

Disusun Oleh :
(KELOMPOK 5)

Della fachrun nafisah T20185085


Khafidah Nur Hidayati T20188041
Faikotul Hikmah T20188054
Nurul Hilmiyah T20188060

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa kabar
gembira bagi umat yang bertaqwa.

Makalah yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Pesantren” dalam


rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan. Dalam penulisan
makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum


sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk makalah ini. Demikian, Semoga segala yang tertuang
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam
rangka membangun khasanah keilmuan. Terima kasih.

Jember, 15 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Pengelolaan Pondok Pesantren............ 3

2.2 Elemen-Elemen Pondok Pesantren ........................................... 5

2.3 Struktur Pengurusan Pondok pesantren..................................... 9

2.4 Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren ............... 11

2.5 Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren .................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................... 20

3.2 Saran.......................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pondok pesantren merupakan suatu lembaga yang berbasiskan pada
kesatuan keagamaan sekaligus berbasiskan pendidikan. Pondok pesantren bisa
menjadi “social agent” yang bagus untuk membantu pemerintah dalam
perbaikan sektor ekonomi,budaya dan sosial masyarakat, tapi dengan satu
syarat bahwa secara organisasional pondok pesantren harus mau untuk berubah,
baik dan secara kultur, cara pendekatan dan aspek-aspek manajemen. Di dalam
pondok pesantren sendiri terdapat empat unsur pembangun yaitu: ustadz, santri,
kitab, dan masjid. Setiap komponen tersebut masing-masing mempunyai peran
yang berbeda-beda.
Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berakhlaq mulia
diperlukan pendidikan yang menyeluruh, dalam arti mencakup semua potensi
baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pondok pesantren sebagai
salah satu lembaga pendidikan yang mengkombinasikan ketiga aspek tersebut,
tidak hanya menekankan aspek kecerdasan kognitif semata, akan tetapi juga
menekankan pada aspek afektif dan psikomotor, yaitu dengan mengajarkan
nilai – nilai dan norma yang sesuai dengan syariat Islam serta membekali para
santri dengan keterampilan – keterampilan yang berguna bagi kehidupan sehari
– hari.
Maka dari itu, untuk menjadi pondok pesantren yang ideal, perlu
diadakan manajemen pengelolaan pesantren tersebut. Berdasarkan pernyataan
di atas, kami akan mengulas tentang upaya menumbuhkan bakat dan kreativitas
dalam pembelajaran mahasiswa.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Manajemen Pengelolaan Pondok Pesantren ?
2. Apa Saja Elemen-Elemen Pondok Pesantren ?
3. Bagaimana Struktur Pengurusan Pondok pesantren ?
4. Bagaimana Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren ?
5. Bagaimana langkah Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui pengertian manajemen pengelolaan pondok pesantren.
2. Untuk Mengetahui elemen-elemen Pondok Pesantren .
3. Untuk Mengetahui Struktur Pengurusan Pondok pesantren.
4. Untuk Mengetahui Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren.
5. Untuk Mengetahui Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Pengelolaan Pondok Pesantren

Manajemen adalah suatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak


menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab tetap di
tangan yang menyuruh dengan perencanaan (Planning), pengorganisasian
(Organization), penggerakan (Actuating) dan pengawasan (Controlling) yang
dikenal. 1 Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Dengan
demikian dapat disimpulkan manajemen berarti ilmu dan seni dalam upaya
memanfaatkan sumber daya manusia dan daya lain dalam kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi, yang
dilakukan secara efektif dan efesien dengan melibatkan peran seluruh anggota
secara aktif dalam mencapai suatu tujuan yang ditentukan bersama.

A. Pengertian Pondok Pesantren


Secara etimologi, pesantren berasal dari kata “santri” yang
mendapat awalan ‘pe’ dan akhiran ‘an’ yang berarti tempat tinggal santri.
Sedangkan ensiklopedi Islam memberikan gambaran yang berbeda, yakni
bahwa pesantren itu berasal dari bahasa Tamil yang artinya guru mengaji
atau dari bahasa India “shastri” dan kata “shastra” yang berarti buku-buku
kecil, buku-buku agama atau ilmu pengetahuan. Secara terminologi
pesantren merupakan sebuah pendidikan agama Islam yang tumbuh serta
diakui oleh masyarakat sekitar
Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah pondok yang dalam
arti kata bahasa Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil
dengan menekankan kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal dari

1
George. R. Terry, Principles of Management, (Illinois: Richard D. Irwin, Inc., 1972), Hlm. 10.

3
bahasa Arab ”Fundũq” yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana,
atau mengandung arti tempat tinggal yang terbuat dari bambu.
Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat
diartikan sebagai tempat atau komplek para santri untuk belajar atau
mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji, biasanya
komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan
apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya atau lembaga pendidikan
Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok), dengan Kyai yang
mengajarkan agama kepada para santri, dan Masjid sebagai pusat
lembaganya pondok pesantren, yang cukup banyak jumlahnya, sebagian
besar berada di daerah pedesaan dan mempunyai peranan besar dalam
pembinaan umat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 2
B. Pengertian Manajemen Pesantren
Manajemen Pendidikan Pesantren adalah aktivitas memadukan
sumber-sumber Pendidikan Pesantren agar terpusat dalam usaha untuk
mencapai, tujuan Pendidikan Pesantren merupakan mobilisasi segala
sumberdaya Pendidikan Pesantren untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan.
Maka manajemen Pendidikan Pesantren hakekat adalah suatu proses
penataan dan pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang melibatkan
sumber daya manusia dan non manusia dalam menggerakkan mencapai
tujuan Pendidikan Pesantren secara efektif dan efisien.”. Yang disebut
“efektif dan efisien” adalah pengelolaan yang berhasil mencapai sasaran
dengan sempurna cepat tepat dan selamat. Sedangkan yang “tak efektif”
adalah pengelolaan yang tak berhasil memenuhi tujuan karena ada mis-
manajemen maka manajemen yang tak efisien adalah manajemen yang
berhasil mencapai tujuan tetapi melalui penghamburan atau pemborosan
baik tenaga waktu maupun biaya.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah
berkaitan denggan pengelolaan keuanggan pesantren. Dalam pengelolaan

2
Proyek Pembinaan Bantuan Kepada Pondok Pesantren Dirjen BINBAGA Islam, Pedoman
Penyelenggaraan Unit Ketrampilan Pondok Pesantren (Departeman Agama, 1982/1983), hlm.1.

4
keuangan akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila
pengelolaanya tidak baik. Pengelolaan keuanggan pesantren yang baik
sebenarnya merupakan upaya melindungi personil pengelolaan pesantren
(kyai, pengasuh, ustadz, atau pengelola pesantren lainya) dari pandangan
yang kurang baik dari luar pesantren. Selama ini banyak pesantren yang
tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren dengan harta milik
individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih
banyak bersumber dari kekayaan individu. Namun dalam rangka
pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilahan antara
harta kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar kelemahan dan
kekurangan pesantren dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak
lain, termasuk orang tua santri.

2.2 Elemen-Elemen Pondok Pesantren

Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari


beberapa elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen dasar
pesantren, antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Kelima
elemen tersebut meliputi: ustadz, santri, podok, mesjid dan pengajaran kitab-
kitab Islam klasik atau yang sering disebut dengan kitab kuning.

A. Masjid
Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik
dalam dimensi ukhrawi maupun duniawi dalam ajaran Islam, karena
pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid memberikan indikasi
sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang
disimbolkan sebagai adanya masjid (tempat sujud). Atas dasar pemikiran
itu dapat difahami bahwa masjid tidak hanya terbatas pada pandangan
materialistik, melainkan pandangan idealistik immaterialistik termuat
didalamnya.
Pemikiran materialistik mengarah kepada keberadaan masjid
sebagai suatu bangunan yang dapat ditangkap oleh mata. Dalam hal ini
secara sederhana masjid adalah tempat sujud. Sujud adalah symbol
kepatuhan seorang hamba kepada Khaliqnya. Oleh karena itu seluruh

5
kegiatan yang mengambil tempat di masjid tentu memiliki nilai ibadah yang
tinggi. Artinya proses kegiatan itu hanya mengharapkan keridhoan Allah
yang bersifat Ilahiyah, berkaitan dengan pahala dan balasan dari Allah.
Didunia pesantren masjid dijadikan ajang atau sentral kegiatan
pendidikan Islam baik dalam pengertian modern maupun tradisional. Dalam
konteks yang lebih jauh masjidlah yang menjadi pesantren pertama, tempat
berlangsungnya proses belajar – mengajar adalah masjid. Dapat juga
dikatakan masjid identik dengan pesantren. Seorang kyai yang ingin
mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama – tama akan
mendirikan masjid di dekat rumahnya.
Paling tidak didirikan surau di sebelah rumah kyai yang kemudian
dikembangkan menjadi masijd sebagai basis berdirinya pondok pesantren.
Di dalam masijd para santri dibina mental dan dipersiapkan agar mampu
mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu masjid di samping
dijadikan wadah (pusat) pelaksanaan ibadah juga sebagai tempat latihan.
Latihan seperti muhadharah, qiro’ah dan membaca kitab yang ditulis oleh
para ulama abad 15 (pertengahan) yang dikenal sebagai kitab kuning yang
merupakan salah satu ciri pesantren. Pelaksanaan kajiannya dengan cara
bandongan, sorogan, dan wetonan, pada hakekatnya merupakan metode
klasik yang dilaksanakan dalam proses belajar – mengajar dengan pola
seorang kyai langsung bertatapan dengan santrinya dalam mengkaji dan
menelaah kitab – kitab tersebut. 3

B. Pondok
Setiap pesantren pada umumnya memiliki pondokan. Pondok dalam
pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang sering penyebutannya
tidak dipisahkan menjadi “Pondok Pesantren”. yang berarti keberadaan
pondok dalam pesantren merupakan wadah penggemblengan, pembinaan
dan pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan.

3
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman Ilmu
Jaya, 2001), hlm. 18 – 19

6
Kedudukan pondok bagi para santri sangatlah esensial sebab
didalamnya santri tinggal belajar dan ditempa diri pribadinya dengan
control seorang ketua asrama atau kyai yang memimpin pesantren itu.
Dengan santri tinggal di asrama berarti dengan mudah kyai mendidik dan
mengajarkan segala bentuk jenis ilmu yang telah ditetapkan sebagai
kurikulumnya. Begitu pula melalui pondok santri dapat melatih diri dengan
ilmu – ilmu praktis seperti kepandaian berbahasa : Arab dan Inggris juga
mampu menghafal Al – Qur’an begitu pula ketrampilan yang lain. Sebab di
dalam pondok pesantren santri saling kenal – mengenal dan terbina kesatuan
mereka untuk saling isi – mengisi dan melengkapi diri dengan ilmu
pengetahuan.
C. Kyai
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah adanya seorang
kyai. Kyai pada hakekatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang
yang mempunyai ilmu di bidang agama dalam hal ini agama Islam. Terlepas
dari anggapan kyai sebagai gelar yang sacral, maka sebutan kyai muncul di
dunia pondok pesantren. Dalam tulisan ini kyai merupakan suatu
personifikasi yang sangat erat kaitannya dengan suatu pondok pesantren.
Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Suatu lembaga
pendidikan Islam disebut pesantren apabila memliki tokoh sentral yang
disebut kyai. Jadi kyai di dalam dunia pesantren sebagai penggerak dalam
mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai dengan pola yang
dikehendaki. Di tangan sorang kyailah pesantren itu berada. Oleh karena itu
kyai dan pesantren merupakan dua sisi yang selalu berjalan bersama.
Bahkan “kyai bukan hanya pemimpin pondok pesantren tetapi juga pemilik
pondok pesantren”. sedangkan sekarang kyai bertindak sebagai
koordinator. 4
D. Santri
Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan
adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

4
Ibid hlm. 19 – 21

7
seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh karena itu santri pada
dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren.
Di dalam proses belajar mengajar ada dua tipologi santri yang belajar di
pesantren berdasarkan hasil penelitian Zamakhsyari Dhofier:
1) Santri Mukim
Santri Mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama kyai
dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang kyai. Dapat juga secara
langsung sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab atas
keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah lama menetap
dalam pesantren secara tidak langsung bertindak sebagai wakil kyai.
Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri mukim :
a. Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang dengan maksud
menuntut ilmu dari kyainya.
b. Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri belajar
secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di pesantren akan
memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak kyainya.
2) Santri Kalong
Santri Kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang berasal
dari desa sekitar pondok pesantren yang pola belajarnya tidak dengan
jalan menetap di dalam pondok pesantren, melainkan semata – mata
belajar dan secara langsung pulang ke rumah setelah belajar di
pesantren. Sebuah pesantren yang besar didukung oleh semakin
banyaknya santri yang mukim dalam pesantren di samping terdapat
pula santri kalong yang tidak banyak jumlahnya. 5
E. Pengajaran Kitab – kitab Islam Klasik
Kitab – kitab Islam klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning
yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab – kitab itu ditulis oleh ulama
zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti : fiqih, hadist,
tafsir, maupun tentang akhlaq.

5
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,
2001), hlm. 22 – 23

8
Ada dua esensinya seorang santri belajar kitab – kitab tersebut di
samping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari
bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri
yang telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan
bahasa Arab. Hal ini menjadi ciri seorang santri yang telah menyelesaikan
studinya di pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab dan
sekaligus juga mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi
bahasanya. 6
Mastuhu mengklasifikasikan perangkat-perangkat pesantren
meliputi aktor atau pelaku seperti ustadz dan santri. Perangkat keras
pesantren meliputi mesjid, asrama, pondok dan sebagainya. Sementara
perangkat lunaknya adalah tujuan kurikulum, metode pengajaran, evaluasi,
dan alat-alat penunjang pendidikan lainnya. Namun demikian elemen-
elemen pesantren tergantung pada besar kecilnya, program pendidikan
yang dijalankan pesantren. Untuk pesantren yang berskala kecil dan hanya
sekedar mengelola pondok pesantren saja, maka hanya kelima elemen
dasar tersebut yang menjadi elemen pesantren. Dan kelima elemen inilah
yang menjadi objek manajemen.

2.3 Struktur Pengurusan Pondok Pesantren

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan diinginkan. Struktur
organisasi menggambarkan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu
dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam
struktur organisasi baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor
kepada siapa, jadi ada satu pertanggungjawaban apa yang akan dikerjakan.

Pada umumnya semua kelompok masyarakat menginginkan organisasinya


menggunakan sistem yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang
maksimal sesuai keinginan. Namun, dalam kenyataan di pesantren banyak yang

6
Ibid.hlm 24

9
tidak memiliki organisasi yang baik. Keadaan ini selain dipengaruhi oleh
kepemimpinan Kyai sebagai pemegang kebijakan pesantren yang harus dipatuhi
juga dipengaruhi oleh sifat konfensionalisme dari pesantren tersebut.

Untuk pengembangan pesantren dibutuhkan pengorganisasi yang jelas


dengan bentuk yang sederhana, namun menggambarkan tujuan, tugas-tugas
pokok dan unsur-unsur kerja organisasi pesantren. Kesederhanaan tersebut
untuk menjamin fleksibilitas akan memungkinkan adanya perubahan atau
pengembangan.

Struktur Organisasi dalam pesantren sudah pasti berbeda-beda bentuknya


karena setiap pesantren memiliki perbedaan dalam kepemimpinan dan
kepengurusan sesuai kebutuhan pesantren tersebut, karena itu disini kami akan
memberikan serta menjelaskan pembagian/ struktur organisasi dari salah satu
contoh pesantren. Pembagian struktur organisasi tersebut antara lain sebagai
berikut :

A. Majelis Pengasuh/Dewan Pembina/Kyai


Pengasuh adalah pimpinan tertinggi yang memegang wewenang penuh di
Pondok pesantren. Kewenangan tersebut diantaranya adalah mengangkat
dan memeberhentikan ketua umu Yayasan, menentukan arah kebijakan
pondok pesantren ke dalam dan ke luar, memberikan legalisasi terhadap
semua kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pengurus harian.
B. Dewan Pengawas
Dewan pengawas adalah sebuah badan yang berfungsi sebagai
pendamping Majelis pengasuh dalam hal memberikan masukan dan
melakukan pengawasan terhadap kebijakan, kinerja, dan pelaksanaan
program-program yayasan.
C. Pengurus Harian
Pengurus adalah pelaksana harian seluruh program-program yayasna
yang telah digariskan sekaligus penanggungjawab seluruh kebijakan-
kebijakan yang diambil. Pada setiap periode pengurusnya terdiri dari 9 orang
dengan struktur organisasi Ketua Umum, Ketua I dan Ketua II, Sekretaris

10
Umum, Skeretaris I dan Sekretaris II, Bendahara Umum, Bendahara I dan
Bendahara II.
Dalam tatanan operasinya ketua umum dengan dibantu oleh Sekretaris
Umum berfungsi sebagai Top Leader, yang bertanggung jawab terhadap
semua kebijakan dan program Departemen Pendidikan, Departemen
HUMASY, Departemen KAMTIB, dan Departemen Infokom. Sedangkan
sekretaris II dengan dibantu oleh Sekretaris II bertanggung jawab terhadap
kebijakan dan program Depertemen Wirus, Departemen Sarana Prasarana
dan Departemen Layanan Kesehatan dan Olahraga, Departemen Penelola
Aset, Departemen Ekonomi dan Koperasi.
D. Pengurus Bidang/Departemen
Pengurus departemen adalah ujung tombak bagi perkembangan yayasan.
Selain sebagai pelaksana program yang telah digariskan, pengurus
Departemen juga dituntut berkreatifitas dengan daya inovasi yang tinggi
guna menentukan berbagai program dan kebijakan yang diharapkan mampu
melahirkan terobosan baru bagi pengembangan dan kemajuan masing-
masing bidang.dan pengurus departemen ada 9 yang telah disebutkan pada
poin ke tiga.

2.4 Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren

Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang


berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan yang
biasa di kenal dengan istilah “lillahi ta’ala”. Konsep tersebut menjiwai hampir
semua aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut pada masalalu
banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi dengan kemampuan
manajemen modern tampak kurang beraturan dan kurang efisien.

Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih


akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini.
Oleh karena itu idealisme ”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan
profesionalisme yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang
ideal dan utuh yaitu idealisme-profesionalisme. Dengan kombinasi konsep
manajemen yang ideal tersebut diharapkan akan tetap dapat mempertahankan

11
eksistensi pondok pesantren di satu sisi, serta dapat menigkatkan daya
kompetitif pesantren dalam era global di sisi lainya. Kombinasi tersebut dapat
menghasilkan konsep manajemen pondok pesantren dengan karakteristik baru
yang ideal. Selain itu juga dapat disebut sebagai Manajemen Berbasis Pondok
Pesantren (MBPP). Dengan MPBB baru tersebut diharapkan akan dapat
menghasilkan karakteristik pondok pesantren yang efektif.

Karakteristik MBPP baru tersebut dapat dianalisis dengan pendekatan


system yaitu dari segi input-proses-output. Hal itu didasari atas pemikiran
bahwa pondok pesantren merupakan suatu sistem sehingga menguraikan
karakteristik MBPP juga didasarkan pada proses output yang dapat menunjang
perkembangan pondok pesantren secara keseluruhan. 7 Dimana karakteristik
tersebut ditandai dengan adanya pondok pesantren yang didasarkan pada input
maupun ouput yang ada 8. Uraian berikut dimulai dari output dan di akhiri
dengan input mengingat output memiliki tingkat kepentingan tertinggi,
sedangakan proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari
pada output, dan input memiliki tingkatan kepentinggan dua tingkat lebih
rendah dari pada output.

A. Output yang diharapkan


Output pondok pesantren harus memiliki prestasi pondik pesantren
yang dihasilkan oleh proses pendidikan dan pembelajaran serta manajemen
di pondok pesantren. Output pondok pesantren dikelompokan menjadi
empat macam:
1) Output berupa prestasi pengetahuan akademik keagamaan.
2) Output berupa prestasi pengetahuan akademik umum.
3) Output berupa prestasi keterampilan atau kecakapan hidup.
4) Output berupa prestasi dalam bidang non akademik.
B. Input pondok pesantren

7
YAPPI MU. 2008. Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta: Media Nusantara.

8
M. Yacub. 2006. Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa Bandung: PT.Angkasa,
hal. 62.

12
Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif diantaranya adalah
memiliki input dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Adanya kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
2) Sumber daya tersedia dan siap.
3) Staf yang kompeten, berdedikasi tinggi dan berakhlakul
karimah.
4) Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
5) Fokus pada pelanggan khususnya para santri.
6) Adanya imput manajemen yang memadai untuk menjalankan
roda pondok pesantren.
2.5 Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren

Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pondok pesantren


dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human
resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincangan kepesantrenan
kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian
setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:

A. Potensi pendidikan.
B. Pengembangan masyarakat.

Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem


pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan
Sunan Ampel. Terkait dengan sistem pengelolaan pondok pesantren dalam
interaksinya dengan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi,
kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah
satu bentuknya adalah pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan mulai
tingkat SD, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan
menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum serta perangkat
keterampilan yang dirancang secara systematic dan itegralistik.

Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrasah


Aliyah Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan

13
pesantrenpun cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada
semacam jaminan keunggulan output yang siap bersaing dalam kehidupan
sosial. Dan pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat
diharapkan menjadi penopong berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia
yang ditandai banyak sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa
formal dan tentunya non formal juga. 9

Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem


pendidikannya dengan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain
terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan, bandongan) dan materi kitab-
kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran,
materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem
pendidikan modern 10.

Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem


pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih
banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional
dan konvensional dengan membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik
dan pembinaan moral keagamaan semata.

Hal ini menjadi tantangan Departemen Agama untuk secara terus


menerus mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut
terlihat dalam akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan secara
drastis. Oleh sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan
nasional tidak bisa ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif dan
birokatik tugas Departemen Agama yang mendesak adalah bagaimana
memperbesar partisipasi pesantren melalui program-program yang sesuai
dengan kebutuhan 11 dan karakter pesantren itu sendiri. Salah satu bagian

9
A. Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta'rifin. 2008. Manajemen Madrasah berbasis Pesantren.
Jakarta: PT. Lista Farika Putra. hal. 18.

10
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva
Pustaka. hal. 14-15.

14
terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan dengan pengelolaan
keuangan pesantren 12.

Pesantren model pure klasik atau salafi ini memang unggul dalam
melahirkan santri yang memiliki kesalehan, kemandirian, dan penguasaan
terhadap ilmu-ilmu ke-Islaman. Kelemahanya, out put pendidikan pure salaf
kurang kompetitif dalam percaturan persaingan kehidupan modern. Padahal
tuntutan kehidupan global menghendaki kualitas sumberdaya manusia terdidik
dan keahlian di dalam bidangnya. Realitas out put pesantren yang memiliki
sumber daya manusia kurang kompetetif inilah yang kerap menjadikannya
termaginalisasi dan kalah bersaing dengan out put pendidikan formal baik
agama maupun umum. Penyebaran yang luas dengan keaneragaman
karakteristik yang dimiliki pesantren saat ini di semua wilayah Indonesia
menjadi potensi luar biasa dalam percepatan pembanggunan di daerah-daerah.
Jika upaya maksimal ini dilakukan oleh pemerintah secara tepat bukan tidak
mungkin kedepan bukan tidak mungkin akan menjadi lahan subur penyemaian
bibit-bibit unggul manusia Indonesia. Jika melihat keadaan ini tampaknya
akselerasi pendidikan dan pengelolaan.

Masyarakat di pesantren optomis bisa berjalan, namun bagaimanapun


program-program ini tergantung pada penerimaan kyai di pesantren sendiri,
maupun pengurus pesantren sebab pesantren memiliki kemandirian (otonomi)
yang relative besar juga memiliki basis konstituen yang relative solid di
mayarakat dan sumberdaya lokal yang kuat 13.

Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang efektif. Hal ini
menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus
mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam
akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan secara drastis. Oleh
sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa
ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas

12
Ibid, hal. 77.
13
Amin Haedari dan Ishom El-Saha, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah
Diniyah (Jakarta: Diva Pustaka, 2008), h. 13.

15
Departemen Agama yang mendesak adalah bagaimana memperbesar
partisipasi pesantren melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan
dan karakter pesantren itu sendiri.

Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah


berkaitan dengan pengelolaan keuangan pesantren. Dalam pengelolaan
keuangan akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaanya
tidak baik. 14

Pengelolaan keuangan pesantren yang baik sebenarnya merupakan


upaya melindungi personil pengelolaan pesantren (kyai, pengasuh, ustadz, atau
pengelola pesantren lainya) dari pandangan yang kurang baik dari luar
pesantren. Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta
kekayaan pesantren dengan harta milik individu, walaupun disadari bahwa
pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan individu.
Namun dalam rangka pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan
pemilahan antara harta kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar
kelemahan dan kekurangan pesantren dapat diketahui secara transparan oleh
pihak-pihak lain, termasuk orang tua santri.

Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah pengurusan dan


pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik individual
maupun lembaga. Dalam penyusunan anggaran memuat pembagian
penerimaan dan pengeluaran anggaran rutin dan anggaran pembanggunan serta
anggaran incidental jika perlu.

Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:

1) Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan


2) Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program
3) Terbuka dan transparan
4) Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam negeri
sejauh hal ini di mungkinkan. 15

14
Ibid, hal. 77.
15
Binti Maunah. 2011. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras. hal. 34.

16
Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri dengan
membentuk komite pesantren yang dapat memberikan pertimbangan dan
membantu mengontrol kebijakan program pesantren termasuk penggalian
dan penggunaan keuangan pesantren.
Selanjutnya pihak pesantren bersama komite pesantren pada setiap
tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran
pendapatan dan belanja pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi penggelola
pesantren melaksanakan menejemen keuangan yang baik. Hal-hal yang
perlu di muat dalam RAPBP antara lain:
a) Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan,
meliputi:
1) Kontribusi santri.
2) Sumbangan dari individu dan organisasi.
3) Sumbangan dari pemerintah bila ada.
4) Dari hasil usaha.
b) Rencana dalam satu tahun yang bersangkutan.
Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun anggaran perlu
di rencanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan
dengan baik. Penggunaan uang pesantren tersebut menyangkut seluruh
pengeluaran yang berkaitan dengan kebutuhan pengelolaan pesantren,
temasuk dana operasional harian, pengembangan sarana dan prasarana
pesantren, infaq semua petugas pesantren, dana kerja sama, dan bahkan
dana praktis lain-lainya perlu di rencanakan dengan baik.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana anggaran


pendapatan dan belanja pesantren adalah menerapkan prinsip anggaran
berimbang artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus seimbang
diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus.

Denggan RAPBP yang berimbang maka kehidupan pesantren akan


menjadi solid dan benar-benar kokoh dalam keuangan yang akan menjadi
kunci dari kemendirian bagi kehidupan pesantren. Bila hal ini tercapai,
kredibilitas pesantren di mata masyarakat akan tinggi dan terpercaya. Melalui

17
RAPBP juga maka sentralisasi pengelolaan keuangan terfokus pada
bendaharawan pesantren. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mempermudah
pertanggung jawaban keuangan. Setiap penggunaan keuangan perlu dilakukan
melalui pengajuan keuangan secara tertulis, dan sedapat mungkin hanya
program-program yang termasuk dalam perencanaan keuangan saja yang di
danai. Agar mudah pengawasanya.

Berkaitan dengan pengelolaan keuangan ada hal-hal yang perlu di


perhatikan oleh bendaharawan pesantren diantaranya:

a) Pada setiap akhir tahun anggaran bendaharawan harus membuat


laporan keuangan kepada komite pesantren untuk di cocokan
dengan RAPBP.
b) Laporan keuangan harus di lampiri bukti-bukti pengeluaran yang
ada, termasuk bukti penyetoran pajak (PPN dan PPh) bila ada.
c) Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan
honorarium atau bantuan atau bukti pengeluaran yang lain yang
sah.
d) Neraca keuangan juga harus di tunjukan untuk di periksa oleh tim
bertanggung jawaban keuangan dari komite pesantren. 16

Selain buku neraca keuangan yang erat hubungannya dengan


penggelolaan keuangan ada juga beberapa buku lain yang juga penting bagi
bendaharawan pesantren:

1) Buku kas umum


2) Buku persekot atau uang muka
3) Daftar potongan-potongan
4) Daftar gaji
5) Buku tabungan
6) Buku iuran

16
Ibid, hal. 73.

18
7) Buku catatan lain yang tidak termsuk diatas, seperti catatan
pengeluaran incidental 17.

Pesantren sebagai lembaga yang semestinya menjaga akuntabilitas


publik selayaknya jika mulai memperbaiki manajemen atau penggelolaan
keuanggan secara baik dan bertanggung jawab.

17
Ibid, hal. 73.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen pengelolaan pondok pesantren adalah sarana yang bertugas
sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang berlangsung dalam pondok pesantren. Dalam Pesantren memiliki lima elemen
dasar yaitu; kyai, santri, podok, mesjid dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau
yang sering disebut dengan kitab kuning. Dalam struktur organisasi pesantren peran
kyai sangat menonjol, kyai sering kali menempapti atau bahkan ditempatkan
sebagai pemimpin tunggal yang mempunyai kelebihan (maziyah) yang tidak
dimiliki oleh masyarakat pada umumnya. Pondok pesantren seringkali menerapkan
pola manajemen yang berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan,
kesukarelaan yang biasa di kenal dengan istilah “lillahi ta’ala”. Konsep tersebut
menjiwai hampir semua aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut
pada masa lalu banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi dengan
kemampuan manajemen modern tampak kurang beraturan dan kurang efisien.
Pengelolaan model pendidikan pondok pesantren dalam hubunganya dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource), namun meskipun
demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
potensi pendidikan dan penggembangan masyarakat.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini yang dapat kami paparkan. Besar harapan
makalah kami ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dawam, A. Ainurrofiq, dan Ahmad Ta'rifin. 2008. Manajemen Madrasah Berbasis


Pesantren. Jakarta: PT. Lista Farika Putra.

Departeman Agama. 1982. Proyek Pembinaan Bantuan Kepada Pondok Pesantren


Dirjen BINBAGA Islam, Pedoman Penyelenggaraan Unit
Ketrampilan Pondok Pesantren.

Ghazali, M. Bahri. 2001. Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta :


Pedoman Ilmu Jaya.

Haedari, Amin, dan Ishom El-Saha. 2008. Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren
dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Diva Pustaka.

Maunah, Binti. 2011. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras.

Masyhud, M. Sulthon, dan M. Khusnurridlo. 2003. Manajemen Pondok Pesantren.


Jakarta: Diva Pustaka.

MU YAPPI. 2008. Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta: Media


Nusantara.

Terry, George. R. 1972. Principles of Management. Illinois: Richard D. Irwin, Inc.

Yacub, M. 2006. Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa.


Bandung: PT. Angkasa.

21

Anda mungkin juga menyukai