Anda di halaman 1dari 8

MACAM-MACAM PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Kurikulum merupakan satu komponen yang seharusnya ada dalam suatu lembaga
pendidikan.1 Kurikulum mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis untuk
mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri, baik pendidikan yang sifatnya umum maupun
pendidikan Agama.2 Penyusunan kurikulum dilakukan oleh berbagai para pakar/ahli, baik
ahli di bidang kurikulum itu sendiri, ahli di bidang pendidikan, ahli di bidang ilmu, tenaga
pendidik, para pejabat pendidikan, serta unsur-unsur yang ada didalamnya. Rancangan ini
disusun tidak lain untuk memberikan suatu pedoman terhadap para pelaksana
pendidikan, dalam hal proses pembinaan serta bimbingan perkembangan siswa guna
mencapai tujuan sebagaimana yang telah dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga,
maupun masyarakat. Dan kelas merupakan salah satu tempat untuk melaksanakan dan
menguji kurikulum di sekolah.
Dengan mempelajari dan memahami kurikulum, para pendidik/guru dapat
menentukan serta dapat memilih tujuan pembelajaran, memilih metode, tekhnik, media
pembelajaran, serta bahan evaluasi yang tepat dan sesuai dalam pembelajaran. Maka dari
itu, untuk melakukan sebuah kajian terhadap keberhasilan dalam sistem pendidikan harus
dilakukan oleh berbagai pihak, sarana yang memadai, organisasi yang baik, dan intensitas
pekerjaan yangmemiliki realistis tinggi, serta kurikulum yang relevan dan tepat guna.
Oleh sebab itu, para pendidik dan juga tenaga kependidikan, khususnya dibidang
pendidikan Islam sudah sewajarnya dapat memahami arah dan tujuan kurikulum, serta
berusaha mengembangkannya.Kurikulum dalam hal ini membutuhkan suatu landasan yang
kuat agar nantinya dapat dikembangkan oleh berbagai pihak sekolah maupun berbagai
lembaga formal lainnya.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai kedudukan yang sentral
terhadap seluruh proses pendidikan, sebagai arah segala aktifitas pendidikan demi
tercapainya tujuan. Selain sebagai rencana pendidikan, kurikulum juga merupakan suatu
pedoman dan juga pegangan terhadap jenis, ruang lingkup dan urutan isi serta strategi
dalam proses pendidikan. Fungsi lainnya adalah menjadi sumber konsep serta landasan
teoritis bagi para pengembangan kurikulum dalam institusi pendidikan.
Namun pada kenyataanya, kurikulum masih menyimpan berbagai persoalan.
Misalnya diantaranya, kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) saat ini banyak yang
tumpang tindih, repitikal, dogmatis dan pada bagian tertentu, konsep keagamaan yang
diajarkan tidak ada relevansinya dengan kehidupan zaman modern ini.
Model Pengembangan Kurikulum PAI harus benar-benar diperhatikan, lebih-
lebih dalam aplikasinya. Karena selama pemahaman masyarakat beranggapan bahwa,

1 Hasan, Baharun, Pengembangan Kurikulum : Teori Dan Praktik (Konsep, Prinsip, Model, Pendekatan Dan
Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI), (Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2017), hal. 67-68.
2 Marliana, Anatomi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Dinamika Ilmu, ( Yogyakarta : 2013), hal.
137–60.

1
dengan kehadiran PAI di sekolah diharapkan mampu memadukan seluruh aspek-aspek
keilmuan, baik dari segi IPTEK maupum IMTAQ terhadap peserta didik di sekolah.3
Maka dari itulah, kurikulum tentunya harus mempunyai landasan yang kuat dalam
mengembangkannya, sebab jika kurikulum diibaratkan seperti sebuah bangungan yang
tidak memiliki pondasi atau landasan yang kuat, maka akan mudah roboh dikala angin dan
badai menerpanya. Demikian halnya dengan kurikulum jika tidak memiliki landasan yang
kuat yang bisa dijadikan pijakan, maka yang akan terjadi pada kurikulum tersebut akan
terombang-ambing dan yang menjadi korban nantinya adalah peserta didik itu sendiri.4
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum dan Pendekatan Kurikulum
Menurut Geane, Topter dan Alicia bahwa Pengembangan Kurikulum adalah suatu
proses dimana partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat keputusan tentang
tujuan, bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah tujuan
alat itu serasi dan efektif.5
Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan, menghasilkan
suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap kurikulum
yang tidak berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang
lebih baik.6
Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan
belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan
yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan tersebut telah terjadi pada setiap
peserta didik.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang
dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum. Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan
langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode
yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk
memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah
cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-
langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Dengan melihat cakupan pengembangan kurikulum, ada dua pendekatan yang dapat
diterapkan dalam pengembangannya. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan
3 Syahroni Hasan, Anatomi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah’, Dinamika Ilmu, ( Yogyakarta :
Magnum Pustaka, 2013 ) hal. 137–60
4 Raharjo, Rahmad, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. ( Yogyakarta: Magnum Pustaka. 2010 ), hal. 55
5 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan Perguruan
Tinggi,  (Jakarta: Raja grafindo  Persada, 2005), hal. 10
6 Ibid., hal. 38

2
administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah, dan kedua
adalah pendekatan grassroot, yaitu pengembangan kurikulum dari bawah ke atas, yang
diawali oleh inisiatif dari bawah kemudian disebarluaskan pada tingkat dan skala yang
lebih luas.
1. Pendekatan Top Down
Pengembangan kurikulum pada pendekatan ini muncul dari pejabat pendidikan
atau para administrator atau pemegang kebijakan pendidikan seperti dirjen atau Kepala
Kantor Wilayah. Semacam garis komando, pengembangan kurikulum kemudian
diteruskan ke bawah, sehingga pendekatan ini disebut juga line staff model. Pendekatan
ini biasa digunakan Negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini adalah
sebagai berikut:
a. Pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim biasanya terdiri
dari pejabat di bawahnya, seperti pengawas pendidikan, ahli kurikulum dsb. Tim
pengarah ini bertugas merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan,
menyiapkan rumusan falsafah pendidikan, dan tujuan umum pendidikan.
b. Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-
rumusan yang telah disusun tim pengarah. Anggota tim ini adalah para ahli
kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru
senior yang sudah berpengalaman. Tim ini bertugas merumuskan tujuan-tujuan
yang lebih operasional dari tujuan umum, memilih dan menyusun sequence bahan
pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat bantu petunjuk evaluasi, serta
menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum untuk guru.
c. Bila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya
hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan atau revisi.
Bila perlu kurikulum tersebut akan diujicoba , dievaluasi, dan disempurnakan.
d. Para asministrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun tersebut.
Dari langkah-langkah tersebut tampak bahwa inisiaif pengembangan
kurikulum berasal dari pemegang kebijakan pendidikan, sedangkan guru hanya
bertugas sebagai pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang
kurikulum, sehingga disebut pendekatan dengan system komando.
2. Pendekatan Grass roots
Pada pendekatan grass roots,inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari
lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada wilayah
yang lebih luas, karena itu pendekatan ini disebut pendekatan dari bawah ke atas.
Pendekatan ini lebih banyak digunakan untuk penyempurnaan kurikulum (curriculum
improvement), walaupun terkadang juga digunakan dalam pengembangan kurikulum
baru (curriculum construction).
Dalam pelaksanaanya terdapat dua syarat yang harus dipenuhi :

3
a.       Kurikulum yang dikembangkan bersifat lentur sehingga memberikan
kesempatan kepada setiap guru secara terbuka untuk memperbarui atau
menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan.
b.      Guru memiliki sikap professional yang tinggi disertai kemampuan yang
memadai, yang ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba
sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kinerjanya, selalu menambah
pengetahuan dan wawasannya, untuk menacapai kesempurnaan.
Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan pendekatan ini adalah sebagai beriku:
a. Menyadari adanya masalah, karena pendekatan ini biasanya diawali dari
keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku.
b. Mengadakan refleksi, yaitu dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya
dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian, internet, diskusi, wawancara dsb.
c. Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, dengan memetakan berbagai
kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
d. Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan. Penentuan di sini juga disertai dengan kajian
terhadap berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini untuk dapat
diatasi.
e. Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus
hingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Di sini bisa dilakukan dengan
diskusi antar teman sejawat.
f. Membuat dan menyusun laporanhasil pelaksanaan pengembangan melalui
grassroot. Langkah ini penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi,
sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain
sehingga hasil pengembangan tersebut semakin tersebar.
Pada pendekatan ini guru berperan lebih dari sekedar pelaksana kurikulum,
bahkan peran guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan
kurikulum sangat menentukan, sedangkan administrator tidak lagi berperan
sebagai pengendali pengembangan, tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator.7
Pendekatan ini dimungkinkan pada negara dengan system pendidikan yang
desentralisasi, sebab kebijakan pendidikan tidak ditentukan oleh pusat, tetapi
ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah, karena itu, untuk memperoleh
kualitas lulusan sekolah, dapat terjadi persaingan antar sekolah atau antar daerah.

B. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum PAI


Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang
terhadap sokalah dan masyarakat. Para pendidik pada umunya tidak berpegang pada salah
satu pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa pendekatan yang sesuai. Ada

7 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi
kurikulum (Yogyakarta : Teras, 2004), hal. 56-63

4
empat pendekatan dalam pengembangan kurikulum yang lazim dipergunakan dan diikuti
yaitu:
1. Pendekatan subyek akademik
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri
kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu
pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan.
Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi.
Pendekatan subjekak ademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing.
Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan
melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan  konsep dasar
dan metode untuk mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan
kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara
menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.8
Prioritas pendekatan ini adalah mengutamakan sifat perencanaan program dan
juga mengutamakan penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.9
Pendekatan subyek akademis dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu
pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda-beda dengan sistematisasi
imu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademis dilakukan dengan cara
menempatkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Misalnya Pendidikan
Agama Islam di sekolah itu memiliki beberapa aspek, yang kalau di Madrasah menjadi
bidang studi tersendiri, seperti Al-Qur’an Hadits, Fiqh, Akidah Akhlak dan Sejarah
Islam. Bahasa Arab juga mempunyai beberapa aspek, yang apabila di jurusan
Pendidikan Bahasa Arab, maka akan muncul sebagai mata kuliah tersendiri antara lain
Nahwu, Sharaf, Muthala’ah, Muhadatsah, Balaghah, Khithabah dan lain-lain.10
Belajar adalah menguasai ilmu pengetahuan dan produk budaya sebanyak-
banyaknya. Orang yang dipandang berhasil adalah orang yang menguasai atau sebagian
besar materi pembelajaran yang telah disiapkan dan disusun oleh para guru. Materi
pembelajaran diambil dari semua jenis disiplin ilmu pengetahuan. Para ahli
dibidangnya masing-masing telah mengembangkan ilmu pengetahuannya secara
sistematis, logis dan terpercaya. Para pengembang kurikulum tidak perlu menyusun
mengembangkan bahan pelajaran sendiri, tetapi hanya tinggal memilih bahan suatu
disiplin ilmu yang telah dikembangkan oleh para ahlinya masing-masing. Kemudian

8 Ibid, Hasan, Baharun, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik ( Konsep, Prinsip, Model Pendekatan dan
Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI),.. hal. 98-99.
9 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 190
10 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi ,(Surabaya:
Elkaf,2006), hal.89

5
mereorganisasi bahan tersebut secara sistematis sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.11
2. Pendekatan humanistic
Pendekatan ini berpusat pada siswa atau peserta didik (student-centered) dan
mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai prasyarat dan sebagai
bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic meyakini bahwa
kesejahteraan mental dan emosional peserta didik harus dipandang sentral dalam
kurikulum, agar proses belajar memberikan hasil yang maksimal.12
Dalam evaluasi, kurikulum humanistik berbeda dengan yang biasa. Model ini
lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Kalau kurikulum yang biasa terutama
subjek akademis mempunyai kriteria pencapaian,maka dalam kurikulum humanistik
tidak ada kriteria. Sasaran mereka perkembangan anak supaya menjadi manusia yang
lebih terbuka,lebih berdiri sendiri. Kegiatan yang mereka lakukan hendak bermanfaat
bagi siswa. Kegiatan belajar yang baik adalah memberikan pengalaman yang akan
membantu para siswa memperluas akan dirinyadan orang lain dan dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.13
Pendekatan humanitis ini dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide
memanusiakan manusia. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia
untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar
filosofis, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Hal
ini berarti berusaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan alat-alat potensialnya, berbagai potensi dasarnya (fitrah) seoptimal
mungkin untuk difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan masalah-masalah
kehidupan, kebudayaan, keimanan dan ketakwaan, serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Menumbuh kembangkan semua potensi dasar dari Tuhan
(fitrah) anak didik itu secara terpadu, yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari baik secara individual maupun sosial. Mengarahkan peserta didik agar mampu
mengembangkan amanah dari Allah SWT, baik sebagai ‘abdullah yang harus taat dan
tunduk serta mengabdikan diri pada-Nya, maupun sebagai khalifatullah di dunia ini
yang menyangkut dan seluruh alam semesta.
3. Pendekatan Teknologik
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas
atau pekerjaan tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan strategi
belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas tertentu. Rencana dan proses
pembelajaran dirancang sedemikian rupa, sehingga hasilnya dapat dievaluasi dan

11 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi ,(Yogjakarta:
Teras,2009), hal.120
12 Afiful ikhwan, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Tulungagung: STAI Muhammadiyah
Tulungagung, 2013), hal. 136
13 Ibid,..137-138

6
diukur dengan jelas dan terkontrol. Dalam menyusun kurikulum, sesungguhnya tidak
semua materi pelajaran dapat menggunakan pendekatan teknologis, karena sifat-sifat
atau karakter materi pelajaran itu berbeda. Termasuk dalam pendekatan ini adalah
kurikulum berbasis kompetensi yang kini sedang diterapkan oleh pemerintah.
Kurikulum sebagai model teknologi pendidikan menekankan pada penyusunan
program pengajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini
dapat menggunakan sistem saja, atau juga dengan alat atau media. Selain itu, dapat
juga dipadukan. Dalam konteks kurikulum model teknologi, teknologi pendidikan
mempunyai dua aspek, yakni hardware berupa alat benda keras seperti proyektor, TV,
LCD, radio, dan sebagainya, dan software berupa teknik penyusunan kurikulum, baik
secara mikro maupun makro. Teknologi yang telah diterapkan adakalanya berupa PPSI
atau Prosedur Pengembangan Sitem Intruksional, pelajaran berprogram dan modul.
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan,
antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya. Karena dari itu
pendekatan teknologis tidak selamanya dapat digunakan dalam pembelajaran tertentu.
Sebagai contoh pelajaran PAI, kalau kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam
hanya sampai kepada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan ajaran agama,
mungkin bisa mengunakan pendekatan teknologis, sebab proses dan produknya bisa
dirancang sebelumnya.
Pesan-pesan pendidikan agama Islam tidak semua dapat didekati secara teknologis. Sebagai
contoh: bagaimana membentuk kesadaran keimanan peserta didik terhadap lima Rukun Iman,
Masalah kesadaran keimanan banyak mengandung masalah yang abstrak, yang tidak hanya
dilihat dari perilaku riil atau konkritnya. kadang kala juga sulit untuk dicapai dan dipantau oleh
guru, karena pembentukan keimanan, kesadaran pengamalan ajaran Islam dan berakhlak Islam,
sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan agama Islam, memerlukan proses yang relatif
lama, yang sulit dipantau hasil belajarnya jika hanya mengandalkan pada kegiatan belajar-
mengajar di kelas dengan pendekatan teknologis. Kerena itu perlu menggunakan pendekatan lain
yang bersifat non-teknologis.
4. Pendekatan rekontruksi sosial
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari
problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan
ilmu-ilmu dan teknologi serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif akan dicarikan
upaya pemecahannya menuju pempentukan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum
tersebut disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus
menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar. pendekatan tersebut berasumsi
bahwa manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan
manusia yang lain, selalu hidup bersama berinteraksi dan bekerja.14

14 Ibid, Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,…hal. .90-91

7
C. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Baharun. 2017. Kurikulum : Teori Dan Praktik (Konsep, Prinsip, Model, Pendekatan
Dan Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI). Yogyakarta: Cantrik Pustaka.
Marliana. 2013. Anatomi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Dinamika Ilmu.
Yogyakarta
Hasan, Syahroni. 2013. Anatomi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Yogyakarta :
Magnum Pustaka
Raharjo, R ahmad. 2010. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Magnum
Pustaka.
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah
Dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja grafindo  Persada.
Madjid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Konsep dan Implementasi kurikulum. Yogyakarta : Teras.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Zaini, Muhammad. 2006. Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi. Surabaya: Elkaf.
Zaini, Muhamma2009. Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi.
Yogjakarta: Teras.
Ikhwan, Afiful. 2013. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Tulungagung: STAI
Muhammadiyah Tulungagung.

Anda mungkin juga menyukai