Anda di halaman 1dari 3

Muhasabah itu ada dua macam: Muhasabah sebelum berbuat dan yang kedua

muhasabah seusai melakukan perbuatan. Adapun jenis yang pertama, yaitu dirinya merenung
sejenak manakala baru timbul keinginan serta kemauan lantas dirinya melihat, apakah perbuatan
yang akan dilakukannya ini sesusai dengan al-Qur'an dan sunah Rasulallah Shalallah 'alaihi wa
sallam atau tidak? Jika sesuai maka terus kerjakan, bila menyelisihi maka tinggalkan. Adapun
untuk jenis yang kedua, yaitu muhasabah seusai mengerjakan perbuatan, maka dalam hal ini
terbagi menjadi empat macam:

a. Muhasabah pada ketaatan yang banyak kekurangan didalamnya, disaat


pengerjaan kewajiban kepada Allah ta'ala belum sesuai dengan harapan yang
seharusnya dituntut.
b. Muhasabah atas larangan-larangan yang ada. Jika dirinya menjumpai telah
menerjang salah satunya maka segera iringi dengan bertaubat, istighfar, dan
amalan-amalan kebajikan yang bisa menghapusnya.
c. Muhasabah atas setiap amalan yang telah ditinggalkan namun membawa
kebaikan jika ia kerjakan
d. Muhasabah pada perkara mubah atau kebiasaan, kenapa ia kerjakan? Apakah
ia kerjakan ingin mengharap ridho Allah Shubhanahu wa ta’alla dan kampung
akhirat? Sehingga ia beruntung, atau dia mengerjakannya hanya bertujuan
dunia yang ia inginkan? Maka dirinya telah merugi serta luput dari
keuntungan tersebut.

Selanjutnya kurikulum 1975 membedakan evaluasi prestasi belajar siswa di sekolah 


menjadi 4 (empat) jenis yaitu: Evaluasi Formatif, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar. Jenis evaluasi wajib dilaksanakan oleh guru bidang studi
setelah selesai mengajarkan satu unit pengajaran tertentu.

Evaluasi Sumatif, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk keperluan penentuan angka
kemajuan atau hasil belajar siswa. Jenis evaluasi ini dilaksanakan setelah guru menyelesaikan
pengajaran yang diprogramkan untuk satu semester. Dan kawasan bahasanya sama dengan
kawasan bahan yang terkandung di dalam satuan program semester.
Evaluasi Penempatan, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk menempatkan siswa dalam
situasi belajar atau program pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya.

Evaluasi Diagnostik, Adalah evaluasi yang ditujukan guna membantu memecahkan


kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tertentu.

Jenis evaluasi formatif dan sumatif terutama menjadi tanggungjawab guru (guru bidang
studi), evaluasi penempatan dan diagmostik lebih merupakan tanggungjawab petugas bimbingan
penyuluhan. Oleh karena itu wajar apabila dalam tulisan ini hanya mengaksentuasi pada jenis
penilaian yang pertama dan jenis yang kedua.

Prinsip-Prinsip Evaluasi
Adapun prinsip-prinsip dari Evaluasi Pendidikan itu adalah Meliputi :

1. Terus menerus / kontinu; artinya evaluasi ini tidak hanya dilakukan setahun sekali,
sekuartal sekali, atau sebulan sekali, melainkan terus menerus, pada waktu mengajar
sambil mengevaluasi sikap dan perhatian murid, pada waktu pelajaran hampir berakhir.
Prinsip kesinambungan (Istimrar ) (al-An’aam:135)
2. Menyeluruh / komprehensif; Adanya evaluasi yang meliputi semua aspek kepribadian
manusia, misalnya aspek intelegensi, pemahaman, pensikapan, ketulusan, kedisiplinan,
tanggung jawab dan sebagainya. Dalam al-qur’an Totalitas (al-Kamal/Tamm) ; Meliputi
Kognitif (QS.al-Anfal:2), Afektif ((QS. Al-‘Ashr : 3). Dan Psikomotorik (al-Mukmin:35)
3. Objektivitas; Adanya evaluasi yang benar-benar objektif bukan subjektif, artinya
pelaksanaan evaluasi berdasarkan keadaan yang sesungguhnya tidak dicampuri oleh hal
yang bersifat emosional dan irasional. (QS. At-Taubah:119).
4. Validitas; Adanya evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya
dievaluasi, yang meliputi seluruh bidang-bidang tertentu yang diingini dan diselidiki,
sehingga tidak hanya mencakup satu bidang saja. Prinsip Validitas (QS.al-Hujurat:6)
5. Realibilitas; Evaluasi itu dapat dipercayai, artinya memberikan evaluasi kepada peserta
didik sesuai dengan tingkat kesanggupannya dan keadaan sesungguhnya. (QS.Hamim
As-sajadah:53)
6. Efisiensi; Adanya evaluasi yang dapat menggunakan sarana dan prasarana yang baik,
memanfaatkan waktu sebaik mungkin, mudah dalam proses administrasi dan
interpretasinya sehingga evaluasi ini tidak tepat pada sasarannya. (QS.al –Asr’:1-2)
7. Ta’abbudiah dan ikhlas; Adanya evaluasi yang dilakukan penuh keutulusan dan
pengabdian kepada Allah SWT.(al-Bayyinah:5)

Anda mungkin juga menyukai