Anda di halaman 1dari 12

Tugas Penilaian Pembelajaran

Nama:Anggun santika
Nim:1905111164
Kelas:Akuntansi 4

1. Pengertian Evaluasi,penilaian,dan pengukuran dalam pengajaran


1.1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan
standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian akan tersedia
informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga bisa diketahui bila
terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai.
Evaluasi juga merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau
produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus evaluasi adalah individu, yaitu
prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang
apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk
perbaikan suatu program.
1.2. Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses yang meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian
kemajuan belajar peserta didik yang mana,bukti ini tidak selalu diperoleh melalaui tes saja, tetapi juga
bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri.
1.3. Pengertian Pengukuran (measurement)
Pengukuran (measurement) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif
dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar yang disesuaikan sesuai dengan objek
yang akan diukur.
1.4.perbedaan pengukuran dan penilaian
Perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit
dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar.
Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal sedangkan Pengukuran lebih
membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta
didik,
1.5.fungsi penilaian dalam pembelajaran
Fungsi Penilaian yaitu:

 Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
 Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami
kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
 Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta
didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang
perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
 Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan
peserta didik.

1.6.fungsi penilaian dalam administrasi pendidikan


Penilaian sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti dan mengetahui
sampai di mana pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil
sesuai dengan rencana atau program yang telah di tetapkan dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan. Evaluasi mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program, diperlukan adanya penilaian
atau evaluasi. Tiap penilaian berpegang pada rencana tujuan yang hendak dicapainya, atau dengan
kata lain setiap tujuan merupakan kriteria penilaian.
1.7.fungsi penilaian dalam bimbingan belajar.
Fungsi tindakan penilaian dalam bimbingan belajar dilakukan menurut Zainal Arifin (2012) bahwa :
a.Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan.
b.Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program
pembelajaran.
c.Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
d.Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan
pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk
memberikan bantuan atau bimbingan.
e.Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan
tertentu.
f.Untuk menentukan kenaikan kelas.
g.Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya

2.Aspek-Aspek Hasil Belajar yang Dinilai


2.1.Aspek Kognitif
Adalah Aspek yang mencakup kegiatan mental (otak). Aspek kognitif ini dibagi menjadi enam:
a.Pengetahuan, yaitu merupakan kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali,
mengingat, memanggil kembali tentang adanya konsep , prinsip, fakta, ide, rumus-rumus, istilah,
nama.
b.Pemahaman, yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang
materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya
dengan hal- hal lain.
Pemahaman ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori diantaranya:
Tingkat terendah/ pertama adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang
sebenarnya, misalnya: dari bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal
Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni yang menghubungkan bagian- bagian terdahulu
dengan yang diketahui berikutnya
Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi
diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya
c.Penerapan/Aplikasi yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret .
d.Analisis yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau
keadaan tertentu ke dalam unsur- unsur atau komponen pembentuknya
e. Sintesis
Yaitu penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh
f. Evaluasi yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi,
keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah
menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau
patokan untuk mengevaluasi sesuatu.
2.2. Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Ada beberapa kategori aspek afektif sebagai hasil belajar yaitu :
Penerimaan (Receiving)
Adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain sebagainya. Termasuk dalam jenjang ini
misalnya adalah kesadaran untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar.
Jawaban (Responding)
Adalah reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
Penilaian (Valuing)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu
kegiatan atau obyek, sehingga apabila apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa
kerugian atau penyesalan.
Organisasi
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan, yang dinyatakan dalam pengembangan suatu perangkat nilai.
Karakteristik nilai /Pembentukan pola hidup
Yaitu mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga pada
dirinya dijadikan pedoman yang nyata dan jelas dalam berbagai bidang kehidupan.
3.1. Aspek Psikomotor Sasaran Dalam Penilaian
Penilaian psikomotorik adalah penilaian untuk menggali potensi keterampilan atau penampilan
sesorang dalam mengaplikasikan bidang keilmuannya.Penilaian aspek psikomotor lebih
mengutamakan aspek proses bukan hasil, dimana akan banyak sekali aspek-aspek yang nantinya dapat
dinilai dari psikomotor siswa setelah mereka menerima informasi-informasi teoritik .
Aspek-aspek untuk menilai ranah psikomotor ini juga dijelaskan oleh Hamid (2009) merumuskan
kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek psikomotor diantaranya gerakan
reflek, gerakan dasar, gerakan terampil, gerakan persepsi, gerakan kemampuan, gerakan indah dan
kreatif.

Dave (1967) dalam Lutfi ( 2011) juga membagi tingkatan hasil belajar psikomotor dapat dibedakan
menjadi lima tahap, yaitu:
1. Imitasi (meniru)
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang
dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Kata operasionalnya yang digunakan pada tingkatan ini
misalnya mengaktifkan,menyesuaikan,menggabungkan,mengatur,mengumpulkan,menimbang,
memperkecil,membangun,mengubah,membersihkan,memposisikan.

2. Manipulasi
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi
berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. kata kerja yang digunakan pada tingkatan ini antara
lain mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang, mencampur, memilah, melatih, memperbaiki,
membuat,menempatkan,mengidentifikasikan,mengisi,memanipulasi,mereparasi.

3. Presisi (Ketetapan)
Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga
mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.Kata kerja yang digunakan pada tingkatan hampir sama
dengan kata kerja pada tingkatan manipulasi tetapi dengan control yang lebih dan kesalahan yang
lebih sedikit.
4. Artikulasi
Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat
sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Kata kerja yang digunakan pada tingkatan ini
mengalihkan,mengemas,memutar,menarik,mendorong,memindahkan,mengirim,memproduksi, mengo
perasikan, mencampur,membungkus,menggantikan dan lain-lain.
5. Naturalisasi (pengalamiahan)
Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni
kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh apabila siswa
tiba-tiba disuruh oleh gurunya untuk mengambar sebuah organel sel kedepan kelas Sebagai contoh
tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengambar organel sel tersebut dengan bagus.
4.Jenis-jenis Penilaian pendidikan
4.1.Jenis-jenis Penilaian
a.Penilaian sumatif
Tes sumatif adalah jenis Tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran dan dimaksudkan untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai keseluruhan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Butir soal yang dikembangkan pada tes sumatif harus dapat mengukur ketercapaian
seluruh tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Manfaat dari tes sumatif:
 Bagi siswa: Tes sumatif bagi siswa akan dapat mendorong siswa tersebut untuk meningkatkan
prestasi nya. Dengan demikian ia akan berusaha untuk belajar lebih keras agar pada semester
berikutnya prestasinya akan lebih baik dari sekarang.
 Bagi guru: Hasil tes sumatif akan menjadi dasar bagi guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang akan datang.
 Bagi orang tua: Orang tua akan memperoleh gambaran tentang prestasi anaknya di sekolah
lewat tes sumatif. Untuk itu maka para guru hendaknya selalu membagikan hasil tes sumatif
kepada siswa agar hasil tersebut dapat disampaikan kepada orang tuanya.
 Kepala sekolah: Hasil tes sumatif akan dapat dimanfaatkan oleh kepala sekolah untuk
mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum

b.Penilaian formatif
penilaian formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa setelah siswa
menyelesaikan satu bab atau satu unit pembelajaran. Tes formatif tidak dimaksudkan untuk memberi
nilai kepada siswa tetapi hasil tes formatif akan dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses
pembelajaran yang baru saja dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan pembelajaran atau belum.
Jika dari hasil tes formatif ternyata terdapat sejumlah tujuan pembelajaran yang belum dapat dikuasai
siswa maka guru harus mencari penyebab. Apakah penyebab tersebut karena adanya masalah pada
diri siswa atau karena proses pembelajaran yang membosankan.
Setelah dapat menentukan penyebabnya maka guru harus mengulang kembali proses pembelajaran
tersebut baik itu secara individual atau secara klasikal sampai siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Yang menjadi fokus dalam pelaksanaan tes formatif adalah ketercapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
5.jenis penilaian penempatan dan diagnostic
5.1. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat
yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan
sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini
berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar
dengan kemampuan siswa, dan penilaian dilaksanakan bilamana ada kebutuhan untuk menempatkan
setiap murid pada program pendidikan / program belajar mengajar yang sesuai dengan
kemampuannya.
Fungsi dan Tujuan Penilaian Penempatan:
Fungsi Penilaian Penempatan yaitu Untuk mengetahui keadaan peserta didik sepintas lalu termasuk
keadaan seluruh pribadinya., peserta didik tersebut ditempatkan pada posisinya. Umapamanya
peserta didik berbadan kecil jangan di tempatkan di belakang, tapi sebaiknya di depan agar tidak
mengalami kesulitan dalam PBM.
Tujuan Penilaian Penempatan yaitu:
a) Untuk menempatkan peserta didik pada tempatnya yang sebenar-benarnya berdasarkan bakat,
minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan diri peserta didik sehingga peserta didik tidak
mengalami hambatan dalam mengikuti pelajaran atau setap program bahan yang disajikan guru
b) Memahami kemampuan belajar murid , sehingga dengan pemahaman itu guru dapat
menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat baginya
Aspek-aspek yang dinilai dan waktu pelaksanaan Penilaian Penempatan
Aspek-aspek yang dinilai meliputi keadaan fisik dan psikologi, bakat, kemampuan, pengetahuan,
pegalaman keterampilan, sikap, dan aspek-aspek lain yang dianggap perlu bagi kepentingan
pendidikan peserta didik selanjutnya. Kemungkinan penilaian ini dapat juga dilakukan setelah peserta
didik mengikuti pelajaran selama satu semester, satu tahun sesuai dengan maksud lembaga pendidikan
yang bersangkutan.
Waktu pelaksanaan Penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik menduduki kelas
tertentu sewaktu penerimaan murid baru atau setelah naik kelas pada saat memilih jurusan.

5.2. Penilaian Diagnostik.


Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
serta faktor-faktor penyebabnya. Pelaksanaan penilaian semacam ini biasanya bertujuan untuk
keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-dasus dan lain-lain. Soal-
soalnya disusun sedemikian rupa agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para
siswa.
Fungsi dan Tujuan Penilaian Diagnostik:
Fungsi Penilaian Diagnostik yaitu Untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau
mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan, atau gangguan
ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang study. Kesulitan peserta didik tersebut
diusahakan pemecahannya.
Tujuan Penilaian Diagnostik yaitu Untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami
peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang study atau keseluruhan
program pembelajaran.
Aspek-aspek yang dinilai dalam melakukan penilaian diagnostik dan waktu pelaksanaannya
Aspek-aspek yang dinilai yaitu hasil belajar yang diperoleh murid, latar belakang kehidupannya, serta
semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
Waktu pelaksanaan Pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan pembinaan dari suatu
lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya.
6.Teknik-Teknik Penilaian
6.1. Teknik-Teknik Penilaian Lisan
Teknik lisan adalah teknik yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara
peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan.
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung
antara guru dan siswa. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah: (1) dapat
menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap, serta kepribadiannya karena
dilakukan secara berhadapan langsung; (2) bagi siswa yang kemampuan berpikirnya relatif lambat
sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong sebab siswa dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil
pengetesan dapat langsung diketahui siswa. Kelemahannya adalah
(1) subjektivitas pengetesan (Tutor) sering mencemari hasil tes,
(2) waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
6.2. Teknik-Teknik Penilaian Tertulis
Teknik Penilaian Tertulis adalah teknik yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis
berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-
salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat
dan/atau uraian.
Tes tertulis yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab siswa dengan memberikan jawaban tertulis.
Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
>tes objektif, misalnya bentuk pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar-salah, dan bentuk
menjodohkan;
>tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat dilakukan secara objektif) dan
tes uraian non-objektif (penskorannya sulit dilakukan secara objektif).
6.3. Teknik-Teknik Penilaian Perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan
pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan
dilakukan sejak siswa melakukan persiapan melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang
dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan,
disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya
menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara
kelompok sebaiknya menggunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan
pengamatan kelompok.
7.Tes Sebagai Alat Penilaian
7.1.Pengertian Tes
Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal atau perintah yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. ... Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana
prasana sekolah dan sebagainya.
7.2.Persyaratan Tes yang baik
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu
memiliki :
1. Validitas
Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan sebenarnya. Jika data
yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid,
karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan/keadaan
sesungguhnya. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.
2.Reliabilitas
Reliabilitas sebagai alat ukut yang hasil pengukurannya digunakan untuk membuat berbagai
keputusan terpenting. Sebuah tes dikatakan reliabilitas apabila skor yang dihasilkan hasil pengukuran
kosisten, tidak berubah-ubah, dapat dipercaya karena tetap dan tidak berubah secara mencolok.
3.Objektivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif,
artinya terdapat unsur pribadi yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas
apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.
4Praktikabilitas
Tes yang praktis adalah tes yang :
1) Mudah dilaksanakan
2) Mudah pemeriksaannya
3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas, sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain.
5.Ekonomis
Adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang
banyak, dan waktu yang lama.
7.2.praktibilitas Tes
sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah
pengadministrasiannya, tes yang baik adalah yang: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan
dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
8.Tes Objektif Dan Tes Uraian
8.1.Tes objektif Yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus
dipilih pleh peserta didik. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun
butir soal.
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya
antara 1 dan 0. Disebut objektif karena penilaiannya objektif. Siapaun yang mengoreksi tes objektif
hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti.
Secara umum ada tiga bentuk tes objektif, yaitu
Tipe benar salah (True-false test)
Adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban atau
pernyataan yang benar dan yang salah.
· Kelebihan
1. Dapat mewaklili pokok bahasan atau materi pelajaran lebih luas
2. Mudah penyusunannya
3. Mudah diskor
4. Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasi belajar secrara langsung, terutama
yang berkaitan dengan ingatan.
· Kekurangan
1. Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan penghafalan kembali
2. Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban
8.2.Tes Uraian
Merupakan bentuk tes yang memberikan kebebasan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan dan
mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes bersifat
terbuka, fleksibel dan tidak terstruktur. Contoh ; jelaskan alasan mengapa sistem ekonomi yang dianut
suatu negara berbeda-beda.
Peserta ujian diberi kebebasan untuk menjawab menurut gaya bahasa dan gaya kognitifnya masing-
masing, sesuai dengan kemampuan mengingat mereka. Dengan demikian maka keterampilan
mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis akan besar sekali kontribusinya dalam soal ujian tipe
seperti ini. Bentuk soal seperti ini baik untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan aplikasi, analisis,
evaluasi dan kreativitas.
10.Alat Penilaian Non Tes
10.1.Pengertian alat evaluasi non tes
Evaluasi nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta
didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi non-tes berarti
melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes.
Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap,
tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam
pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
10.2.Macam-macam alat penilaian non tes
Macam-macam instrumen non tes yaitu:
1.Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan
rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan utama observasi adalah :
 Mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa
maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
 Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara
peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan
sosial (social skill).
 Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun
situasi yang sengaja dibuat.
2.Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan
sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung
maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
Bentuk pertanyaan wawancara :
 Bentuk pertanyaan berstruktur, yaitu oertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai
dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini biasanya
digunakan jika masalahnya tidak terlalu kompleks dan jawabannya sudah konkret.
 Bentuk pertanyaan tidak berstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka, peserta idik
secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini tidak memberi
struktur jawaban kepada peserta didik karena jawaban dalam pertanyaan itu bebas.
 Bentuk pertanyaan campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada
yang berstruktur dan ada pula yang bebas.
3.Skala Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode,
teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang -orang maupun objek-objek
tertentu.
4.Daftar Cek (Check List)
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek
dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi
dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar
cek, kemudian tinggal memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil
penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya, anatara lain membantu guru untuk mengingat-ingat apa
yang harus diamati, dan dapat memberikan informasi kepada stakeholder.
Skala Penilaian (Rating Scale) Dalam daftar cek, penilaian hanya dapat mencatat ada tidaknya
variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai
itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan.
5.Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui
tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:

 Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang
akan dimintai jawaban tentang drinya.

 Kuesioner tidak langsung


Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner
tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga
dan sebagainya.
6.Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dianggap mengalami
kasus tertentu.
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan
menyeluruh. Namun, kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh
sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan
untuk kasus yang sama pada individu yang lain.
11.Ciri-Ciri Alat Penilaian Non Tes.
11.1. Ciri Angket
ciri-ciri Angket berdasarkan jenisnya:

 Angket Tertutup
Ciri-ciri angket tertutup (skala) adalah sebagai berikut:
a.Angket terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau bisa juga pernyataan yang berisi beberapa
kemungkinan jawaban untuk dipilih.
b.Pengolahan dan analisis kuantitaif akan lebih mudah dilakukan pada hasil angket ini.
c.Peneliti sudah mempunyai asumsi yang kuat bahwa responden mengetahui materi yang
akan disajiakn dalam angket itu.
d.Peneliti mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai sampel yang diteliti sehingga
peneliti akan dapat mengadakan antisipasi terhadap jawaban-jawaban yang mungkin
diberikan.
e.Mudah dilakukan pengolahan datanya.
 Angket terbuka.

Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden haru memformulasikan jawabannya
sendiri.
Ciri-ciri angket terbuka adalah sebagai berikut.
a. Pertanyaan harus dijawab dengan memberikan penjelasan yang mungkin singkat dan
mungkin panjang.
b. Tipe ini digunakan apabila pengetahuan peneliti mengenai sampel sedikit sekali dan berguna
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang responden atau informasi yang
diinginkan daripadanya.
c. Sukar untuk mengolah dan menganailis hasilnya, yaitu membuat kalsifikasi jawaban-
jawaban.
 Angket kombinasi.
Ciri-ciri angket kombinasi, adalah sebagai berikut:
a.Disamping jawaban-jawaban yang tersedia, peneliti masih memberikan kemungkinan untuk
mengisi jawaban yang terbuka.
b. Dapat mengurangi kelemahan-kelemahan masing-masing tipe angket tersebut.
c. Datanya lebih kaya tapi sulit mengolah datanya untuk pertanyaan dengan jawaban terbuka.

11.2. Ciri Observasi


ciri-ciri dari observasi, yaitu:

 Objektif, dilakukan dengan berdasarkan keadaan objek tunggal nyata yang diamati secara
langsung.
 Faktual, pengamatan dilakukan sesuai fakta yang berasal dari pengamatan yang telah
dilakukan dan sudah terbukti kebenarannya tanpa ada dugaan yang tidak jelas.
 Sistematik, kegiatan observasi dilakukan sesuai metode yang sudah ditentukan dari
awal dan tidak asal-asalan.

11.3. Ciri Skala Sikap


Ciri-ciri skala sikap berdasarkan jenisnya:

1. Skala Likert: digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
2. Skala Guttman: Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya
atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positf atau negatif, dan lain-lain.
3. Skala Thurstone: Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang
berbentuk skala interval.
4. Semantik Diferensial: Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya
bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana
jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negative
terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
5. Penilaian (Rating Scale): Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang
dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan

12. Karakteristik Skala Sikap dan Karakteristik Portofolio


12.1. Ciri Interview (Wawancara
12.2. Ciri Portofolio (Pemberian

13. Penulisan Butir-Butir Soal Angket, Observasi, Skala Sikap, dan Portofolio
13.1. Teknik Penulisan Butir-butir Angket
13.2. Teknik Penulisan Lembar Pengamatan

14.Kemampuan menulis butir-butir skala sikap dan Kemampuan menulis butir-butir portofolio
14.1. Teknik Penulisan Butir Skala Sikap

15. Teknik Penulisan Portofolio dan Ciri Portofolio (Pemberian Tugas)


15.1. Teknik Penulisan Portofolio
15.2. Ciri Portofolio (Pemberian Tugas)

Anda mungkin juga menyukai